Slide KOM999 ANALISIS DOKUMENTER

Analisis
Dokumenter
Yoki Yusanto

Strategi Produksi
Dokumenter
O Sumber yang kompeten dalam

pemilihan nara sumber
O Informasi yang disajikan, di dapatkan
dari tokoh utama.
O Realitas yag terjadi di dalam faktafakta yang terjadi.
O Ideologi yang terjadi pada indviduindividu yang terlibat dalam produksi

Konstruksi Realitas Sosial
O Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan

oleh sosiolog interpretative, Peter L.Berger dan
Thomas Luckman. Bagi Berger, realitas itu tidak
dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang
diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk

dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini,
realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa
mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas
realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman,
preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan
pergaulan atau sosial itu dengan konstruksinya
masing-masing. Selain plural, konstruksi sosial itu
juga bersifat dinamis (Margaret, 2000, p.299).

O Lebih lanjut Graeme Turner melihat makna film

sebagai representasi dari realitas masyarakat,
bagi Turner, berbeda dengan film sekedar sebagai
refleksi dari realitas (Turner,1999, p.41). Sebagai
refleksi dari realitas, film sekadar memindah
realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu.
Sementara itu sebagai representasi dari realitas,
film membentuk dan menghadirkan kembali
realitas berdasarkan kode-kode, konvensikonvensi,
dan ideologi dari kebudayaannya. Berbeda dengan

fotografi statis, rangkaian gambar film
menciptakan imaji dan sistem penandaan.

Film sebagai Praktik Sosial (Social Practice)

O Graeme Turner dalam Film as social

practice mengatakan bahwa film tidak
lagi dimaknai sebagai karya seni (film
as art) tetapi lebih dimaknai sebagai
praktik sosial (social practice). Film
merupakan produk budaya dan wujud
praktek sosial, nilai yang terkandung
dari sebuah film dapat memberitahu
kita tentang sistem dan proses sebuah
budaya.

Analisis Semiotik dalam Film
O Charles Sanders Peirce mendefinisikan


semiotik sebagai hubungan antara tanda
(sign), obyek (object), dan interpretan
(intrepretant). Sign (tanda)
merepresentasikan objek, atau referent,
dalam benak interpreter. Peirce menunjuk
representasi objek oleh tanda sebagai
interpretant. Hubungan antara tanda, objek
dan interpretant bisa dilihat sebagai bentuk
segitiga, yang saling berkaitan satu sama
lain (Fiske, 1998, p.48) :

Gambar . Hubungan Segitiga Makna Peirce

SIGN
OBJEK

Interpretan

O Sumber : Fiske, 1998, p.48


Hubungan Makna
O Dari hubungan makna tersebut

muncul definisi hubungan antara
tanda dan acuannya:
O Berdasar kemiripan (visual maupun
verbal), disebut ikon.
O Karena adanya kedekatan eksistensi
disebut indeks.
O Sebagai hubungan yang sudah
terbentuk secara konvensional,
disebut simbol.

O Menurut Fiske, pesan budaya akan selalu

bersinggungan dengan penerima dan memproduksi
makna budaya. Dimana sebuah pesan yang dihasilkan
dari penurunan dan pertukaran tanda tersebut
merupakan suatu struktur bangunan yang juga
diperkaya dengan elemen-elemen lain termasuk

realitas eksternal yang berfungsi memantapkan dan
memelihara nila-nilai yang berlaku (Fiske, 1990, p.122)
. Dalam pandangan Fiske, analisis semiotik pada
televisi atau film terbagi menjadi beberapa level, yaitu:
O Level Realitas ( Reality)
O Level Representasi
O Level Ideologi

Grammar of Film
O Thompson & Bowen (2009) sejumlah teknik shot kamera yang

digunakan oleh media ini dalam mengkonstruksi realitas virtualnya. Masing-masing teknik shot kamera ternyata memiliki arti
sendiri. Ada sembilan teknik shot kamera, dimana setiap teknik
memiliki fungsi dan makna yang berbeda, yaitu :
O Long shoot/Wide Shot (LS/WS): Dengan teknik ini bisa diketahui
siapa, dimana dan kapan berkaitan dengan subjek. Selain itu, juga
bisa diketahui gendernya, kostum, gerakan subjek, dan ekspresi
wajah.
O Medium shots (MS): Dengan teknik ini bisa diketahui siapa, dimana
dan kapan berkaitan dengan subjek. Selain itu, juga bisa diketahui

gendernya, kostum, gerakan subjek, dan ekspresi wajah.
O Close-up (CU): Disebut juga intimate shot. Untuk menghasilkan
gambaran orang, objek, atau tindakan yang terlihat besar,
sehingga bisa mendapatkan informasi yang detail tentang objek,
serta bisa menunjukkan ekspresi seseorang.

O Extreme Long Shot (XLS): Digunakan untuk menunjukkan

lingkungan urban, suburban, rural, pegunungan, gurun, laut, dan
lain-lain. Juga digunakan untuk menunjukkan siang,
malam,musim dingin, musim panas, dll.
O Very Long Shot (VSL): Memperlihatkan lebih jelas lagi tentang
siapa dan dimana subjek berada.
O Medium Close Up (MCU: Memberi informasi tentang cara bicara,
cara mendengarkan atau tindakan dari karakter Ekspresi wajah,
arah pandang, emosi, warna rambut, make-up tampak jelas.
O Big Close Up (BCU): Lebih untuk memperlihatkan bagian wajah,
terutama hidung, mata dan mulut. Untuk memperlihatkan siapa
subjek itu, dan bagaimana ekspresinya (marah, sedih, terharu,
dll).

O Extreme Close Up (ECU): Gambar ini biasanya digunakan untuk
film dokumenter, berkaitan dengan medis atau ilmu alam, bisa
juga digunakan untuk film naratif fiksi, atau film art.

Contoh Analisis
O Penelitian menggunakan metode analisis semiotik

Peirce. Unit analisisnya adalah sistem tanda, yakni
kostum, make up, gesture, lingkungan,
perilaku,ekspresi, ucapan dan dialog, serta cara
kerja kamera yang ada dalam film Denias
Senandung di Atas Awan dan Laskar Pelangi. Data
primer diperoleh dengan menelaah tanda,
lambang dan simbol yang ada dan dipergunakan
dalam film. Atau dengan mengambil beberapa
cuplikan gambar di film yang dianggap peneliti
mengandung representasi anak-anak film. Data
sekunder didapat dari kepustakaan..

Contoh Analisis

O Dari film Denias Senandung di Atas Awan

dan Laskar Pelangi akan dipilih adegan
yang sesuai dengan masalah yang akan
diteliti dan ditandai bagian-bagian penting
dan dapat digunakan untuk analisis data
selanjutnya. Data yang terkumpul
kemudian akan dimaknai dan
diinterpretasikan oleh peneliti dengan
memasukkan kedalam pembagian level
analisis Fiske, yaitu, level realitas, level
representasi dan level ideologi

Full Shoot/Long Shoot

Extreme Longshoot

Penjelasan
O Gambar di atas adalah sekolah Denias yang berada di desa.


Bangunan Sekolah ini hanya terdiri dari satu ruang kelas, terbuat
dari kayu, atapnya terbuat dari jerami yang sudah kering.
O Sekolah ini ditopang dengan tiang kayu disetiap sisinya. Di
sekolah itu terdapat meja, bangku, papan tulis berwarna hitam,
gambar presiden dan wakil presiden yang terpampang di sisi kiri
kanannya. Di sisi kiri bangunan tertancap bendera merah putih,
bendera tanah air Indonesia.
O Tidak ada satu bangunan pun di sekitar bangunan sekolah ini,
seperti yang terlihat pada gambar di sisi kanan . Dari gambar
tersebut bisa disimpulkan bahwa sekolah Denias terletak di
daerah yang terpencil.
O Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam pengambilan
gambar ini adalah teknik extreme long shot. Penggunaan teknik
extreme long shot bertujuan untuk menunjukkan lokasi sekolah
Denias yang masih berada di daerah terpencil.