Karya Tulis Ilmiah Contoh Karya Tulis Ilmiah Makalah

Karya Tulis Ilmiah
Membiasakan Siswa Berfikir Kritis Sehingga Dapat
Menciptakan Suasana Belajar yang Efektif
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Guru Pengampu: Muhammad Adi Alvian

Disusun oleh :
Diannida
11.2509

XI MIA 2
Madrasah Aliyah Negeri 11
Jakarta
2018

Abstrak
Diannida ( NIS 11.2509 ) : Membiasakan Siswa Berfikir Kritis Sehingga
dapat Menciptakan Suasana Belajar yang Efektif.
Secara umum berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan
mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik.
Tulisan ini bertujuan memberikan kajian tentang cara melatih berpikir kritis

dalam pembelajaran materi sejarah, tentunya untuk membantu siswa menjadi seorang
yang mampu berpikir kritis
Penulis mengambil metode penelitian kuesioner yang disebar kepada tiga guru
yaitu guru formal, guru semiformal dan guru nonformal untuk mengetahui metode yang
dipakai kebanyakan guru untuk membuat siswa siswinya membiasakan berfikir kritis
untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Proses ini memungkinkan setiap orang
untuk mencapai pemahaman dan kesadaran kritis dengan cara terlibat didalamnya
secara langsung atau pun tidak.
Hasil penelitian yang dipresentasikan oleh Dr. Edmund Emmer dalam
konferensi tahunan Asosiasi Penelitian Pendidikan Amerika pada tahun 1994
menyatakan bahwa guru guru yang merasakan senang ketika mengajar lebih mungkin
memiliki siswa yang berperilaku baik. Berdasarkan hasil penelitian melalui metode
kuesioner yang dilakukan kepada guru guru maka dapat disimpulkan secara garis besar
yaitu masing – masing guru mempunyai metode khusus untuk mendidik siswanya
dalam menumbuhkan, menerapkan serta membiasakan siswa berfikir kritis sehingga
dapat menciptakan suasana belajar yang efektif. Dan hasil penelitian ini dapat dijadikan
gambaran bagi para guru dalam memilih metode mengajar yang tepat untuk
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.
Kata kunci : Berpikir Kritis


Abstract
Diannida ( NIS : 11.2509 ) : Familiarize Students with Critical Thinking So as to
Create an Effective Learning Environment
In general, critical thinking is to think with a mature concept and to question
everything that is considered inappropriate in a good way. This paper aims to provide a
study on how to train critical thinking in the learning of historical material, of course,
to help students become a capable of critical thinking.
The writer took the method of questionnaire research which was disseminated
to three teachers namely formal teacher, semiformal teacher and non formal teacher to
know the method used by most teachers to make students of their students get used to
critical thinking to create an effective learning atmosphere. This process allows
everyone to achieve critical understanding and awareness by engaging in it directly or
not.
The results of the study presented by Dr. Edmund Emmer at the annual
conference of the American Educational Research Association in 1994 stated that
teacher teachers who feel happy when teaching are more likely to have well-behaved
students. Based on the results of the research through questionnaires conducted to
teachers teachers it can be concluded in outline that each - each teacher has a special
method to educate students in growing, applying and familiarize students think
critically so as to create an effective learning atmosphere. And the results of this study

can be used as a picture for teachers in choosing the right teaching methods to improve
the quality of teaching and learning activities
Keywords: Critical Thinking

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
dengan ini saya panjatkan puji syukur atas kehadirat – Nya, yang telah melimpahkan
rahmat – Nya kepada kami, Sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
tentang Membiasakan Siswa Berfikir Kritis Sehingga Dapat Menciptakan Suasana
Belajar yang Efektif.
Karya Tulis Ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu saya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Selama menulis karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
motivasi dan bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas
jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu penulis menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Drs. H. Hanafi selaku kepala sekolah MAN 11 Jakarta

2. Guru – guru MAN 11 Jakarta, yang telah membantu dan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Orang tua saya tercinta, Ibunda Komala Sary dan Ayahanda Mohamad Azhari
yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dan telah
banyak memberikan bantuan tenaga dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini
4. Teman - temanku tercinta yang telah mendukung dan membatu dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi saya khususnya dan kepada para pembaca umumnya.
Jakarta, 26 Februari 2018

Diannida

Daftar Isi
Abstrak ..........................................................................................................i
Abstract ........................................................................................................i
Kata Pengantar .............................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ……........................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian…….......................................................................3
BAB II Kajian Teori.........................................................................................4
BAB III Metode Penelitian.............................................................................10
BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian ...........................................................12
BAB V Simpulan dan Saran ..........................................................................14
4.1 Kesimpulan ......................................................................................14
4.1 Saran................................................................................................14
Daftar Pustaka..............................................................................................15
Lampiran- lampiran......................................................................................16
Riwayat Hidup..............................................................................................19

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas dalam pendidikan di era globalisasi jaman sekarang dapat

ditempuh dengan berbagai cara, antara lain peningkatan kompetensi guru, peningkatan
isi kurikulum dan peningkatan kuliatas pembelajaran untuk pembekalan peserta didik di
masa yang akan datang. Dalam buku E. Mulyasa mengemukakan, ”Pemerintah telah
mempercepat pencanangan Millenium Development Goals, yang semula dicanangkan
tahun 2020 dipercepat menjadi tahun 2015. Millennium Development Goals adalah era
pasar bebas atau era globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas”. Dengan
kata lain, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang di dalamnya mempunyai
rancangan pembelajaran dengan menggunakan metode, strategi serta media - media
yang sangat mendukung untuk mencapai suatu keberhasilan dan sasaran yang tepat.1
Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada
pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak
berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan
target materi yang luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian materi dan
kurangnya pemahaman guru tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
Menurut para ahli, melatih berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara
mempertanyakan apa yang dilihat dan didengar. Setelah itu, dilanjutkan dengan
bertanya mengapa dan bagaimana tentang hal tersebut. Intinya, jangan langsung
menerima mentah-mentah informasi yang masuk. Dari mana pun datangnya, informasi
yang diperoleh harus dicerna dengan baik dan cermat sebelum akhirnya disimpulkan.

Karena itu, berlatih berpikir kritis artinya juga berperilaku hati-hati dan tidak grusagrusu dalam menyikapi permasalahan.
Ada pandangan lain untuk meningkatkan sikap kritis. Menurut penelitian para
ahli neurolinguistik, cabang ilmu yang mengkaji bahasa dan fungsi saraf, otak manusia
bisa dilatih fungsi-fungsinya, termasuk untuk melahirkan sikap kritis. Menurut mereka,
otak manusia dibagi dua, yakni otak kiri yang memproduksi bahasa verbal, imitatif dan
repetitif, dan otak kanan yang memperoduksi pikiran yang bersifat imajinatif,

1

filel//////?l//ssers//RR2206//Downloads//NDDAD%220SRI220RAHARs-FIITK.pdf diunduh
25-02-2018 jam 17l06

komprehensif, dan kontemplatif. Muncul dugaan bahwa orang-orang agung para
pembuat sejarah besar adalah orang yang memiliki otak kanan yang aktif.2
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan beberapa
masalah yang dapat dibahas, rumusan masalah tersebut antara lain :

1.
2.
3.
4.

Bagaimana konsep dasar dari berfikir kritis ?
Bagaimana menciptakan suasana belajar yang efektif ?
Bagaimana guru menumbuhkan kemampuan berfikir kritis kepada siswa siswi ?
Bagaimana caranya menerapkan kemampuan berfikir kritis kepada siswa siswi ?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Mengetahui konsep dasar berfikir kritis
2. Mengetahui cara cara menciptakan suasana belajar yang efektif
3. Mengertahui cara guru menumbuhkan kemampuan berfikir kritis kepada siswa
siswi
4. Mengetahui cara cara menerapkan kemampuan berfikir kritis kepada siswa siswi
pada pelajaran sejarah
1.4 Manfaat Penelitian
Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan serta keterampilan dalam menerapkan
berbagai metode pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar sehingga tidak
mengunakan metode ceramah saja dan mata pelajaran sejarah pun tidak
dimaknai sebagai mata pelajaran yang penuh hafalan.
2. Bagi siswa dapat menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dengan menjawab
pertanyaan pertanyaan yang dapat menggali pengetahuannya dalam
pembelajaran sejarah.
3. Bagi guru, dapat memperbaiki pemersalahan pembelajaran yang dihadapi dan
hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka menentukan strategi
efektif dalam pembelajaran serta digunakan sebagai referensi dalam melakukan
penelitian terhadap pembelajaran sejarah.
2

httpl////intanzaki28.blogspot.co.id//2014//12//berfikir-kritis.html diunduh 21-01-2018
jam 8.35

BAB II
Kajian Teori
A.


Kajian Teori
a. Konsep Dasar Berfikir Kritis
Pengertian berpikir kritis dikemukakan oleh banyak pakar. Salah satunya
Gunawan menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan
untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan
evaluasi.3 Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti
mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan
sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan mem-perhitungkan data yang
relevan. Sedang keahlian berpikir deduktif melibatkan kemampuan
memecahkan masalah yang bersifat spasial, logis silogisme dan membedakan
fakta dan opini. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah kemampuan
mendeteksi
bias,
melakukan
evaluasi
,
membandingkan
dan
mempertentangkan.
Teori proses berfikir kritis

Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir
untuk menemukan pemahaman yang kita kehendaki. Menurut Sumadi
Suryabrata (2002: 55) teori proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya
ada tiga langkah, yaitu:
1. Pembentukan pengertian
Pembentukan pengertian yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah
objek yang sejenis, contohnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu
kita analisis ciri-cirinya. Salah satu contohnya adalah menganalisis manusia
dari Eropa, Indonesia, dan Cina. Tahap selanjutnya yaitu membandingkan ciriciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama dan yang tidak sama.
Langkah berikutnya, mengabstraksikan yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri
yang tidak hakiki dan menangkap ciri-ciri yang hakiki
2. Pembentukan pendapat
Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah
pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalan bentuk kalimat, yang

Adi W %unawan, Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk
Menerapkan Accelarated Learning,( %ramedia Pustaka stama, Jakarta ;
2003), hlm.177-178
3

terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya rumah itu baru, rumah adalah
subyek, dan baru adalah predikat. Pendapat itu sendiri dibedakan tiga macam
yaitu pendapat positif, negatif, dan kebarangkalian
3. Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan
Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan yaitu hasil
perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapatpendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu keputusan induktif,
keputusan deduktif, dan keputusan analogis. Misalkan contoh dari keputusan
deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, semua logam kalau
dipanaskan memuai, tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan), tembaga kalau
dipanaskan memuai.4
b. Suasana Belajar yang efektif
Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan – tujuan
pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat
menciptakan situasi yang memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga
merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan
baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang
untuk belajar. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru
dapat mengarkan dan membingbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa.
Untuk mewujudkan suasana kelas yang mendukung proses belajar mengajar
yang dapat membantu efektivitas proses belajar mengajar yaitu :
1. Memanggil setiap murid dengan namanya
2. Selalu bersikap sopan kepada murid
3. Memastikan bahwa anda tidak menunjukan sikap pilih kasih terhadap murid
tertentu
4. Merencanakan dengan jelas apa yang anda lakukan dalam setiap pelajaran
5. Mengungkapkan kepada murid murid tentang apa yang ingin anda capai
dalamm pelajaran ini
6. Dengan cara tertentu melibatkan setiap murid pelajaran
7. Memberikan kesempatan pada murid untuk saling berbicara
8. Bersikaplah konsisten dalam menghadapi murid murid 5
4

httpl////intanzaki28.blogspot.co.id//2014//12//berfikir-kritis.html diunduh 2401-2018 jam 20l55 WIB

c. Proses proses menumbuhkah kemampuan bersikap kritis
Panduan proses belajar harus disusun dan dilaksanakan dalam suatu
proses yang dikenal sebagai “daur belajar dari pengalaman yang distrukturkan”
(structural experiences learning cyrcle) agar pendidikan kritis dapat dicapai
dalam pembelajaran. Proses ini memungkinkan setiap orang untuk mencapai
pemahaman dan kesadaran kritis dengan cara terlibat didalamnya secara
langsung ataupun tidak. Proses yang melibatkan setiap orang yang belajar itu
adalah :
1. Rekonstruksi: yaitu menguraikan kembali rincian (fakta, unsur-unsur, urutan
kejadian, dll). Ini tahap proses mengalami, menggali pengalaman dengan cara
melakukan kegiatan. Apa yang dilakukan dan dialami adalah mengerjakan,
mengamati, melihat dan mengatakan sesuatu. Pengalaman ini yang menjadi
titik tolak proses belajar selanjutnya.
2. Ungkapkan: setelah mengalami, maka tahap berikutnya yaitu proses
mengungkapkan/ menyatakan kembali apa yang sudah dialami, bagaimana
tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut.
3. Analisis: yaitu mengkaji sebab dan kaitan permasalahan yang ada dalam
realitas tersebut yaitu tatanan, aturan-aturan, sistem dari pokok pembahasan.
4. Kesimpulan: yaitu merumuskan makna atau hakekat dari apa yang
dipelajari, sehingga terjadi pemahaman baru yang lebih utuh, berupa prinsipprinsip, kesimpulan umum dari kajian atas pengalaman.
5. Tindakan: tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan
melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan pemahaman
atau pengertian atas realitas tersebut, sehingga ada kemungkinan menciptakan
realitas baru yang lebih baik.
Langkah ini diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam
rangka menerapkan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. Proses
pengalaman belumlah lengkap, sebelum didapatkan ajaran baru, pengalaman
baru, penemuan baru yang dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang
sesungguhnya, dalam penerapan ini juga menimbulkan pengalaman baru. Daur
proses ini akan berulang kembali dari awal, konsep learning by doing tercipta
dalam daur ini.
Proses pendidikan kritis untuk menumbuhkan kesadaran kritis, akan
tercapai jika guru menempatkan diri sebagai fasilitator yang siap untuk
melayani siswa dalam belajar, bukan untuk menggurui dan berlaku sebagai
satusatunya sumber ilmu dan kebenaran. Dengan lebih banyak menggunakan
5

httpl////www.mediapustaka.com//2014//06//suasana-pembelajaran-efektif.html
diunduh 24-01-2018 jam 3l11 WIB

metode ilmiah dan eksperimen agar siswa sebanyak mungkin merasakan dan
mengalami dalam suasana yang dialogis.6
d. Penerapan Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah
Penerapan berfikir kritis dalam pembelajaran sejarah dimulai darin
kegiatan berpikir kritis yang terdiri dari merumuskan, menganalisis,
memecahkan masalah, menyimpulkan dan mengevaluasi. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Merumuskan
Memberikan batasan dari objek yang diamati. Misalnya dalam mata
pelajran sejarah kegiatan merumuskan ini digunakan siswa untuk
mengemukakan fakta dari materi yang dipelajari, karena fakta merupakan
kerangka berpikir dalam sejarah. Menurut Mestika Zed (2003:51) fakta adalah
“tulang punggung” bangunan pengetahuan sejarah. Dapat dicontohkan dengan;
“Adipati Unus menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1513 M”. Pernyataan
atau kalimat tersebut memang telah terjadi penyerangan Adipati Unus ke
Malaka yang dikuasai oleh Portugis pada tahun 1513 M atau adanya usaha
Adipati Unus untuk menyerang Portugis pada tahun 1513 M.
2. Menganalisis
Menganalisis adalah proses menelaah, mengupas, ulasan, atau
menguraikan ke dalam bagian-bagian yang lebih terperinci. Oleh sebab itu,
pertanyaan mengapa (why) yang dikemukakan dalam menganalisis suatu
peristiwa sejarah. Dalam hal ini yang dianalisis adalah sebab-akibat suatu
peristiwa yang terjadi setelah merumuskan fakta.
3. Memecahkan Masalah
Memecahkan masalah adalah proses berpikir yang mengaplikasikan
konsep kepada beberapa pengertian baru. Tujuannya adalah agar siswa mampu
memahami dan menerapkan konsep-konsep dalam permasalahan atau ruang
lingkup baru. Dalam hal ini konsep-konsep digunakan dalam menjelaskan
hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa sejarah.
4. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah proses berpikir yang memperdaya
pengetahuan sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau
6

httpl////bpkpenabur.or.id//wp-content//uploads//2015//10//jurnal-Do06-VJuni2006.pdf#page=64 diunduh 24-01-2018 jam 19.50 WIB

pengetahuan baru. Menurut Mestika Zed (2003:3) penarikan kesimpulan
tujuannya adalah mencari atau menguji pengeahuan yang bersifat umum yang
disebut generalisasi (pernyataan yang menyatakan hubungan antara konsepkonsep dan berfungsi sebagai pembantu untuk berpikir dan mengerti) yang
tidak harus terikat dengan waktu dan tempat. Salah satu contohnya adalah:
Keruntuhan Kerajaan Majapahit adalah alasan-alasan yang serupa yang telah
menghancurkan kerajaan-kerajaan lainnya, terutama karena lemahnya
kepemimpinan raja dan perpecahan yang terjadi dalam lingkungan kerajaan.
5. Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah proses penilaian objek yang diamati. Penilaian
ini bisa menjadi netral, positif, dan negatif atau gabungan dari keduanya. Saat
sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan
tentang nilai atau manfaatnya. Dalam taksonomi belajar Bloom mengevaluasi
merupakan tahap berpikir kognitif yang tinggi. Pada tahap siswa dituntut agar
mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah
fakta atau konsep.
Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman
terhadap materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental
yang digunakan dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang
digunakan dalam belajar. Perkembangan merupakan proses perubahan yang
terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi perkembangan kognitif dalam
pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri
siswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan termasuk kemampuan
berpikir kritis.
Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan
adalah keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual merupakan
seperangkat keterampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak
seseorang. Berbagai jenis keterampilan dapat dimasukkan sebagai
keterampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada
pogram pengajaran. Keterampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk
dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi
pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran.
Bloom mengelompokkan keterampilan intelektual dari ketrampilan
yang sederhana sampai yang kompleks antara lain pengetahuan/pengenalan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keterampilan
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom

merupakan keterampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order
Thinking) (Cotton K.,1991). Kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya
American Philosophical Association (APA, 1990) tentang komponen
keterampilan intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain
interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation
(Duldt-Battey BW, 1997).
Masing-masing komponen tersebut merupakan kompetensi yang
perlu disusun dan disepakati oleh para pendidik tentang perilaku apa saja yang
seharusnya dapat ditunjukkan oleh siswa pada tiap-tiap komponen di tiap-tiap
tingkat sepanjang program pendidikan.7

Bab III
Metode Penelitian
Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiyady Akbar menjelaskan metode penelitian
sebagai berikut :
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah -langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu
7

httpl////intanzaki28.blogspot.co.id//2014//12//berfikir-kritis.html diunduh 2401-2018 jam 20l35 WIB

pengkajian dalam mempelajari peraturan – peraturan yang terdapat dalam
penelitian.8
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis memilih motode sebagai berikut :
1. Metode Penelitian Kualitatif

Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian
generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam (
in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi
kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah
lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori
substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.9
Dari metode penelitian kualitatif tersebut peneliti memilih kuesioner untuk
memperoleh hasil penenlitiannya. Adapun kuesioner tersebut terdiri dari lima
pertanyaan yang akan disebar ke tiga guru, yaitu guru formal, guru semi formal, dan
guru non formal.
2. Tempat dan waktu
1. Tempat
Jalan trubus I RT. 001/04 No. 13 pondok cabe ilir, pamulang, Tangerang
selatan.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 – 24 febuari 2018
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru formal, guru semiformal dan guru nonformal
dikarenakan penelitian ini tertuju kepada guru guru yang mamiliki metode
khusus untuk membiasakan siswa berfikir kritis sehingga dapat menerapkan
suasana belajar yang efektif.
4. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

8

Husnaini ssman dan Purnomo setiyady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Bumi
Aksara, Jakarta; 2011), hlm 41
9

httpl////zonainfosemua.blogspot.co.id//2011//01//pengertian-metodepenelitian-kualitatif.html diunduh 22-01-2018 jam 3l26

Peran peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, dan pengamat. Peneliti membuat
perencanaan penelitian, kemudian melaksanakan, mengamati, mengumpulkan sata,
menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian.

Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian
Hakikat pemikiran kritis ini berbeda dalam berbagai domain konten (content
domains). Dalam menulis pemikira kritis dapat berupa membaca draf pertama pada
suatu esaipersuasif untuk melihat kesalahan dalam penawaran logis atau memperhatikan
opini yang dikemukakan kurang diberi pendasaran yang kuat. Dalam sains pemikiran

kritis dapat berupa merevisi teori atau keyakinan yang sudah ada untuk
mempertimbangkan bukti yang baru artinya, pemikiran kritis dapat melibatkan
perubahan konseptual. Dalam sejarah pemikiran kritis dalat melibatkan penarikan
kesimpulan dari dokumen – dokumen sejarah, mencoba mentukan apakah suatu itu
benar benar terjadi dengan suatu cara tertentu atau hanya mungkin terjadi seperti itu.
Seperti yang anda kira,kemampuan berfiki kritis muncul secara perlahan selama
masa kanak kanak sampai masa remaja (P. M. King & Kitchener, 2002; Metz. 2004;
Pillow, 2002). Namun begitu sering siswa pada semua tingkatan kelas ( Bahkan juga
mahasiswa) Menelan begitu saja informasi yang mereka baca di buku , teks, iklan,
media, dan lain sebagainya tanpa sikap kritis. Siswa lebih mungkin melihat secara
analitis dan kritis informasi yang baru jika mereka yakin bahwa bahkan pemahaman
ahli sekalipun mengenai suatu topic terus berubah seiring munculnya bukti baru.
Sebaliknya siswa cenderung kurang terlibat dalam pemikiran kritis jika mmereka yakin
bahwa pengetahuan merupakan suatu entitas yang mutlak dan tidak bisa berubah
(Kardash & Schools, 1996, Kuhn, 2001a; Schommer-Aikins, 2001). Dengan demikian
keyakinan epistemilogis siswa masuk kedalam proses pemikiran kritis.10
Penelitian yang saya lakukan kepada guru – guru ini bertujuan untuk mengetahui
metode apa yang mereka pakai untuk membiasakan siswanya berfikir kritis sehingga
menciptakan suasana belajar yang efektif.
1. Guru formal
Pegawai Negeri Sipil, dan telah ditugaskan untuk sekolah tertentu sebagai
lembaga induknya dan mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Guru
formal yang saya pilih untuk melakukan penelitian adalah seorang guru Bahasa
Indonesia yang mengajar di sekolah MAN 11 Jakarta yang bernama Muhamad Adi
Alvian S. Pd. Dari hasil kuesioner yang beliau isi dapat disimpulkan bahwa beliau
menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan media pembelajaran yang
menyenangkan. Hasil dari metode yang menarik dan media pembelajaran yang
menyenangkan dapat menarik para siswa untuk bersemangat dalam belajar dan pasti
dapat membuahkan hasil yang cukup maksimal kepada siswa siswi.
2. Guru Semiformal
Guru yang sudah mempunyai pengalaman khusus dalam mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di
10

Jeanne Nllis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang, ( Nrlangga, Jakarta; 2008), hlm 411

sekolah tertentu. Tetapi sekarang tidak bertugas di sekolah melainkan bertugas di suatu
tempat bimbingan belajar ( Bimbel ). Guru semiformal yang saya pilih untuk
melakukan penelitian ia adalah seorang guru matematika lulusan Universitas Negeri
Islam Syarif Hidayahtullah yang bernama Rohanah S. Pd. Dari Hasil kuesioner yang
beliau isi dapat disimpulkan bahwa beliau mengunakan metode penemuan terbimbing.
Metode tersebut sudah beliau pakai dari mulai beliau menjadi praktik provesi keguruan
terpadu (PPKT) hingga saat ini, dan hasil dari metode penemuan terbimbing tersebut
membuahkan hasil yang maksimal kepada anak didiknya.
3. Guru nonformal
Guru yang belum mempunyai pengalaman yang khusus seperti praktik provesi
keguruan terpadu (PPKT) di sekolah tertentu tetapi dia mahir dalam dalam mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Guru
formal yang saya pilih untuk melakukan penelitian adalah Meily Testiana Unita A.M
lulusan Universitas Indonesia. Beliau mempunyai metode khusus yaitu metode
merubah tempat duduk setiap pertemuan, metode ini beliau pakai sampai sekarang di
tempat bimbingan belajar ( Bimbel ) milik beliau sendiri dana hasil dari metode
tersebut sangat maksimal dan memiliki dampak positif yang cukup membuat anak
muridnya terbiasa berfikir kritis.
Dari hasil penelitian ke tiga guru tersebut dapat diambil secara garis besar yaitu
masing – masing guru mempunyai metode khusus untuk mendidik siswanya dalam
menumbuhkan, menerapkan serta membiasakan siswa berfikir kritis sehingga dapat
menciptakan suasana belajar yang efektif.

Bab V
Simpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Pengertian berpikir kritis dikemukakan oleh banyak pakar. Salah satunya
Gunawan menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan
untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan

evaluasi. Panduan proses belajar harus disusun dan dilaksanakan dalam suatu
proses yang dikenal sebagai “daur belajar dari pengalaman yang distrukturkan”
(structural experiences learning cyrcle) agar pendidikan kritis dapat dicapai
dalam pembelajaran. Proses ini memungkinkan setiap orang untuk mencapai
pemahaman dan kesadaran kritis dengan cara terlibat didalamnya secara
langsung ataupun tidak. Penerapan berfikir kritis dalam pembelajaran sejarah
dimulai dari kegiatan berpikir kritis yang terdiri dari merumuskan, menganalisis,
memecahkan masalah, menyimpulkan dan mengevaluasi.
5.2

Saran

Berdasarkan hasil simpulan di atas diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi
pelaksanaan pengembangan pembelajaran.
a. Bagi guru
Guru diharapkan dapat meningkatakan kegiatan yang menarik serta
menyediakan media pembelajaran yang lebih inovati dan guru diharapkan
mempunyai metode khusus untuk membiasakan siswa berfikir kritis sehingga
dapat menciptakan suasana belajar yang efektif.
b. Bagi murid
Senantiasa selalu aktif, disiplin, fokus,dan bersungguh sungguh dalam menuntut
ilmu. Siswa siswi juga diharapkan mengikuti kegiatan belajar yang telah bapak /
ibu guru sajikan selama KBM berlangsung.

Daftar Pustaka
Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelarated Learning. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Husnaini Usman dan Purnomo setiyady Akbar, 2011. Metodologi Penelitian Sosial :
Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara
Ormrod, Jeanne Ellis, 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang : Edisi Keenam . Jakarta : Erlangga

file:///C:/Users/YRX206/Downloads/ENDANG%20SRI%20RAHAYU-FITK.pdf
http://intanzaki28.blogspot.co.id/2014/12/berfikir-kritis.html

http://intanzaki28.blogspot.co.id/2014/12/berfikir-kritis.html
http://www.mediapustaka.com/2014/06/suasana-pembelajaran-efektif.html
http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No06-VJuni2006.pdf#page=64
http://zonainfosemua.blogspot.co.id/2011/01/pengertian-metode-penelitiankualitatif.html

Lampiran – Lampiran
Kuesioner
1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang berfikir kritis ?
2. Bagaimana caranya Bapak/Ibu menciptakan suasana belajar yang efektif ?
3. Bagaimana caranya Bapak/Ibu menumbuhkan berfikir kritis kepada siswa
siswi ?

4. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan berfikir kritis kepada siswa siswi ?
5. Upaya yang Bapak/Ibu lakukan apabila suasana belajar mengajar tidak efektif
atau tidak sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu ?
Jawaban dari guru formal
1. Menganalisa suatu fenomena yang terjadi
2. Menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan media pembelajaran
yang menyenangkan
3. Memberikan kesempatan siswa untuk memcahkan permasalahan tentang suatu
fenomena yang terjadi, namun tetap sesuai dengan meteri pembelajaran.
4. Memberikan kesempakan kepada siswa untuk mencoba memecahkan
permasalahan dalam materi pembelajaran
5. Mengevaluasi tentang metode pembelajaran yang diberikan.
Jawaban dari guru semi formal
1. Berfikir kritis itu berfikir yang penuh dengan pertanyaan, misalkan tentang
bangku itu bagaimana cara membuatnya ? fungsinya apa ? jadi seperti penuh
dengan tanda tanya. Jadi berfikir kritis itu focus terhadap satu objek.
2. Suasana belajar yang efektif itu bisa dirancang sebelumnya kita bisa menyiapkan
modul atau soal – soal untuk siswa, jadi kita rancang dua jam kedepan kita mau
ngajar siwa kelas berapa, jurusannya apa itu sudah kita rancang sehingga kita
bisa menguasai kelas dengan baik.
3. Belajar mandiri kalau menurut saya. Dengan cara belajar mandiri siswa bisa
dilatih untuk berfikir kritis, jadi dalam suatu materi kita bisa memunculkan
pertanyaan terlebih dahulu kemudian nanti siswa yang aktif mencari jawabaan
tersebut atau di media elektronik, atau dikoran sebagainya. Nah dengan cara
seperti itu siswa aktif untuk mencari informasi atau data – data, dan sehingga
masih ada sesuatu yang mengganjal itu bisa nanti endingnya bisa ditanyakan
keguru yang bersangkutan.
4. Salama saya mengajar dan selama pengalaman saya itu metode penemuan
terbimbing. Dimana siswa nantinya akan menemukan suatu jawaban sendiri
dengan bimbingan dari saya, nah bimbingan dari guru itu misalkan soal soal
yang terarah jadi suatu materi dibikin soal soal yang terarah dari mulai
pengertian, kemudian konsepnya, kemudian contohnya, inti dari materi itu
disusun secara sistematis sehingga siswa aktif mecari sendiri jawaban tersebut
dan disitu akan mncul pertanyaan – pertanyaan yang siswa itu belum tahu.
Contohnya di matematika saya Cuma ngasih materi,pengertian, contoh soal
kemudian coba dikerjakan dahulu tanpa saya menerangkan, pengen tahu dia bisa

atau engga dari contoh yang saya kasih bukan berati ini tidak diajarkan, tapi
coba sendiri dia dengan melihat contoh nah dari situ dia akan berfikir.
5. Mungkin sebelum itu bisa kita menyiapkan dua rancangan. Rancangan yang satu
misalkan kacau rancangan yang kedua atau pada saat suasana belajar yang tidak
efektif itu berlangsung secara mendadak kita bisa membuat ide ide sesuai
dengan kondisi tersebut. Misalkan seperti ice breaking atau emecahkan suasana.
Jawaban dari guru nonformal
1. Berfikir kritis adalah menuangkan ide yang ada dengan menggabungkan fakta –
fakta yang telah dialami baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
memunculkan pemikian baru yang lebih kreatif dan inovatif
2. Pertama – tama saya membaca suasana / mood anak didik saya terlebih dahulu,
kemudian saya mencoba untuk menyatukan mood yang ada sampai menemukan
titik cerah penyatuan keinginan antara satu murid dengan murid yang lain yaitu
satu ide bahwa pada hari itu kita sama – sama ingin membahas tentang satu hal.
3. Cara saya menumbuh kembangkan penerapan berikir kritis dengan selalu
merubah suasana belajar mengajar disesuaikan dengan bab yang diangkat.
Biasannya dengan cara merubah tempat duduk siswa secara berkala berdasarkan
pembahasan yang diangkat, missal kursi dibuat berkeliling, atau kursi dibuat
seperti leter U atau bahkan kita tidak duduk dikursi sama sekali dengan kata lain
lesehan.
4. Saya menerapkan bagaimana berfikir kritis kepada anak didik saya dengan car
mengajak mereka untuk aktif dalam mengemukakan pendapat. Dengan demikian
besar harapan saya anak didik saya mulai berfikir kritis karena merasa bahwa
pendapat mereka didengar atau dihargai.
5. Apabila suasana yang sudah saya sudah ciptakan masih belum bisa
menyembatani anak didik saya untuk dapat berfikir kritis sepertiyang saya
harapkan, maka saya akan menggunakan metode akhir saya yaitu mengajak anak
didik saya untuk mengajak keluar kelas, mencari tempat yang sejuk yang
dipenuhi oleh pemandangan pepohonan dan rerumputa yang hijau . Nah untuk
metode yang satu ini mungkin agak mustahil untuk diterapkan.

Riwayat Hidup
Diannida lahir di tangerang, tanggal 26 bulan September tahun 2001. Pendidikan
SD, SMP, SMA. Saya sekolah SD di SDN 04 Pondok Cabe Ilir, SMP di SMPN 2
Tangerang selatan, SMA di MAN 11 Jakarta. Saya mempunyai adik yang bernama
Mohamad Fakhri Azhar, Ayah saya bernama Mohamad Azhari dan ibu saya bernama
Komala sari. Saya tinggal dirumah orang tua saya yang beralamat di Jalan Trubus I
No.13 RT.001/04 Kelurahan Pondok Cabe Ilir, kecamatan Pamulang, kota Tangerang
selatan, provinsi banten. Saat ini saya masih sekolah kelas XI, saya mengambil jurusan

IPA. Alasan saya mengambil jurusan IPA karena saya suka dengan pelajaran
Matematika, dengan kesukaan saya itu nanti saya akan melanjutkanya ke jenjang yang
lebih tinggi yaitu kuliah yang juruan pendidikan matematika karena saya ingin menjadi
guru matematika.