Pengaruh Status Consumption terhadap Counterfeit Brand Type Choice.

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Di tengah kondisi budaya, kehidupan sosial, serta fashion yang berkembang sangat pesat, sebagian besar orang menyadari bahwa citra diri atau status merupakan hal yang penting bagi kehidupan sosial mereka sehingga kedua hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam memilih barang. Perilaku seperti itu dapat dikatakan sebagai status consumption. Status consumption identik dengan barang-barang mewah, mahal, dan bermerek. Namun, tidak semua orang bisa membeli barang-barang bermerek yang authentic hanya untuk meningkatkan status sosial mereka, apalagi di tengah kondisi perekonomian saat ini yang sangat sulit. Hal tersebut memicu penggunaan barang bermerek palsu atau tiruan ataupun bekas (counterfeit brand). Banyak orang rela untuk menggunakan barang bermerek palsu sekalipun hanya untuk bergaya dan diterima dalam lingkungan sosialnya, selain itu juga mereka percaya dengan memakai barang bermerek palsu status sosial pun akan meningkat. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini membahas pengaruh status consumption terhadap counterfeit brand type choice di lingkungan sekitar Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah non probability sampling yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 130 responden di sekitar Kota Bandung. Kemudian dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan uji regresi sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengaruh status consumption mempengaruhi counterfeit brand type choice sebesar 22,8 %. Dengan kata lain counterfeit brand type choice dipengaruhi status consumption sebesar 22,8 % dan sisanya 77,2 % berasal dari faktor-faktor lainnya di luar penelitian.

Kata-kata kunci: Status consumption, counterfeit brand, dan counterfeit brand type choice


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

In the midst of culture, social life, as well as the fashion of the fastest growing, most people realize that the self-image or status is important for their social life so that these can affect their behavior in choosing goods. Such behavior can be regarded as consumption status. Consumption status synonymous with luxury goods, expensive, and branded. However, not everyone can buy branded goods are authentic only to improve their social status, especially in the midst of the current economic conditions are very difficult. It triggers the use of counterfeit or replica designer goods or used (counterfeit brand). Many people are willing to use fake branded goods even if only for a stylish and acceptable in a social environment, in addition to that they also believe in wearing fake designer goods will increase social status. Based on the description above, this study discusses the effect of consumption on the status of counterfeit brand choice in the type of environment around Bandung. The method used is a non-probability sampling that is by distributing questionnaires to 130 respondents in the city of Bandung. Then analyzed quantitatively using simple regression test. The results obtained that influence consumption status of counterfeit brand-type affect the choice of 22.8%. In other words counterfeit brand choice type influenced the status of consumption of 22.8% and the remaining 77.2% came from other factors beyond research.


(3)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……..……….i

HALAMAN PENGESAHAN……….………...…..………..…ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………..……….…...….iii

SURAT PERNYATAAN MENGADAKAN PENELITIAN TIDAK MENGGUNAKAN PERUSAHAAN ….……….…..……….….…..iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ...v

KATA PENGANTAR .………...vi

ABSTRAK.………..………....………..……..….viii

ABSTRACT …..………...………..………...……...ix

DAFTAR ISI ………..………...……….x

DAFTAR GAMBAR ……….………..xii

DAFTAR TABEL ………...….……...xiii

DAFTAR GRAFIK ………..………...…..……...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 9

2.2 Model Perilaku Konsumen ... 11

2.3 Pengertian Status Consumption... 15

2.4 Pengertian Counterfeit Brand Type Choice ... 16

2.5 Kerangka Teoritis ... 21

2.6 Kerangka Pemikiran ... 22

2.7 Penelitian Terdahulu ... 23

2.8 Pengembangan Hipotesis ... 31


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 34

3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 35

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Metode Analisis Data ... 42

3.7 Uji Instrumen ... 44

3.7.1 Uji Validitas ... 44

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 45

3.8 Hasil Pengujian Instrumen ... 45

3.8.1 Hasil Pengujian Validitas ... 40

3.8.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 50

3.9 Uji Asumsi Klasik ... 51

3.9.1 Uji Normalitas ... 51

3.9.2 Hasil Pengujian Normalitas... 52

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas ... 54

3.9.4 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 55

3.9.5 Uji Outlier ... 56

3.9.6 Hasil Pengujian Outlier ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 58

4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 58

4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden ... 59

4.2 Hasil Tanggapan Responden ... 60

4.2.1 Status Consumption ... 61

4.2.2 Counterfeit Brand Type Choice ... 66

4.3 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 74

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

4.5 Implikasi Manajerial ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 79

5.3 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Perilaku Konsumen Assael ... 11

Gambar 2 Model Perilaku Konsumen Kotler ... 13

Gambar 3 Kerangka Teoritis ... 21

Gambar 4 Kerangka Pemikiran ... 22


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel I Penelitian Terdahulu ... 23

Tabel II Definisi Operasional Variabel ... 33

Tabel III Penelitian Skor Pada Skala Likert ... 35

Tabel IV Hasil Pengujian Validitas Status Consumption ... 40

Tabel V Hasil Pengujian Validitas Counterfeit Brand Type Choice ... 42

Tabel VI Hasil Pengujian Reliabilitas... 45

Tabel VII Nilai Skor Outlier ... 52

Tabel VIII Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 53

Tabel IX Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden ... 54

Tabel X Saya Akan Membeli Barang Bermerek Tiruan Karena Dapat Meningkatkan Status Sosial Saya ... 56

Tabel XI Saya Tertarik Dengan Barang Bermerek Tiruan Terbaru Karena Dapat Meningkatkan Status Sosial Saya ... 57

Tabel XII Saya Akan Membayar Lebih Untuk Barang Bermerek Tiruan Yang Dapat Meningkatkan Status Sosial Saya ... 58

Tabel XIII Barang Bermerek Tiruan Tidak Cocok Untuk Meningkatkan Status Sosial Saya ... 59

Tabel XIV Barang Bermerek Tiruan Lebih Berharga Bagi Saya Karena Dapat Meningkatkan Status Sosial Saya ... 60

Tabel XV Secara Umum, Barang Bermerek Tiruan Memiliki Kualitas Yang Memuaskan ... 61

Tabel XVI Secara Umum, Barang Bermerek Tiruan Praktis ... 62

Tabel XVII Secara Umum, Barang Bermerek Tiruan Dapat Diandalkan... 63

Tabel XVIII Bagi saya, Membeli/Menggunakan Barang Bermerek Tiruan Merupakan Penghematan ... 64

Tabel XIX Bagi Saya, Membeli/Menggunakan Barang Bermerek Tiruan Memberikan Kenyamanan ... 65

Tabel XX Bagi Saya, Membeli/Menggunakan Barang Bermerek Tiruan Adalah Bijaksana ... 66 Tabel XXI Bagi Saya, Membeli/Menggunakan


(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha Barang Bermerek Tiruan Merupakan Suatu Kebanggan ... 67 Tabel XXII Bagi Saya, Membeli/Menggunakan

Barang Bermerek Tiruan Tidak Menimbulkan Rasa Bersalah ... 68 Tabel XXIII Uji Koefisien Determinasi ... 69 Tabel XXIV Hasil Pengujian Hipotesis ... 70


(8)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner ... 75

Lampiran B Hasil Tabulasi Data... 78

Lampiran C Hasil Uji Validitas ... 84

Lampiran D Hasil Uji Reliabilitas ... 89

Lampiran E Hasil Uji Frekuensi dan Tanggapan Responden ... 95

Lampiran F Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ... 102


(9)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK

Grafik I Histogram ... 52 Grafik II Normal Plot ... 53 Grafik III Scatter Plot ... 55


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era ekonomi yang sulit seperti sekarang ini, setiap orang tetap harus memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia (Kotler dan Keller, 2008). Maslow dalam Kotler dan Keller (2008) menjelaskan bahwa kebutuhan manusia diatur dalam hierarki dari yang paling menekan sampai paling tidak menekan diantaranya adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Namun, hal tersebut sepertinya mulai bergeser dengan kondisi yang sedang terjadi saat ini. Kebutuhan penghargaan diri dan aktualisasi diri dapat menjadi sangat penting bagi sebagian orang. Mereka menyadari bahwa citra diri atau status merupakan hal yang penting bagi kehidupan sosial mereka sehingga kedua hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam memilih barang. Perilaku seperti itu dapat dikatakan sebagai status consumption yang dapat didefinisikan sebagai pembelian, penggunaan, dan konsumsi dari barang dan jasa untuk meningkatkan status (Mason, 1981; Scitovsky 1992; Eastman et al., 1997). Dengan begitu, perilaku konsumen ini menjadi sangat penting untuk dipelajari lebih lanjut. Perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan


(11)

BAB I PENDAHULUAN

2 Universitas Kristen Maranatha bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Kotler dan Keller 2008). Schiffman dan Kanuk (2010) menjelaskan bahwa perilaku konsumen berfokus pada cara konsumen individu, dan konsumen keluarga atau rumah tangga membuat keputusan untuk membelanjakan sumberdaya mereka yang tersedia (waktu, uang dan usaha) untuk barang- barang konsumsi yang terkait, mempelajari apa yang mereka beli, mengapa membelinya, kapan membelinya, di mana membelinya, seberapa sering membelinya, seberapa sering menggunakannya, bagaimana mengevaluasinya setelah mereka membelinya, dan bagaimana dampak evaluasi tersebut pada pembelian dimasa yang akan datang, dan bagaimana mereka.

Perilaku konsumen juga tidak lepas dari tren-tren yang berkembang saat ini sehingga dapat dikatakan perilaku konsumen bersifat dinamis mengikuti perkembangan jaman. Tren-tren yang berkembang khususnya fashion mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini yang menyebabkan konsumen memiliki sifat konsumtif karena ingin terus mengikuti tren saat ini sehingga memunculkan komunitas-komunitas pencinta barang-barang branded agar mereka selalu up to date terhadap tren yang berkembang. Komunitas-komunitas itulah yang memunculkan istilah sosialita.

Secara bahasa, para kaum sosialita adalah sebagai orang-orang yang memiliki derajat tinggi atau terpandang, dan mereka senang berkumpul dengan beberapa kelompok masyarakat dengan status terpandang dan dengan strata yang sama seperti mereka, baik dalam sebuah pesta, klub (diskotik), jamuan, arisan, dan sebagainya. Para sosialita-sosialita ini begitu memperhatikan apa yang mereka kenakan, beli, dan


(12)

BAB I PENDAHULUAN

3 Universitas Kristen Maranatha konsumsi. Barang-barang yang mereka kenakan tersebut dapat menjadi suatu indikator terhadap status mereka yang dapat terlihat dari merek-merek papan atas yang mereka pakai. Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau semua kombinasi ini, yang menunjukkan identitas produk atau jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual dan membedakan produk itu dari produk pesaing (Kotler dan Keller , 2008). Tak jarang mereka berani membayar dengan jumlah yang tidak masuk akal demi sebuah merek tertentu. Menurut Thomson, et. al. (2005) ada hubungan antara kekuatan gairah konsumen untuk merek dan kesediaan mereka untuk membayar harga premium untuk merek tersebut. Mereka menganggap bahwa harga yang mahal dapat menampilkan suatu prestise dan mereka juga lebih merasa dihargai. Caroll dan Ahuvia (2006) meneliti bahwa merek tertentu sebagai cara untuk meningkatkan diri sosial mereka dan untuk mencerminkan diri mereka. Commuri (2009) mengatakan bahwa tujuan dari perilaku seperti itu adalah untuk mengucilkan orang lain secara sosial dengan menggunakan merek sebagai sinyal kekayaan atau untuk menghindari pengucilan tersebut. Mereka menggunakan merek-merek tertentu agar mereka dapat diterima dalam lingkungan sosial mereka. Dengan membeli merek tertentu maka mereka pun akan dipandang oleh orang lain serta mendapatkan pengakuan. Onkvist dan Shaw (1987) mengatakan bahwa barang-barang bermerek meningkatkan citra diri dan konsep diri konsumen. Menurut SRI Consulting Business Intelligence , mereka membeli barang-barang mewah sebagai simbol status bagi pengakuan atas upaya mereka.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

4 Universitas Kristen Maranatha Pemilihan tipe merek telah menjadi sesuatu hal yang penting bagi para pecinta fashion dan juga sosialita karena dengan begitu mereka dapat memperlihatkan status dan juga prestise yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial mereka. Menurut Elliott & Wattanasuwan (1998) dan Levy (1959) konsumen membeli sebuah produk dan bukan hanya untuk mendapatkan manfaat fungsi barang tersebut tetapi juga sebagai sebuah signal simbolik. Lee (2009) mengatakan bahwa kepribadian konsumen berdampak langsung pada seleksi akhir pemilihan sebuah merek dan merek tersebut mewakili konsep diri yang dianut oleh konsumen tersebut. Pemilihan konsumen terhadap keputusan membelinya tidak hanya dipengaruhi oleh kepribadiannya saja, melainkan juga konsep diri yang dianutnya dan juga asosiasi merek terhadap kepribadian dan kepentingannya. Kotler dan Keller (2009) mengemukakan bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan konsumen mendefinisikan kepribadian merek sebagai bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek tertentu. Merek mengandung ikatan emosional dengan konsumennya. Dengan demikian, fungsi merek bukan sekedar gambaran tentang produk, merek merupakan wakil pribadi penggunanya, dan nilai suatu merek berubah dari instrumental menjadi simbolik, yaitu yang dapat mengekspresikan pemakainya (Rangkuti, 2008).

Namun, tidak sedikit juga orang yang tidak mampu untuk membeli barang bermerek asli dengan harga yang mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah, walaupun mereka sebenarnya tetap ingin terlihat dari golongan atas dengan memakai barang bermerek tersebut. Hal ini memicu penggunaan barang bermerek palsu atau


(14)

BAB I PENDAHULUAN

5 Universitas Kristen Maranatha tiruan ataupun bekas. Menurut MIAP (Masyarakat Indonesia Anti Palsu), Pemalsuan adalah memproduksi suatu produk yang menyalin atau meniru penampakan fisik suatu produk asli sehingga menyesatkan para konsumen bahwa ini adalah produk dari pihak lain. Produk yang melanggar merek dagang, pelanggaran hak cipta, peniruan kemasan, label dan merek merupakan bagian dari pemalsuan.

Penggolongan barang palsu menurut para ahli bisa dibedakan menjadi 4 golongan, berdasarkan pada tingkat pelanggaran, yaitu:

1. Produk Palsu Sejati (True Counterfeit Product) 2. Produk Palsu yang Tampak Serupa(Look-Alike) 3. Reproduksi

4. Imitasi yang Tak Meyakinkan

Tapi ada juga penggolongan lain yang berdasarkan konsumen tentang produk yang bersangkutan, yakni:

1. Deceptive Counterfeiting (pemalsuan yang bersifat memperdayai)

2. Non-DeceptiveCounterfeiting (pemalsuan yang tidak bersifat memperdayai)

Banyak orang rela untuk menggunakan barang bermerek sekalipun hanya untuk tetap bergaya dan diterima dalam lingkungan sosialnya, selain itu juga mereka percaya dengan memakai barang bermerek palsu status sosial pun akan meningkat. Seperti yang dikatakan Cordell, et. al. (1996) dan Chadha (2007) bahwa fungsi menjadi penting


(15)

BAB I PENDAHULUAN

6 Universitas Kristen Maranatha ketika membeli barang bermerek palsu. Namun lebih besar lagi keinginan untuk memiliki prestise dan simbol status dari sebuah merek terkenal. Riset-riset terdahulu juga telah mengidentifikasikan bahwa ada dua macam konsumen dalam pemalsuan produk. Pertama adalah korban, yang tidak tahu dan tidak bermaksud untuk membeli barang palsu dikarenakan miripnya barang palsu tersebut dengan produk aslinya (Grossman and Shapiro, 1988; Bloch et al., 1993; Mitchell and Papavassilliou, 1997; Tom et al. 1998). Sedangkan yang kedua adalah konsumen yang memang bersedia berpartisipasi dalam membeli barang palsu walaupun sadar bahwa hal tersebut adalah kegiatan ilegal (Bloch, et. al., 1993; Cordell, et. al., 1996; Prendergast, et. al., 2002). Sebagai barang palsu, mereka tetap memberikan fungsional yang sama dengan barang aslinya, tapi hanya dengan sebagian kecil harga barang aslinya, maka barang palsu cukup disukai. Untuk konsumen yang sangat peka dengan arti sebuah nilai produk, maka sikap konsumen tersebut terhadap barang palsu menjadi positif. Seperti yang dikemukakan oleh Lichenstein, et. al., (1993) bahwa konsumen yang sadar nilai memiliki kesenangan besar ketika mampu membeli barang dengan harga yang lebih rendah karena mereka merasa seperti " pembeli yang cerdas " . Beberapa konsumen membeli merek imitasi karena nilai , yang lain memilih mereka untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pembeli pintar ( Penz dan Stottinger 2005; Tom, et. al., 1998).

Oleh sebab itu, seringkali para pemakai barang bermerek palsu seringkali dipersepsikan sebagai golongan atas, pribadi terpandang dan kaya. Baginya, merek dapat meningkatkan kepercayaan diri dan juga status mereka. Namun, apakah pengguna barang bermerek palsu memiliki kepercayaan diri yang sama dengan mereka yang


(16)

BAB I PENDAHULUAN

7 Universitas Kristen Maranatha memakai barang bermerek asli. Apakah mereka beranggapan bahwa dengan memakai barang bermerek palsu dapat meningkatkan status sosial mereka juga ? Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hal ini.

1.2 Rumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah, Sekaran & Bougie (2009) mendefinisikan riset sebagai suatu investigasi atau keingintahuan saintifik yang terorganisasi, sistematik, berbasis data, kritikal terhadap suatu masalah dengan tujuan menemukan jawaban atau solusinya. Berdasarkan latar belakang, berikut diuraikan pertanyaan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

Apakah status consumption dari konsumen berpengaruh terhadap counterfeit brand type choice ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, secara spesifik penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

Untuk menguji dan menganalisis adanya pengaruh status consumption terhadap counterfeit brand type choice


(17)

BAB I PENDAHULUAN

8 Universitas Kristen Maranatha 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian berupa manfaat praktis dan teoritis.

a) Manfaat praktis

 Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengupayakan cara-cara bagi perusahaan dalam memberikan pelayanan yang tepat dan sesuai bagi konsumen dalam membantu proses pemilihan tipe merek yang akhirnya dapat menghasilkan keputusan pembelian yang tepat. Dengan memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan proses pemilihan tipe merek, pemasar dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan konsumen terutama dalam kepentingan sosial mereka. Dengan demikian, pengusaha juga mendapat keunggulan kompetitif di tengah persaingan yang ada.

 Bagi akademisi

Membantu para akademik dalam memahami perilaku konsumen sehingga dapat mengembangkan strategi pemasaran dengan mengetahui faktor yang berpengaruh dalam pemilihan tipe merek.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

9 Universitas Kristen Maranatha b) Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengkonfirmasi teori mengenai perilaku konsumen khususnya yang berhubungan dengan konsep pemilihan tipe merek.

 Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi maupun referensi acuan mengenai keterkaitan antara konsumsi status terhadap pemilihan tipe merek tiruan.


(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

79 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh status consumption terhadap counterfeit brand type choice, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

 Nilai signifikansi () pada status consumption yang diperoleh dari analisis regresi adalah sebesar 0.000 yang berarti Ho ditolak karena nilai signifikansi () dari faktor

status consumption nilainya lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa status consumption berpengaruh signifikan terhadap counterfeit brand type choice. Besarnya pengaruh status consumption terhadap counterfeit brand type choice

adalah sebesar 22,8 % dan sisanya 77,8 % dipengaruhi oleh faktor lain. Berarti

pengaruh yang diberikan oleh status consumption terhadap counterfeit brand type

choice tidak begitu besar yaitu hanya sebesar 22,8 %.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini hanya menggunakan faktor status consumption untuk menguji

counterfeit brand type choice.

 Penelitian ini hanya dilakukan di sekitar Kota Bandung dan hanya kepada pengguna barang bermerek tiruan.


(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

80 Universitas Kristen Maranatha 5.3 Saran

Untuk penelitian ke depannya bisa menggunakan faktor lainnya selain status

consumption untuk mengukur pemilihan tipe merek, dapat menggunakan faktor daya

beli dan faktor pendapatan.

 Sebaiknya pengumpulan data tidak hanya dilakukan di Kota Bandung , namun dapat juga dilakukan di kota-kota lain agar data yang dihasilkan dapat lebih baik.

 Dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan tipe merek lainnya seperti barang bermerek authentic dan juga produk fashion yang lebih spesifik seperti jam, tas,


(21)

81 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Assael, H., 1992, Consumer Behavior & Marketing Action, Fourth Edition, New York: Kent Publishing Company.

Bian, X., Veloutsou, C. 2007. “Consumers‟ Attitudes Regarding Non-Deceptive Counterfeit Brands in the UK and China”. Brand Management. Vol. 14 No. 3 pp.211-22.

Bloch, P.H., Bush, R.F., Campbell, L. 1993. “Consumer „Accomplices‟ in Product Counterfeiting: a Demand-side Investigation”. Journal of Consumer Marketing. Vol. 10 No.2 pp.27-36.

Carroll, B & Ahuvia, A. (2006): Some Antecedents and Outcomes of Brand Love. Marketing Letters, 17, 2, pp. 79-89.

Chadha, R. 2007. From Mao suits to Armani. Advertising Age 78(2), 27.

Cheng, Shih-I ; Fu, Hwai-Hui ; Tu, Le Ti Cham . (2011). Examining Customer Purchase Intentions for Counterfeit Products Based on a Modified Theory of Planned Behavior. International Journal of Humanities and Social Science. Vol 1 No.10, p: 278-284.

Commuri, S. (2009). The impact of counterfeiting on genuine-item consumers’ brand relationships. Journal of Marketing, 73, 86–98.

Cooper, D.R & P.S. Schindler. 2011. Business Research Methods, 7th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Cooper, D.R & P.S. Schindler. 2008. Business Research Methods, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Cordell, V. V., Wongtada, N. and Kieschnick Jr., R. L. 1996. Counterfeit Purchase Intentions: Role of Lawfulness Attitudes and Product Traits as Determinants. Journal of Business Research 35, 41 – 53.

Dawson, S., Cavell, J. 1986. “Status Recognition in the 1980s: Invidious Distinction Revisited” in Wallendorf, M., Anderson, P. (Eds). Advances in Consumer Research. Association for Consumer Research, Provo, UT, Vol.14 pp.487-91. Eastman, J. K., Fredenberger, B., Campbell, D. and Calvert, S. 1997, “The

Relationship Between Status Consumption and Materialism: A Cross-cultural Comparison of Chinese, Mexican, and American Students”, Journal of Marketing Theory and Practice, Iss. Winter.


(22)

82 Universitas Kristen Maranatha and Preview”. Academy of Marketing Science Review. Vol. 2006 No.12. Elliott, Richard, and Wattanasuwan, Kritsadarat (1998), " Consumption and the

Symbolic Project of the Self". In: European Advances in Consumer Research, 3 (Ed.) Englis, B. and Olofsson, A., (Provo, Utah), Association for Consumer Research, pp.17-20.

Freedman, A.M. 1991. “Little Wishes form the Big Dream: the American Way of Buying”. Wall Street Journal. September pp.4-10.

Geiger-Oneto, Stephanie; Gelb, Betsy D, Walker, Doug ; Hess, James D. (2012). “Buying status” by choosing or rejecting luxury brands and their counterfeits. Journal Academy of Marketing Science, 41: 357-372.

Gentry, J.W., Putrevu, S., Shultz, C.J. II . 2006. “The Effects of Counterfeiting on Consumer Search”. Journal of Consumer Behaviour. Vol. 5 No. 3 pp.245-56. Gozhali, Imam, 2011. Edisi Kelima. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan

Program IBM SPSS 19”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Grossman, G.M., Shapiro, C. 1988. “Foreign Counterfeiting of Status Goods”.

Quarterly Journal of Economics. Vol. February pp.79-100.

Hudders, Liselot ; Pandelaere, Mario. The Silver Lining of Materialism: The Impact of Luxury Consumption on Subjective Well-Being. J Happiness Stud (2012) 13:411–437.

Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Jogiyanto, H.M, (2011). Metode Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman, Yogyakarta : BPFE.

Joy, Gemini V. and James, P.S. 2012. Do Prestige Goods Enhance Self-Esteem and Professionalism? A Study on Users of Luxury-Branded Shirts. Marketing Review St. Gallen (1) : 17 – 22.

Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta, Prenhallindo.

Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane. (2008). Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi 13, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane. (2008). Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi 13, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip, 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium diterjemahkan Benyamin Molan, PT. Prenhallindo, Jakarta


(23)

83 Universitas Kristen Maranatha Kotler, Philips. 2009. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid 9. Jakarta: PT.

Prehallindo.

Lee, Kaman (2009) "Gender differences in Hong Kong adolescent consumers' green

purchasing behavior", Journal of Consumer Marketing, Vol. 26 Iss: 2, pp.87 – 96.

Levy, Sidney J. (1959), "Symbols for Sale", Harvard Business Review, 1959 No. 37,4, pp. 117-124.

Lichenstein, D., Ridgway, N. M., & Netemeyer, R. G. (1993). Price perceptions and consumer shopping behavior: a field study. Journal of Marketing Research, 30, 234–245.

Mason, R.S. 1981, Conspicuous Consumption: A Study of Exceptional Consumer Behavior. New York: St. Martin’s Press.

Miller, C. 1991. “Luxury Goods Still Have Strong Market Despite New Tax”. Marketing News. Vol. 25 pp.1-7.

Mitchell, V.W., Papavassiliou, V. 1997. “Exploring Consumer Confusion in the Watch Market”. Marketing Intelligence & Planning. Vol. 15 No. 4 pp.164-72. Musay, Fransisca Paramitasari. (2013). Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan

Pembelian (Survei Pada Konsumen KFC Kawi Malang). Skripsi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Nill, A., Shultz, C.J. 1996. “The Scourge of Global Counterfeiting”. Business Horizons. Vol. 39 No. 6 pp.37-43.

Putri, Primadhany Kartana. (2011). Pengaruh Faktor Sosial dan Psikografis terhadap Keputusan Mahasiswa Melakukan Registrasi Akademik (Studi pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Terdaftar dan Aktif Tahun Akademik 2010/2011).

Penz, E., & Stottinger, B. (2005). Forget the “real” thing - take the copy! An exploratory model for the volitional purchase of counterfeit products. Advances in Consumer Research, 32, 568–575.

Peter, J. Paul dan Olson, Jerry C. (2013). Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran, Jilid 1, Edisi 9, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Prendergast, G., Chuen, L.H., Phau, I. 2002. “Understanding Consumer Demand for Non-deceptive Pirated Brands”. Marketing Intelligence & Planning.Vol. 20 No.7 pp.405-16.


(24)

84 Universitas Kristen Maranatha Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik,

Mediakom.

Rangkuti Freddy, 2008. The Power of Brand’s. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Roscoe, J. T. (1975). Fundamental research statistics for the behavioural sciences. (2nd ed.) New York: Holt Rinehart & Winston.

Scitovsky, T. 1992, The Joyless Economy: The Psychology of Human Satisfaction, revised edn, Oxford, Oxford University Press.

Schiffman, Leon. G. dan Leslie Lazar Kanuk, 2010. Edisi Tujuh. “ Perilaku Konsumen”. Jakarta: PT. Indeks.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta.

Shipman, A. 2004. “Lauding the Leisure Class: Symbolic Content and

Conspicuous?”

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.

Suliyanto, 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : Andi

Tatzel, Miriam. The Art of Buying : Coming to Terms with Money and Materialsm. Journal of Happiness Studies 4: 405–435, 2003.

Teah, Min and Phau, Ian. 2008. The influence of personality factors on attitudes towards counterfeiting of luxury brands and purchase intention, Australian and New Zealand Marketing Academy Conference, Dec 1 2008. Olympic Park, Sydney: University of Western Sydney.

Thomson, M., MacInnis, D.J. and Park, C.W. (2005). The ties that bind: Measuring the strength of consumers’ emotional attachment to brands. Journal of Consumer Psychology 15 (1) : 77 – 91.

Tjahjono, Amelia; Prof. Dr. Semuel, Hatane MS; M. R. Karina, Ritzky; Brahmana, S.E., M.A. Analisa Marketing Mix, Lingkungan Sosial, Psikologi terhadap Keputusan Pembelian Online Pakaian Wanita. JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-9.

Tom, G., Garibaldi, B., Zeng, Y., Pilcher, J. 1998. “Consumer Demand for Counterfeit Goods”. Psychology & Marketing. Vol. 15 No.5, pp.405-21.


(25)

85 Universitas Kristen Maranatha Trisdiarto, Tommy Hendro. (2012). Pengaruh Faktor Sosial Dan Personal Terhadap

Sikap dan Niat Beli Konsumen Untuk Barang Fashion Palsu di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung .Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana. Onkvist, S./ Shaw, J.J. (1987): Self-Concept and Image Congruence: Some Research

and Managerial Implications, in: The Journal of Consumer Market- ing, Winter, pp. 13-24.

Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan. (2009). Komunitas Peduli Asli Untuk

Menekan Peredaran Barang Palsu. Diakses dari

http://miap.or.id/main/berita/detail.php?detail=20091230160731 pada tanggal 20 Oktober 2014.

Wardana, Dwiyadi Surya (2011). Pengaruh Kepribadian Konsumen pada Pilihan Merek sebagai Konsep Diri pada Kategori Produk. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala.

Wibisono. 2000. Metodologi Penelitian. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Zhou, L., Hui, M.K. 2003. “Symbolic Value of Foreign Products in the People‟s

Republic of China”. Journal of International Marketing. Vol. 11 No.2, pp.36-58.


(1)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

80 Universitas Kristen Maranatha 5.3 Saran

Untuk penelitian ke depannya bisa menggunakan faktor lainnya selain status

consumption untuk mengukur pemilihan tipe merek, dapat menggunakan faktor daya

beli dan faktor pendapatan.

 Sebaiknya pengumpulan data tidak hanya dilakukan di Kota Bandung , namun dapat juga dilakukan di kota-kota lain agar data yang dihasilkan dapat lebih baik.

 Dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan tipe merek lainnya seperti barang bermerek authentic dan juga produk fashion yang lebih spesifik seperti jam, tas, sepatu, pakaian, dll.


(2)

81 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Assael, H., 1992, Consumer Behavior & Marketing Action, Fourth Edition, New York: Kent Publishing Company.

Bian, X., Veloutsou, C. 2007. “Consumers‟ Attitudes Regarding Non-Deceptive Counterfeit Brands in the UK and China”. Brand Management. Vol. 14 No. 3 pp.211-22.

Bloch, P.H., Bush, R.F., Campbell, L. 1993. “Consumer „Accomplices‟ in Product Counterfeiting: a Demand-side Investigation”. Journal of Consumer Marketing. Vol. 10 No.2 pp.27-36.

Carroll, B & Ahuvia, A. (2006): Some Antecedents and Outcomes of Brand Love. Marketing Letters, 17, 2, pp. 79-89.

Chadha, R. 2007. From Mao suits to Armani. Advertising Age 78(2), 27.

Cheng, Shih-I ; Fu, Hwai-Hui ; Tu, Le Ti Cham . (2011). Examining Customer Purchase Intentions for Counterfeit Products Based on a Modified Theory of Planned Behavior. International Journal of Humanities and Social Science. Vol 1 No.10, p: 278-284.

Commuri, S. (2009). The impact of counterfeiting on genuine-item consumers’ brand relationships. Journal of Marketing, 73, 86–98.

Cooper, D.R & P.S. Schindler. 2011. Business Research Methods, 7th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Cooper, D.R & P.S. Schindler. 2008. Business Research Methods, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Cordell, V. V., Wongtada, N. and Kieschnick Jr., R. L. 1996. Counterfeit Purchase Intentions: Role of Lawfulness Attitudes and Product Traits as Determinants. Journal of Business Research 35, 41 – 53.

Dawson, S., Cavell, J. 1986. “Status Recognition in the 1980s: Invidious Distinction Revisited” in Wallendorf, M., Anderson, P. (Eds). Advances in Consumer Research. Association for Consumer Research, Provo, UT, Vol.14 pp.487-91. Eastman, J. K., Fredenberger, B., Campbell, D. and Calvert, S. 1997, “The

Relationship Between Status Consumption and Materialism: A Cross-cultural Comparison of Chinese, Mexican, and American Students”, Journal of Marketing Theory and Practice, Iss. Winter.


(3)

82 Universitas Kristen Maranatha and Preview”. Academy of Marketing Science Review. Vol. 2006 No.12. Elliott, Richard, and Wattanasuwan, Kritsadarat (1998), " Consumption and the

Symbolic Project of the Self". In: European Advances in Consumer Research, 3 (Ed.) Englis, B. and Olofsson, A., (Provo, Utah), Association for Consumer Research, pp.17-20.

Freedman, A.M. 1991. “Little Wishes form the Big Dream: the American Way of Buying”. Wall Street Journal. September pp.4-10.

Geiger-Oneto, Stephanie; Gelb, Betsy D, Walker, Doug ; Hess, James D. (2012). “Buying status” by choosing or rejecting luxury brands and their counterfeits. Journal Academy of Marketing Science, 41: 357-372.

Gentry, J.W., Putrevu, S., Shultz, C.J. II . 2006. “The Effects of Counterfeiting on Consumer Search”. Journal of Consumer Behaviour. Vol. 5 No. 3 pp.245-56. Gozhali, Imam, 2011. Edisi Kelima. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan

Program IBM SPSS 19”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Grossman, G.M., Shapiro, C. 1988. “Foreign Counterfeiting of Status Goods”.

Quarterly Journal of Economics. Vol. February pp.79-100.

Hudders, Liselot ; Pandelaere, Mario. The Silver Lining of Materialism: The Impact of Luxury Consumption on Subjective Well-Being. J Happiness Stud (2012) 13:411–437.

Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Jogiyanto, H.M, (2011). Metode Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman, Yogyakarta : BPFE.

Joy, Gemini V. and James, P.S. 2012. Do Prestige Goods Enhance Self-Esteem and Professionalism? A Study on Users of Luxury-Branded Shirts. Marketing Review St. Gallen (1) : 17 – 22.

Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta, Prenhallindo.

Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane. (2008). Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi 13, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane. (2008). Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi 13, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip, 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium diterjemahkan Benyamin Molan, PT. Prenhallindo, Jakarta


(4)

83 Universitas Kristen Maranatha Kotler, Philips. 2009. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid 9. Jakarta: PT.

Prehallindo.

Lee, Kaman (2009) "Gender differences in Hong Kong adolescent consumers' green purchasing behavior", Journal of Consumer Marketing, Vol. 26 Iss: 2, pp.87 – 96.

Levy, Sidney J. (1959), "Symbols for Sale", Harvard Business Review, 1959 No. 37,4, pp. 117-124.

Lichenstein, D., Ridgway, N. M., & Netemeyer, R. G. (1993). Price perceptions and consumer shopping behavior: a field study. Journal of Marketing Research, 30, 234–245.

Mason, R.S. 1981, Conspicuous Consumption: A Study of Exceptional Consumer Behavior. New York: St. Martin’s Press.

Miller, C. 1991. “Luxury Goods Still Have Strong Market Despite New Tax”. Marketing News. Vol. 25 pp.1-7.

Mitchell, V.W., Papavassiliou, V. 1997. “Exploring Consumer Confusion in the Watch Market”. Marketing Intelligence & Planning. Vol. 15 No. 4 pp.164-72. Musay, Fransisca Paramitasari. (2013). Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan

Pembelian (Survei Pada Konsumen KFC Kawi Malang). Skripsi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Nill, A., Shultz, C.J. 1996. “The Scourge of Global Counterfeiting”. Business Horizons. Vol. 39 No. 6 pp.37-43.

Putri, Primadhany Kartana. (2011). Pengaruh Faktor Sosial dan Psikografis terhadap Keputusan Mahasiswa Melakukan Registrasi Akademik (Studi pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Terdaftar dan Aktif Tahun Akademik 2010/2011).

Penz, E., & Stottinger, B. (2005). Forget the “real” thing - take the copy! An exploratory model for the volitional purchase of counterfeit products. Advances in Consumer Research, 32, 568–575.

Peter, J. Paul dan Olson, Jerry C. (2013). Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran, Jilid 1, Edisi 9, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Prendergast, G., Chuen, L.H., Phau, I. 2002. “Understanding Consumer Demand for Non-deceptive Pirated Brands”. Marketing Intelligence & Planning.Vol. 20 No.7 pp.405-16.


(5)

84 Universitas Kristen Maranatha Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik,

Mediakom.

Rangkuti Freddy, 2008. The Power of Brand’s. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Roscoe, J. T. (1975). Fundamental research statistics for the behavioural sciences. (2nd ed.) New York: Holt Rinehart & Winston.

Scitovsky, T. 1992, The Joyless Economy: The Psychology of Human Satisfaction, revised edn, Oxford, Oxford University Press.

Schiffman, Leon. G. dan Leslie Lazar Kanuk, 2010. Edisi Tujuh. “ Perilaku Konsumen”. Jakarta: PT. Indeks.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta.

Shipman, A. 2004. “Lauding the Leisure Class: Symbolic Content and Conspicuous?”

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.

Suliyanto, 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : Andi

Tatzel, Miriam. The Art of Buying : Coming to Terms with Money and Materialsm. Journal of Happiness Studies 4: 405–435, 2003.

Teah, Min and Phau, Ian. 2008. The influence of personality factors on attitudes towards counterfeiting of luxury brands and purchase intention, Australian and New Zealand Marketing Academy Conference, Dec 1 2008. Olympic Park, Sydney: University of Western Sydney.

Thomson, M., MacInnis, D.J. and Park, C.W. (2005). The ties that bind: Measuring the strength of consumers’ emotional attachment to brands. Journal of Consumer Psychology 15 (1) : 77 – 91.

Tjahjono, Amelia; Prof. Dr. Semuel, Hatane MS; M. R. Karina, Ritzky; Brahmana, S.E., M.A. Analisa Marketing Mix, Lingkungan Sosial, Psikologi terhadap Keputusan Pembelian Online Pakaian Wanita. JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-9.

Tom, G., Garibaldi, B., Zeng, Y., Pilcher, J. 1998. “Consumer Demand for Counterfeit Goods”. Psychology & Marketing. Vol. 15 No.5, pp.405-21.


(6)

85 Universitas Kristen Maranatha Trisdiarto, Tommy Hendro. (2012). Pengaruh Faktor Sosial Dan Personal Terhadap Sikap dan Niat Beli Konsumen Untuk Barang Fashion Palsu di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung .Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana. Onkvist, S./ Shaw, J.J. (1987): Self-Concept and Image Congruence: Some Research

and Managerial Implications, in: The Journal of Consumer Market- ing, Winter, pp. 13-24.

Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan. (2009). Komunitas Peduli Asli Untuk

Menekan Peredaran Barang Palsu. Diakses dari

http://miap.or.id/main/berita/detail.php?detail=20091230160731 pada tanggal 20 Oktober 2014.

Wardana, Dwiyadi Surya (2011). Pengaruh Kepribadian Konsumen pada Pilihan Merek sebagai Konsep Diri pada Kategori Produk. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala.

Wibisono. 2000. Metodologi Penelitian. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Zhou, L., Hui, M.K. 2003. “Symbolic Value of Foreign Products in the People‟s

Republic of China”. Journal of International Marketing. Vol. 11 No.2, pp.36-58.