Pengaruh Penerapan Sanksi Perpajakan dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).

(1)

viii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Indonesia embraced Self Assessment System in which Taxpayers are given full trust to calculate, report and pay its own tax obligation. Through this system expected tax administration can work more restrained and understood properly by taxpayers concerned. But in fact, Taxpayers often do not have the awareness and compliance to calculate, report and pay its own tax obligation. To resolve the issue, the Government enacted the Tax Penalties that are used as a means of deterrent (preventative) as well as a tool to control the taxpayer does not violate the norms and rules of taxation. The purpose of this research is to find out whether there is influence of the application of sanctions in raising Taxpayers compliance in paying and reporting his income taxes. A method of research that we use is a method of descriptive analytical. The Data used has a reporting period and amount of SPT fines each month from across the Agency's Taxpayer registered in KPP Pratama Bandung Karees. Based on the framework research hypothesis that there is made a significant influence on the implementation of sanctions against the Agency Taxpayer's compliance. Hypothesis testing using simple regression with a significant level of 5% yields the value of sig 0,867 based on criteria of acceptance and rejection of H0 , H0 is accepted, because the value of the p-value > α (0.867 > 0.05) so that it can be concluded that the Tax Sanctions do not affect significantly in improving Taxpayers compliance.


(2)

ABSTRAK

Negara Indonesia menganut Self Assessment System dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, melaporkan dan membayar sendiri kewajiban perpajakannya. Melalui sistem ini diharapkan administrasi perpajakan dapat berjalan dengan lebih terkendali dan dipahami benar oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Namun pada kenyataannya, Wajib Pajak seringkali tidak memiliki kesadaran dan kepatuhan untuk menghitung, melaporkan dan membayar sendiri kewajiban perpajakannya. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah memberlakukan Sanksi Perpajakan yang digunakan sebagai alat pencegah (preventif) sekaligus alat pengendali agar Wajib Pajak tidak melanggar norma dan aturan perpajakan yang berlaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan sanksi perpajakan dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam membayar dan melaporkan pajak penghasilannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Data yang digunakan antaralain jumlah pelaporan SPT masa dan denda setiap bulan dari seluruh Wajib Pajak badan terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees. Berdasarkan rerangka penelitian dibuat hipotesis yaitu terdapat pengaruh yang signifikan penerapan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak badan. Pengujian hipotesis menggunakan regresi sederhana dengan tingkat signifikan 5% menghasilkan nilai sig 0,867 berdasarkan kriteria penerimaan dan penolakan H0, maka H0 diterima karena nilai p-value > α (0.867 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan.


(3)

x

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI...iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ...viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Kegunaan Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 5


(4)

2.1. Pengertian Dasar Perpajakan... 5

2.1.1. Sejarah Perpajakan di Indonesia ... 5

2.1.2. Definisi Perpajakan ... 7

2.1.3. Pengelompokan Pajak ... 10

2.1.4. Fungsi Pajak ... 11

2.1.5. Tarif Pajak ... 11

2.2. Pemungutan Pajak ... 12

2.2.1. Sistem Pemungutan Pajak ... 12

2.2.2. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 13

2.2.3. Hambatan Pemungutan Pajak ... 14

2.3. Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak ... 15

2.3.1. Nomor Pokok Wajib Pajak... 17

2.3.2. Surat Pemberitahuan ... 18

2.3.2.1 Pengertian dan Jenis Surat Pemberitahuan ... 18

2.3.2.2 Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan ... 18

2.4. Sanksi Perpajakan ... 20

2.4.1. Pengertian Sanksi Perpajakan ... 20


(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha

2.4.2.1 Pengertian dan Jenis Sanksi Pidana ... 21

2.4.2.2 Penerapan Sanksi Tindak Pidana di Bidang Perpajakan ... 23

2.4.3. Sanksi Administrasi ... 27

2.4.3.1 Pengertian dan Jenis Sanksi Administrasi ... 27

2.4.3.2 Penerapan Sanksi Administrasi di Bidang Perpajakan ... 27

2.4.4. Tahap-tahap Penagihan Sanksi Perpajakan ... 30

2.5. Rerangka Pemikiran ... 32

2.6. Pengembangan Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

3.1. Objek Penelitian ... 35

3.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Bandung Karees ... 35

3.1.2. Visi dan Misi KPP Pratama Bandung Karees ... 38

3.1.3. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Bandung Karees ... 39

3.1.4. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 40

3.1.5. Wilayah Kerja KPP Pratama Bandung Karees ... 44

3.2. Metode Penelitian... 46

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data ... 47


(6)

3.2.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 49

3.2.4. Pengujian Hipotesis dan Tes Statistik ... 50

3.2.5. Penetapan Tingkat Signifikansi... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 53

4.1. Hasil Penelitian ... 53

4.2. Pengujian Hipotesis ... 70

4.3. Analisis Regresi ... 70

4.4. Analisis Korelasi ... 72

BAB V SIMPULAN dan SARAN ... 74

5.1. Simpulan ... 74

5.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... xvi

Lampiran A ...xviii

Lampiran B... xix

Lampiran C... xx

Lampiran D ... xxii


(7)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel I Sanksi Administrasi Berupa Denda ... 28

Tabel II Sanksi Administrasi Berupa Bunga ... 29

Tabel III Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan ... 30

Tabel IV Sanksi Tahun 2009... 53

Tabel V Sanksi Tahun 2010 ... 55

Tabel VI Sanksi Tahun 2011... 57

Tabel VII Gabungan WP Badan Terdaftar dengan Sanksi ... 67

Tabel VIII Coefficients ... 71


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Hasil Output SPSS ...xviii

Lampiran B Surat Tagihan Pajak ... xix

Lampiran C SPT Masa Pajak Penghasilan ... xx

Lampiran D SPT Masa PPN ... xxii


(9)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara khususnya di Indonesia, karena pembangunan itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan dan penambahan berbagai pelayanan publik. Peran pajak bagi negara Indonesia adalah sebagai alat penerimaan negara (budgeter) dan sebagai pengatur (regulatory). Fungsi pajak yang pertama itulah yang menempatkan pajak sebagai penerimaan utama pemerintah. Sebagian besar sumber penerimaan negara yang tertera dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Bahkan hingga 18 Desember 2012, realisasi penerimaan pajak mencapai 89,9 persen dari target APBN Perubahan 2012 sebesar 95 persen (www.antaranews.com). Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Dalam mengoptimalkan penerimaan pajak tentu diperlukan peranan yang penting baik dari pemerintah maupun dari Wajib Pajak itu sendiri.

Untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya Wajib Pajak harus memahami ketentuan-ketentuan umum perpajakan yang berlaku. Ada tiga sistem pemungutan pajak yaitu : Official Assessment System, Withholding Tax System, dan Self Assessment System. Di Indonesia sendiri sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri, menghitung,


(10)

menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. (www.wikiapbn.org). Pemberian kebebasan ini diawasi oleh Dirjen Pajak agar ketentuan self assessment dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Objek dari suatu pajak adalah penghasilan, maka sudah semestinya pajak yang dikenakan atas penghasilan tersebut masuk ke dalam kas negara. Namun terkadang dalam prosesnya terjadi berbagai kendala, salah satu penyebabnya adalah adanya kecurangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Kendala lain yang mungkin terjadi bisa disebabkan karena kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya dengan tepat waktu.

Setiap pelanggaran dan kelalaian yang dilakukan oleh Wajib Pajak akan dikenakan sanksi. Sanksi perpajakan dibuat untuk menjamin ditaatinya peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan. Penerapan sanksi perpajakan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007, perubahan ketiga atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Ketentuan tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah perpajakan khususnya dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sanksi pajak dapat berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP), sanksi administrasi dibagi menjadi tiga yaitu berupa denda, bunga, atau kenaikan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, diketahui bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan dalam melaporkan SPT masa dan SPT tahunan masih sangat rendah.


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha Artinya sanksi perpajakan memiliki pengaruh yang sangat kecil atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Maka berdasarkan latar belakang di atas, Penulis tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai penerapan sanksi perpajakan dan kaitannya dengan kepatuhan Wajib Pajak badan dengan mengangkatnya dalam skripsi berjudul : “Pengaruh Penerapan Sanksi Perpajakan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah penerapan sanksi pajak berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam membayar dan melaporkan Pajak Penghasilan? 2. Sejauh mana pengaruh penerapan sanksi pajak dalam meningkatkan

kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam membayar dan melaporkan Pajak Penghasilan?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan sanksi pajak memiliki pengaruh dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam membayar dan melaporkan Pajak Penghasilan.


(12)

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan sanksi pajak dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam membayar dan melaporkan Pajak Penghasilan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Penulis, dapat memberikan pemahaman yang cukup baik mengenai

sanksi perpajakan serta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Bagi KPP, sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya melalui peningkatan pelayanan dan profesionalisme kerja sesuai dengan tata cara pemeriksaan dan penerapan sanksi di bidang perpajakan.

3. Bagi Wajib Pajak, sebagai sumbangan pemikiran untuk semakin meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya terkait dengan pemahaman terhadap sanksi perpajakan yang berlaku.

4. Bagi pihak lain, sebagai referensi atau perbandingan dalam menambah pemahaman di penelitian selanjutnya.


(13)

74

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh penerapan sanksi perpajakan dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees, Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan sanksi perpajakan tidak memiliki pengaruh atau pengaruhnya sangat kecil sekali dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Negara Indonesia menganut Self Assesment System yang memberikan kepercayaan penuh pada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya. Hal inilah yang menjadi peluang utama Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya karena orang cenderung untuk menghindari pajak (tax avoidance) atau melakukan manipulasi pajak (tax evasion).

2. Melalui analisa statistik dengan SPSS dapat disimpulkan juga bahwa penerapan sanksi perpajakan memiliki korelasi yang sangat rendah atau lemah sekali dengan kepatuhan Wajib Pajak badan. Hubungan yang terjadi antar variabel ini adalah hubungan negatif atau berlawanan arah, artinya jika penerapan sanksi pajak ditingkatkan, yang terjadi justru kepatuhan Wajib Pajak badan semakin menurun. Tingkat penghasilan dan penerapan tarif pajak juga berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Wajib Pajak akan


(14)

lebih patuh terhadap sistem pajak bila tarif pajaknya semakin rendah dan akan cenderung melakukan berbagai pelanggaran (ketidakpatuhan) bila tarif pajaknya tinggi. Demikian pula dengan tingkat penghasilannya, dengan penghasilan yang besar maka jumlah pajak yang dibayar pun akan semakin besar (tarif pajak sebanding / proporsional menurut Mardiasmo, 2009 : 9). Peran pemerintah dalam peningkatan kepatuhan Wajib Pajak juga penting. Pemerintah dinilai belum secara transparan dan akuntabilitas mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam hal sosialisasi, pelayanan, dan pengawasan kewajiban perpajakan. Wajib Pajak akan cenderung memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila uang pajak nantinya diperuntukkan untuk membiayai pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) serta pembangunan. Penerapan perlakuan perpajakan yang adil terhadap Wajib Pajak mendorong kepatuhan Wajib Pajak karena hal tersebut menciptakan persaingan yang sehat dalam dunia usaha. Sebaliknya perlakukan perpajakan yang tidak adil justru mengakibatkan rendahnya kepatuhan Wajib Pajak.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, Penulis mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan masukan baik bagi Wajib Pajak, pihak KPP Pratama Bandung Karees, atau bagi pihak lain yang bersangkutan, sebagai berikut :

1. Sebagai warga Negara yang baik, sudah sepatutnya setiap Wajib Pajak dapat menyadari pentingnya peran pajak bagi pembangunan Negara Indonesia ini, maka diharapkan Wajib Pajak dapat meningkatkan kepatuhannya dalam membayar dan melaporkan kewajiban


(15)

76

Universitas Kristen Maranatha perpajakannya dengan baik, tepat waktu, dan sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, karena melalui peningkatan penerimaan pajak, pembangunan dan kesejahteraan rakyat juga dapat ditingkatkan.

2. Bagi pihak KPP selaku penerima laporan dan pemeriksa pajak, sebaiknya semakin meningkatkan kinerjanya dalam mengelola dan memeriksa setiap laporan pajak (SPT) yang masuk, apakah jumlahnya sudah tepat dan tidak ada kekeliruan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Selain itu, baik apabila KPP juga melakukan berbagai penyuluhan atau himbauan mengenai pentingnya kesadaran membayar dan melaporkan pajak tepat waktu disertai dengan pengawasan yang baik. KPP yang memadai juga sepatutnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana, sistem dan metode kerja, sumber daya manusia yang berkualitas.

3. Undang Undang Perpajakan terbaru yaitu UU No.28 Tahun 2007 sepertinya belum cukup menumbuhkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya. Diharapkan Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah dapat merumuskan dan melaksanakan kebijakan strategis dengan melakukan penyempurnaan seperangkat kebijakan peraturan perpajakan dan administrasi perpajakan (tax policy and administrative reforms) demi menjaga kesinambungan penerimaan pajak sebagai tulang punggung penerimaan negara.

4. Pemerintah juga diharapkan lebih transparan dan dapat menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan benar dan


(16)

sesuai dengan keinginan Wajib Pajak, maka Wajib Pajak cenderung untuk mematuhi aturan perpajakan. Namun sebaliknya bila pemerintah tidak dapat menunjukkan penggunaan pajak secara transparan dan akuntabilitas, maka Wajib Pajak akan menjadi acuh dan tidak ada kesadaran memenuhi kewajiban perpajakannya.

5. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini jauh dari sempurna, maka bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, tidak hanya data sanksi yang diperoleh dari Surat Tagihan Pajak saja, tapi keseluruhan data yang ada pada setiap Account Representative (Bagian Waskon) agar data yang diperoleh lebih terperinci dan hasil yang didapat pun menjadi lebih akurat.


(17)

xvi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Burhani Ruslan. (2012). Dirjen Pajak Perkirakan Realisasi Penerimaan 95 Persen. ANTARA News, 20 Desember 2012 diakses dari http://www.antaranews.com/ berita/349533/dirjen-pajak-perkirakan-realisasi-penerimaan-95-persen pada 18 Maret 2013.

Definisi dan Fungsi NPWP Pajak. (2009). Berita dan Informasi Terpopuler, diakses dari http://www.terpopuler.net/definisi-dan-fungsi-npwp-pajak pada tanggal 25 Maret 2013.

Hutagaol John. (2012). Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Direktorat Jenderal Pajak, 4 Juli 2012 diakses dari http://www.pajak.go.id/content/ strategi-meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak pada tanggal 17 Mei 2013.

Jogiyanto. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Kurniawan Albert. (2012). SPSS 20 Analisis Deskriptif dan Multivariate. Bisnis2030. Bandung.

Lutfia, R.A. (2012). Penagihan Pajak. Blog mahasiswa Universitas Brawijaya, 02 April 2012, diakses dari http://blog.ub.ac.id/lutfiara/2012/04/02/penagihan- pajak/ pada tanggal 26 Maret 2013.

Mardiasmo. (2009). Perpajakan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Administrasi. (2012). Direktorat Jenderal Pajak. 15 April 2012, diakses dari http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak- dan-sanksi-administrasi pada tanggal 26 Maret 2013.


(18)

Resmi Siti. (2008). Perpajakan : Teori dan Kasus. Salemba Empat. Jakarta.

Saiful Rahman Yuniarto. Surat Pemberitahuan (SPT). Handout SPT.

Sejarah Pajak Penghasilan. (2010). Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_penghasilan pada tanggal 25 Maret 2013.

Self Assesment. (2010). Wikipedia APBN. Diakses dari http://www.wikiapbn.com/ artikel/Self_Assessment pada tanggal 18 Maret 2013.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Surat Pemberitahuan (SPT). (2013). Wikipedia Ensiklopedia Bebas, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/SPT pada tanggal 25 Maret 2013.

Tim Dosen Statistika I. (2010). Modul Statistika I. Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

Tindak Pidana di Bidang Perpajakan. (2010). Wikipedia APBN. Diakses dari http://www.wikiapbn.com/artikel/Tindak_Pidana_di_Bidang_Perpajakan pada tanggal 26 Maret 2013.

Undang Undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh penerapan sanksi perpajakan dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees, Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan sanksi perpajakan tidak memiliki pengaruh atau pengaruhnya sangat kecil sekali dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Negara Indonesia menganut Self Assesment System yang memberikan kepercayaan penuh pada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya. Hal inilah yang menjadi peluang utama Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya karena orang cenderung untuk menghindari pajak (tax avoidance) atau melakukan manipulasi pajak (tax evasion).

2. Melalui analisa statistik dengan SPSS dapat disimpulkan juga bahwa penerapan sanksi perpajakan memiliki korelasi yang sangat rendah atau lemah sekali dengan kepatuhan Wajib Pajak badan. Hubungan yang terjadi antar variabel ini adalah hubungan negatif atau berlawanan arah, artinya jika penerapan sanksi pajak ditingkatkan, yang terjadi justru kepatuhan Wajib Pajak badan semakin menurun. Tingkat penghasilan dan penerapan tarif pajak juga berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Wajib Pajak akan


(2)

lebih patuh terhadap sistem pajak bila tarif pajaknya semakin rendah dan akan cenderung melakukan berbagai pelanggaran (ketidakpatuhan) bila tarif pajaknya tinggi. Demikian pula dengan tingkat penghasilannya, dengan penghasilan yang besar maka jumlah pajak yang dibayar pun akan semakin besar (tarif pajak sebanding / proporsional menurut Mardiasmo, 2009 : 9). Peran pemerintah dalam peningkatan kepatuhan Wajib Pajak juga penting. Pemerintah dinilai belum secara transparan dan akuntabilitas mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam hal sosialisasi, pelayanan, dan pengawasan kewajiban perpajakan. Wajib Pajak akan cenderung memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila uang pajak nantinya diperuntukkan untuk membiayai pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) serta pembangunan. Penerapan perlakuan perpajakan yang adil terhadap Wajib Pajak mendorong kepatuhan Wajib Pajak karena hal tersebut menciptakan persaingan yang sehat dalam dunia usaha. Sebaliknya perlakukan perpajakan yang tidak adil justru mengakibatkan rendahnya kepatuhan Wajib Pajak.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, Penulis mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan masukan baik bagi Wajib Pajak, pihak KPP Pratama Bandung Karees, atau bagi pihak lain yang bersangkutan, sebagai berikut :

1. Sebagai warga Negara yang baik, sudah sepatutnya setiap Wajib Pajak dapat menyadari pentingnya peran pajak bagi pembangunan Negara Indonesia ini, maka diharapkan Wajib Pajak dapat meningkatkan kepatuhannya dalam membayar dan melaporkan kewajiban


(3)

perpajakannya dengan baik, tepat waktu, dan sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, karena melalui peningkatan penerimaan pajak, pembangunan dan kesejahteraan rakyat juga dapat ditingkatkan.

2. Bagi pihak KPP selaku penerima laporan dan pemeriksa pajak, sebaiknya semakin meningkatkan kinerjanya dalam mengelola dan memeriksa setiap laporan pajak (SPT) yang masuk, apakah jumlahnya sudah tepat dan tidak ada kekeliruan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Selain itu, baik apabila KPP juga melakukan berbagai penyuluhan atau himbauan mengenai pentingnya kesadaran membayar dan melaporkan pajak tepat waktu disertai dengan pengawasan yang baik. KPP yang memadai juga sepatutnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana, sistem dan metode kerja, sumber daya manusia yang berkualitas.

3. Undang Undang Perpajakan terbaru yaitu UU No.28 Tahun 2007 sepertinya belum cukup menumbuhkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya. Diharapkan Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah dapat merumuskan dan melaksanakan kebijakan strategis dengan melakukan penyempurnaan seperangkat kebijakan peraturan perpajakan dan administrasi perpajakan (tax policy

and administrative reforms) demi menjaga kesinambungan penerimaan

pajak sebagai tulang punggung penerimaan negara.

4. Pemerintah juga diharapkan lebih transparan dan dapat menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan benar dan


(4)

sesuai dengan keinginan Wajib Pajak, maka Wajib Pajak cenderung untuk mematuhi aturan perpajakan. Namun sebaliknya bila pemerintah tidak dapat menunjukkan penggunaan pajak secara transparan dan akuntabilitas, maka Wajib Pajak akan menjadi acuh dan tidak ada kesadaran memenuhi kewajiban perpajakannya.

5. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini jauh dari sempurna, maka bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, tidak hanya data sanksi yang diperoleh dari Surat Tagihan Pajak saja, tapi keseluruhan data yang ada pada setiap Account

Representative (Bagian Waskon) agar data yang diperoleh lebih terperinci


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Burhani Ruslan. (2012). Dirjen Pajak Perkirakan Realisasi Penerimaan 95 Persen.

ANTARA News, 20 Desember 2012 diakses dari http://www.antaranews.com/

berita/349533/dirjen-pajak-perkirakan-realisasi-penerimaan-95-persen pada

18 Maret 2013.

Definisi dan Fungsi NPWP Pajak. (2009). Berita dan Informasi Terpopuler, diakses dari http://www.terpopuler.net/definisi-dan-fungsi-npwp-pajak pada tanggal 25 Maret 2013.

Hutagaol John. (2012). Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Direktorat

Jenderal Pajak, 4 Juli 2012 diakses dari http://www.pajak.go.id/content/

strategi-meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak pada tanggal 17 Mei 2013.

Jogiyanto. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Kurniawan Albert. (2012). SPSS 20 Analisis Deskriptif dan Multivariate. Bisnis2030. Bandung.

Lutfia, R.A. (2012). Penagihan Pajak. Blog mahasiswa Universitas Brawijaya, 02 April 2012, diakses dari http://blog.ub.ac.id/lutfiara/2012/04/02/penagihan-

pajak/ pada tanggal 26 Maret 2013.

Mardiasmo. (2009). Perpajakan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Administrasi. (2012). Direktorat Jenderal Pajak. 15 April 2012, diakses dari http://www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak-


(6)

Resmi Siti. (2008). Perpajakan : Teori dan Kasus. Salemba Empat. Jakarta.

Saiful Rahman Yuniarto. Surat Pemberitahuan (SPT). Handout SPT.

Sejarah Pajak Penghasilan. (2010). Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Diakses dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_penghasilan pada tanggal 25 Maret 2013.

Self Assesment. (2010). Wikipedia APBN. Diakses dari http://www.wikiapbn.com/

artikel/Self_Assessment pada tanggal 18 Maret 2013.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Surat Pemberitahuan (SPT). (2013). Wikipedia Ensiklopedia Bebas, diakses dari

http://id.wikipedia.org/wiki/SPT pada tanggal 25 Maret 2013.

Tim Dosen Statistika I. (2010). Modul Statistika I. Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

Tindak Pidana di Bidang Perpajakan. (2010). Wikipedia APBN. Diakses dari http://www.wikiapbn.com/artikel/Tindak_Pidana_di_Bidang_Perpajakan pada tanggal 26 Maret 2013.

Undang Undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)


Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Pengaruh Manajemen Laba dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey Pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Soreang)

2 7 41

Pengaruh pengetahuan pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey di KPP Pratama Bandung Karees)

0 5 1

Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees)

6 52 48

PENGARUH PELAYANAN FISKUS DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN: Survei Persepsi Wajib Pajak pada Wilayah KPP Pratama Bandung Karees.

0 8 39

Pengaruh Penetapan Sanksi Perpajakan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying Tahun Pajak 2014).

0 0 19

Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees.

0 0 22

Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Melalui Intensifikasi dan Ekstensifikasi terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).

0 1 18

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepuasan Wajib Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).

0 0 30

Pengaruh Penerapan Sanksi Perpajakan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap WP Badan tang Terdaftar di KPP Bandung Bojonegara).

0 0 80