IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE JIGSAW LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA DARUSSYAHID SAMPANG MADURA.

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN
METODE JIGSAW LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA
DARUSSYAHID SAMPANG MADURA

SKRIPSI
Oleh :
IDRIS ABDAU
NIM :D01212018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA
2016

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI

Skripsi Oleh :
Nama : Idris Abda’u
NIM


: D01212018

Judul : Implementasi Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam
Pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang Madura.

Ini telah diperiksa dan di setujui untuk diujikan.

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Idris Abda’u

NIM

: D01212018

Fakultas/Prodi


: Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi

: Implementasi Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam
Pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang
Madura.

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Implementasi Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam Pembelajaran
Agama Islam (PAI) di SMA Darussyahid Sampang.
Abda’u Idris (D01212018)
Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)
Abstrak
Dalam proses belajar mengajar, salah satu faktor yang sangat mendukung
keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah kemampuan guru
dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Guru dituntut untuk

menguasai macam-macam metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi dan siswa.
Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah
satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang
secara optimal. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan
melakukan dengan kreatifitasnya sendiri.
Dengan metode belajar aktif, siswa akan mampu memecahkan masalahnya
sendiri, yang paling penting melakukan tugasnya sesuai dengan pengetahuan yang
mereka miliki.
Persoalannya bagaimana mengaktifkan siswa agar senantiasa tumbuh
kesadaran mau dan senanag belajar, guru harus mempunyai strategi yang baik
supaya pendidikan dan pengajaran yang disampaikan memperoleh respon positif,
menarik perhatian, dapat dikembangkan dan terimplementasi dalam sikap yang
positif pula. Untuk mencapainya, seorang guru harus dapat memilih metode
pengajaran yamg menarik.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru lebih mangaktifkan
belajar siswa di kelas yaitu dengan menggunakan metode Jigsaw Learning.
Strategi ini dapat diterapkan pada pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang
sudah ditetapkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini rumusan
masalahnya adalah (1). Bagaimana pelaksanaan metode Jigsaw Learning dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)? (2). Apa faktor pendukung dan
penghambat penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI)? (3). Sejauh mana efektifitas penggunaan metode Jigsaw
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)? Adapun tujuannya
adalah, (1). Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode jigsaw Learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), (2). Untuk mengetahui
sejauh mana efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI), (3). Untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran
Pendidikan Agama islam (PAI).
Metode Jigsaw Learning adalah suatu tipe pembelajaran koopertaif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut
kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah upaya membelajarkan siswa
untuk dapat mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
kemasyarakatannya dan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan yang
dilandasi dengan nilai-nilai Islami.
Untuk penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam sangat cocok sekali, selain dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas,
juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga siswa mampu
memahami dan menghayati agama Islam dengan baik.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu data yang
dikumpulkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi
dan dokumen lainnya. Data yang terkumpul penulis analisis dengan menggunakan
tehnik analisi deskriptif.
Efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning selain didukung oleh
prosedur penerapan yang baik, hasil belajar yang memuaskan juga merupakan
salah satu pendukung keefektifan pemggunaan metode ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Jigsaw Learning
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Darussyahid Sampang
sudah cukup efektif. Metode ini sangat membantu guru PAI karena dapat
melibatkan siswa secara aktif dan dapat meningkatkan kerjasama siswa.
Penerapan metode ini didukung oleh beberapa sarana yang cukup lengkap yang

disediakan oleh SMA Darussyahid Sampang. Dan ada beberapa penghambat
yang dihadapi oleh guru-guru khususnya guru PAI yaitu kurangnya waktu dan
banyaknya siswa dalam satu kelas. Akan tetapi untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut, seorang guru harus memiliki keterampilan sendiri.

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM..................................................................................
PERSETUJUAN SKRIPSI.......................................................................
PENGESAHAN TIM PENGUJI..............................................................
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................
MOTTO.....................................................................................................
PERSEMBAHAN......................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
ABSTRAK.................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I: PENDAHULUAN

i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xii
xiv
xv

A. Latar Belakang..........................................................................

1

B. Rumusan Masalah.....................................................................


11

C. Tujuan Penelitian......................................................................

11

D. Kegunaan Penelitian................................................................

11

E. Definisi Operasional................................................................

12

F. Sistematika Pembahasan..........................................................

14

BAB II: KAJIAN TEORI

A. Metode Jigsaw Learning
1. Pengertian Metode............................................................

16

2. Pengertian Jigsaw Learning..............................................

18

3. Tujuan Metode Jigsaw Learning.......................................

22

4. Manfaat metode Jigsaw Learning.....................................

23

5. Langkah-langkah metode Jigsaw Learning......................

23


6. Faktor pendukung metode Jigsaw Learning....................

29

7. Faktor penghambat metode Jigsaw Learning...................

29

8. Kelebihan dan kekurangan metode Jigsaw Learning.......

30

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Pembelajaran..................................................

31

2. Komponen-komponen pembelajaran...................................


32

ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas........................................................... 41
2. Efektifitas dalam pembelajaran............................................ 42
3. Barometer efektifitas dalam pembelajaran..........................

43

BAB III: METODE PENELITIAN
A. Desain dan Subjek Penelitian....................................................

51

B. Prosedur Penelitian.................................................................... 53
C. Instrumen Pengumpulan Data...................................................

55

BAB IV: LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Latar belakang objek penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Darussyahid Sampang...................... 61
2. Demografi SMA Darussyahid Sampang.............................. 67
3. Visi dan misi SMA Darussyahid Sampang.......................... 68
4. Organisasi SMA Darussyahid Sampang.............................. 70
5. Kondisi Objek...................................................................... 72
B. Penyajian dan analisis data
1. Penerapan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran
PAI di SMA Darussyahid Sampang...................................

76

2. Faktor pendukung dan penghambat penggunaan Metode
Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA
Darussyahid Sampang ......................................................

80

3. Efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning dalam
pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang............

81

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................

87

B. Saran........................................................................................

88

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Siswa Tahun Pelajaran 2015/2016 ........................................... 69
Tabel 4.2 Guru SMA Darussyahid Sampang .................................................... 70
Tabel 4.3 Data Guru Pegawai Negeri Sipil ....................................................... 70
Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana ................................................................ 71

iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kartu Konsultasi
Lampiran 2 Surat Tugas Penelitian Skripsi
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Pedoman Observasi
Lampiran 5 Pedoman Wawancara

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik,
yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa
harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui
berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari
aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten akan lebih
mampu menciptakan lingkungan yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat yang optimal.
Belajar memang bukan konsekuensi otomatis dari penyampaian
informasi pada anak didik, tapi belajar membutuhkan keterlibatan mental dan
tindakan dari pelajar itu sendiri. Itulah keaktifan yang merupakan langkahlangkah belajar yang didesain agar siswa senang mendukung proses itu dan
menarik minat untuk terlibat.
Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan
berkembang secara optimal. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2
untuk mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan
bahasanya dan melakukan dengan kreatifitasnya sendiri.1
Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana
proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa, sedangkan guru dituntut
dalam memilih dan menerapkan metode mengajar sesuai tujuan yang ingin
dicapai. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan
hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan kewajiban guru, menurut
Slameto masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan
kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa, serta siswa dengan
siswa lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Bila siswa
mendengarkan informasi dari guru, keterlibatan dalam proses mengajar dapat
dikatakan tidak ada, kalaupun siswa terlibat maka keterlibatan kurang sekali.
Misalnya siswa terlibat hanya sebatas menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru. Hal tersebut banyak terjadi di SMA Darussyahid pada mata
pelajaran eksak, bahkan menimbulkan rasa bosan pada siswa saat mengikuti
proses belajar mengajar. Karena guru dalam proses belajar mengajar
menggunakan ceramah dan menyuruh siswa untuk menyalin (metode belajar
konfensional), sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Untuk
meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui
upaya memperbaiki proses pengajaran, sehingga dalam perbaikan proses
pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku pengelola kegiatan belajar
1
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 167-168.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3
siswa, guru diharapkan mampu membimbing dan membantu siswa. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ada kecenderungan dalam dunia
kependidikan untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih
baik jiga lingkungan di ciptakan secara alamiah. Belajar lebih bermakna jika
siswa “mengalami” sendiri apa yang sedang di pelajarinya, bukan
“mengetahuinya”. Pembelajaran yang berorientasi target penguasan materi
terbukti berhasil dalam “mengingat” jangka pendek, namun gagal dalam hal
membekali anak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan jangka panjang. Oleh karenanya pendekatan pembelajaran
kontektual menjadi tumpuan untuk “menghidupkan” kelas secara maksimal,
sehingga siswa mampu mengimbangi perubahan di luar sekolah yang
demikian cepat.2
Metode mengajar merupakan suatu kemampuan dasar dan seorang
guru yang paling penting dalam meraih sukses di sekolah. Guru yang tidak
menguasai metode mengajar jangan diharap dapat melaksanakan tugas
mengajarnya dengan baik.
Untuk dapat menentukan metode dan media mengajar yang baik, guru
tentu harus memahami siapa peserta didiknya dan melihat secara psikologi
pada masa atau usia tersebut pendekatan semacam apa yang diperlukan. Guru
harus bisa memadukan karakteristik bermain anak dengan pelajaran yang

2
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta,
1995), h. 55.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4
akan disampaikan, yaitu berupa metode jigsaw learning. Dengan metode ini
diharapkan mencapai tujuan pembelajaran dapat efektif dan efisien.
Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
dimana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap
kelompok terdiri dari tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan oleh
guru maksimal lima pertanyaan sesuai dengan jumlah tim ahli.3
Model ini mendorong siswa untuk bekerjasama dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok memahami dan mendalami sesuatu, kemudian
digabung menjadi satu dengan anggota-anggota yang lain untuk memperoleh
pemahaman yang utuh.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka metode kooperatif
model jigsaw adalah suatu strategi dalam pengajaran yang membagi siswa
menjadi 4-6 kelompok sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujukan suatu kehidupan
yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran
agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang

3
Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 98.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5
ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama Islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Pendidikan
Agama

Islam

diharapkan

menghasilkan

manusia

yang

selalu

menyempurnakan iman dan takwa serta aktif membangun peradaban dan
keharmonisan kehidupan.
Pendidikan Agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari sistem pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 12 ayat 1 butir a “Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak

mendapatkan

pendidikan

agama

sesuai

dengan

agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”. Berarti
jika dalam lembaga pendidikan ada yang beragama Islam maka mereka
berhak mendapatkan pengajaran agama Islam dan diajarkan oleh guru yang
beragama Islam.
Islam dengan tegas telah mewajibkan agar melakukan pendidikan,
sebagaimana firman Allah, dalam al-Qur’an surat Al-Alaq 3-5 :
             

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6
Artinya :"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya".4
Salah satu problematika dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam
yaitu pada aspek metodologi pembelajaran, guru masih bersifat normatif,
teoritis dan kognitif yang mana kurang mampu mengaitkan serta berinteraksi
dengan materi-materi pelajaran yang lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Furchan menjelaskan bahwa "Penggunaan metode pembelajaran
PAI disekolah kebanyakan masih menggunakan cara-cara pembelajaran
tradisional, yaitu ceramah monoton dan cenderung normatif, monolitik, lepas
dari sejarah, dan semakin akademis."5
Pada era globalisasi ini pendidikan sangat penting bagi peserta didik.
karena era globalisasi dapat membawa kita untuk semakin mudah
memperoleh informasi dari luar yang dapat membantu kita menemukan
alternatif-alernatif baru dalam usaha memecahkan masalah yang kita hadapi
terutama dalam bidang pendidikan islam,misalnya melalui internet kini kita
dapat mencari informasi dari seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan banyak
dana.
Adanya fasilitas internet membuat peserta didik lebih gampang
terjerumus dalam berbagai macam permasalahan, mulai dari sosial,
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Almubin,
2009), h. 623.
5
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 163.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7
pembelajaran dan juga pendidikan. Proses pembelajaran semacam itu harus
betul-betul dibimbing oleh guru, agar siswa terarah dan sesuai dengan tujuan
yang diinginkan oleh guru.
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai
pusat pendidikan formal mengupayakan untuk mengarahkan perubahan pada
diri individu secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik
dalam interaksi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen antara
lain adalah pendidik, peserta didik, materi pelajaran, metode pembelajaran,
sarana dan prasarana, lingkungan, dan beberapa komponen lain yang
mendukung dalam proses pembelajaran serta berbagai usaha yang harus
dilakukan untuk menumbuhkan daya tarik dan semangat belajar bagi peserta
didik.
Penggunaan metode yang tepat akan sangat menentukan efektifitas
dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit
ceramah dan metode-metode lain yang berpusat pada guru, serta lebih
menekankan pada interaksi dengan peserta didik. Penggunaan metode yang
bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran

bersifat

psikologis

dideskripsikan

dengan

merujuk pada apa yang terjadi dalam diri peserta didiksecara psikologis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8
Ketika sikap dirinya menunjukkan baik, maka proses pembelajaran dapat
dikatakan berhasil.6
Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat
kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu yang
terbuang. Oleh karena itu, metode yang diterapkan seorang guru akan berdaya
danberhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan
pendidikan yangtelah ditetapkan.Dalam proses pendidikan Islam, metode
yang tepat guna apabilamengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan
dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipergunakan untuk
merealisasikan nilai-nilai idealyang terkandung dalam tujuan pendidikan
Islam. Antara metode, kurikulum, dantujuan pendidikan Islam mengandung
relevansi dan operasional dalam prosespembelajaran.
Berdasarkan pengamatan riil dilapangan, proses pembelajaran di
sekolah SMA Darussyahid Sampang ini kurang meningkatkan kreativitas
siswa, Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode
konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga
suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa
menjadi pasif.
Pada zaman sekarang ini, yang kita ketahui banyak sekali guru yang
telah banyak menyandang sebagai guru berpotensi,maka merekapun dituntut
6
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran; Isu-isu Metodis dan
Pragmatis, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2014), h. 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9
untuk menciptakan model dan metode pembelajaran yang menyenangkan
agar KBM di kelas tidak terlihat monoton. Maka dari situlah akan terlihat
hasil belajar siswa, dengan metode pembelajaran yang di pakai sorang guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan oeleh banyak guru saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan
pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.
Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah,
dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa
menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang
dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
didik. Guru juga menjadi desainer utama dalam memilih metodenya sendiri
untuk menciptakan pembelajaran dan keberhasilan siswa.7Suasana kelas perlu
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi
belajar yang optimal.

7

Ibid; h. 16.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang sistematis dan
berurutan. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran perlu direncanakan dengan
baik. Beberapa kompetensi yang harus dikuasai guru agama Islam pada
khususnya adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran. Seorang Guru
penidikan agama

Islam perlu memiliki

Kompetensi merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran.
Adapun bentuk kompetensi guru penidikan agama Islam diantaranya
adalah dituntut untuk banyak berkreasi dan berinovasi dalam segala hal,
termasuk didalamnya adalah berkreasi dalam hal menentukan strategi,
metode, media dan alat evaluasi dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar
mengajar hendaknya memberikan kesempatan yang baik kepada anak didik
untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana
untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
Dari metode yang dipakai, maka disesuaikan oleh karakteristik siswa
dikelas, agar tujuan yang diinginkan akan tercapai, dan peserta didikpun
dapat merasakan betapa tidak sulitnya belajar didalam kelas.
Mata pelajaran siswapun berbagai macam pelajaran salah satunya
adalah pendidikan agama islam dan salah satunya adalah mata pelajaran fiqih.
Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan
dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11
Melihat fenomena yang terjadi di SMA Darussyahid Sampang,
maka peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
sejauh mana penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI
dengan judul: “IMPLEMENTASI PENGGUNAAN METODE JIGSAW
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA DARUSSYAHID
SAMPANG MADURA“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1.

Bagaimana pelaksanaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran
PAI di SMA Darussyahid Sampang?

2.

Apa faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode Jigsaw
Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang?

3.

Sejauh mana efektifitas penggunaan metode Jigsaw Learning dalam
pembelajaran PAI?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1.

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode Jigsaw Learning
dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12
2.

Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat
penggunaan metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran PAI di SMA
Darussyahid Sampang.

3.

Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penggunaan metode Jigsaw
Learning dalam pembelajaran PAI di SMA Darussyahid Sampang.

D. Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada
seluruh dewan guru dalam menerapkan model dan metode pembelajaran
dikelas dengan baik maksimal sehingga mampu memberikan hasil yang
baik terhadap pembelajaran.

2.

Secara Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru mata pelajaran PAI
khusunya dan seluruh guru mata pelajaran umumnya terkait dengan
penggunaan metode Jigsaw Learning, maka penggunaan metode ini dapat
berjalan dengan baik dalam pembelajaran. Guru tidak monoton terhadap
satu metode yang menyebabkan kejenuhan bagi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Dan bagi siswa diharapkan mampu belajar aktif dalam
kelas dengan efektivitas penggunaan metode Jigsaw Learning ini.

3.

Bagi Peneliti

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13
Diharapkan dengan adanya penelitian ini peneliti mampu mendapatkan
pengetahuan yang bermanfaat dan wawasan yang luas tentang objek yang
diteliti dan penelitian itu sendiri, serta sebagai syarat penyelesaian
program kuliah.
E. Definisi Oprasional
Agar tidak terjadi kesalahfahaman dan untuk memperoleh pengertian
yang jelas, maka terlebih dahulu penulis akan memberikan penjelasan
terhadap istilah yang sekiranya perlu untuk judul skripsi di atas, yang
diantaranya sebagai berikut:
1. Efektifitas
Dalam kamus ilmiah popular (1994) disebutkan, bahwa yang dimaksud
efektif adalah “tepat, manjur, mujarab, tepat guna, berhasil”. Efektifitas
berarti “ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan”. Efektifitas adalah
ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan
waktu) telah dicapai.8 Adapun yang dimaksud efektifitas disini adalah
penggunaan metode jigsaw learning dalam pembelajaran PAI di SMA
Darussyahid Sampang.
2. Metode Jigsaw
Suatu metode, dimana siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara
bekerja sama dengan siswa ain untuk mencapai tujuan bersama.9

8

Ummi Shoidah, Manajemen Kesiswaan yang Efektif , (Halaqa, 1, April, 2009), h. 82.
Mel Silberman, Active Learning, terj. Sarjuli, et.al., (Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2007), h. 217
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14
3.

Pembelajaran
Ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya “pengajaran” adalah upaya
untuk membelajarkan siswa.10 Dalam konteks, pembelajaran adalah proses
yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar
bagaimana

belajar

memperoleh

dan

memproses

pengetahuan,

keterampilan, dan sikap.11
4.

Pendidikan Agama Islam
Proses dan upaya serta cara mendidikkan ajaran-ajaran agama Islam
tersebut, agar menjadi anutan dan pandangan hidup.12 Sedangkan menurut
M. Musfiqon pendidikan agama Islam adalah suatu proses penggairahan,
pembentukan, pendayagunaan, dan pengembangan fikir, dzikir, dan kreasi
manusia melalui usaha pengajaran, bimbingan, dan pengabdian yang
ilandasi dan dinafasi oleh nilai-nilai ajaran Islam sehingga terbentuk
pribadi muslim sejati yang mampu mengontrol, dan merekayasa kehidupan
serta dilakukan sepanjang zaman dengan penuh tanggung jawab, dan
semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT.13
Dengan demikian yang di maksud dalam judul skripsi ini adalah
ketepatan penggunaan Metode Jigsaw sebagai usaha guru membelajarkan

10
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran dalam Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 11.
11
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, h. 157.
12
Muhaimin dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 2009), h. 2.
13
M. Musfiqon, Dinamika Pendidikan Islam: Studi Perubahan Kelembagaan dan
Metodologi Pada Madrasah Model, (Halaqa, 1, April, 2009), h. 34.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15
pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam terhadap anak didik agar
dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
5.

SMA Darussyahid
Sekolah Menengah Atas merupakan sebuah lembaga pendidikan
menengah di bawah naungan Departemen pendidikan, dimana peserta
anak didik atau siswa belajar.

F. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 (lima)
bab, yaitu:
Bab pertama, berisi tentang latar belakang pentingnya penelitian ini
diungkapkan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, meruapakan kajian pustaka, yang berisi tentang metode
Jigsaw (pengertian, tujuan, manfaat, langkah-langkah, faktor pendukung dan
penghambat, serta kelebihan dan kekurangan). Pembelajaran PAI. Efektifitas
Penggunaan Metode Jigsaw Learning dalam Pembelajaran PAI.
Bab ketiga, merupakan metode penelitian, yang berisi tentang
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik dan
instrumen pengumpulan data, dan analisis data.
Bab keempat, merupakan laporan hasil penelitian, yang berisi tentang
latar belakang obyek penelitian, penyajian dan analisis data, efektifitas

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16
penggunaan metode jigsaw learning dalam pembelajaran PAI di SMA
Darussyahid Sampang Madura.
Bab kelima, merupakan penutup, yang berisi tentang: kesimpulan dan
saran. Bagian ini merupakan pembahasan yang terakhir dari skripsi ini, oleh
karena itu penulis memberikan kesimpulan dan saran-saran yang konstruktif
bagi perkembangan dan perbaikan nanti.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Jigsaw Learning
1.

Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru

dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.1 Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani
”Metodhos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti
melalui dan “hodhos” yang berarti jalan atau cara.2
Menurut Sanjaya, metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir
baik-baik yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Metode dalam sistem pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. Suatu strategi

Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 7.
2
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail
Media Group, 2008), h. 7.
1

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18
pembelajaran

dapat

diimplementasikan

melalui

penggunaan

metode

pembelajaran.3
Dengan demikian metode mempunyai arti suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai tujuan. Dari dua pengertian metode tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu
berisi tahapan-tahapan tertentu.
Di lembaga pendidikan, peserta didik yang dalam proses belajar
mengajar diarahkan agar dapat menerima atau menguasai lebih-lebih
mengembangkan bahan pelajaran, maka cara-cara mengajar serta cara belajar
haruslah setepat-tepatnya dan seefisien mungkin. Dengan kata lain metode
belajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena
itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan belajar
mengajar.
Metode mengajar merupakan suatu kemampuan dasar dan seorang
guru yang paling penting dalam meraih sukses di sekolah. Guru yang tidak
menguasai metode mengajar jangan diharap dapat melaksanakan tugas
mengajarnya dengan baik.
Seorang guru sebelum memutuskan untuk memilih suatu metode agar
lebih efektif maka ia harus juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. kesesuaian metode dengan tujuan pengajaran
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), Cet.3, h. 147.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19
b. kesesuaian metode dengan materi pelajaran
c. kesesuaian metode dengan sumber dan fasilitas tersedia
d. kesesuaian metode dengan situasi-kondisi belajar mengajar
e. kesesuaian metode dengan kondisi siswa
f. kesesuaian metode dengan waktu yang tersedia.4
Untuk dapat menentukan metode dan media mengajar yang baik, guru
tentu harus memahami siapa peserta didiknya dan melihat secara psikologi
pada masa atau usia tersebut pendekatan semacam apa yang diperlukan. Guru
harus bisa memadukan karakteristik anak dengan pelajaran yang akan
disampaikan, yaitu berupa metode jigsaw learning. Dengan metode ini
diharapkan mencapai tujuan pembelajaran dapat efektif dan efisien.
Metode pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
menekankan siswa untuk saling ketergantungan positif, interaktif tatap
muka, akutabilitas individual, dan keterampilan sosial
2.

Pengertian Jigsaw Learning
Secara bahasa, arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir

dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki
menyusun potongan gambar. Pengajaran dengan model Jigsaw ini mengambil
pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu

4
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2007), cet. 13, h. 88.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20
kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai
tujuan bersama.5
Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi untuk
mencapai prestasi yang maksimal.6 Dalam penerapannya siswa dibentuk
dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri dari tim ahli sesuai dengan
pertanyaan yang disiapkan oleh guru maksimal lima pertanyaan sesuai
dengan jumlah tim ahli.7 Model ini diterapkan bila materi yang dikaji dalam
bentuk narasi tertulis, misalnya kajian-kajian sosial, sastra dan bagian sains
yang bertujuan untuk memperoleh konsep dan keterampilan.
Model ini mendorong siswa untuk bekerjasama dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok memahami dan mendalami sesuatu, kemudian
digabung menjadi satu dengan anggota-anggota yang lain untuk memperoleh
pemahaman yang utuh.
Menurut Arend ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif.8
Pertama, STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkins dan merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD juga
mengacu

kepada

belajar kelompok

siswa,

menyajikan

informasi

Mel Silberman, Active Learning, terj. Sarjuli, et.al., (Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2007), h. 217.
6
Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009), h. 143.
7
Hamzah, Belajar, h. 98.
8
Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Uneversity Press,2001),
h. 20.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21
akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal
atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah

menjadi kelompok

dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen, terdiri dari
laki- laki

dan

perempuan,

berasal

kemampuan tinggi, sedang, dan

dari

berbagai

suku, memiliki

rendah. Anggota tim menggunakan

lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan
materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain untuk
memahami dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau
setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu di skor dan setiap individu
diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada
skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui
rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat
atau dengan cara lain, diumumkan

tim- tim

dengan

skor

tertinggi,

siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai
skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim

yang

mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.
Kedua,

Investivigasi

kelompok.

Mungkin

merupakan

model

pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk
diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda
dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang
dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan
yang lebih terpusat pada guru. Dalam penerapan investivigasi kelompok ini
guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6
siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapa t dibentuk
dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya memilih topik untuk diselidiki, melakukan
penyidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya
menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Ketiga, Pendekatan Struktural. Pendekatan ini dikembangkan oleh
Spencer Kagen dan kawan-kawan. Meskipun memiliki banyak kesamaan
dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada
pengguanaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini
dimaksud sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti
resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan
siswa memberi
Struktur

jawaban setelah

mengangkat

tangan dan ditunjuk.

yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja

saling membantu dalam kelompok
penghargaan kooperatif,

kecil

dan

lebih

dicirikan

oleh

daripada penghargaan individual. Ada struktur

yang dikembngakan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada
struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau
keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23
pair-share dan number-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengajarkan

isi akademik

atau

untuk

mengecek

pemahaman siswa

terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan
dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan
sosial. Yang keempat, Jigsaw.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi
oleh Slavin dan teman-teman di Universitas Jhon Hopkins.9
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka metode kooperatif
model jigsaw adalah suatu strategi dalam pengajaran yang membagi siswa
menjadi 4-6 kelompok sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.
3.

Tujuan Metode Jigsaw Leaning
Tujuan pembelajaran metode jigsaw adalah untuk melatih peserta

didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggiungjawab secara individu untuk
membantu memahamkan tentang sesuatu materi pokok kepada teman
sekelasnya.10 Pembelajaran yang menggunakan metode ini menganut pada
teori kognitif Jean Piaget dan teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme

9

Ibid, h. 29.
Ismail, SM, Strategi, h. 83.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Pembinaan pengetahuan seperti ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.11
4.

Manfaat Metode Jigsaw Learning
Ada beberapa manfaat yang dapat penulis simpulkan dari deskripsi

tentang model pembelajaran jigsaw, di antara manfaatnya adalah sebagai
berikut: 1) Meningkatkan kemampuan diri tiap individu 2) Saling menerima
kekurangan terhadap perbedaan individu yang lebih besar 3) Konflik antar
pribadi berkurang 4) Sikap apatis berkurang 5) Pemahaman yang lebih
mendalam 6) Motivasi lebih besar 7) Hasil belajar lebih tinggi 8) Retensi atau
penyimpanan lebih lama 9) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi 10) Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem
kompetisi dan keteransingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan
aspek kognitif.

11
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi, Dan Implementsainya Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran KTSP, Jakarta: (Bumi Aksara, 2011), h. 74.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25
5.

Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe Jigsaw ini maju

mundur seperti gergaji. Dalam proses pembelajaran ini dilaksanakan dengan
langkah sebagai berikut:12
a.

Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen
(bagian).

b.

Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari ini.
Pengajar bisa menuliskan topik dipapan tulis dan menanyakan apa yang
siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstormins ini
dimaksud untuk mengaktifkan schemata (bagan) siswa agar lebih siap
menghadapi bahan pelajaran yang baru.

c.

Bagi anak didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
materi pelajaran yang ada. Jika jumlah anak didik adalah 50, sementara
jumlah materi pelajaran yang ada adalah 5, maka masing-masing
kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar,
bagi lagi menjadi 5 orang, kemudian setelah proses (diskusi kelompok)
selesai gabungkan kedua kelompok tersebut.

d.

Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang
berbeda-beda.

12
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 389.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26
e.

Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok.

f.

Kembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakan sekiranya
ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

g.

Beri anak didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman
mereka terhadap materi yang baru saja mereka pelajari. Pengecekan
pemahaman anak didik dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan mereka dalam memahami materi.

h.

Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan
pelajaran hari itu, diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan
seluruh kelas.
Menurut Elliot Aronson dalam Trianto, metode Jigsaw langkahnya

sebagai berikut:13
a.

Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6
siswa dengan karakteristik yang heterogen.

b.

Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap
siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan
akademik tersebut.

c.

Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.

13
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan Dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010),
cet II, h. 73.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27
d.

Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar (ahli)
kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain
mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar (ahli).

e.

Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Dari

pendapat

diatas,

langkah-langkah

pembelajaran

dengan

menggunakan tipe jigsaw antara lain siswa dikelompokkan dimana tiap
kelompok terdiri 5-6 siswa yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Tiap
kelompok mempelajari materi yang berbeda-beda, dan semuanya memiliki
tanggung jawab untuk menyampaikan materi kepada temannya sendiri
ataupun kepada kelompok lainnya serta kegiatan belajar diakhiri dengan
diskusi mengenai materi pelajaran yang baru saja dipelajari. Ada beberapa
unsur dasar dalam pengajaran cooperatif yang perlu diperhatikan:
1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,
seperti milik mereka sendiri.
3) Si