Prosedur Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cimahi.

(1)

ABSTRACT

The title of this final report is "Analysis and Calculation of Income Tax Reporting (PPh) Article 21 Salary of Employees Stay At Department of local revenue (Dispenda) Cimahi city." The purpose of this final report is, (1) To know out the imposition of tariffs in the calculation and reporting of income tax article 21 (2) To know out the procedure for the calculation and reporting of income tax article 21 (3) To know out what are the problems that occurred in the tax obligation fulfillment.

The object of research is Department of local revenue (Dispenda) Cimahi city. This research is in form of numbers and in qualitative analysis or descriptive. Operation independent variabel are accounting procedures while operation dependen variabel are reporting procedures. The authors obtained data on employees income tax remains through fieldwork, documentations, and libraries.

The results of the research were (1) imposition of tariffs on all components of the calculation and reporting used by Dispenda Cimahi city in accordance with applicable laws and regulations, except the imposition of tariff on THT contribution, (2) the mistake on tariff of THT contribution madeincome tax calculation article 21 of the employees’ salaries to be wrong and the reporting of income tax article 21 was done by agency Dispenda to the KPP Pratama Bandung, (3) the main problem of tax obligations’ fulfillment on income tax article 21 in DPPKAD Kabupaten Pemalang for salaries was the lack of knowledge among employees for tax laws, especially related to article 21 income tax.

Keywords: Calculating income tax of salaries of civil servants Reporting income tax of salaries of civil servants


(2)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Prosedur Penghitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Negeri Sipil Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cimahi. Tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengenaan tarif dalam penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 (2) untuk mengetahui bagaimana prosedur penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 (3) untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh Pasal 21.

Objek penelitian adalah Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cimahi. Penelitian ini berupa angka dan di analisis secara kualitatif atau deskriptif. Operasionalisasi variabel independen yaitu prosedur penghitungan sedangkan operasionalisasi variabel dependen yaitu prosedur pelaporan. Penulis memperoleh data mengenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pegawai tetap melalui studi lapangan, dokumentasi, dan studi kepustakaan. .

Hasil dari penelitian ini adalah (1) pengenaan tarif seluruh komponen penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 yang digunakan oleh Dispenda Kota Cimahi telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kecuali pengenaan tarif Iuran THT, (2) kesalahan atas penerapan tarif Iuran THT membuat penghitungan PPh Pasal 21 menjadi keliru dan pelaporan PPh Pasal 21 dilakukan oleh instansi Dispenda ke KPP Pratama Bandung, (3) permasalahan utama pemenuhan kewajiban perpajakan PPh Pasal 21 di Dispenda Kota Cimahi adalah kurangnya pengetahuan para pegawai atas peraturan perpajakan, khususnya terkait dengan PPh Pasal 21.

Kata-kata kunci: Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil. Pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Pajak... 8

2.1.1.1 Pengertian Pajak ... 8


(4)

2.1.1.3 Fungsi Pajak ... 11

2.1.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak ... 12

2.1.1.5 Tarif Pajak ... 15

2.1.1.6 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 16

2.1.2 Jenis-Jenis Pajak ... 18

2.1.3 Pajak Penghasilan ... 21

2.1.3.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) ... 21

2.1.3.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 21

2.1.3.3 Pemotong PPh Pasal 21 ... 22

2.1.3.4 Subjek dan Bukan Subjek PPh Pasal 21 ... 24

2.1.3.5 Objek dan Bukan Objek PPh Pasal 21... 27

2.1.3.6 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 31

2.1.3.7 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 34

2.1.3.8 Tarif Pajak PPh Pasal 21 dan Penerapannya ... 35

2.1.3.9 Ketentuan Penghitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan Tunjangan ... 39

2.1.3.10 Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan Tunjangan ... 54

2.1.4 Saat Terutang PPh Pasal 21 ... 61

2.1.5 Surat Pemberitahuan (SPT) ... 61

2.1.6 Sanksi Administrasi ... 64


(5)

BAB III METODE PENELITIAN... 74

3.1 Objek Penelitian ... 74

3.1.1.1 Sejarah Singkat Dispenda Kota Cimahi ... 74

3.1.1.2 Visi Dispenda Kota Cimahi ... 76

3.1.1.3 Misi Dispenda Kota Cimahi ... 77

3.1.1.4 Struktur Organisasi Dispenda Kota Cimahi ... 77

3.1.1.5 Deskripsi Jabatan Dispenda Kota Cimahi ... 79

3.1.1.6 Aspek Kegiatan Perusahaan ... 84

3.2 Jenis Penelitian ... 86

3.3 Operasionalisasi Variabel ... 86

3.4 Populasi dan Sampel ... 86

3.4.1 Populasi ... 86

3.4.2 Sampel ... 87

3.5 Jenis Data ... 87

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 88

3.7 Teknik Analisis Data ... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

4.1 Hasil Penelitian ... 92

4.1.1 Pengenaan Tarif dalam Penghitungan dan Pelaporan PPh Pasal 21... 100

4.1.2 Prosedur Penghitungan dan Pelaporan PPh Pasal 21 ... 105

4.1.2.1 Penghitungan PPh Pasal 21 ... 105


(6)

4.1.3 Permasalahan yang Terjadi dalam Pemenuhan Kewajiban

PPh Pasal 21... 112

4.2 Pembahasan ... 112

4.2.1 Pengenaan Tarif dalam Penghitungan dan Pelaporan PPh Pasal 21... 112

4.2.2 Prosedur Penghitungan dan Pelaporan PPh Pasal 21 ... 116

4.2.3 Permasalahan yang Terjadi dalam Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

5.1 Kesimpulan... 119

5.2 Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 73 Gambar 2 Struktur Organisasi Dispenda Kota Cimahi ... 78


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara (2007-2012) ... 2

Tabel 2.1 Tarif Pasal 17 UU PPh ... 36

Tabel 2.2 Sanksi Administrasi Berkaitan dengan Denda ... 65

Tabel 2.3 Sanksi Administrasi Berkaitan dengan Bunga ... 66

Tabel 2.4 Sanksi Administrasi Berkaitan dengan Kenaikan ... 76

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu ... 70

Tabel 2.6 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai ... 71

Tabel 4.1 Tunjangan Jabatan Struktural ... 102

Table 4.2 Tunjangan Umum ... 102

Tabel 4.3 Tunjangan Beras ... 103

Tabel 4.4 Penghitungan PPh Pasal 21 atas Gaji PNS Menurut Dispenda Kota Cimahi Tahun Pajak 2012 ... 107

Tabel 4.4 Penghitungan PPh Pasal 21 atas Gaji PNS Menurut Dispenda Kota Cimahi Tahun Pajak 2012 (lanjutan) ... 108

Tabel 4.5 Penghitungan PPh Pasal 21 atas Gaji PNS Menurut Peraturan Menteri Keuangan No 262/PMK.03/2010 Tahun Pajak 2012 ... 109

Tabel 4.5 Penghitungan PPh Pasal 21 atas Gaji PNS Menurut Peraturan Menteri Keuangan No 262/PMK.03/2010 Tahun Pajak 2012 (lanjutan) ... 110

Tabel 4.6 Penghitungan Iuran THT Menurut Dispenda Kota Cimahi Tahun Pajak 2012 ... 114


(9)

Tabel 4.7 Penghitungan Iuran THT menurut Dispenda Kota Cimahi

dan Peraturan Pemerintah (PP) No 68/2009 Tahun Pajak 2012 ... 115 Tabel 4.8 Selisih Penghitungan PPh Pasal 21 Menurut Dispenda Kota Cimahi

dan Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 68/2009


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki jumlah populasi penduduk yang sangat besar, dimana Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 245 juta jiwa, menjadikan negara ini sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke-4 (empat) di dunia.

Dengan adanya kondisi tersebut, maka mencerminkan suatu keadaan dimana pemerintah memiliki peranan penting dalam menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyatnya yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia (RI) No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Dalam hal mewujudkan suatu kesejahteraan yang merata dan standar hidup yang layak maka pemerintah dalam hal ini memerlukan suatu strategi khusus guna meningkatkan pendapatan Negara Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah selalu berupaya dalam meningkatkan penerimaannya. Salah satu penerimaan terbesar Negara berasal dari pajak (dapat di lihat pada tabel 1.1). Pajak juga merupakan sumber pendapatan Negara Indonesia yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang merupakan suatu kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan (Djoko Muljono,2011). Pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata. Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka dibutuhkan dana, yang salah satunya berasal dari penerimaan


(11)

Bab I Pendahuluan 2

pajak. Penerimaan dari sektor perpajakan diharapkan semakin tahun akan membuat kemandirian pembiayaan Negara yang tertuang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Djoko Mulyono,2011). Penerimaan pajak berasal dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan cukai, pencairan tunggakan pajak, maupun pajak-pajak lainnya (Mardiasmo,2011).

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan Negara (milyar rupiah) Tahun 2007-2012

2007 2008 2009 2010 2011 2012

490,988 658,701 619,922 723,307 878,685 1,019,333

470,052 622,359 601,252 694,392 831,745 976,9

238,431 327,498 317,615 357,045 431,977 512,835

154,527 209,647 193,067 230,605 298,441 350,343

23,724 25,354 24,27 28,581 29,058 35,647

5,953 5,573 6,465 8,026 -

-44,679 51,252 56,719 66,166 68,075 72,443

2,738 3,035 3,116 3,969 4,194 5,632

20,936 36,342 18,67 28,915 46,94 42,433

16,699 22,764 18,105 20,017 21,501 23,534

4,237 13,578 565 8,898 25,439 18,899

215,12 320,604 227,174 268,942 286,568 272,72

132,893 224,463 138,959 168,825 191,976 172,871

23,223 29,088 26,05 30,097 28,836 25,59

56,873 63,319 53,796 59,429 50,34 54,398

2,131 3,734 8,369 10,591 15,416 17,861

706,108 979,305 847,096 992,249 1,165,253 1,292,053 Sumber Penerimaan

Penerimaan Perpajakan

Pajak Dalam Negeri Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Bumi dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Cukai Pajak Lainnya Pajak Perdagangan Internasional

Penerimaan Bukan Pajak Lainnya Pendapatan Badan Layanan Umum

Jumlah

Bea Masuk Pajak Ekspor

Penerimaan Bukan Pajak

Penerimaan Sumber Daya Alam Bagian laba BUMN


(12)

Bab I Pendahuluan 3

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengatakan bahwa fenomena pajak di Indonesia tidak henti-hentinya muncul padahal pajak merupakan suatu kewajiban masyarakat sebagai warga negara tetapi masih banyak masyarakat yang tidak membayar pajak. Bahkan ada beberapa kasus bahwa fiskus pajak banyak yang menggelapkan uang pungutan pajak dari masyarakat dan terlibat dalam kasus pajak lainnya, seperti contoh kasus Gayus Tambunan yang pada tanggal 19 Januari 2011, Gayus Tambunan telah dinyatakan bersalah atas kasus korupsi dan suap mafia pajak oleh Majelis Hukum Pengadilan Jakarta Selatan. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi negara, padahal dengan kita membayar pajak, dapat menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia (RI) Nomor 1 Tahun 1976 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), contohnya seperti pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS). Maka dari itu pemasukan dari pajak terus dinaikkan salah satunya dengan mengadakan kebijakan–kebijakan baru seperti ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi perpajakan dilaksanakan dengan cara meningkatkan jumlah pajak dan objek pajak baru sedangkan intensifikasi perpajakan dilaksanakan dengan berorientasi pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak (WP), suatu misal dengan cara pengadaan penyuluhan langsung pada masyarakat. Dengan banyaknya perusahaan baru yang muncul ataupun yang sudah lama serta instansi– instansi pemerintah diharapkan pemasukan dari Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan nasional saat ini maupun


(13)

Bab I Pendahuluan 4

nantinya untuk kemakmuran dan kesejahteraan bagi generasi penerus bangsa (Rudy Suhartono dan Wirawan B. Ilyas,2011).

Salah satu jenis pajak yang paling potensial adalah Pajak Penghasilan (PPh) (dapat dilihat pada tabel 1.1). Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas penghasilannya. Pajak Penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawai atau karyawan adalah Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) (Siti Resmi,2011). Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dipakai untuk mengatur besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak. Undang-Undang Pajak Penghasilan telah menetapkan sistem pemungutan Pajak Penghasilan secara self assessment system, dimana Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan dan tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dengan sistem ini pemerintah berharap agar pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan dapat berjalan dengan lebih mudah dan lancar (Mardiasmo,2011).

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan-tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang diterima atau di peroleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) (Rudy Suhartono dan Wirawan B. Ilyas,2011). Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah penghasilan dari pegawai atau orang yang berstatus: pegawai tetap, tenaga lepas, penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yg menerima tabungan hari tua atau jaminan hari tua, penerima honorarium, penerima upah, dan


(14)

Bab I Pendahuluan 5

tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris) (Mardiasmo,2011).

Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cimahi mempunyai jumlah pegawai negeri sipil yang tergolong tidak terlalu banyak dan setiap bulannya Dispenda Kota Cimahi melakukan pembayaran gaji dan upah. Atas pembayaran gaji dan upah tersebut, Dispenda Kota Cimahi wajib untuk memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 yang merupakan salah satu jenis pajak yang kompleks dan rumit, karena melibatkan variasi status kepegawaian dan bentuk-bentuk pembayaran kepada pegawai negeri sipil yang terus berkembang sejalan dengan berkembangnya bentuk-bentuk hubungan antara pekerja dan pemberi kerja (mardiasmo,2011).

Beberapa masalah yang terdapat dalam penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil, antara lain:

1. Terjadinya kekeliruan dalam penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil, baik dari segi tarif maupun tata cata pemotongannya.

2. Terjadinya kesalahan dalam hal pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil karena penghitungan yang tidak benar dan tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku, sehingga dapat merugikan para pegawai dan instansi. 3. Terdapat kendala-kendala lain dalam penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21

atas gaji pegawai negeri sipil, meskipun telah dilakukan sesuai dengan tata cara perpajakan yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cimahi menentukan besarnya Pajak Penghasilan pegawai atau karyawan yang harus dilaporkan dan disetor kepada pemerintah dengan judul “PROSEDUR PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN


(15)

Bab I Pendahuluan 6

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH (Dispenda) KOTA CIMAHI”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka timbul beberapa pertanyaan yang merupakan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pengenaan tarif dalam penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dispenda Kota Cimahi telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku?

2. Bagaimana prosedur penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cimahi?

3. Apa saja masalah yang terjadi dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dispenda Kota Cimahi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan penulis melakukan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah pengenaan tarif dalam penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dispenda Kota Cimahi telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Cimahi.


(16)

Bab I Pendahuluan 7

3. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dispenda Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi untuk pihak-pihak atau hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi Dispenda Kota Cimahi

Penulis mengharapkan penelitian mengenai Prosedur Penghitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai pada Dispenda Kota Cimahi dapat memberikan informasi maupun sebagai bahan pertimbangan bagi Dispenda Kota Cimahi untuk mempertahankan atau memperbaiki tata cara pemenuhan kewajiban perpajakannya dalam penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai agar semakin baik.

2. Bagi pembaca/ peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca/ peneliti lain mengenai prosedur penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai pada suatu instansi/ perusahaan.

3. Bagi penulis

Penelitian ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai prosedur penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai yang ada dalam suatu instansi/sektor publik.


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengenaan Tarif Dalam Penghitungan dan Pelaporan PPh Pasal 21

Pengenaan tarif dalam seluruh komponen penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 yang digunakan oleh Dispenda Kota Cimahi telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kecuali penghitungan tarif pada Iuran THT.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus. Iuran THT yang dibayarkan oleh pegawai masing-masing sebesar 3,25% dari jumlah gaji pokok ditambah tunjangan keluarga. Sedangkan pada penghitungan yang dilakukan oleh Dispenda Kota Cimahi, Iuran THT dihitung sebesar 4,75% maka terdapat kesalahan pengenaan tarif pada Iuran THT.

2. Prosedur Penghitungan dan Pelaporan PPh Pasal 21

Adanya kesalahan dalam penerapan tarif atas iuran THT menyebabkan terjadinya kesalahan penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh Dispenda Kota Cimahi sehingga mengakibatkan selisih yang cukup besar yaitu sebesar Rp 1.239.120 untuk satu tahun. Pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada Dispenda Kota Cimahi dilakukan instansi Dispenda Kota


(18)

Bab V Kesimpulan dan Saran 120

Cimahi dengan mengisi formulir 1721-A2 dan melaporkannya ke KPP Pratama Bandung.

3. Permasalahan yang Terjadi dalam Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21

Masalah-masalah yang terjadi dalam pemenuhan kewajiban PPh Pasal 21 atas gaji pegawai pada Dispenda Kota Cimahi, yaitu: Pada saat interviu dan wawancara pegawai yang bertugas sebagai bagian penggajian pada Dispenda Kota Cimahi kurang mengetahui dan memahami masalah perpajakan, kurang update mengenai informasi perpajakan saat ini, para PNS yang ada pada Dispenda Kota Cimahi juga kurang peduli untuk memahami masalah perpajakan, Kota Cimahi tidak mempunyai KPP Pratama sendiri.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat penulis berikan terkait dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Dispenda Kota Cimahi

Keseluruhan penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap telah dilakukan dengan baik, kecuali penghitungan tarif atas iuran THT pegawai tetap yang masih harus disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68/2009 yang berlaku, yaitu sebesar 3,25%. Akuntan atau bagian penggajian pada Dispenda Kota Cimahi harus lebih mengetahui dan memahami mengenai informasi perpajakan terbaru dan lebih cermat dalam melakukan penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap. Selain itu, Kota Cimahi telah memenuhi batasan Pemprov/Pemda untuk membuat KPP sendiri sebaiknya hal tersebut dapat lebih diperhatikan karena bagian penggajian atau akuntan Dispenda Kota Cimahi tidak


(19)

Bab V Kesimpulan dan Saran 121

perlu lagi untuk melaporkan pemenuhan kewajiban PPh Pasal 21 pegawai Dispenda Kota Cimahi ke KPP Kota Bandung sehingga lebih efisien dan dapat menghemat waktu serta tidak mengganggu waktu kerja bagian penggajian atau akuntan untuk melakukan perjalanan ke KPP Kota Bandung

2. Bagi peneliti selanjutnya

Guna mendapatkan penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang, maka pada penelitian selanjutnya yang menggunakan judul sama atau hampir sama dengan yang dilakukan penulis diharapkan dapat mengkaji lebih banyak mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku perihal penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai baik tetap maupun tidak tetap. Semakin banyak perubahan peraturan maupun tambahan peraturan dalam bidang perpajakan, semakin membuat bingung para Wajib Pajak. Oleh sebab itu, selalu update akan informasi perpajakan dan peningkatan kemampuan disertai pola berpikir kritis sangat membantu dalam melakukan penelaahan lebih jauh mengenai penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi (ed.). 2010. Panduan Komprehensif Ketentuan Umum Perpajakan. Jakarta: MUC Consulting Group.

Rudy Suhartono dan Wirawan B.Ilyas. 2011. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 22/PMK.03/2008 tentang Persyaratan Seorang

Kuasa Untuk Menjalankan Hak dan Memenuhi Kewajiban Menurut Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan.

Lasmana dan Setiorahardjo. 2010. Cara Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.

Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Peraturan Menteri Keungan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara

Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 11/PB/2012 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 67/PB/2010 tentang Tunjangan Beras dalam Bentuk Natura dan Uang. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 18 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Permintaan, Pemberian, dan Penghentian Tunjangan Umum bagi Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.


(21)

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan Struktural. Resmi, Siti. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-09/PJ.31/1998 tanggal 3 Juni 1998 tentang Pengertian Kata “Terkait dengan Gaji Sebagaimana Dimaksud Pasal 1 Ayat (1) Huruf b PP Nomor 45 Tahun 1994”.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ.04/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan.


(1)

Bab I Pendahuluan 7

3. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai negeri sipil pada Dispenda Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi untuk pihak-pihak atau hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi Dispenda Kota Cimahi

Penulis mengharapkan penelitian mengenai Prosedur Penghitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai pada Dispenda Kota Cimahi dapat memberikan informasi maupun sebagai bahan pertimbangan bagi Dispenda Kota Cimahi untuk mempertahankan atau memperbaiki tata cara pemenuhan kewajiban perpajakannya dalam penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai agar semakin baik.

2. Bagi pembaca/ peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca/ peneliti lain mengenai prosedur penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai pada suatu instansi/ perusahaan.

3. Bagi penulis

Penelitian ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai prosedur penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai yang ada dalam suatu instansi/sektor publik.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengenaan Tarif Dalam Penghitungan dan Pelaporan PPh Pasal 21

Pengenaan tarif dalam seluruh komponen penghitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 yang digunakan oleh Dispenda Kota Cimahi telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kecuali penghitungan tarif pada Iuran THT.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus. Iuran THT yang dibayarkan oleh pegawai masing-masing sebesar 3,25% dari jumlah gaji pokok ditambah tunjangan keluarga. Sedangkan pada penghitungan yang dilakukan oleh Dispenda Kota Cimahi, Iuran THT dihitung sebesar 4,75% maka terdapat kesalahan pengenaan tarif pada Iuran THT.

2. Prosedur Penghitungan dan Pelaporan PPh Pasal 21

Adanya kesalahan dalam penerapan tarif atas iuran THT menyebabkan terjadinya kesalahan penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh Dispenda Kota Cimahi sehingga mengakibatkan selisih yang cukup besar yaitu sebesar Rp 1.239.120 untuk satu tahun. Pelaporan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada Dispenda Kota Cimahi dilakukan instansi Dispenda Kota


(3)

Bab V Kesimpulan dan Saran 120

Cimahi dengan mengisi formulir 1721-A2 dan melaporkannya ke KPP Pratama Bandung.

3. Permasalahan yang Terjadi dalam Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21

Masalah-masalah yang terjadi dalam pemenuhan kewajiban PPh Pasal 21 atas gaji pegawai pada Dispenda Kota Cimahi, yaitu: Pada saat interviu dan wawancara pegawai yang bertugas sebagai bagian penggajian pada Dispenda Kota Cimahi kurang mengetahui dan memahami masalah perpajakan, kurang update mengenai informasi perpajakan saat ini, para PNS yang ada pada Dispenda Kota Cimahi juga kurang peduli untuk memahami masalah perpajakan, Kota Cimahi tidak mempunyai KPP Pratama sendiri.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat penulis berikan terkait dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Dispenda Kota Cimahi

Keseluruhan penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap telah dilakukan dengan baik, kecuali penghitungan tarif atas iuran THT pegawai tetap yang masih harus disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68/2009 yang berlaku, yaitu sebesar 3,25%. Akuntan atau bagian penggajian pada Dispenda Kota Cimahi harus lebih mengetahui dan memahami mengenai informasi perpajakan terbaru dan lebih cermat dalam melakukan penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap. Selain itu, Kota Cimahi telah memenuhi batasan Pemprov/Pemda untuk membuat KPP sendiri sebaiknya hal tersebut dapat lebih


(4)

Bab V Kesimpulan dan Saran 121

perlu lagi untuk melaporkan pemenuhan kewajiban PPh Pasal 21 pegawai Dispenda Kota Cimahi ke KPP Kota Bandung sehingga lebih efisien dan dapat menghemat waktu serta tidak mengganggu waktu kerja bagian penggajian atau akuntan untuk melakukan perjalanan ke KPP Kota Bandung

2. Bagi peneliti selanjutnya

Guna mendapatkan penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang, maka pada penelitian selanjutnya yang menggunakan judul sama atau hampir sama dengan yang dilakukan penulis diharapkan dapat mengkaji lebih banyak mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku perihal penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai baik tetap maupun tidak tetap. Semakin banyak perubahan peraturan maupun tambahan peraturan dalam bidang perpajakan, semakin membuat bingung para Wajib Pajak. Oleh sebab itu, selalu update akan informasi perpajakan dan peningkatan kemampuan disertai pola berpikir kritis sangat membantu dalam melakukan penelaahan lebih jauh mengenai penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi (ed.). 2010. Panduan Komprehensif Ketentuan Umum Perpajakan. Jakarta: MUC Consulting Group.

Rudy Suhartono dan Wirawan B.Ilyas. 2011. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 22/PMK.03/2008 tentang Persyaratan Seorang

Kuasa Untuk Menjalankan Hak dan Memenuhi Kewajiban Menurut Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan.

Lasmana dan Setiorahardjo. 2010. Cara Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.

Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Peraturan Menteri Keungan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya Atas Penghasilan Yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara

Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 11/PB/2012 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 67/PB/2010 tentang Tunjangan Beras dalam Bentuk Natura dan Uang. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 18 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Permintaan, Pemberian, dan Penghentian Tunjangan Umum bagi Pegawai Negeri Sipil.


(6)

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan Struktural. Resmi, Siti. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-09/PJ.31/1998 tanggal 3 Juni 1998 tentang Pengertian Kata “Terkait dengan Gaji Sebagaimana Dimaksud Pasal 1 Ayat (1) Huruf b PP Nomor 45 Tahun 1994”.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ.04/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan.