Contoh Jurnal Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Return Saham | Makalah Dan Jurnal Gratis

FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 108-113

108

Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Return Saham
Kapitalisasi Besar di Bursa Efek Indonesia
Livia Halim
Program Studi Manajemen, Program Manajemen Keuangan
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: livia_halim_28@yahoo.com
Abstra k—Penelitian ini menganalisa pengaruh
variabelvariabel makro ekonomi terhadap return saham. Dengan
mengetahui variabel makro mana saja yang berpengaruh, maka
hasilnya akan menjadi referensi bagi investor untuk berinvestasi
pada pasar saham. Teknik analisis yang dilakukan pada penelitian
ini menggunankan metode regresi linier berganda dengan
menggunakan variabel bebas inflasi, BI rate, jumlah uang beredar
dan nilai tukar terhadap variabel bebas return saham kapitalisasi
besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi dan BI

rate tidak berpengaruh terhadap return saham kapitalisasi besar.
Jumlah uang beredar dan nilai tukar berpengaruh signifikan
terhadap return saham kapitalisasi besar.
Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel makro
ekonomi, sehingga penelitian selanjutnya perlu menemukan
variabel makroekonomi lain yang diduga berpengaruh terhadap
return saham kapitalisasi besar.
Kata Kunci—BI rate, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Nilai
Tukar, Saham Kapitalisasi Besar.
Abstract—This study analyzes the influence of macroeconomic
variables on stock returns. With knowing the influence of the
variable macro will help investor to make an investment in the
stock market. The technique of this research is used multiple linier
regression method, the independent variables are inflation, central
bank rate, money supply and the exchange rate look towards
dependent variable big capitalization (big cap) stocks return
which listed on the Indonesia Stock Exchange.
These results indicate that the variable inflation and BI rate
have no effect on big cap stock returns. The money supply and the
exchange rate have a significant effect on big cap stock returns.

This study only used four macroeconomic variables, so the
further research needs to find other macroeconomic variables
which affect on big cap stock returns.
Keyword—BI rate, Inflation, Money Supply, Exchange Rate,
Big-Cap Stocks.

1. PENDAHULUAN
INVESTASI adalah penanaman modal untuk satu atau
lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan memperoleh keuntungan di masa datang (Sunariyah,
2003). Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa
investasi langsung yaitu investasi yang dilakukan dengan
membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan
baik melalui perantara atau dengan cara lain seperti
pembelian sertifikat deposito, saham atau obligasi, maupun
investasi tidak langsung (Sinurat, 2010). Kehati-hatian
dalam berinvestasi harus menjadi perhatian agar resiko
investasi dapat diminimalkan, oleh karena itu pengambilan
keputusan investasi bukan saja membutuhkan informasi
tentang kondisi perusahaan tapi juga kondisi ekonomi suatu

negara. Hal ini disebabkan kondisi makro ekonomi secara
keseluruhan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi

masyarakat, pengusaha, investor dan kinerja perusahaan.
Perubahan kinerja perusahaan bisa mempengaruhi aliran kas
yang akan diperoleh di masa datang yang dipengaruhi
kondisi makro ekonomi. Dengan demikian, jika ingin
mengestimasi aliran kas dari suatu perusahaan mau tidak
mau harus mempertimbangkan berbagai analisa termasuk
analisis ekonomi makro.
Pada dasarnya ada tiga indikator utama dalam ekonomi
makro yaitu pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP),
pengangguran, dan inflasi (McConnel, Brue, dan Flynn,
2009). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya disertai
dengan naiknya inflasi dan berkurangnya angka
pengangguran (Alam, 2007; Dornbusch, Fisher, dan Startz,
2008). Hal ini dapat diamati pada krisis tahun 1929 di
United States (US) yang dikenal dengan Great Depression.
Ketika terjadi Great Deppresion tahun 1929-1933 Gross
National Product (GNP) turun hampir 30%, Consumer

Price Index (CPI) turun hampir 25%, pengangguran
meningkat dari 3% menjadi 25%, dan banyak investasi yang
bangkrut sehingga harga saham turun hampir 85%
(Dornbusch, Fisher, dan Startz, 2008). Pada tahun 1999
Brazil juga mengalami krisis ekonomi, dimana saat itu GDP
Brazil 843.827 trilyun dolar turun menjadi 586.863 trilyun
dolar, inflasi mengalami peningkatan dari 4.86% menjadi
7.06% pada tahun 2000 (tradingeconomics, n.d. ). Krisis ini
juga berdampak terhadap indeks Bovespa Sao Paolo (BVSP)
di Brazil yang pada tahun 2000 turun sebesar 10,72%
menjadi 15,259. Indonesia sendiri pernah berada dalam
kondisi krisis pada tahun 1998, yang dikenal dengan nama
krisis moneter. Krisis tersebut menyebabkan ratusan
perusahaan gulung tikar. Pada saat itu GDP Indonesia pada
tahun 1998 sebesar 215.749 trilyun turun menjadi 95.446
trilyun pada tahun 1999. Sedangkan inflasi pada tahun 1998
sebesar 7,17% naik menjadi 77,63% pada tahun 1999.
Jumlah tingkat pengangguran juga mengalami peningkatan
dari 4,68% pada tahun 1998 menjadi 5.46% pada tahun
1999. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga sempat

jatuh menjadi 393.62 pada 1999, padahal pada tahun 1998
IHSG sempat mencapai 541.42 (financeyahoo, n.d.).
Bedasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
naik atau turunnya indikator makro ekonomi dapat
mempengaruhi laba perusahaan yang juga akan berpengaruh
terhadap return saham perusahaan.
Dalam rangka melihat hubungan antara variabel makro
ekonomi dengan pasar modal, maka banyak penelitian telah
dilakukan. Li (2002), dalam penelitiannya menggunakan
periode penelitian tahun 1958-2001 menemukan bahwa
ketidakpastian inflasi dan tingkat bunga riil berpengaruh
signifikan terhadap return saham dan obligasi di US. Adam
& Tweneboah (2008), menggunakan periode penelitian
tahun 1991-2007 menemukan bahwa tingkat inflasi, dan
suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham

FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 108-113

109


di Ghana.
Menike (2006) dalam penelitiannya
menggunakan periode penelitian 1991-2002 menemukan
bahwa inflasi, nilai tukar dan suku bunga berpengaruh
negatif terhadap harga saham di Colombo Stock Exchange
(CSE) sedangkan jumlah uang beredar berpengaruh positif
terhadap harga saham di CSE. Nugroho (2008),
menggunakan periode penelitian 2002-2007 menemukan
suku bunga, jumlah uang yang beredar, dan kurs
mempengaruhi indeks LQ45, sedangkan inflasi
tidak
berpengaruh terhadap indeks LQ45. Rahardjo (2010),
menggunakan periode penelitian 2007-2009 dalam
penelitiannya menemukan inflasi, kurs, dan suku bunga
berpengaruh terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia.
Kewal (2012), menggunakan periode penelitian tahun 20002009 menemukan bahwa inflasi, suku bunga sertifikat bank
Indonesia dan pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB)
tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), sedangkan kurs berperngaruh secara signifikan
terhadap IHSG.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah disebutkan
diatas, beberapa variabel makro ekonomi yang sering
digunakan untuk melihat pergerakan terhadap indeks saham
maupun harga saham adalah inflasi, suku bunga, jumlah
uang beredar dan nilai tukar/kurs.
Untuk lebih
memfokuskan penelitian, maka data yang akan diteliti adalah
saham kapitalisasi besar. Saham kapitalisasi besar menurut
Manurung (2006); Surabaya Post (2011) adalah saham
dengan kapitalisasinya lebih besar atau sama dengan 1
trilyun rupiah. . Pada umumnya, saham dengan kapitalisasi
besar menjadi incaran investor karena resiko relatif rendah
dibandingkan dengan saham small cap (Kontan, 2008).

Cyclical Stock, dan Speculative Stock. Growth stock adalah
saham dari perusahaan yang pertumbuhan sales dan
earning nya lebih cepat dari rata-rata industri. Income stock
adalah saham dari perusahaan yang telah mapan. Perusahaan
umumnya membagikan deviden tinggi dan perusahaannya
tidak sedang bertumbuh pesat. Blue chip stock merupakan

saham unggulan yang diterbitkan perusahaan yang mapan
dengan pembayaran deviden yang baik. Defensive stock
adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi.
Cyclical stock merupakan saham perusahaan yang sensitif
terhadap siklus bisnis dan kinerjanya terikat pada
perekonomian secara keseluruhan. Speculative Stock
merupakan saham yang sangat beresiko.
2.2.3. Katagori Saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar
Menurut Surabaya Post (2011), berdasarkan
kapitalisasi pasarnya, saham dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu: Saham kapitalisasi pasar besar, saham kapitalisasi
pasar menengah, dan saham kapitalisasi pasar kecil. Saham
kapitalisasi pasar besar yaitu saham yang
memiliki
kapitalisasi pasar di atas satu trilyun. Saham kapitalisasi
pasar menengah yaitu saham yang memiliki kapitalisasi
pasar antara 500 milyar sampai satu trilyun. Saham
kapitalisasi pasar kecil yaitu saham yang memiliki
kapitalisasi pasar di bawah 500 milyar.
2.2.4.

Return saham
Menurut Syarul (2000, p.1132), “return adalah
pengembalian hasil atau laba atas surat berharga atau
investasi modal, biasanya dinyatakan dalam suatu tingkat
persentase”.
Rumus Actual Return dinyatakan sebagai berikut:

2. TEORI PENUNJANG

Dimana:
Ri = return saham
Pt = Harga saham periode t
P t-1 = Harga saham periode t-1
2.3. Makro Ekonomi
Menurut Mankiw (2003), konsep makro ekonomi
adalah sebuah kajian tentang gejala atau fenomena sebuah
perekonomian secara luas di suatu Negara, mencakup inflasi,
suku bunga, nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi yang
mempengaruhinya.
2.3.1.

Inflasi
Inflasi adalah keadaan dimana harga barang
mengalami kenaikan dan berlangsung terus menerus. Inflasi
dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu inflasi
sedang, ganas, dan hiperinflasi (Nanga, 2005). Berdasarkan
faktor yang menimbulkannya inflasi dapat dibedakan
menjadi inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya.
Inflasi tarikan permintaan (demmand pull inflation) terjadi
apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat
melayani permintaan masyarakat. Inflasi desakan biaya (cost
push inflation ) adalah kenaikan harga dalam perekonomian
yang diakibatkan oleh naiknya biaya produksi (Sukirno,
1998). Secara umum, cara untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Consumer Price Index (CPI), Producer Price Index
(PPI), dan GNP Deflator (Nanga, 2001).
2.3.2.
BI rate
Tingkat bunga minimum yang diwakili Suku
bunga Bank Indonesia (SBI) sebagai dasar untuk
menetapkan tingkat pengembalian investasi (return). BI rate

adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank

2.1. Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal
sendiri (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Adapun instrumen
keuangan yang dimaksudkan di sini adalah, obligasi, waran,
right, obligasi konvertibel, dan produk derivatif.
2.2. Saham
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan
Fakhruddin, 2001).
2.2.1.
Tipe Saham berdasarkan Hak Tagih atau Klaim
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), saham
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: saham biasa
(common stock) dan saham preferen (preferred stock).
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya di
urutan terakhir dalam pembagian deviden dan hak atas
kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi.Saham
Preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa.
2.2.2. Tipe Saham berdasarkan Kinerja Perdagangannya
Menurut Levy (2002), saham biasa dapat
diklasifikasikan ke dalam enam kategori yaitu: Growth
stock, Income Stock, Blue Chip Stock, Defensive Stock,

(1)

FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 108-113
Indonesia dan diumumkan kepada publik. Kebijakan bunga
rendah akan mendorong masyarakat untuk melakukan
investasi daripada menabung, demikian pula sebaliknya
(McConnel & Brue, 2002).
2.3.3
Jumlah Uang Beredar
Uang beredar dibedakan dalam dua pengertian,
yaitu pengertian terbatas dan pengertian luas (Sukirno,
2012). Dalam pengertian terbatas uang beredar adalah mata
uang dalam peredaran ditambah uang giral yang dimiliki
perseorangan, perusahaan, dan badan pemerintah. Dalam
pengertian luas uang beredar meliputi mata uang dalam
peredaran, uang giral, uang kartal, dan uang kuasi. Uang
kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening
(tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar
dalam arti luas dinamakan likuiditas perekonomian atau M2.
Pengertian uang beredar dalam arti sempit selalu disingkat
M1.
2.3.4.
Nilai Tukar (kurs)
Nilai tukar valuta asing dapat didefinisikan
sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu rupiah
yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang
asing (Sukirno, 2012). Menurut Dornbusch & Fischer
(1992), nilai tukar dikenal ada empat jenis yakni:
a) Selling Rate (Kurs Jual) merupakan kurs yang
ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta
asing tertentu pada saat tertentu.
b) Middle Rate (Kurs Tengah) merupakan kurs tengah
antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap
mata uang nasional, yang telah ditetapkan oleh bank
central pada saat tertentu.
c) Buying Rate (Kurs Beli) merupakan kurs yang
ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta
asing tertentu pada saat tertentu.
d) Flat Rate (Kurs Rata) merupakan kurs yang berlaku
dalam transaksi jual beli bank notes dan travellers
cheque.
2.4.1.
Hubungan Inflasi dan Return Saham
Inflasi berhubungan negatif dengan return saham.
Inflasi yang terjadi karena demand pull inflation
menyebabkan bertambahnya permintaan terhadap barang
dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap
faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu akan menyebabkan terjadinya cost push
inflation , maka akan menyebabkan harga barang yang
diproduksi perusahaan meningkat, sedangkan jumlah barang
yang diproduksi menurun. Hal ini akan menyebabkan tingkat
profitabilitas perusahaan menurun. Jika profit menurun,
perlahan-lahan kinerja perusahaan juga akan menurun. Hal
ini merupakan informasi buruk bagi trader, sehingga dapat
mengakibatkan berkurangnya minat investor terhadap saham
perusahaan tersebut. Berkurangnya minat investor terhadap
saham tersebut dapat menyebabkan turunnya harga saham
dan return saham juga menurun (Gitman,2001)
2.4.2.
Hubungan BI rate dan Return Saham
Suku bunga memiliki hubungan negatif dengan
return saham (Wahyudi, 2003). Apabila tingkat suku bunga
naik, maka investor saham akan menjual seluruh atau
sebagian sahamnya untuk dialihkan ke dalam investasi
lainnya yang relatif lebih menguntungkan dan bebas resiko,
akibatnya harga saham akan turun, sehingga menyebabkan
return saham juga menurun, demikian pula sebaliknya.
Tingkat bunga dan investasi berhubungan terbalik (Alam,
2007; McConnel & Brue, 2002).

110
2.4.3. Hubungan Jumlah Uang Beredar dan Return Saham
Jumlah uang beredar berhubungan positif dengan
return saham. Uang yang beredar semakin tinggi, maka
terdapat
kecenderungan
meningkatnya
kegiatan
perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan
perusahaan-perusahaan mendapatkan supply uang yang lebih
tinggi dari biasanya. Ketika supply uang tinggi, maka
kegiatan operasional yang bersifat profit oriented juga akan
meningkat dan otomatis akan membuat laba perusahaan
meningkat pula. Hal ini pada gilirannya nanti akan
meningkatkan return saham dari perusahaan yang
bersangkutan.
Selain itu, Menurut Samsul (2006), jika jumlah
uang beredar meningkat, maka pada saat itu suku bunga
menurun, dan investasi dalam pasar modal meningkat,
sehingga pasar akan menjadi bullish. Jika jumlah uang
beredar menurun, maka pada saat itu tingkat bunga naik dan
investasi dalam pasar modal menurun, sehingga pasar akan
menjadi bearish. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan Menike (2006) jumlah uang beredar berpengaruh
positif terhadap harga saham.
2.4.4. Hubungan Nilai Tukar (kurs) dan Return Saham
Kurs IDR/USD memiliki hubungan positif terhadap
return saham (Wahyudi, 2003). Nilai kurs yang menguat
menandakan perekonomian yang berkembang dan menarik
untuk kegiatan investasi. Apabila IDR mengalami apresiasi,
minat investor berinvestasi dalam pasar modal juga
mengalami peningkatan (Sunariyah, 2003). Hal ini akan
berdampak terhadap kenaikan harga saham, yang berarti jika
seseorang menginvestasikan dananya di pasar saham, maka
return saham yang diperoleh atas saham tersebut juga akan
tinggi.
2.5. Kerangka Pemikiran
inflasi
BI rate

Nilai Tukar

Return
Saham
Kapitalisasi
Besar

Jumlah Uang
Beredar
Gambar 1. Kerangka berpikir

2.6

Hipotesa
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat
dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H1
: inflasi berpengaruh siginifikan terhadap return
saham kapitalisasi besar.
H2
: BI rate berpengaruh signifikan terhadap
return saham kapitalisasi besar.
H3
: jumlah uang beredar berpengaruh signifikan
terhadap return saham kapitalisasi besar.
H4
: nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap
return saham kapitalisasi besar.
H5
: inflasi, BI rate, nilai tukar, jumlah uang
beredar secara bersama-sama berpengaruh
siginifikan terhadap return saham kapitalisasi
besar.

FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 108-113

111

3. URAIAN PENULISAN
Jenis data penelitian termasuk ke dalam data kuantitatif
dengan periode pengamatan dari tahun 2009 sampai tahun
2012. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa data yang mendukung variabel
penelitian. Data variabel bebas dalam penelitian ini, yaiu:
inflasi, BI rate, jumlah uang beredar dan nilai tukar. Data
variabel terikat adalah return saham kapitalisasi besar.
Penelitian ini menggunakan alat statistik regresi linear
berganda. Populasi yang akan diteliti adalah perusahaan
dengan kapitalisasi besar di BEI selama periode 2009-2012.
Sampel dibatasi pada perusahan yang memiliki kapitalisasi
pasar di atas satu trilyun rupiah dan memiliki data harga
saham bulanan selama periode penelitian.
Sebelum dilakukan analisa regresi berganda akan
ditetapkan lag terlebih dahulu, untuk menganalisa jeda
waktu yang mungkin terjadi antara variabel bebas dan
variabel terikat. Penetapan lag berdasarkan grafik
pergerakan inflasi, BI rate, jumlah uang beredar, nilai tukar
dan return saham kapitalisasi besar. Setelah itu dilakukan uji
asumsi klasik untuk memastikan bahwa model yang
digunakan tidak bias. Model dasar penelitian ini adalah
sebagai berikut :
R (t) = β0 - β1. INF(t-n) - β2. BIR(t-n) + β3. JUB(t-n) + β4. NT(t-n)
+e
R
β0
β1
INF(t-n)
β2
BIR(t-n)
β3
JUB(t-n)
β4
NT(t-n)

Sesuai dengan gambar 2 dapat dilihat perubahan inflasi
mengakibatkan perubahan return saham kapitalisasi besar.
Apabila inflasi meningkat, maka akan berdampak terhadap
penurunan return saham pada bulan berikutnya, demikian
pula sebaliknya.

Gambar 3. Respon Return akibat pergerakan BI rate

Sesuai dengan gambar 3 dapat dilihat perubahan BI rate
mengakibatkan perubahan return saham kapitalisasi besar.
Apabila BI rate meningkat, maka akan berdampak terhadap
penurunan return saham pada bulan yang sama, demikian
pula sebaliknya.

(2)

=
=
=

return saham kapitalisasi besar
konstanta (intercept)
koefisien regresi inflasi terhadap return saham
kapitalisasi besar
=
inflasi periode n bulan sebelum periode
pengamatan
=
koefisien regresi BI rate terhadap return
saham kapitalisasi besar
=
BI rate periode n bulan sebelum periode
pengamatan
=
koefisien regresi jumlah uang beredar
terhadap return saham kapitalisasi besar
=
jumlah uang beredar (M2) periode n bulan
sebelum periode pengamatan
=
koefisien regresi nilai tukar terhadap return
saham kapitalisasi besar
= nilai tukar rupiah terhadap dollar periode n

Gambar 4. Respon Return akibat pergerakan Jumlah Uang Beredar

Sesuai dengan gambar 4 dapat dilihat perubahan jumlah
uang beredar (M2) mengakibatkan perubahan return saham
kapitalisasi besar. Apabila jumlah uang beredar (M2)
meningkat, maka akan berdampak terhadap peningkatan
return saham pada bulan berikutnya, demikian pula
sebaliknya.

bulan sebelum periode pengamatan

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Gambar 5. Respon Return akibat pergerakan Nilai Tukar

Gambar 2. Respon Return akibat pergerakan Inflasi

Sesuai dengan gambar 5 dapat dilihat perubahan
nilai tukar mengakibatkan perubahan return saham
kapitalisasi besar. Apabila nilai tukar menguat, maka akan
berdampak terhadap peningkatan return saham pada bulan
berikutnya, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian

FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 108-113

112

didapatkan persamaan dengan menggunakan lag sebagai
berikut:
R (t) = β0 - β1. INF(t-1) - β2. BIR(t-1) + β3. JUB(t-0) + β4. NT(t-1) +
e
R
β0
β1

(3)
=
=
=

return saham kapitalisasi besar
konstanta (intercept)
koefisien regresi inflasi terhadap return saham
kapitalisasi besar
INF(t-1) =
inflasi periode 1 bulan sebelum periode
pengamatan
β2
=
koefisien regresi BI rate terhadap return
saham kapitalisasi besar
BIR(t-1) =
BI rate periode 1 bulan sebelum periode
pengamatan
β3
=
koefisien regresi jumlah uang beredar
terhadap return saham kapitalisasi besar
JUB(t-0) =
jumlah uang beredar (M2) periode 0 bulan
sebelum periode pengamatan
β4
=
koefisien regresi nilai tukar terhadap return
saham kapitalisasi besar
NT(t-1) =
nilai tukar rupiah terhadap dollar periode 1
bulan sebelum periode pengamatan
Ketika dilakukan analisa regresi berganda didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Regresi Return Kapitalisasi Besar

Variabel
Konstanta
Inflasi
BI rate
JUB
Nilai Tukar
F
Adj. R. Square

Beta
0,109
-0,026
-3,162
-0.000000071
0.0000334

Sig
0,609
0,286
0,152
0,036
0,032
0,014
0,176

Berdasarkan Tabel 1. dari hasil uji F diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,014. Oleh karena nilai signifikansi
lebih kecil dari α = 5% maka dapat disimpulkan tolak Ho
yang artinya inflasi, BI rate, jumlah uang beredar,dan nilai
tukar secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
return saham kapitalisasi besar.
Dari hasil uji t, kelima variabel independen yang
dimasukkan dalam model ternyata hanya dua variabel
signifikan, hal ini terlihat dari nilai signifikansinya sebesar
0,036 untuk jumlah uang beredar dan 0,032 untuk nilai
tukar, yang lebih kecil dari α = 5%. Jadi dapat disimpulkan
untuk tolak Ho, bahwa jumlah uang beredar dan nilai tukar
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham
kapitalisasi besar. Dari tabel 4.1 didapatkan persamaan
regresi:
R(t) = 0,109 - 0,026. INF(t-1) - 3,162. BIR(t-1) - 0,000000071.
JUB(t-0) + 0,0000334. NT(t-1) + e
Artinya, koefisien regresi JUB sebesar -0,000000071
menyatakan bahwa kenaikan jumlah uang beredar satu
satuan akan menurunkan rasio return saham kapitalisasi
besar sebesar 0,000000071 satuan. Sedangkan koefisien
regresi nilai tukar sebesar 0,0000334 menyatakan bahwa
kenaikan nilai tukar satu satuan akan menaikan rasio return
saham kapitalisasi besar sebesar 0,0000334 satuan.

Keempat variabel bebas (inflasi, BI rate, jumlah uang
beredar, dan nilai tukar) yang diggunakan dalam penelitian
ini hanya mampu menjelaskan pergerakan return saham
kapitalisasi besar dengan tingkat kejelasan 17,6%, sisanya
sebesar 82,4% dipengaruhi oleh faktor lain.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari analisis data serta pembahasan yang
dilakukan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa inflasi, BI rate, jumlah
uang beredar dan nilai tukar secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap return saham kapitalisasi
besar. Sedangkan secara parsial hanya variabel jumlah uang
beredar dan nilai tukar yang secara parsial berpengaruh
signifikan sedangkan variabel inflasi dan BI rate tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham
kapitalisasi besar. Koefisien determinasi menunjukkkan
bahwa 17,6% return saham kapitalisasi besar dipengaruhi
oleh inflasi, tingkat SBI, jumlah uang beredar dan nilai
tukar, sedangkan 82.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan
periode pengamatan, sehingga dapat mengikutsertakan
variabel bebas lainnya yang dikeluarkan per tiga bulan
maupun pertahun.Menambah variabel bebas, seperti GDP,
pengangguran, maupun harga minyak duni agar return saham
kapitalisasi besar dapat dijelaskan lebih sempurna.
Pengklasifikasian kategori saham kaptalisasi besar bisa
diperbaiki lagi dan mencari pengklasifikasian yang tepat
sehingga hasil dari penelitian dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ancrenaz, (2008, June 27). Kapitalisasi Pasar. Kontan. Retrived
Mei 7, 2013, from
http://personalfinance.kontan.co.id/main/investasi_pemula/read/74
Adam, M. A., Tweneboah, G. 2008. Do Macroeconomic Variabel
Play Any Role in the Stock Market Movement in Ghana. Retrived
February 20, 2013, from http://mpra.ub.unimuenchen.de/9357/1/MPRA_paper_9357.pdf
Alam, S. (2007), Ekonomi: untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta :
Erlangga.
Bank Indonesia (n.d.). BI rate. Retrived February 20, 2013, from
http://www.bi.go.id/web/en/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/
Darmadji, T., Fakhrudin, H. M. (2001). Pasar Modal Indonesia :
Pendekatan Tanya Jawab . Edisi Pertama. Jakarta : PT.Salemba
Emban Patria.
Dornbusch, R., & Fisher, S. (1992). Ekonomi Makro. Jakarta :
Erlangga
Dornbusch, R., & Fisher, S., Startz, R. (2008). Macroeconomics.
Tenth Edition New York : McGraw-Hill Companies, Inc.
Gitman, H. (2001). Money market (2nd ed) New Jarsey : Person
Education.
Kayo, E. S. (n.d). Kapitalisasi Pasar 2010 . Retrived February 20,
2013, from http://sahamok.com/pasar-modal/emiten/kapitalisasipasar/kapitalisasi-pasar-2010/

FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 108-113
Kayo, E. S. (n.d). Kapitalisasi Pasar 2011 . Retrived February 20,
2013, from http://sahamok.com/pasar-modal/emiten/kapitalisasipasar/kapitalisasi-pasar-2011/
Kayo, E. S. (n.d). Kapitalisasi Pasar 2012 . Retrived February 20,
2013, from http://sahamok.com/pasar-modal/emiten/kapitalisasipasar/kapitalisasi-pasar-2012/
Kekuatan Saham Big Cap. (2011, July 11). Surabaya Post.
Retrived
Mei
4,
2013,
from
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=04469
af3e25af61dd9be1b4beb04e8bd&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b
0674a318d5
Kementrian Perdagangan. (n.d.). Amount of circulate money.
Retrived
February
20,
2013,
from
http://www.kemendag.go.id/en/economic-profile/economicindicators/amount-of-circulate-money
Kementrian Perdagangan. (n.d.). Inflasi. Retrived February 20,
2013,
from
http://www.kemendag.go.id/en/economicprofile/economic-indicators/inflation
Kementrian Perdagangan. (n.d.). Exchange rate. Retrived February
20,
2013,
from
http://www.kemendag.go.id/en/economicprofile/economic-indicators/exchange-rates
Kewal, Suci Suramaya. (2012, April). Pengaruh inflasi, suku
bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap indeks harga saham
gabungan. Jurnal Economia 8(1), 1-12. Retrived October 8, 2012,
from
http://journal.uny.ac.id/index.php/economia/article/view/801/625 .
Levy, H. (2002), Fundamental of investment, United Kingdom :
Prentice Hall.
Li, L. (2002). Macroeconomic Factors and the Correlation of
Stock and Bond Returns. Retrived March 19, 2013 from Yale
University website http://ssrn.com/abstract_id=363641
Mankiw, N. G. (2003). Macroeconomics. Fourth Edition. New
York : Worth Publishers.
Manurung, A. H. (2006), Kemana investasi. Jakarta : PT. Kompas
Media Nusantara.
McConnell, C.R., Brue, S.L. (2002). Economics: Principles,
Problem, and Policies. United States : McGraw-Hill.
McConnell, C. R., Brue, S. L., Flynn, S. M. (2009). Economics.
Eighteen Edition. United States : McGraw-Hill.
Menike, L.M.C.S (2006). The Effect of Macroeconomic Variables
on Stock Prices in Emerging Sri Lankan Stock Market.
Sabaragamuwa University Journal (6),1, 50-67. Retrived february
8,
2013,
from
http://www.sljol.info/index.php/SUSLJ/article/view/1689
Nanga, M. (2001). Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan
Edisi Perdana . Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Nanga, M. (2005). Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan .
Edisi Kedua. Jakarta : PT. Raja Grafika Persada.
Nugroho, H (2008). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs
dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks (Studi Kasus Pada
BEI Periode 2002-2007). Retrived October 8, 2012, From
Dipoegoro University Web

113
Raharjo, S. (2010). Pengaruh Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, dan
Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Perbankan . 18(13), 1-16.
Retrived
Maret 8, 2012, from http://e-journal.stieaub.ac.id/index.php/probank/article/view/84/66
Samsul, M. (2006). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio .
Jakarta: Erlangga.
Sinurat, J. A. P. (2010). Tinjauan Yuridis Terhadap Investasi
Asing Yang Hendak Melakukan Pembelian Saham Mayoritas
Melalui Investasi Portofolio Dalam Pasar Modal . Universitas
Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Sukirno, S. (1998). Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2012). Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Ketiga.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sunariyah. (2003). Pengantar Pasar Modal. Jakarta :UUP AMP
LPFE UI
Syarul, G. (2000). Kiat berinvestasi. Jakarta : Erlangga.
Wahyudi. (2003), Makro ekonomi. Jakarta : Erlangga.
www.finance.yahoo.com
www.tradingeconomics.com