PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN AFILIASI GROUP BISNIS TERHADAPMANAJEMEN LABA ipi325315

(1)

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN

PERUSAHAAN DAN AFILIASI GROUP BISNIS TERHADAP

MANAJEMEN LABA

(

Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012)

SURIANA*)

*)

Dosen Fakultas Ekonomi UNIVA MEDAN NIDN : 0124048305

Email : suriana7771@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan afiliasi group bisnis terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Manajemen laba diukur menggunakan discretionary accruals. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 103 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode pengamatan tahun 2008-2012. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap manajemen laba, tetapi menemukan bahwa kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan afiliasi group bisnis berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata Kunci: Manajemen Laba, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Afiliasi Group Bisnis.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu informasi penting dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba. Menurut Generally Accepted Accounting Principles (GAAP),

Informasi laba merupakan informasi penting yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, pemberian kompensasi kepada manajemen, dan juga digunakan untuk membantu pemilik dan pihak lain yang berkepentingan terhadap perusahaan melakukan penaksiran atasearning powerperusahaan di masa yang akan datang.

Laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan merupakan laba yang dihasilkan dengan metode akrual (IAI, 2012). Dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun di sisi lain penggunaan dasar akrual ini dapat memberikan keleluasaan kepada


(2)

manajemen dalam memilih metode akuntansi yang akan digunakan selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Keleluasaan pemilihan metode akuntansi tersebut memungkinkan dilakukannya pengelolaan laba (earning management) oleh manajemen perusahaan (Subramanyam, 1996). Selain adanya motif, manajemen laba juga dapat terjadi karena adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemegang saham (principal). Asimetri informasi inilah yang menimbulkan konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham.

Menurut Iturriaga dan Sanz (2001), struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Struktur kepemilikan dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider.

Selain struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan afiliasi group bisnis juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba. Kompleksitas bisnis dan reputasi perusahaan dapat memunculkan ukuran perusahaan sebagai bagian dari peningkatan asimetri informasi sehingga berpengaruh terhadap manajemen laba. Disamping itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagian besar memiliki kelompok afiliasi, hal ini memberikan peluang untuk terjadinya tindakan manajemen laba. Pada perusahaan yang berafiliasi dalam group bisnis, konflik keagenan tidak hanya muncul antara manajemen dan pemegang saham saja, tetapi berkembang menjadi antara pemegang saham pengendali dan pemegang saham minoritas. Konflik ini akan menjadi tajam ketika perusahaan berbentuk group bisnis, hal ini karena pemegang saham pengendali mempunyai hak kontrol penuh dan

discretionary poweryang besar dalam melakukan ekspropriasi untuk memaksimalkan kemakmurannya sendiri (Bae dan Jung, 2007). Manajer akan berusaha menyembunyikan tindakan ekspropriasi tersebut dengan cara melakukan manajemen laba (Yeh dan Woidtke, 2005).

Tindakan oportunis manajemen laba tentunya dapat merugikan pemegang saham, dan informasi yang disajikan dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan afiliasi group bisnis terhadap manajemen laba.


(3)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah: Apakah struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan afiliasi group bisnis berpengaruh terhadap manajemen laba?

2. LANDASAN TEORITIS 2.1. Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling (1976), manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja memaksimalkan kepentingan pemegang saham. Namun dalam pelaksanaannya, manajemen tidak selalu bertindak untuk kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan adanya informasi asimetri antara manajemen dan pemegang saham. Adanya konflik kepentingan tersebut dapat mendorong manajemen untuk melakukan manipulasi pelaporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

2.2. Manajemen laba

Scott (2009) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu kondisi dimana terdapat campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau perusahaannya sendiri.

2.3. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan saham di perusahaan mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh diantara pemegang saham atas kegiatan operasi perusahaan. Menurut Iturriaga dan Sanz (2001), struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Tingkat kepemilikan perusahaan akan berpengaruh terhadap pengendalian dan pengelolaan perusahaan sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan di masa datang. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.


(4)

2.3.1. Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik keagenan dapat dikurangi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dalam perusahaan. Peningkatan kepemilikan manajerial dalam perusahaan mendorong manajer untuk bekerja secara optimal dan hati-hati, karena mereka juga ikut menanggung konsekuensi atas tindakannya. Dengan demikian, adanya kepemilikan saham oleh manajerial di perusahaan akan menyelaraskan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Namun, kepentingan manajer dan pemegang saham tidak sepenuhnya selaras. Adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan memberikan insentif bagi manajemen untuk melakukan pengelolaan laba. Penelitian Al- Fayoumi

et al. (2010), Wedari (2004) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Semakin tinggi kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen laba yang dilakukan juga akan semakin meningkat. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

2.3.2. Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba

Kehadiran Investor institusional memiliki peran yang sangat besar untuk melakukan monitoring terhadap manajemen dan kebijakan perusahaan. Tindakan pengawasan tersebut dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan, sehingga dapat mengurangi perilaku oportunistik dari manajer. Kepemilikan institusional yang besar juga digambarkan sebagai alat pengendalian internal yang baik dalam perusahaan. Beberapa penelitian menguji mengenai pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. Hasil pengujian Alves (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian Cornet et al.

(2006), Siregar dan Utama (2006) menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Menurut mereka kehadiran kepemilikan institusional yang tinggi dalam perusahaan dapat membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba.


(5)

H2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

2.4. Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Cithouru et al. (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Menurut peneliti perusahaan-perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Hal ini karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Besarnya perhatian dari masyarakat dan pemerintah terhadap perusahaan membuat perusahaan besar lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Hasil yang sama juga diperoleh dari Lee dan Choi (2002), Siregar dan Utama (2006) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, yang berarti semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil pengelolaan labanya. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H3: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

2.5. Afiliasi Group Bisnis dan Manajemen Laba

Afiliasi group bisnis memberikan dampak yang berbeda terhadap pelaporan keuangan perusahaan. Disatu sisi, afiliasi dalam group bisnis banyak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Namun disisi lain, afiliasi group bisnis dapat menciptakan masalah keagenan antara pemegang saham pengendali dan pemegang saham minoritas yang dapat merusak nilai perusahaan. Pemegang saham pengendali mempunyai hak kontrol penuh dandiscretionary power yang besar dalam melakukan ekspropriasi untuk memaksimalkan kemakmurannya sendiri daripada memaksimalkan nilai perusahaan (Bae dan Jung, 2007). Manajer akan berusaha menyembunyikan tindakan ekspropriasi tersebut dengan cara melakukan manajemen laba (Yeh dan Woidtke, 2005).

Praktik ekspropriasi ini akan lebih mudah dilakukan pada perusahaan yang mempunyai kelompok afiliasi dibanding dengan perusahaan yang tidak mempunyai kelompok afiliasi. Tindakan manajemen laba yang dilakukan manajemen untuk menyembunyikan ekspropriasi tersebut salah satunya melalui transaksi pihak-pihak


(6)

berelasi (Related Party Transaction-RPT), dalam hal ini hubungan antara induk dan anak perusahaan (McKay, 2002 dalam Guing dan Farahmita, 2011). Transaksi pihak berelasi ini dapat menyebabkan perpindahan laba dari perusahaan anak ke induk. Beberapa penelitian menguji mengenai pengaruh afiliasi group bisnis terhadap manajemen laba. Penelitian Douthett dan Jung (2001) menemukan bukti bahwa besaran akrual diskresioner pada perusahaan keiretsu di Jepang lebih kecil dibanding akrual diskresioner pada perusahaan non-keiretsu. Menurut mereka keterkaitan keiretsu akan meningkatkan monitoring dan meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Sebaliknya, penelitian Kim dan Yi (2006) terhadap perusahaan di Korea menemukan bukti bahwa afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Menurut mereka besaran manajemen laba lebih tinggi untuk perusahaan yang mempunyai kelompok afiliasi dibanding dengan perusahaan yang tidak mempunyai kelompok afiliasi. Hal ini karena praktik ekspropriasi lebih mudah dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dalam satu group bisnis dibandingkan dengan perusahaan tunggal. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H4: Afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun 2008-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diambil dari laporan keuangan auditan periode tahun 2008-2012 dan diperoleh dari Pusat Data Bisnis dan Ekonomi UGM, dan website Bursa Efek Indonesia : www.idx.co.id.


(7)

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1. Manajemen Laba

Scott (2009) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu kondisi dimana terdapat campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau perusahaannya sendiri.

Manajemen laba dalam penelitian ini diproksikan dengan discretionary accrual. Nilaidiscretionary accrual dihitung dengan menggunakan model modifikasi Jones (Dechow, 1995). Discretionary accrual dihitung dengan mengurangi Total Accrual(TA) danNon Discretionary accrual(NDA).

3.2.2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dalam suatu perusahaan yang dikelola (Gideon,2005). Kepemilikan manajerial dihitung dengan menggunakan dummy variable. Nilai 1 untuk terdapatnya kepemilikan manajerial dan 0 untuk tidak terdapatnya kepemilikan manajerial.

3.2.3. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga, misalnya: asuransi, bank, dana pensiun, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Siregar & Utama, 2006). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional dalam penelitian ini adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.

3.2.4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan (Siregar & Utama, 2006). Dalam penelitian ini, variabel ukuran perusahaan (log TA) diukur dari besarnya total asset yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun yang ditransformasi dalam bentuk logaritma natural.


(8)

3.2.5. Afiliasi Group Bisnis

Afiliasi grup bisnis dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dummy variable, yang akan diberi nilai 1 jika perusahaan berafiliasi dalam grup bisnis dan 0 jika perusahaan tidak berafiliasi dalam grup bisnis (perusahaan tunggal).

3.3. Tekhnik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Data akan diolah dengan menggunakan analisa regresi linear berganda dengan program SPSS versi 19.0 for windows untuk melihat seberapa besar perubahan variabel dependen akibat perubahan satu unit variabel independen tertentu (dalam hal ini diasumsikan variabel independen lainnya konstan). Analisis deskriptif terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Selanjutnya, dilakukan pengujian asumsi klasiknya seperti uji Multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam analisis. Model persamaan regresi yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah: DA = 0+ 1MNJ + 2INST + 3SIZE + 4AGB + e

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Perusahaan yang terpilih menjadi sampel sebanyak 103 perusahaan dengan periode 5 tahun.

4.1. Statistik Deskriptif

Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.3. memperlihatkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi dari variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, afiliasi group bisnis, dan manajemen laba.

Tabel 4.3.Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepemilikan manajerial 515 0,00 1,00 0,3417 0,47476


(9)

Ukuran perusahaan (dalam jutaan rupiah)

515 901 182.274.000 4.478.517 13.848.337

Ukuran perusahaan (Lg TA) 515 20,62 32,84 27,6228 1,6815

Afiliasi group bisnis 515 0,00 1,00 0,6893 0,46322

Manajemen laba 515 -0,60 1,41 0,0000 0,16081

4.4. Uji Asumsi Klasik

Sebelum data dianalisis, dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu dengan signifikansi sebesar 5% dan tingkat keyakinan 95%.

4.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mendeteksi apakah data telah terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov. Distribusi data penelitian dinyatakan normal jika memiliki nilai probabilitas (sig) > 0,05.

Tabel 4.4 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Variabel Z kolmogorov Z tabel p Sign Keterangan

Unstadardized Residual 1,051 1,960 0,219 Normal

Sumber: Data Sekunder, 2013

Hasil uji normalitas untuk data regresi pada tabel di atas 4.4 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,219 pada Unstandardized Residual. Angka tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data yang digunakan untuk regresi adalah normal, sehingga dapat dilanjutkan ke uji regresi.

4.4.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson (DW) dengan ketentuan batas atas (upper bound/ du) dan batas bawah (lower bound/dl). Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,942. Nilai tersebut berada antara du (1,810) dan 4-du (2,190), berarti pada model tersebut tidak terjadi autokorelasi.


(10)

4.4.3. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi korelasi antar variabel independen.

Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

Kepemilikan manajerial 0,984 1,016 Tidak terjadi multikolinieritas

Kepemilikan institusional 0,977 1,024 Tidak terjadi multikolinieritas

Ukuran perusahaan 0,897 1,115 Tidak terjadi multikolinieritas

Afiliasi group bisnis 0,891 1,122 Tidak terjadi multikolinieritas

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa diperoleh nilai VIF untuk seluruh variabel bebas yang digunakan pada model regresi memiliki nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada variabel independen yang digunakan dalam model regresi tersebut.

4.4.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah Uji Glejser yaitu dengan meregres nilai absolute dari residual (ui) terhadap variabel bebas.

Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas

Variabel p sign Keterangan

Kepemilikan manajerial 0,806 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Kepemilikan institusional 0,815 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Ukuran perusahaan 0,960 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Afiliasi group bisnis 0,734 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2013

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen tidak berhubungan secara signifikan dengan absolute residual. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel independen yang dalam model regresi pada penelitian ini.


(11)

4.6. Pengujian Hipotesis 4.6.1. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat kelayakan model regresi dalam penelitian ini. Model regresi dikatakan layak digunakan ketika nilai signifikansi pada tabel Anova bernilai < 0,05.

Tabel 4.8 Hasil Uji F ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1,855 4 ,464 20,680 ,000a

Residual 11,437 510 ,022

Total 13,293 514

a. Predictors: (Constant), Afiliasi group bisnis, Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional, Ukuran perusahaan

b. Dependent Variable: Manajemen laba

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, diketahui bahwa model regresi ini memiliki tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan model dalam penelitian ini layak digunakan.

4.6.2. Uji t

Uji t dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh masing-masing variabel independen yang digunakan dalam model penelitian ini terhadap variabel dependen.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Dependen: Manajemen Laba

Variabel Independen B unstandardize d Beta

Standardized t Sig. Keterangan

(Constant) 0,530 4,625 0,000

Kepemilikan

manajerial 0,073 0,216 5,225 0,000

H1 : diterima Kepemilikan

institusional 0,104 0,132 3,178 0,002 H2 : ditolak

Ukuran

perusahaan -0,025 -0,261 -6,008 0,000

H3 : diterima Afiliasi

group bisnis 0,087 0,251 5,763 0,000

H4 : diterima


(12)

H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel kepemilikan manajerial diperoleh nilai t hitung adalah 5,225 dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, nilai koefisien regresi sebesar 0,073 menunjukkan arah pengaruh positif sehingga sesuai dengan arah prediksi hipotesis, maka hipotesis pertama dalam penelitian iniditerima. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Al- Fayoumi et al. (2010), dan Wedari (2004). Adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan memberikan insentif bagi manajemen untuk melakukan pengelolaan laba, hal tersebut karena manajer juga ikut menanggung konsekuensi sebagai pemegang saham. Brochet dan Gildao (2004) dalam Aji dan Mita (2010) menyebutkan bahwa manajemen yang memiliki saham perusahaan memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan dibanding pemegang saham lainnya, dengan demikian memiliki kesempatan untuk melakukan pengelolaan laba untuk meningkatkan kinerja saham perusahaan. Selain itu, laba yang sering digunakan sebagai alat ukur dalam pemberian bonus atau kompensasi kepada karyawan semakin mendorong manajer untuk melakukan pengelolaan laba. hal ini karena laba yang tinggi akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah bonus yang diterima manajer.

H2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel kepemilikan institusional diperoleh nilai t hitung sebesar 3,178 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 (p < 0,05), besar nilai koefisien regresi 0,104 menunjukkan adanya arah pengaruh positif. Arah ini tidak sesuai dengan hipotesis yang seharusnya negative, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini,tidak didukung.

Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Cornet et al. (2006), dan Siregar dan Utama (2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alves (2012). Porter (1992) dalam Midiastuti dan Mas ud (2003) meyebutkan bahwa pemegang saham institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada laba jangka pendek. Sehingga manajer terpaksa untuk melakukan tindakan pengelolaan laba yang dapat meningkatkan laba jangka pendek tersebut,


(13)

misalnya dengan melakukan manipulasi laba untuk memenuhi harapan dari pemegang saham institusional.

H3: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai t hitung sebesar -6,008 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Nilai koefisien regresi sebesar -0,025 menunjukkan adanya arah pengaruh negatif sesuai dengan hipotesis, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini,diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Cithouru et al.(2001), Lee dan Choi (2002), Siregar dan Utama (2006). Perusahaan-perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, hal ini karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Besarnya perhatian dari masyarakat dan pemerintah terhadap perusahaan membuat perusahaan besar lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Selain itu, perusahaan besar juga mendapat tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredibel.

H4: Afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel afiliasi group bisnis diperoleh nilai t hitung adalah 5,763 dan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, koefisien regresi sebesar 0,087 menunjukkan arah pengaruh positif, arah ini sesuai dengan hipotesis, maka hipotesis keempat yang menyatakan afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen labaditerima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Kim & Yi (2006), dan Beuselink & Deloof (2006), yang menunjukkan bahwa besaran manajemen laba lebih tinggi untuk perusahaan yang mempunyai kelompok afiliasi dibanding dengan perusahaan yang tidak mempunyai kelompok afiliasi atau perusahaan tunggal. Hal ini karena praktik ekspropriasi lebih mudah dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dalam satu group bisnis dibandingkan dengan perusahaan tunggal.

Pemegang saham pengendali pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi menggunakan hak kontrol yang dimilikinya dalam melakukan ekspropriasi untuk


(14)

memaksimalkan kemakmuran mereka sendiri. Manajer akan berusaha menyembunyikan tindakan ekspropriasi tersebut dengan cara melakukan manajemen laba (Yeh dan Woidtke, 2005).

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen

laba. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan memberikan insentif bagi manajemen untuk melakukan pengelolaan laba.

2. Variabel kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini kemungkinan disebabkan pemegang saham institusional pada perusahaan manufaktur di BEI merupakan pemilik sementara yang biasanya lebih fokus pada laba jangka pendek.

3. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil tingkat pengelolaan labanya.

4. Variabel afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang berafiliasi dalam group bisnis cenderung melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan perusahaan yang tidak berafiliasi dalam group bisnis.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya koefisien determinasi yang hanya sebesar 13,3% dan hanya menggunakan 4 variabel independen dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak variabel-variabel lain yang belum dianalisis dalam penelitian ini yang kemungkinan mempengaruhi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan.


(15)

2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur saja, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi.

5.3. Saran Penelitian

Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh dalam penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah:

1. Bagi pihak perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa adanya kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan dapat meningkatkan kecenderungan perilaku manajer dalam melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam merumuskan kebijakan mengenai adanya kepemilikan saham oleh manajemen dalam perusahaan. 2. Bagi penelitian selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba dan menambah jumlah sampel yang digunakan baik dengan periode yang berbeda ataupun dengan menambahkan jenis industri lain.

DAFTAR PUSTAKA

Alves, Sandra. 2012. Ownership Structure and Earning Management: Evidence From Portugal.Australian Accounting Business and Finance Journal, Vol. 6

Al-Fayoumi, N, Abuzayed, B & Alexander, D. 2010. Ownership Structure and Earning Management in Emerging Markets: The Case of Jordan.International Research Journal of Finance and Economic, Vol. 38.

Bae, K.H., & Jeung, S.W. 2007. The Value relevance of Earning and Book Value, Ownership Structure, and Business Group Affiliation: Evidence From Korean Business Group.Journal of Business Finance & Accounting,34, 740-766. Cornett M.M., A.J. Marcuss., A. Saunders dan H. Tehranian. 2006. Earning

Management, Corporate Governance, and True Financial Performance.


(16)

Dechow, P., Sloan, R., Sweeney, A., 1995. Detecting Earning Management. The Accounting Review,70, 193-225.

Douthett, Edward B. Jr. dan K. Jung. 2001. Japanese Corporate Grouping (Keiretsu) and The Informativeness of Earning. Journal of International Financial Management and Accounting12; 133-156.

Gideon, SB Buediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Imam, Ghozali. (2006).Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP.

Aaron, Guing., dan Aria, Farahmita. 2011. Manajemen laba dan Tunneling Melalui Transaksi Pihak Istimewa Di Sekitar Penawaran Saham Perdana. Simposium Nasional Akuntansi XIV.

Jogiyanto, Hartono. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. BPFE. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, 2012. Iturriaga dan Sanz. 2001. Ownership Structure, Corporate Value and Firm

Investment: A Simultaneous Equations Analysis of Spanish Companies.

Journal of Management and Governance Vol.5 No.2 pp.179-204.

Jensen, MC dan Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavioral, Agency Costs and Ownership Structure.Journal of Financial Economics.Vol. 3, 305-360.

Kim, N. B., dan Yi, C.H. 2006. Ownership Structure, Business Group Affiliation, Listing Status, and Earnings Management: Evidence from Korea.

Contemporary Accounting Research, 23 (2): 427-464.

Lee, B. B., dan Choi, B. 2002. Company size, auditor type, and earning management.

Journal of Forensic accounting, III, 27-50.

Scott, William R. 2000.Financial Accounting Theory.USA : Prentice-Hall.

Sylvia, Veronica Siregar., dan Sindarta, Utama. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.9.


(17)

Subramanyam, K.R. 1996. The Pricing of Discretionary Accrual. Journal of Accounting and Economic22, hal.249-281.

Linda, Kusumaning Wedari. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba . Simposium Nasional Akuntansi VII. IAI.

Yeh, Y. H. & Woidtke, T. 2005. Commitment or entrenchment?: Controlling Shareholder and board composition.Journal of Banking & Finance, 29.


(1)

H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel kepemilikan manajerial diperoleh nilai t hitung adalah 5,225 dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, nilai koefisien regresi sebesar 0,073 menunjukkan arah pengaruh positif sehingga sesuai dengan arah prediksi hipotesis, maka hipotesis pertama dalam penelitian iniditerima. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Al- Fayoumi et al. (2010), dan Wedari (2004). Adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan memberikan insentif bagi manajemen untuk melakukan pengelolaan laba, hal tersebut karena manajer juga ikut menanggung konsekuensi sebagai pemegang saham. Brochet dan Gildao (2004) dalam Aji dan Mita (2010) menyebutkan bahwa manajemen yang memiliki saham perusahaan memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan dibanding pemegang saham lainnya, dengan demikian memiliki kesempatan untuk melakukan pengelolaan laba untuk meningkatkan kinerja saham perusahaan. Selain itu, laba yang sering digunakan sebagai alat ukur dalam pemberian bonus atau kompensasi kepada karyawan semakin mendorong manajer untuk melakukan pengelolaan laba. hal ini karena laba yang tinggi akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah bonus yang diterima manajer. H2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel kepemilikan institusional diperoleh nilai t hitung sebesar 3,178 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 (p < 0,05), besar nilai koefisien regresi 0,104 menunjukkan adanya arah pengaruh positif. Arah ini tidak sesuai dengan hipotesis yang seharusnya negative, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini,tidak didukung.

Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Cornet et al. (2006), dan Siregar dan Utama (2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alves (2012). Porter (1992) dalam Midiastuti dan Mas ud (2003) meyebutkan bahwa pemegang saham institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada laba jangka pendek. Sehingga manajer terpaksa untuk melakukan tindakan pengelolaan laba yang dapat meningkatkan laba jangka pendek tersebut,


(2)

misalnya dengan melakukan manipulasi laba untuk memenuhi harapan dari pemegang saham institusional.

H3: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai t hitung sebesar -6,008 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Nilai koefisien regresi sebesar -0,025 menunjukkan adanya arah pengaruh negatif sesuai dengan hipotesis, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini,diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Cithouru et al.(2001), Lee dan Choi (2002), Siregar dan Utama (2006). Perusahaan-perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, hal ini karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Besarnya perhatian dari masyarakat dan pemerintah terhadap perusahaan membuat perusahaan besar lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Selain itu, perusahaan besar juga mendapat tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredibel.

H4: Afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel afiliasi group bisnis diperoleh nilai t hitung adalah 5,763 dan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, koefisien regresi sebesar 0,087 menunjukkan arah pengaruh positif, arah ini sesuai dengan hipotesis, maka hipotesis keempat yang menyatakan afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen labaditerima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Kim & Yi (2006), dan Beuselink & Deloof (2006), yang menunjukkan bahwa besaran manajemen laba lebih tinggi untuk perusahaan yang mempunyai kelompok afiliasi dibanding dengan perusahaan yang tidak mempunyai kelompok afiliasi atau perusahaan tunggal. Hal ini karena praktik ekspropriasi lebih mudah dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dalam satu group bisnis dibandingkan dengan perusahaan tunggal.

Pemegang saham pengendali pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi menggunakan hak kontrol yang dimilikinya dalam melakukan ekspropriasi untuk


(3)

memaksimalkan kemakmuran mereka sendiri. Manajer akan berusaha menyembunyikan tindakan ekspropriasi tersebut dengan cara melakukan manajemen laba (Yeh dan Woidtke, 2005).

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen

laba. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan memberikan insentif bagi manajemen untuk melakukan pengelolaan laba.

2. Variabel kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini kemungkinan disebabkan pemegang saham institusional pada perusahaan manufaktur di BEI merupakan pemilik sementara yang biasanya lebih fokus pada laba jangka pendek.

3. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil tingkat pengelolaan labanya.

4. Variabel afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang berafiliasi dalam group bisnis cenderung melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan perusahaan yang tidak berafiliasi dalam group bisnis.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya koefisien determinasi yang hanya sebesar 13,3% dan hanya menggunakan 4 variabel independen dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak variabel-variabel lain yang belum dianalisis dalam penelitian ini yang kemungkinan mempengaruhi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan.


(4)

2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur saja, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi.

5.3. Saran Penelitian

Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh dalam penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah:

1. Bagi pihak perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa adanya kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan dapat meningkatkan kecenderungan perilaku manajer dalam melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam merumuskan kebijakan mengenai adanya kepemilikan saham oleh manajemen dalam perusahaan. 2. Bagi penelitian selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba dan menambah jumlah sampel yang digunakan baik dengan periode yang berbeda ataupun dengan menambahkan jenis industri lain.

DAFTAR PUSTAKA

Alves, Sandra. 2012. Ownership Structure and Earning Management: Evidence From Portugal.Australian Accounting Business and Finance Journal, Vol. 6

Al-Fayoumi, N, Abuzayed, B & Alexander, D. 2010. Ownership Structure and Earning Management in Emerging Markets: The Case of Jordan.International Research Journal of Finance and Economic, Vol. 38.

Bae, K.H., & Jeung, S.W. 2007. The Value relevance of Earning and Book Value, Ownership Structure, and Business Group Affiliation: Evidence From Korean Business Group.Journal of Business Finance & Accounting,34, 740-766. Cornett M.M., A.J. Marcuss., A. Saunders dan H. Tehranian. 2006. Earning

Management, Corporate Governance, and True Financial Performance.


(5)

Dechow, P., Sloan, R., Sweeney, A., 1995. Detecting Earning Management. The Accounting Review,70, 193-225.

Douthett, Edward B. Jr. dan K. Jung. 2001. Japanese Corporate Grouping (Keiretsu) and The Informativeness of Earning. Journal of International Financial Management and Accounting12; 133-156.

Gideon, SB Buediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Imam, Ghozali. (2006).Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP.

Aaron, Guing., dan Aria, Farahmita. 2011. Manajemen laba dan Tunneling Melalui Transaksi Pihak Istimewa Di Sekitar Penawaran Saham Perdana. Simposium Nasional Akuntansi XIV.

Jogiyanto, Hartono. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. BPFE. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, 2012. Iturriaga dan Sanz. 2001. Ownership Structure, Corporate Value and Firm

Investment: A Simultaneous Equations Analysis of Spanish Companies.

Journal of Management and Governance Vol.5 No.2 pp.179-204.

Jensen, MC dan Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavioral, Agency Costs and Ownership Structure.Journal of Financial Economics.Vol. 3, 305-360.

Kim, N. B., dan Yi, C.H. 2006. Ownership Structure, Business Group Affiliation, Listing Status, and Earnings Management: Evidence from Korea.

Contemporary Accounting Research, 23 (2): 427-464.

Lee, B. B., dan Choi, B. 2002. Company size, auditor type, and earning management.

Journal of Forensic accounting, III, 27-50.

Scott, William R. 2000.Financial Accounting Theory.USA : Prentice-Hall.

Sylvia, Veronica Siregar., dan Sindarta, Utama. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.9.


(6)

Subramanyam, K.R. 1996. The Pricing of Discretionary Accrual. Journal of Accounting and Economic22, hal.249-281.

Linda, Kusumaning Wedari. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba . Simposium Nasional Akuntansi VII. IAI.

Yeh, Y. H. & Woidtke, T. 2005. Commitment or entrenchment?: Controlling Shareholder and board composition.Journal of Banking & Finance, 29.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN DAN UKURAN DEWAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

0 5 59

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP TIPE MANAJEMEN LABA EFISIEN ATAU OPORTUNISTIK (Studi pada Perusahaan M

0 3 14

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, KEPEMILIKAN KELUARGA, STRUKTUR KEPEMILIKAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, Kepemilikan Keluarga, Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi Dan Return On Assets (Roa) Terhadap Manajemen Laba Akrual (Studi

0 10 18

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, KEPEMILIKAN KELUARGA, STRUKTUR KEPEMILIKAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, Kepemilikan Keluarga, Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi Dan Return On Assets (Roa) Terhadap Manajemen Laba Akrual (Studi

0 3 19

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN CORPORATE GOVERNANCE Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial Dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di

0 3 17

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN CORPORATE GOVERNANCE Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial Dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di

0 2 19

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT).

0 0 12

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.

0 1 14

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA.

0 0 16

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba IMG 20150623 0001

0 1 1