MAKALAH TRANSKRIPSI FONETIK | Karya Tulis Ilmiah
TRANSKRIPSI FONETIK
Disusun sebagai tugas kelompok untuk dipresentasikan pada kegiatan diskusi
Mata Kuliah : Fonologi Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Sance Lamusu, M.Hum
KELOMPOK IV
SITI MUSLIMATUL FIKAR
SITI NUR’AIN LAILA NINGSI
NURAWIN ITY
JAFAR IBRAHIM
DESNI T. ISHAK
Fakultas Sastra dan Budaya
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Gorontalo
2015
A. Transkripsi Fonetik
....Yang dimaksud dengan transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi
bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan
fonetik. Huruf fonetik ini dibuat berdasarkan huruf (alphabet) Latin yang
dimodifikasikan, atau diberi tanda-tanda diakritik. Misalnya, huruf vokal hanya ada
lima buah, yaitu , , , , , padahal fonem bahasa Indonesia saja ada
enam buah, yaitu /a/ ; /i/ ; /e/ ; /ϑ/ ; /u/ ; dan /o/.
Secara leksikolografis transkripsi adalah penyalinan teks dengan mengubah
ejaannya ke dalam ejaan lain untuk menunjukkan lafal bunyi unsure bahasa yang
bersangkutan yang selanjutnya dibagi atas:
1. transkripsi berurutan, yakni transkripsi fonetis dari teks yang berurutan dan bukan
kata-kata lepas
2. transkripsi fonemis, yakni transkripsi yang menggunakan satu lambing untuk
menggambarkan satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya
3. transkripsi fonetis, yakni transkripsi yang berusaha menggambarkan bunyi secara
sangat teliti
4. transkripsi kasar, yakni transkripsi foonetis yang menggunakan lambing terbatas
berdasarkan analisis fonemis yang dipergunakan sebagai system aksara yang
mudah dibaca
....Cara penyalinan bunyi-bunyi bahasa ke dalam lambing-lambang tertentu,
disebut transkripsi fonetik. Transkripsi fonetik hendaknya kita bedaan dari ejaan.
Seperti telah diketahui, ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu; 1974 :
17). Dengan demikian huruf bukanlah wujud transkripsi fonetik. Misalnya sebuah
kalimat yang berbunyi Saya Mahasiswa IKIP Gorontalo. Ejaannya boleh kita tulis,
saya mahasiswa IKIP Gorontalo, transkripsi fonetiknya mungkin sama dengan tulisan
pada ejaan ini, tetapi mungkin juga akan berbeda sama sekali. Yang penting
bagaimana menyalin bunyi-bunyi itu ke dalam lambing-lambang yang sesuai dengan
keadaan sebenarnya, itulah yang menjadi tugas transkripsi fonetik.
Di bawah ini dikutip simbol-simbol fonetik baik vokal maupun konsonan
sesuai dengan prinsip IPA (lihat, IPA;1975:8-9 dan 11-12). Simbol untuk vocal :
i
misalnya, dalam kata Inggris : see, bahasa Indonesia : itu
e
misalnya, dalam kata Inggris : day, bahasa Indonesia meja
simbol untuk konsonan :
r
misalnya, dalam kata Inggris : pare
s
misalnya, dalam kata Inggris : see
v
misalnya, dalam kata Inggris : vague
B. Bunyi Ujar
....Bunyi ujar akan berfungsi dengan baik, jika :
1. Alat bicara pembicara berfungsi secara normal
2. Terdapat saling mengerti ‘ mutual intellibility’ antara pembicara dan pendengar
3. Adanya udara sebagai perantara
4. Alat dengan pendengan berfungsi dengan baik
5. Lingkungan yang kondusif, misalnya tidak bising.
Fracer (1978 ; 2) di dalam buku Prof. Dr. H. Mansoer Pateda, Hal.93, yang
mengutip pendapat Austin yang mengatakan bahwa aktivitas berbicara ‘performance
of speech acts’ terdiri dari tiga kegiatan. Yakni :
1. Locutionary acts
2. Illocutionary acts
3. Perlocutionary acts
Berdasarkan uraian ini terlihat bahwa bunyi ujar terdapat pada illocutionary
act dalam taksonomin Austin ini. Sampai seberapa jauh keterampilan pembicara dan
pendengan memahami bunyi belah pihak, tingkat pendidikan kedua belah pihak, dan
konteks.
C. Fungsi Bunyi Ujar
Orang awam pasti tidak pernah memikirkan, mengapa bunyi /a/ harus
berbunyi dan dilafalkan demikian. Hal itu tidak penting baginya oleh karena yang
penting adalah sejauh mana bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh pembicara dapat
dipahaminya, dan bagaimana melaksanakan pesan yang disalurkan melalui bunyibunyi bahasa tadi. Baginya yang penting, yakni mendengarkan secara baik apa yang
disampaikan
pembicara,
menafsirkan
apa
yang
diujarkan,
dan
bagaimana
mewujudkan pesan yang disampaikan oleh pembicara. Kalau ia dapat menafsirkan
secara baik apa yang diujarkan oleh pembicara, dan dapat melaksanakan apa yang
diujarkan oleh pembicara, puaslah hatinya.
Bagi seorang ahli bahasa atau linguist tidak demikian halnya. Baginya,
pengetahuan tentang bagaimana mengenal bunyi-bunyi bahasa sangat penting, hal itu
penting baginya sehingga ia dapat melukiskan apa yang didengarnya, bahkan dapat
mengujarkannya serta menerapkannya dalam publikasi ilmiah yang dikerjakannya.
Fonologi penting
Bagi seorang guru, calon guru, tentu saja calon atau guru bahasa, lain lagi
kegunaanya. Bagi seorang calon guru atau guru bahasa, kegunaan mengetahui
fonologi dapat dilihat dari segi teoritis dan prktis. Secara teoritis pengetahuan tentang
fonologi bagi calon guru atau guru bahasa berguna untuk memperbaiki lafal peserta
didik dan dapat menjelaskan mengapa suatu bunyi bahasa harus dilafalkan seperti
iitu. Selain itu seorang calon guru atau guru bahasa yang mengetahui fonologi dapat
menjelaskan kepada peserta didik, misalnya mengapa [me-] + [pukul] menjadi
memukul, dan bukan mempukul.
D. Sejarah Transkripsi
Oleh karena daya tangkap seorang pendengar berbeda satu sama lain, maka
transkripsi fonetik terhadap suatu fonem yang sama pasti berbeda pula. Kalau
demikian transkripsi fonetiknya akan berbeda-beda pula. Hal seperti itu tidak
menguntungkan. Para pakar linguistic, utamanya yang bergerak dalam bidang
fonologi mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan ini. Dibentuklah badan dunia
tentang ilmu bunyi bahasa yang dinamai Internasional Phonetic Association (IPA).
Untuk mengetahui secara singkat tentang organisasi dunia ini, ada baiknya
dikemukakan saduran sejarah IPA seperti yang ditulis dalam bahasa Inggris yang
dapat dibaca dalam buku The Principles of the International Phonetic Association
yang diedarkan oleh secretariat IPA, di Universitas College, London, !975.
Himpunan Ahli Fonetik Sedunia ‘The International Phonetic Association’ yang
dalam bahasa Perancis Association Phonetique, dalam bahasa Jerman dinamakan
Weltlautshriftverein didirikan pada tahun 1886 yang untuk pertama kali bernama
Himpunan Guru Fontik atau The Phonitic Teacher’s Association yang didirikan oleh
sekelompok guru bahasa Prancis. Mereka mempopulerkan juga hasil penemuan
mereka pada waktu mengajar. Secara berkala transkripsi ponetik sesuatu bahasa
mereka perkenalkan kepada masyarakat dunia. Pada mulanya mereka memusatkan
perhatian pada penerapan fonetik dalam proses pengajaran bahasa Inggris. Anggota
perhimpunan pun makin lama makin banyak dan meluas. Dengan demikian perhatian
para anggota bertambah luas, yakni bukan saja tertuju pada bahasa-bahasa yang lain.
Pengelola organisasi untuk pertama kali dalam bentuk komite yang anggotaanggotanya berkedudukan di Paris. Dalam waktu singkat dipilihlah pengurus yang
duduk dalam Badan Internasional yang mulai tahun 1888 kebijaksanaan organisasi
dipikirkan oleh badan ini.pada tahun 1888 itu organisasi belum mempunyai
kebijaksanaan bau dalam penentuan transkripsi fonetik, dan artikel-artikel yang
dimuat dalam majalah masih memperlihatkan berbagai system.
Pada tahun 1888 ketika cirri khas organisasi telah dikenal, dan alphabet
internasional telah dipolakan, maka mulai bulan Januari 1889 ditetapkan hal-hal
sebagai berikut.
1. Bahasa Perancis ditetapkan sebagai bahasa pengantar resmi dalam pertemuan
organisasi.
2. Perhimpunan diubah namanya menjadi L ‘Association Phonetic des Propesseurs
de Langues Vicantes.
3. Nama majalah diubah menjadi Le Maitre Phoneticque.
Pada tahun 1987 nama perhimpunan diubah lagi menjadi L’ Association
Phonetique Internationale, dan pada tahun 1969 pengurus organisasi menetapkan halhal berikut ini :
1. Majalah seharusnya dicetak berdasarkan huruf-huruf yang ada, dan diisi dengan
ilustrasi yang berhubungan dengan transkripsi fonetik.
2. Bahasa resmi perhimpunan adalah bahasa Inggris.
3. Karangan-karangan yang menggunakan bahasa lain, maksudnya yang bukan
bahasa INggris, sebaiknya diperhatikan juga.
4. Nama majalah diubah menjadi The Journal of the International Phonetic
Association.
Apa yang telah ditetapkan paa tahun 1889 sebahagiannya tetap diperthankan.
Pengurus IPA bekerja terus mengembangkannya, dan sekarang hasil pekerjaan mereka
telah digunakan oleh linguist diseluruh dunia, baik dalam penyusunan kamus,
penyusunan buku teks, baik yang tergabung dalam organisasi IPA. Maupun yang
tidak.
E. Pelambangan Fonetis
1. Pelambangan Fonetis Menurut IPA
Lambang Vokal :
(i) Misalnya bahasa Jerman wie
= bagaimana, seperti ketika, demi.
(e) Misalnya bahasa Jerman mehr
= lebih
(a) Misalnya bahasa Inggris back
= belakang
(d) Misalnya bahasa Inggris hot
= panas
Lambang Konsonan:
(g) Misalnya bahasa Inggris get
= menerima
(j) Misalnya bahasa Inggris you
= engkau
(r) Misalnya bahasa Inggris rap
= ketokan
(s) Misalnya bahasa Inggris see
= melihat
/q/ Misalnya bahasa Perancis nuit
= (?)
/x/ Misalnya bahasa Jerman ach
= aduh
[β] Misalnya bahasa Spanyol saber
= (?)
/v/ dalam bahasa Belanda menjadi /w/.
Bunyi-bunyi bahasa ini banyak yang tidak terdapat dalam BI sehingga sulit
untuk meragakannya.
2. Pelambangan Fonetis Menurut Ladefoged Pelambangan Fonetis menurut
Ladefoged (1975:24-27) ini khusus untuk bahasa Inggris.
Pelambangan Vokal (kolom 1 lafal Inggris Amerika, dan kolom 2, lafal Inggris
Britis)
1
2
i
i
t
t
at
et
ε
ε
Pelambangan Konsonan
p
pie
t
tie
k
key
b
bee
s
sea
he
hid
hay
head
‘ia’
‘menyembunyikan’
‘rumput kering’
‘kepala’
‘kue’
‘dasi’
‘kunci’
‘lebah’
‘laut’
3. Pelambangan Fonetis Menurut Verhaar (1983: 22-24), sebahagiannya dapat
dimanfaatkan untuk transkirpsi fonetik BI dan bahasa-bahasa daerah di
Indonesia.Pelambangan ini dikutipkan berikut ini.
a
adat
i:
itu
o
obat
u
buku
ai
balai
apa yang telah diperlihatkan di atas adalah bunyi-bunyi bahasa yang didapati
dalam bahasa di dunia ini. Bunyi-bunyi bahasa ini seperti yang dilambangkan
dalam IPA yang di sana-sini telah ditambah, terutama telah diseuaikan dengan
bunyi bahasa yang terdapat dalam BI, bahkan ada beberapa di antaranya yang
terdapat dalam bahasa jawa. Seperti yang dilambangkan dalam IPA, ada bunyi
tidak terdapat dalam BI. Itu sebabnya dikatakan bahwa sistem fonologi BI sangat
sederhana, bukan saja yang berhubungan dengan ejaan, tetapi juga yang
berhubungan dengan pelafalan dan realisasi bunyi bahasannya.
Untuk lebih mendekatkan lambing dengan wujud bunyi bahasa yang sederhana,
IPA menetapkan tanda-tanda tambahan yang disebut tanda diakritis ‘diactritical
signs’.
Tanda-tanda diakritis yang lain (Harimurti; 1993; xvi) yakni:
~
tilde, pada konsonan untuk menandai palatalisasi, pada vokal untuk
Menandai nasalisasi
_
makron, pada vokal untuk menandai pemanjangan
F. Penerapannya
Dalam kaitannya dengan penerapan transkripsi fonetik, misalnya dalam BI,
pelambangan fonetis yang dikemukakan oleh Verhaar (1983; 22-24) seperti yang
disalinkan di atas dapat dipertimbangakan untuk dipertimbangkan untuk diterapkan.
Hal-hal yang diperlihatkan, selain yang berhubungan dengan transkripsi bunyi-bunyi
bahasa, juga yang berkaitan dengan unsur suprasegmental, misalnya tekanan, panjang,
dan jeda.
Seperti dikatakan di depan, trnkripsi fonetik untuk suatu data boleh saja berbeda
antara pentrankripsi yang satu dengan lain, oleh karena daya dengar dan daya tafsir
yang berbeda-beda. Penulisan mengemukakan data dalam bentuk kalimat, kemudian
akan segera diikuti trankripsi fonetiknya.
.
DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer, Pulubuhu R, Yennie. 2005. Linguistik . Gorontalo: Viladan
Gorontalo.
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2003. Pengantar Fonologi. Gorontalo: Viladan Gorontalo
Disusun sebagai tugas kelompok untuk dipresentasikan pada kegiatan diskusi
Mata Kuliah : Fonologi Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Sance Lamusu, M.Hum
KELOMPOK IV
SITI MUSLIMATUL FIKAR
SITI NUR’AIN LAILA NINGSI
NURAWIN ITY
JAFAR IBRAHIM
DESNI T. ISHAK
Fakultas Sastra dan Budaya
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Gorontalo
2015
A. Transkripsi Fonetik
....Yang dimaksud dengan transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi
bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan
fonetik. Huruf fonetik ini dibuat berdasarkan huruf (alphabet) Latin yang
dimodifikasikan, atau diberi tanda-tanda diakritik. Misalnya, huruf vokal hanya ada
lima buah, yaitu , , , , , padahal fonem bahasa Indonesia saja ada
enam buah, yaitu /a/ ; /i/ ; /e/ ; /ϑ/ ; /u/ ; dan /o/.
Secara leksikolografis transkripsi adalah penyalinan teks dengan mengubah
ejaannya ke dalam ejaan lain untuk menunjukkan lafal bunyi unsure bahasa yang
bersangkutan yang selanjutnya dibagi atas:
1. transkripsi berurutan, yakni transkripsi fonetis dari teks yang berurutan dan bukan
kata-kata lepas
2. transkripsi fonemis, yakni transkripsi yang menggunakan satu lambing untuk
menggambarkan satu fonem tanpa melihat perbedaan fonetisnya
3. transkripsi fonetis, yakni transkripsi yang berusaha menggambarkan bunyi secara
sangat teliti
4. transkripsi kasar, yakni transkripsi foonetis yang menggunakan lambing terbatas
berdasarkan analisis fonemis yang dipergunakan sebagai system aksara yang
mudah dibaca
....Cara penyalinan bunyi-bunyi bahasa ke dalam lambing-lambang tertentu,
disebut transkripsi fonetik. Transkripsi fonetik hendaknya kita bedaan dari ejaan.
Seperti telah diketahui, ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu; 1974 :
17). Dengan demikian huruf bukanlah wujud transkripsi fonetik. Misalnya sebuah
kalimat yang berbunyi Saya Mahasiswa IKIP Gorontalo. Ejaannya boleh kita tulis,
saya mahasiswa IKIP Gorontalo, transkripsi fonetiknya mungkin sama dengan tulisan
pada ejaan ini, tetapi mungkin juga akan berbeda sama sekali. Yang penting
bagaimana menyalin bunyi-bunyi itu ke dalam lambing-lambang yang sesuai dengan
keadaan sebenarnya, itulah yang menjadi tugas transkripsi fonetik.
Di bawah ini dikutip simbol-simbol fonetik baik vokal maupun konsonan
sesuai dengan prinsip IPA (lihat, IPA;1975:8-9 dan 11-12). Simbol untuk vocal :
i
misalnya, dalam kata Inggris : see, bahasa Indonesia : itu
e
misalnya, dalam kata Inggris : day, bahasa Indonesia meja
simbol untuk konsonan :
r
misalnya, dalam kata Inggris : pare
s
misalnya, dalam kata Inggris : see
v
misalnya, dalam kata Inggris : vague
B. Bunyi Ujar
....Bunyi ujar akan berfungsi dengan baik, jika :
1. Alat bicara pembicara berfungsi secara normal
2. Terdapat saling mengerti ‘ mutual intellibility’ antara pembicara dan pendengar
3. Adanya udara sebagai perantara
4. Alat dengan pendengan berfungsi dengan baik
5. Lingkungan yang kondusif, misalnya tidak bising.
Fracer (1978 ; 2) di dalam buku Prof. Dr. H. Mansoer Pateda, Hal.93, yang
mengutip pendapat Austin yang mengatakan bahwa aktivitas berbicara ‘performance
of speech acts’ terdiri dari tiga kegiatan. Yakni :
1. Locutionary acts
2. Illocutionary acts
3. Perlocutionary acts
Berdasarkan uraian ini terlihat bahwa bunyi ujar terdapat pada illocutionary
act dalam taksonomin Austin ini. Sampai seberapa jauh keterampilan pembicara dan
pendengan memahami bunyi belah pihak, tingkat pendidikan kedua belah pihak, dan
konteks.
C. Fungsi Bunyi Ujar
Orang awam pasti tidak pernah memikirkan, mengapa bunyi /a/ harus
berbunyi dan dilafalkan demikian. Hal itu tidak penting baginya oleh karena yang
penting adalah sejauh mana bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh pembicara dapat
dipahaminya, dan bagaimana melaksanakan pesan yang disalurkan melalui bunyibunyi bahasa tadi. Baginya yang penting, yakni mendengarkan secara baik apa yang
disampaikan
pembicara,
menafsirkan
apa
yang
diujarkan,
dan
bagaimana
mewujudkan pesan yang disampaikan oleh pembicara. Kalau ia dapat menafsirkan
secara baik apa yang diujarkan oleh pembicara, dan dapat melaksanakan apa yang
diujarkan oleh pembicara, puaslah hatinya.
Bagi seorang ahli bahasa atau linguist tidak demikian halnya. Baginya,
pengetahuan tentang bagaimana mengenal bunyi-bunyi bahasa sangat penting, hal itu
penting baginya sehingga ia dapat melukiskan apa yang didengarnya, bahkan dapat
mengujarkannya serta menerapkannya dalam publikasi ilmiah yang dikerjakannya.
Fonologi penting
Bagi seorang guru, calon guru, tentu saja calon atau guru bahasa, lain lagi
kegunaanya. Bagi seorang calon guru atau guru bahasa, kegunaan mengetahui
fonologi dapat dilihat dari segi teoritis dan prktis. Secara teoritis pengetahuan tentang
fonologi bagi calon guru atau guru bahasa berguna untuk memperbaiki lafal peserta
didik dan dapat menjelaskan mengapa suatu bunyi bahasa harus dilafalkan seperti
iitu. Selain itu seorang calon guru atau guru bahasa yang mengetahui fonologi dapat
menjelaskan kepada peserta didik, misalnya mengapa [me-] + [pukul] menjadi
memukul, dan bukan mempukul.
D. Sejarah Transkripsi
Oleh karena daya tangkap seorang pendengar berbeda satu sama lain, maka
transkripsi fonetik terhadap suatu fonem yang sama pasti berbeda pula. Kalau
demikian transkripsi fonetiknya akan berbeda-beda pula. Hal seperti itu tidak
menguntungkan. Para pakar linguistic, utamanya yang bergerak dalam bidang
fonologi mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan ini. Dibentuklah badan dunia
tentang ilmu bunyi bahasa yang dinamai Internasional Phonetic Association (IPA).
Untuk mengetahui secara singkat tentang organisasi dunia ini, ada baiknya
dikemukakan saduran sejarah IPA seperti yang ditulis dalam bahasa Inggris yang
dapat dibaca dalam buku The Principles of the International Phonetic Association
yang diedarkan oleh secretariat IPA, di Universitas College, London, !975.
Himpunan Ahli Fonetik Sedunia ‘The International Phonetic Association’ yang
dalam bahasa Perancis Association Phonetique, dalam bahasa Jerman dinamakan
Weltlautshriftverein didirikan pada tahun 1886 yang untuk pertama kali bernama
Himpunan Guru Fontik atau The Phonitic Teacher’s Association yang didirikan oleh
sekelompok guru bahasa Prancis. Mereka mempopulerkan juga hasil penemuan
mereka pada waktu mengajar. Secara berkala transkripsi ponetik sesuatu bahasa
mereka perkenalkan kepada masyarakat dunia. Pada mulanya mereka memusatkan
perhatian pada penerapan fonetik dalam proses pengajaran bahasa Inggris. Anggota
perhimpunan pun makin lama makin banyak dan meluas. Dengan demikian perhatian
para anggota bertambah luas, yakni bukan saja tertuju pada bahasa-bahasa yang lain.
Pengelola organisasi untuk pertama kali dalam bentuk komite yang anggotaanggotanya berkedudukan di Paris. Dalam waktu singkat dipilihlah pengurus yang
duduk dalam Badan Internasional yang mulai tahun 1888 kebijaksanaan organisasi
dipikirkan oleh badan ini.pada tahun 1888 itu organisasi belum mempunyai
kebijaksanaan bau dalam penentuan transkripsi fonetik, dan artikel-artikel yang
dimuat dalam majalah masih memperlihatkan berbagai system.
Pada tahun 1888 ketika cirri khas organisasi telah dikenal, dan alphabet
internasional telah dipolakan, maka mulai bulan Januari 1889 ditetapkan hal-hal
sebagai berikut.
1. Bahasa Perancis ditetapkan sebagai bahasa pengantar resmi dalam pertemuan
organisasi.
2. Perhimpunan diubah namanya menjadi L ‘Association Phonetic des Propesseurs
de Langues Vicantes.
3. Nama majalah diubah menjadi Le Maitre Phoneticque.
Pada tahun 1987 nama perhimpunan diubah lagi menjadi L’ Association
Phonetique Internationale, dan pada tahun 1969 pengurus organisasi menetapkan halhal berikut ini :
1. Majalah seharusnya dicetak berdasarkan huruf-huruf yang ada, dan diisi dengan
ilustrasi yang berhubungan dengan transkripsi fonetik.
2. Bahasa resmi perhimpunan adalah bahasa Inggris.
3. Karangan-karangan yang menggunakan bahasa lain, maksudnya yang bukan
bahasa INggris, sebaiknya diperhatikan juga.
4. Nama majalah diubah menjadi The Journal of the International Phonetic
Association.
Apa yang telah ditetapkan paa tahun 1889 sebahagiannya tetap diperthankan.
Pengurus IPA bekerja terus mengembangkannya, dan sekarang hasil pekerjaan mereka
telah digunakan oleh linguist diseluruh dunia, baik dalam penyusunan kamus,
penyusunan buku teks, baik yang tergabung dalam organisasi IPA. Maupun yang
tidak.
E. Pelambangan Fonetis
1. Pelambangan Fonetis Menurut IPA
Lambang Vokal :
(i) Misalnya bahasa Jerman wie
= bagaimana, seperti ketika, demi.
(e) Misalnya bahasa Jerman mehr
= lebih
(a) Misalnya bahasa Inggris back
= belakang
(d) Misalnya bahasa Inggris hot
= panas
Lambang Konsonan:
(g) Misalnya bahasa Inggris get
= menerima
(j) Misalnya bahasa Inggris you
= engkau
(r) Misalnya bahasa Inggris rap
= ketokan
(s) Misalnya bahasa Inggris see
= melihat
/q/ Misalnya bahasa Perancis nuit
= (?)
/x/ Misalnya bahasa Jerman ach
= aduh
[β] Misalnya bahasa Spanyol saber
= (?)
/v/ dalam bahasa Belanda menjadi /w/.
Bunyi-bunyi bahasa ini banyak yang tidak terdapat dalam BI sehingga sulit
untuk meragakannya.
2. Pelambangan Fonetis Menurut Ladefoged Pelambangan Fonetis menurut
Ladefoged (1975:24-27) ini khusus untuk bahasa Inggris.
Pelambangan Vokal (kolom 1 lafal Inggris Amerika, dan kolom 2, lafal Inggris
Britis)
1
2
i
i
t
t
at
et
ε
ε
Pelambangan Konsonan
p
pie
t
tie
k
key
b
bee
s
sea
he
hid
hay
head
‘ia’
‘menyembunyikan’
‘rumput kering’
‘kepala’
‘kue’
‘dasi’
‘kunci’
‘lebah’
‘laut’
3. Pelambangan Fonetis Menurut Verhaar (1983: 22-24), sebahagiannya dapat
dimanfaatkan untuk transkirpsi fonetik BI dan bahasa-bahasa daerah di
Indonesia.Pelambangan ini dikutipkan berikut ini.
a
adat
i:
itu
o
obat
u
buku
ai
balai
apa yang telah diperlihatkan di atas adalah bunyi-bunyi bahasa yang didapati
dalam bahasa di dunia ini. Bunyi-bunyi bahasa ini seperti yang dilambangkan
dalam IPA yang di sana-sini telah ditambah, terutama telah diseuaikan dengan
bunyi bahasa yang terdapat dalam BI, bahkan ada beberapa di antaranya yang
terdapat dalam bahasa jawa. Seperti yang dilambangkan dalam IPA, ada bunyi
tidak terdapat dalam BI. Itu sebabnya dikatakan bahwa sistem fonologi BI sangat
sederhana, bukan saja yang berhubungan dengan ejaan, tetapi juga yang
berhubungan dengan pelafalan dan realisasi bunyi bahasannya.
Untuk lebih mendekatkan lambing dengan wujud bunyi bahasa yang sederhana,
IPA menetapkan tanda-tanda tambahan yang disebut tanda diakritis ‘diactritical
signs’.
Tanda-tanda diakritis yang lain (Harimurti; 1993; xvi) yakni:
~
tilde, pada konsonan untuk menandai palatalisasi, pada vokal untuk
Menandai nasalisasi
_
makron, pada vokal untuk menandai pemanjangan
F. Penerapannya
Dalam kaitannya dengan penerapan transkripsi fonetik, misalnya dalam BI,
pelambangan fonetis yang dikemukakan oleh Verhaar (1983; 22-24) seperti yang
disalinkan di atas dapat dipertimbangakan untuk dipertimbangkan untuk diterapkan.
Hal-hal yang diperlihatkan, selain yang berhubungan dengan transkripsi bunyi-bunyi
bahasa, juga yang berkaitan dengan unsur suprasegmental, misalnya tekanan, panjang,
dan jeda.
Seperti dikatakan di depan, trnkripsi fonetik untuk suatu data boleh saja berbeda
antara pentrankripsi yang satu dengan lain, oleh karena daya dengar dan daya tafsir
yang berbeda-beda. Penulisan mengemukakan data dalam bentuk kalimat, kemudian
akan segera diikuti trankripsi fonetiknya.
.
DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer, Pulubuhu R, Yennie. 2005. Linguistik . Gorontalo: Viladan
Gorontalo.
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2003. Pengantar Fonologi. Gorontalo: Viladan Gorontalo