Implementasi Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Madania Bogor

(1)

DI SMA MADANIA BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh

Albert Ferdinand

NIM 1110011000049

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Albert Ferdinand (NIM: 1110011000049). Implementasi Strategi Active Learning dalam Pembelajaran PAI di SMA Madania Bogor. Skripsi: Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Kata Kunci: Strategi Active Learning, Pembelajaran PAI.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kesadaran siswa dalam mempelajari pendidikan agama Islam (PAI), tujuan pembelajaran PAI yang diinginkan belum tercapai secara maksimal, strategi active learning masih jarang digunakan dalam pembelajaran PAI dan guru kurang membekali kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan strategi active learning.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi strategi active learning dalam pembelajaran PAI dan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat diterapkannya strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA Madania Bogor.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan: (1) observasi yaitu untuk mengetahui proses pelaksanaan strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA Madania Bogor, (2) wawancara yaitu untuk mengetahui berbagai informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA Madania Bogor, serta mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat diterapkannya strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA Madania Bogor dan (3) dokumentasi yaitu untuk memperoleh data berhubungan dengan penerapan strategi active learning dalam pembelajaran PAI seperti rencana pembelajaran, silabus pembelajaran, dokumen kegiatan pembelajaran dan lain-lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi active learning yang diterapkan di SMA Madania Bogor diwujudkan dalam beberapa komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan pembelajaran, pemilihan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan isi/materi pelajaran serta guru dan siswa. Komponen-komponen tersebut di rancang agar dalam pelaksanaannya siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Strategi ini diterapkan untuk memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, dan menerapkan materi yang di sampaikan guru dalam kehidupan siswa, sehingga tujuan pembelajara PAI bisa terwujud. Hal ini dibuktikan ketika pelaksanaan strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMA Madania Bogor terwujud dalam tiga metode active learning yaitu: a) diskusi kelompok dengan metode jigsaw model tim ahli dan cooperatif script, b) presentasi dan c) simulasi. Dengan pelaksanaan metode ini siswa tidak hanya aktif secara emosional tetapi perasaan, intelektual, penginderaannya serta fisiknya.


(6)

i

Albert Ferdinand (NIM: 1110011000049). Implementation of Active Learning Strategy in Islamic Education Learning at Madania High School, Bogor. Thesis: Islamic Education Department. Tarbiya and Teaching Science Faculty. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Key Words: Active Learning Strategy, Islamic Education Learning.

This research is conducted based on several backgrounds including student’s lack of awareness on learning Islamic education (PAI), Islamic Education learning’s objections are not reached, the rare using of active learning strategy in Islamic Education learning, and the teacher’s lack of capability of provisioning in planning and implementing the active learning strategy.

This research aims to understand the implementation of active learning strategy in Islamic Education learning and to find out supporting and inhibiting factors in implementing the active learning strategy in Islamic Education learning at Madania High School, Bogor.

This research is classified as qualitative field research with descriptive research method. The data are collected through: (1) Observation, which aims to see the process of implementing the active learning strategy in Islamic Education learning at Madania High School, Bogor, (2) Interview, which objects to collect information related to the active learning strategy implementation in Islamic Education learning at Madania High School, Bogor, and to find out the supporting and inhibiting factors of the active learning strategy implementation in Islamic Education learning at Madania High School, Bogor, and (3) Documentation, which to collect data related to the active learning strategy implementation in Islamic Education learning such as lesson plan, syllabus, learning activity documentation, and other related stuffs.

The result of this research shows that active learning strategy implemented at Madania High School, Bogor has been realized in number of interconnected components, they are learning objections, methods selection, and learning media, all of which are appropriate to the learning materials, teachers, and students. The components are designed to make the students to be more active in their learning. The strategy is applied to help the students in acknowledging, understanding, comprehending, and implementing the materials they have learned from their teacher in their daily life, as so the aims of Islamic Education learning can be reached. This can be seen as the active learning strategy implementation in Islamic Education learning at Madania High School, Bogor is implemented in three methods: a) group discussion in experts’ jigsaw model and cooperative script, b) presentation, and c) simulation. Through these methods, the students are not only active emotionally, but also active through their feeling, intellectual, sensory, and physic.


(7)

ii

Bismiilahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala nikmat, taufik dan hidayah-Nya. Kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Implementasi Strategi Active Learning dalam Pembelajaran PAI di SMA Madania Bogor”. Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasul-Nya yang agung baginda Nabi Muhammad SAW. Rasul terakhir yang membawa risalah, penyejuk dan penerang hati umat sehingga selamat bahagia dunia dan akhirat serta mendapatkan syafaat kelak pada hari yaumul qiyamah nanti.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran

dan bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Dra. Manerah, Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iii

penulis untuk melakukan penelitian di SMA Madania Bogor.

9. Alfi Afifah, S.P, Secondary School Principal yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian di SMA Madania Bogor.

10.Bapak Adam dan Bapak Harisko Senior Officer Research and Development yang telah memberikan arahan prosedur penelitian di SMA Madania Bogor. 11.Abdulloh, S. Ag, Koordinator Guru PAI yang telah banyak membantu penulis

dengan memberikan saran, arahan dan informasi dalam melakukan penelitian di SMA Madania Bogor.

12.Muchammad Furqon, S. Ag, Guru Agama Islam kelas X yang telah memberikan arahan dan informasi kepada penulis.

13.Rahmat Rizqa, S. Th. I, Guru Agama Islam kelas XI yang telah memberikan arahan dan informasi kepada penulis.

14.Ninik Ni’matur Rahmaniah, M.Pd.I, Guru Agama Islam kelas XII yang telah memberikan arahan dan informasi kepada penulis.

15.Siswa siswi SMA Madania Bogor yang mendukung penulis mengumpulkan data-data untuk penelitian.

16.Orang tua tercinta (Ibu Muliyati dan Bapak Godlied Eridanus Donggala) yang selalu mendo’akan, memotivasi dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis dalam setiap situasi.

17.Seluruh Keluarga dan sahabat penulis yang senantiasa memberikan do’a dan motivasi kepada penulis.

18.Bahrissalim, M.Ag, Dosen Perencanaan dan Strategi Pembelajaran PAI yang telah menginspirasi penulis dalam membuat ide awal, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

19.Keluarga Besar UKM-Bahasa FLAT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai tempat menimba ilmu, tempat berbagi dan tempat mencurahkan segala pembentukan kepribadian penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

iv

Jakarta.

21.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Alhamdulillaahi Rabbil’aalamin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 17 September 2014


(10)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 7

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kajian Teori ... 10

1. Strategi Active Learning ... 10

a. Pengertian Strategi Active Learning ... 10

b. Karakteristik Active Learning ... 16

c. Prinsip-Prinsip Strategi Active Learning ... 17

d. Kelebihan dan Kelemahan Active Learning ... 19

e. Metode Active Learning ... 20

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA. 25 a. Pengertian Pembelajaran PAI ... 25

b. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI di SMA ... 27

c. Fungsi PAI di SMA ... 29


(11)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Latar Penelitian ... 42

C. Metode Penelitian... 42

D. Data dan Sumber Data ... 42

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 43

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 46

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA Madania Bogor ... 48

B. Deskripsi Data ... 53

C. Analisis Data ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(12)

vii

Gambar 3.1 Tempat Penelitian SMA Madania Bogor ... 40

Gambar 4.1 Metode Reading Aloud ... 57

Gambar 4.2 Metode Video Critic ... 57

Gambar 4.3 Metode Cooperatif Script ... 57

Gambar 4.4 Metode Jigsaw ... 57

Gambar 4.5 Simulasi Wakaf ... 58

Gambar 4.6 Pembacaan Ikrar ... 58

Gambar4.7 Hasil Mind Map ... 59

Gambar 4.8 Metode Presentasi ... 59

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Time Line Kegiatan Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data Penelitian ... 43

Tabel 3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 45


(13)

viii

Lampiran 2 Hasil Wawancara Koordinator Guru PAI

Lampiran 3 Hasil Wawancara Guru PAI

Lampiran 4 Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 5 Hasil Observasi Pembelajaran

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 7 Silabus Pembelajaran

Lampiran 8 Struktur Organisasi 2013-2014

Lampiran 9 Data Guru dan Tendik SMA Madania 2013-2014

Lampiran 10 Data Fasilitas SMA Madania Bogor

Lampiran 11 Foto Kegiatan Penelitian di SMA Madania Bogor

Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian di SMA Madania Bogor


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Berdasarkan Undang-undang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan nasional mengemban misi untuk membangun manusia sempurna (insan kamil). Salah satu cara untuk membangun bangsa dan jati diri yang utuh, dibutuhkan sistem pendidikan yang memiliki materi yang holistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan pelaksanaan yang baik.

Bertolak dari asumsi Lodge dalam bukunya Philoshopy of Education yang dikutip oleh Muhaimin bahwa life is education and education is life dalam arti, pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup orang Islam.2

Pendidikan agama Islam hingga saat ini masih berhadapan dengan kritik-kritik internal yang kurang menyenangkan diantaranya: pendidikan agama Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktekkan. Pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas

1 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 5.

2 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, h. 39.


(15)

antara hamba dengan Tuhan-Nya; penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan masih terdapat respon kritis terhadap pendidikan agama.3

Hal tersebut sangat tidak signifikan, karena pendidikan agama Islam bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.4

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:

(1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.5

Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 telah dijelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 menyatakan:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.6

Maka PAI sebagai usaha sadar untuk menciptakan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam, mempunyai peranan yang sangat besar dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut.

3 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 131.

4 Muhaimin, Paradigma Pendidikan ...,h. 78. 5 Muhaimin, Paradigma Pendidikan ..., h. 78.


(16)

Di dalam Dictionary of Psychology yang dikutip oleh Tohirin, disebutkan bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.7 Dalam konteks belajar secara umum, Qardhawi mengutip hadis riwayat Ibnu „Ashim dan Thabrani menyatakan “wahai

sekalian manusia, belajarlah! Karena ilmu pengetahuan hanya didapat melalui

belajar”.8 Seperti disebutkan diatas, dalam perspektif Islam, belajar merupakan

kewajiban bagi setiap individu Muslim-Muslimat dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Firman Allah dalam surat al-Mujadalah [58] ayat 11:



































































































“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan”. (Q.S. al-Mujadalah: 11).

Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.9 Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam

7 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), Ed. 1, h. 59.

8 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama ..., h. 55.

9 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 24, h. 4.


(17)

keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tergantung kepada penggunaan strategi belajar aktif (active learning strategy).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Polio menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian Keachie menyebutkan bahwa dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 10 menit terakhir.10

Kondisi tersebut merupakan kondisi umum yang terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan sering terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indra pendengarannya dibanding visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Confucius: “apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; apa yang saya lakukan, saya paham”.11

Ketiga pernyataan ini menekankan pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan diatas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pelajaran.

Atas dasar lemahnya daya dengar peserta didik, atau tidak adanya peluang beraktualisasi diri dalam belajar tersebut, Mel Silberman memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan teori belajar aktif (active learning), yaitu:

“Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya”.12

10 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Yappendis, 2009), Cet. 6, h. 3.

11 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 1. 12 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 1-2.


(18)

Strategi active learning dikenalkan pertama kali oleh Mel Silberman. Secara terminologi, istilah active learning bermakna belajar aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik ataupun peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran.13

Madania adalah sekolah Indonesia, yang menghargai perbedaan agama dan pemikiran, serta menghormati individu dengan kebutuhan pembelajaran yang beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda. Madania memiliki motto Indonesian School with World Class Standard. Didirikan pada tahun 1996, dan dikelola secara professional oleh Yayasan Pendidikan Madania Indonesia (YPMI), yang berpengalaman lebih dari 15 tahun sebagai penyelenggara pendidikan di Indonesia. Sesuai dengan visinya “A True

Indonesian School for the Next Generation of Leaders”. Madania menggunakan

kurikulum Nasional yang diperkaya oleh kurikulum Internasional dan pendidikan abad 21.14 Pendidikan di sekolah Madania berusaha memberikan fasilitas dan bimbingan bagi pertumbuhan inteligensi siswa secara utuh, sehingga ukuran keberhasilan siswa tidak diukur secara seragam, melainkan sesuai dengan potensi dan minat masing-masing.15

Proses pembelajaran PAI di SMA Madania tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif yang bersifat hafalan tetapi juga mengembangkan aspek emosional (afektif) dan psikomotor. Secara umum proses pembelajaran PAI berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, dalam konteks ini guru mengarahkan potensi dan kemampuan yang dimiliki sehingga siswa menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna di kehidupan nanti, selain itu guru juga mempersiapkan skenario pembelajaran dan mempersiapkan bahan untuk mengajar yang sesuai dengan materi serta memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk dilaksanakan.

13 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 36.

14 Dokumentasi Profil Sekolah Madania, h. 4-8.


(19)

Secara lebih khusus penerapan strategi pembelajaran PAI termuat dalam rencana tindakan (rangkaian suatu kegiatan) yang harus di kerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat di capai secara efektif dan efisien. Dalam setiap pembelajaran PAI strategi yang dikembangkan adalah active learning. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator guru pendidikan agama Islam di SMA Madania Indonesian School with World Class Standard Parung-Bogor yaitu diantara metode-metode yang digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga ada yang mempresentasikan, mensimulasikan, dan mendiskusikan yang semua metode-metode ini terangkum menjadi satu yang dinamakan dengan istilah strategi active learning.16 Dengan strategi active learning ini diharapkan di samping guru mengajar, siswa juga belajar. Jadi antara guru dan siswa sama-sama aktif. Dengan adanya keaktifan dari guru dan siswa tersebut diharapkan potensi yang ada dalam diri siswa dapat teraktualisasikan sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai implementasi strategi active learning dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMA Madania, sehingga peneliti mengambil judul skripsi “IMPLEMENTASI STRATEGI ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA MADANIA BOGOR”

16 Wawancara dengan Bapak Abdulloh koordinator guru mata pelajaran pendidikan agama Islam , Bogor, 21 Mei 2014.


(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran siswa dalam mempelajari pendidikan agama Islam.

2. Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam yang diinginkan belum tercapai secara maksimal.

3. Strategi active learning masih jarang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

4. Guru kurang membekali kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan strategi active learning.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Untuk dapat memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, peneliti membatasi fokus penelitian sebagai berikut: 1. Implementasi strategi active learning dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam yang dimaksudkan ialah pelaksanaan pembelajaran PAI dalam tahap pendahuluan, inti dan penutup yang mengacu pada keaktifan siswa di SMA Madania Bogor tahun ajaran 2013-2014. 2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi strategi active

learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Madania Bogor tahun ajaran 2013-2014.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan fokus masalah yang di kemukakan dalam penelitian ini, rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi strategi active learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Madania Bogor tahun ajaran 2013-2014?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi strategi active learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Madania Bogor tahun ajaran 2013-2014?


(21)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi active learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Madania Bogor tahun ajaran 2013-2014.

b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi strategi active learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Madania Bogor tahun ajaran 2013-2014.

2. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut: a. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian

yang menggunakan strategi active learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

b. Memberikan gambaran yang jelas pada stakeholders (pemangku pendidikan) tentang impelementasi strategi active learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

Secara praktis hasil penelitian ini dapat berguna bagi: a. Siswa

Memperkenalkan strategi active learning kepada siswa dalam proses pembelajaran dan sebagai pengalaman belajar yang berkesan bagi siswa.

b. Guru

Memberi masukkan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan bagi guru tentang inovasi pembelajaran dengan menggunakan strategi active learning khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.


(22)

c. Sekolah

Memberikan sumbangan dalam rangka penambahan variasi metode dan sebagai acuan penerapan strategi active learning demi tercapainya ketuntasan belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan mutu sekolah.

d. Penulis

Menambah wawasan kependidikan serta sebagai bekal pengetahuan mengenai strategi active learning sebagai metode yang tepat dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

e. Pembaca

Memberikan gambaran pentingnya penerapan strategi active learning dalam proses pembelajaran agar suasana belajar menjadi aktif dan menyenangkan.


(23)

10

A. Kajian Teori

1. Strategi Active Learning

a. Pengertian Strategi Active Learning

Kata strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa

untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, (2) ilmu seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan, (3) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, (4) tempat yang baik untuk siasat perang.1

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, strategi merupakan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai suatu keuntungan.2 Menurut Abin Syamsudin Makmun strategi didefinisikan sebagai “suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan”.3

Menurut Barbara B. Seels dan Rita C. Richey yang dikutip oleh Martinis, menyebutkan “strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran".4

Sedangkan secara umum dalam dunia pendidikan strategi diartikan J.R David dalam Teaching Strategies for College Class Room, yang dikutip oleh Isjoni, dkk mengemukakan, A plan, method, or series of activities designed to achieves a particular education goal”.5 Menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet.4, h. 1092.

2 Martinis Yamin, Strategi Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. 1, h.1.

3 Martinis Yamin, Strategi Metode dalam Model ..., h. 1. 4 Martinis Yamin, Strategi Metode dalam Model ..., h. 2.

5 Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. 1, h. 2.


(24)

rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Strategi dapat diartikan sebagai a plant of operation achieving something, “rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu”. Sedangkan metode ialah a way in achieving something “cara untuk mencapai sesuatu”.6 Metode pengajaran termasuk dalam perencanaan kegiatan atau strategi. Strategi pembelajaran merupakan rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara ia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab.

Dari pengertian diatas terlihat jelas bahwa awalnya istilah “strategi” pertama kali hanya dikenal di kalangan militer, khususnya strategi perang. Dalam sebuah peperangan atau pertempuran, terdapat seseorang (komandan) yang bertugas mengatur strategi untuk memenangkan peperangan. Semakin hebat strategi yang digunakan (selain kekuatan pasukan perang), semakin besar kemungkinan untuk menang.7

Seiring berjalannya waktu, istilah “strategi" di dunia militer tersebut diadopsi ke dalam dunia pendidikan, strategi digunakan untuk mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan kata lain, strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan.8 Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

Untuk keberhasilan tujuan pembelajaran digunakan metode, dalam desain pembelajaran metode sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya di dalam

6 Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner ..., h. 2.

7 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 13.


(25)

kelas. Jadi strategi pembelajaran berkenaan dengan bagaimana menyampaikan isi pembelajaran atau memberikan pengalaman belajar kepada siswa agar siswa tidak bosan dan mudah di pahami untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan menggerakkan seluruh kemampuan yang dimiliki siswa dengan strategi yang telah dirancang oleh guru maka diharapkan siswa tidak jenuh dan bosan belajar di dalam kelas.

Jadi, dapat disimpulkan strategi merupakan perencanaan, langkah, dan rangkaian untuk mencapai suatu tujuan, maka dalam pembelajaran guru harus membuat suatu rencana, langkah-langkah dalam mencapai tujuan. Penerapan strategi pembelajaran di lapangan akan didukung oleh metode-metode pembelajaran, strategi lebih bersifat tidak langsung (indirect) atau penerapannya sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan ia berbeda dengan metode yang merupakan cara guru menyampaikan materi pelajaran, maka metode bersifat langsung (direct).

Secara bahasa active learning berasal dari dua kata yaitu

“active”yang berarti aktif, gesit, giat, bersemangat.9 Sedangkan

“learning”yang berarti pengetahuan, belajar.10 Menurut peneliti kata learn yang mendapat sufiks ing sehingga memiliki makna yang berarti pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan active learning adalah pembelajaran aktif yang di dalamnya terdapat berbagai macam metode yang membuat peserta didik merasa bersemangat dan aktif dalam pembelajaran.

Sebagai kata majemuk, secara istilah active learning bermakna pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan seesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.

9 John M. Echols dan Hassan Shadly, an English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet. 28, h. 9.


(26)

Menurut Hisyam Zaini yang dikutip oleh Isjoni, dkk, active learning adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.11

Strategi active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antara peserta didik maupun peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran.12

Di dalam jurnal ilmiah yang berjudul “What is Meant by Active Learning” karya Ken Petress dikatakan bahwa: “Siswa aktif tidak sepenuhnya bergantung pada guru; pembelajaran aktif menjadikan siswa sebagai teman atau (partner) dalam proses pembelajaran. Siswa aktif biasanya menjadikan gurunya sebagai pemandu untuk proses pembelajarannya dan sebagai motivator”.13

Selain itu di dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Strategies for Active Learning: an Alternative to Passive Learning” karya Muhammad Asim Mahmood, Maria Tariq dan Saira Javed dikatakan bahwa: “Pembelajaran aktif adalah salah satu macam proses pembelajaran yang didalamnya siswa diajak dalam sebuah aktivitas yang terpadu dibanding menjadi penonton yang diam dan pasif”.14 Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dengan mengajarkan kepada siswa lain akan menguasai.

Active learning pertama diperkenalkan oleh seorang filosop kenamaan cina, Confucius, dia mengatakan: “Apa yang saya lihat,

11 Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner ..., h. 3. 12 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan ..., h. 36.

13 Ken Petress, What is Meant by Active Learning, Scholarly Journal of Education, Vol. 128, 2008, h. 1-4.

14 Muhammad Asim Mahmood, dkk, Strategies for Active Learning: an Alternative to Passive Learning, Academic Research International, Vol. 1, Nov 2011, h. 1-6.


(27)

saya lupa, Apa yang saya lihat, saya ingat, Apa yang saya lakukan, saya paham”.15

Ketiga pernyataan sederhana ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari dibangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan diatas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran. Dikarenakan guru mengajar di depan kelas sebagai subjek proses pembelajaran bukan siswa yang menjadi subjek yang seharusnya aktif di depan kelas. Mel Silberman telah memodifikasi pernyataan Confusius tersebut menjadi apa yang dia sebut paham active learning yaitu:

Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit

Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham

Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.16

Berdasarkan hasil modifikasi dan penyempurnaan pernyataan Confucius di atas, dapat dipahami bahwa konsep active learning Mel Silberman menghendaki peran serta peserta didik yang tidak hanya mendengar, melainkan juga melihat supaya lebih paham walaupun sedikit, mendiskusikannya agar memahami atau mendalami, melakukannya agar memperoleh pengetahuan, dan mengajarkannya agar menguasainya.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan berbicara guru dengan tingkat

15 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Yappendis, 2009), Cet. 6, h. 1.


(28)

kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. “Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per-menit, sementara peserta didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya, karena peserta didik mendengarkan pembicaraan guru sambil berfikir”.17

Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan dari 14% ke 38%.18 Dengan penambahan visual disamping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehinggabertahan lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran saja). Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang di dengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh pendengaran. Dalam arti kata pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.

Untuk memproses informasi secara efektif, otak the brain membantu melaksanakan refleksi baik secara eksternal maupun internal. Jika kita mendiskusikan informasi dengan orang lain, dan jika kita diminta untuk mempertanyakannya, otak kita dapat melaksanakan tugas belajar dengan lebih baik. Strategi active learning merupakan strategi-strategi konkrit yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Jadi, strategi active learning adalah sebuah perencanaan untuk mencapai tujuan dengan cara apapun yang tidak akan membuat peserta didik jenuh berada di dalam kelas serta memberikan peranan aktif kepada seluruh peserta didik, dengan demikian guru pun senang karena strategi yang digunakan tidak monoton dan tidak berpusat pada guru itu saja. Selain itu juga peserta didik menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki, yaitu pikiran dan alat indera. Dengan

17 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 2. 18 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 3.


(29)

menggunakan wawasan yang luas siswa dapat menuangkan ide pokok ke dalam strategi pembelajaran aktif tersebut, sehingga siswa tidak jenuh dan bosan berada di dalam kelas.

b. Karakteristik Active Learning

Di dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Active Learning: Creating Exciement in the Classroom, karya Charles C. Bonwell dikatakan bahwa: active learning menurut Bonwell memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

1) Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada penyampaian materi oleh guru melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

2) Peserta didik tidak boleh pasif, tetapi harus aktif mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dimana peserta didik harus mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak sekadar diketahui.

3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik berhak menerima materi pelajaran yang dipandang selaras dengan pandangan hidupnya atau menolak materi pelajaran yang tidak sesuai dengan pandangan hidupnya. 4) Peserta didik lebih banyak dituntut berpikir kritis, menganalisis

dan melakukan evaluasi daripada sekadar menerima teori dan menghafalnya.

5) Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran dikarenakan guru yang mengajarkan materi pembelajaran langsung mendapatkan feedback dari peserta didik yang aktif.19

Di samping karakterististik di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menumbuhkan positive interdependence, dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan guru harus mendapatkan penilaian dari peserta didik sehingga terdapat individual

19 Charles C. Bonwell, Active Learning: Creating Excitement in the Classroom, Active Learning Workshop, May 2000, h. 3, (www. Active-learning-site.com).


(30)

accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif memerlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.20

c. Prinsip-Prinsip Strategi Active Learning

Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Begitu juga dengan strategi active learning, prinsip umum strategi active learning yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya dalam bukunya Perencanaan dan Sistem Pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Berorientasi pada tujuan

Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya, efektivitas pengembangan pengalaman belajar ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. 2) Aktivitas

Belajar bukanlah hanya sekadar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu.

3) Individualitas

Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Oleh sebab itu, pengalaman belajar dirancang untuk setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan prilaku setiap siswa.

4) Integritas

Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, merancang pengalaman belajar siswa, harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.21

20 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan ..., h. 37.

21 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 4, h. 169-171.


(31)

Disamping itu, Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.22

Sesuai dengan isi peraturan pemerintah di atas, maka ada beberapa prinsip khusus dalam Active Learning yaitu

1) Interaktif

Prinsip interaktif mengandung makna, bahwa mengajar bukan hanya menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian, pengalaman pembelajaran harus dapat mendorong agar siswa berinteraksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa; maupun antara siswa dengan lingkungannya.

2) Inspiratif

Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk berpengalaman mencoba dan mengujinya. 3) Menyenangkan

Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan serta gerakan-gerakan gur yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.


(32)

4) Menantang

Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi. Apapun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang siswa untuk berpikir (learning how to learn) dan melakukan (learning how to do).

5) Motivasi

Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian, akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.23

d. Kelebihan dan Kelemahan Active Learning

1) Kelebihan Strategi Active Learning

Diantara kelebihan strategi active learning tersebut adalah sebagai berikut:

a) Peserta didik dapat belajar dengan cara yang sangat menyenangkan sehingga materi sesulit apapun tidak sempat “mengernyitkan” kening mereka.

b) Aktivitas yang ditimbulkan dalam active learning dapat meningkatkan daya ingat peserta didik, karena gerakan dapat“mengikat”daya ingat pada memori jangka panjang.

c) Active learning dapat memotivasi peserta didik lebih maksimal sehingga dapat menghindarkan peserta didik dari sikap malas, mengantuk, melamun dan sebagainya.24

23 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 172-174. 24 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan ..., h. 58-59.


(33)

2) Kelemahan Strategi Active Learning

Adapun kelemahan yang terdapat di dalam strategi active learning diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Hiruk-pikuknya kelas akibat dari aktivitas yang ditimbulkan strategi active learning justru sering kali dapat mengacaukan suasana pembelajaran, sehingga standar kompetensi tidak tercapai.

b) Secara rasional memang peserta didik yang belajar senang hati dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi daripada belajar dalam tekanan atau target materi. Namun demikian, keleluasaan dengan penekanan pada aspek menyenangkan memiliki risiko tinggi, yakni ketidaksediaan peserta didik untuk belajar lebih keras. Dengan kata lain, konsep belajar aktif menyenangkan dapat pula membuat peserta didik lebih menekankan pada pencarian kesenangan dalam belajar, dan melupakan tugas utamanya untuk belajar.25

e. Metode Active Learning

Menurut Mel Silberman, dalam bukunya yang berjudul Active Learning terdapat 101 strategi untuk mengaktifkan kegiatan belajar siswa. Namun dalam penelitian ini dibatasi pada lima metode saja, yaitu Jigsaw Learning, Mind Maps, Crossword Puzzle, Everyone is a Teacher Here,and Video Critic. Adapun alasan mengapa metode ini dipilih karena sering terjadi di sekolah dalam penerapannya. 1) Jigsaw Learning

Jigsaw learning merupakan sebuah metode yang digunakan secara luas dan memiliki kesamaan dengan metode “pertukaran dari kelompok ke kelompok” dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan materi pelajaran.26

25 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan ..., h. 59. 26 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 168.


(34)

Adapun prosedur/langkah-langkah dari jigsaw learning ini sebagai berikut:

a) Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian (segment).

b) Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. Contoh: bayangkan sebuah kelas terdiri atas 12 orang peserta. Anggaplah anda dapat membagi materi pelajaran dalam tiga bagian, kemudian anda dapat membentuk kwartet atau “kelompok belajar” membaca, berdiskusi dan mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka.

c) Setelah selesai, bentuklah kelompok “jigsaw learning”. Setiap kelompok mempunyai seseorang wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas. Seperti dalam contoh, setiap anggota masing-masing kwartet menghitung 1, 2, 3 dan 4. Kemudian bentuklah kelompok peserta didik “jigsaw learning” dengan jumlah sama. Hasilnya akan terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang (trio). Dalam setiap trio akan ada orang yang mempelajari bagian 1, seorang untuk bagian 2, dan seorang lagi bagian 3.

d) Mintalah anggota kelompok“jigsaw”untuk mengajarkan materi yang telah dipelajari kepada yang lain.

e) Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberi ulasan dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat.27

2) Mind Maps

Pemetaan pikiran adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuat peta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan.28

27 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 168-170. 28 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 188.


(35)

Adapun prosedur/langkah-langkah dari mind maps ini sebagai berikut:

a) Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran.

b) Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan, atau simbol. Satu contoh berupa berjalan ke toko grosir di mana seorang belanja. Dari peta pikiran yang mengkategorisasikan barang-barang yang dibutuhkan menurut toko di mana semuanya ditemukan. (misalnya, hasil bumi dan makanan, buatlah dalam peta pikiran anda mendorong seluruh pikiran otak (versus pikiran otak kanan dan otak kiri). Ajaklah peserta didik untuk menceritakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari yang mereka petakan.

c) Berikanlah kertas, pena, dan sumber-sumber yang lain pada yang anda pikir akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah peserta tugas memetakan pikiran. Tunjukkan bahwa mereka memulai peta mereka dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama. d) Berikanlah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk

mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide.

e) Perintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan ide-ide.29

3) Crossword Puzzle

Mendesain tes uji pada teka-teki silang mengundang keterlibatan dan partisipasi langsung. Teka-teki silang dapat diselesaikan secara individu atau secara tim.

Adapun prosedur/langkah-langkah dari crossword puzzle ini sebagai berikut:

a) Langkah pertama adalah mencurahkan gagasan (brainstorming) beberapa istilah atau nama-nama kunci yang berkaitan dengan pelajaran studi yag telah anda selesaikan.


(36)

b) Susunlah teka-teki silang sederhana, yang mencakup item-item sebanyak yang Anda dapat. Hitamkan kotak-kotak yang tidak Anda perlukan.

c) Buatlah contoh-contoh item-item silang, gunakan diantara macam-macam berikut ini:

(1) Definisi pendek

(2) Kategori yang sesuai dengan item (3) Contoh

(4) Lawan kata

d) Bagikan teka-teki kepada peserta didik, baik secara individual maupun secara tim.

e) Tentukan batasan waktu.30

4) Everyone is a Teacher Here

Ini merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempataa kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain.

Adapun prosedur/langkah-langkah dari everyone is a teacher here sebagai berikut:

a) Bagikan kartu indeks kepada peserta didik. Mintalah para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas.

b) Kumpulkan kartu, kocok dan bagikan satu pada setiap siswa. Mintalah siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.

c) Panggillah sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respon. d) Setelah diberi respon, mintalah yang lain dalam kelas

untuk menambahkan apa yang telah disumbang sukarelawan.31

30 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 246. 31 Mel Silberman, Active Learning 101 Cara ..., h. 171-172.


(37)

5) Video Critic

Strategi video critic merupakan cara aktif untuk membuat peserta didik terlibat dalam menonton tayangan video. Hal ini dikarenakan dalam video critic ini peserta didik tidak hanya menonton tayangan video saja. Akan tetapi peserta didik juga diminta untuk mengkritisi atas apa yang baru saja diputar. Jadi dalam video critic ini siswa benar-benar dituntut untuk memperhatikan tayangan video.

Adapun prosedur/langkah-langkah dari strategi video critic ini sebagai berikut:

a) Pilihlah video yang ingin anda pertunjukkan kepada peserta didik.

b) Katakan kepada peserta didik, sebelum menonton video itu, bahwa anda ingin agar mereka mengulas secara kritis video itu.

Mintalah mereka untuk melihat beberapa faktor, yang meliputi:

(1) realisme (para aktor) (2) relevansi

(3) saat-saat yang tidak bisa dilupakan (4) organisasi isi

(5) aplikabilitas terhadap kehidupan sehari-hari mereka (6) tayangkan video.

c) Laksanakan diskusi yang dapat anda sebut “pojok kritikus”.

d) Lakukan jajak pendapat terhadap peserta didik dengan menggunakan semacam sistem yang diurutkan, seperti: (1)Satu sampai lima binatang

(2)Setuju tidak setuju. 32


(38)

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA

a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.33

Menurut Hasibuan dan Moedjiono yang dikutip oleh Basyirudin Usman, memberikan definisi pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan tersebut terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, antara lain: tujuan, guru, siswa, materi, jenis kegiatan yang dilakukan, sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.34

Sedangkan menurut Sa’dun Akbar, “Pembelajaran adalah upaya fasilitasi yang dilakukan pendidik bagi peserta didik agar mereka dapat belajar sendiri dengan mudah”.35 Agar peserta didik dapat belajar dengan mudah, seorang pendidik perlu menempatkan unsur pembelajaran secara tepat. Unsur pembelajaran itu adalah: pelajar-peserta didik, pembelajar-guru, tujuan pembelajaran, penataan situasi pembelajaran-pengelolaan kelas, metode pembelajaran, penilaian proses dan hasil belajar.

Menurut Muhammad Rahman dan Sofwan Amri, “Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan. Selaku suatu sistem

33 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 27.

34 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 20.

35Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 133.


(39)

pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi”.36

Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu sistem instruksional yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistem instruksional tersebut termuat di dalam perencanaan pembelajaran yang meliputi komponen pokok, yaitu komponen tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran serta komponen evaluasi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran, yaitu guru, siswa, sarana dan prasarana.

Dalam Kurikulum PAI dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.37

Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid, dkk pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.38

Sedangkan Tayar Yusuf sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid, dkk mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.39

36 Muhammad Rahman dan Sofan Amri, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013), h. 31.

37 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 130.

38 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 130. 39 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 130.


(40)

Dari berbagai pengertian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup.

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA

Tujuan Pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.40 Pengembangan perilaku dalam bidang kognitif secara sederhana adalah pengembangan kemampuan intelektual siswa, misalnya kemampuan penambahan wawasan dan penambahan informasi agar pengetahuan siswa lebih baik. Pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah pengembangan sikap siswa baik pengembangan sikap dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit adalah sikap siswa terhadap proses pembelajaran; sedangkan dalam arti luas adalah pengembangan sikap sesuai dengan norma-norma masyarakat. Pengembangan keterampilan, adalah pengembangan kemampuan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Motorik kasar adalah keterampilan menggunakan otot, misalnya keterampilan menggunakan alat tertentu; sedangkan keterampilan motorik halus adalah keterampilan menggunakan potensi otak misalnya keterampilan memecahkan suatu persoalan.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,


(41)

ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.41

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:

1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam;

2) Dimensi Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; 3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan

peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam; dan

4) Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.42

Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui oleh peserta didik di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam

41 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 135.

42 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, h. 78.


(42)

dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup al-Qur’an dan al-hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama mausia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas).43

Dari tujuan dan ruang lingkup pendidikan agama Islam sebagaimana yang telah dijabarkan peneliti dapat menarik benang merah bahwa tujuan pendidikan agama Islam membentuk manusia agar menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan menjauhi larangannya dan mentaati segala perintahnya sehingga dapat membentuk akhlak yang baik. Dalam ruang lingkup pendidikan agama Islam juga terdapat 5 aspek yang sangat penting dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam yaitu al-Qur’an-hadis, Fiqh, Akidah akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah menengah berfungsi sebagai berikut:

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,


(43)

pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang sevara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. 5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara

umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.44

Dengan demikian pendidikan agama Islam memiliki fungsi yang sangat signifikan dalam penerapan proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan agama islam tidak hanya membentuk kecerdasan peserta didik, tetapi membentuk keterampilan dan nilai-nilai yang sangat berpengaruh bagi pengembangan diri peserta didik dalam kehidupan dunia dan akhirat.

d. Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI di SMA

Kompetensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pendidikan di SMA. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum


(44)

dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMA yaitu:

1) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal.

2) Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat al-Qur’an serta mengetahui hukum bacaannnya dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mampu beribadah dengan baik sesuai dengan tuntutan

syari’at Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah. 4) Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah,

sahabat, dan tabi’in serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam untuk kepentingan hidup sehari hari masa kini dan masa depan.

5) Mampu mengamalkan sistem muamalat Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.45

3. Implementasi Strategi Active Learning dalam Pembelajaran PAI

Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya.46 Implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan. Untuk menilai efektivitas suatu perencanaan dapat dilihat dari implementasinya.

Menurut Wina Sanjaya, “Proses memberikan pengalaman belajar pada siswa, secara umum terdiri atas tiga tahap, yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian/tindak lanjut”.47

Ketiga tahapan tersebut memiliki hubungan erat dengan pelaksanaan strategi active learning. Oleh karena itu, setiap penggunaan strategi active learning harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pembelajaran. Jika, satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka pengalaman belajar siswa tidak akan sempurna.

45 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam ..., h. 155. 46 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 25.


(45)

a. Tahap Pendahuluan (Prainstruksional)

Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar.48 Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini:

1) Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pembelajaran, dapat dijadikan salah satu tolak ukur kemampuan guru mengajar.

2) Bertanya kepada siswa, sampai di mana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian, guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri. Setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.

3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.

5) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya (apersepsi). Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.49

Tujuan tahapan ini, pada hakikatnya adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan pemanasan dalam olahraga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.

48 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 175. 49 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 175-176.


(46)

b. Tahap Pelaksanaan (Instruksional)

Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan pembelajaran atau tahap inti, yakni tahap memberikan pengalaman belajar pada siswa. Tahap instruksional akan sangat tergantung pada strategi pembelajaran yang akan diterapkan, misalnya strategi active learning, inkuiri, cooperative learning dan lain-lain.50 Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan yang terjadi dalam tahap Instruksional sebagai berikut:

1) Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.

2) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu.

3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni: pertama, pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus. Cara kedua dimulai dari topik khusus menuju topik umum. 4) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan

contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas. 5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas

pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.

6) Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan aklau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.51

c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi active learning adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional).

50 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 176. 51 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain ..., h. 177.


(47)

Setelah melalui tahap instruksional, langkah selanjutnya yang ditempuh guru adalah mengadakan penilaian keberhasilan belajar siswa dengan melakukan posttest. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam tahap ini, antara lain:

1) Mengajukan pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah dibahas.

2) Mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa. 3) Memberi tugas atau pekerjaan rumah pada siswa.

4) Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.52

Hasil penilaian dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk melakukan tindak lanjut baik perbaikan maupun pengayaan.

Ketiga tahapan yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel. Sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Disinilah letak keterampilan professional dari seorang guru dalam memberikan pengalaman belajar.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, berdasarkan Panduan Implementasi Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang dikutip oleh Sa’dun Akbar menjelaskan bahwa “pelaksanaan pembelajaran sering disebut juga sebagai kegiatan pembelajaran, merupakan implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi pengalaman belajar siswa. Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal (pendahuluan), inti, dan akhir (penutup)”.53

a. Kegiatan Awal (Pendahuluan)

Kegiatan awal meliputi:

1) Persiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran.

52 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 133-134. 53Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat ..., h. 142.


(48)

2) Apersepsi.

3) Menjelaskan tujuan pembelajaran. 4) Menjelaskan cakupan materi.54

b. Kegiatan Inti

Kegiatan Inti berisi proses pembelajaran atau pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan inti dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Dalam kegiatan inilah disajikan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

1) Eksplorasi

Peserta didik mengalami:

a) Mencari informasi yang luas dan dalam tentang materi yang dipelajari.

b) Belajar dengan beragam pendekatan, metode, sumber.

c) Interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lain.

d) Terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

e) Melakukan percobaan, misalnya di laboratorium, studio dan lapangan.55

2) Elaborasi

Peserta didik mengalami:

a) Membaca dan menulis hal beragam melalui tugas yang bermakna.

b) Mengerjakan tugas, diskusi, untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. c) Berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan

bertindak dengan tanpa rasa takut. d) Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

e) Berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.

54Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat ..., h. 143. 55Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat ..., h. 138.


(49)

f) Membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik secara individual maupun kelompok.

g) Melakukan pameran, turnamen, festival produk yang dihasilkan.

h) Melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.56

3) Konfirmasi

Peserta didik mengalami:

a) Memperoleh umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilannya.

b) Memperoleh konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. c) Melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman

belajar yang dilakukan.

d) Memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar dari guru. Disini guru, rekan guru, atau kelompok lain berfungsi sebagai: (1) Narasumber dan fasilitator menjawab bagi

peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar. (2) Membantu menyelesaikan masalah.

(3) Memberi acuan agar peserta didik dapat mencek hasil eksplorasi.

(4) Memberi informasi untuk eksplorasi lebih jauh. (5) Memberikan motivasi bagi peserta didik yang

belum berpartisipasi secara aktif.57

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

1) Bersama-sama peserta didik merangkum dan meyimpulkan.

2) Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.

3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

4) Menyampaikan pesan moral.

5) Merencanakan kegiatan tindak lanjut.

6) Menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya.58

56Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat ..., h. 138. 57Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat ..., h. 138-139. 58Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat ..., h. 143-144.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 13

BIODATA PENULIS

Penulis lahir di Jakarta, 01 Agustus 1992 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, keluarga Bapak Godlied Eridanus Donggala dan Ibu Muliyati yang beralamat di Jln. Kramat Jaya Komp. Deperla Blok A/1 Rt. 004 Rw. 014 Kel. Tugu Utara Kec. Koja Jakarta Utara, 14260.

Penulis menyelesaikan pendidikan di tempat kelahirannya yaitu SD Barunawati I Jakarta lulus tahun 2004, SMP Negeri 114 Jakarta lulus tahun 2007, SMA Negeri 92 Jakarta lulus tahun 2010 kemudian melanjutkan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2010.

Selama duduk di bangku perkuliahan penulis aktif di UKM Bahasa-Foreign

Languages Association (FLAT) UIN Jakarta dan pernah tercatat sebagai pengurus

dari tahun 2011-2014. Pengalaman organisasi di mulai dari tahun 2010 ketika menjadi peserta Foreign Languages Orientation (FLO) yang diadakan oleh UKM Bahasa-FLAT dan pelatihan Micro Hypno Teaching (MHT) yang dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI). Pada tahun 2012 pengalaman penulis bertambah mengikuti kegiatan SAIL MOROTAI dengan rute pelayaran di mulai dari Jakarta, Ambon, Ternate, Sorong, Raja Ampat, Morotai dan Makassar. Kegiatan ini diadakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam acara Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari/Kapal Pemuda Nusantara (LNRPB/KPN). Penulis mewakili dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) serta diamanati sebagai ketua dari kementerian tersebut. Pengalaman kerja juga pernah di jalani penulis selama menjadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengalaman tersebut di mulai sejak tahun 2012-2014 ketika dipercaya menjadi Guru Bimbel Ujian Nasional di Bina Nusantara (Binus) International School Simprug tingkat SD dan SMP. Selain itu pada tahun 2013 penulis juga mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di Madania

Indonesian School with World Class Standard dalam Praktik Profesi Keguruan

Terpadu (PPKT) tingkat SMA. Penulis sekarang bekerja sebagai Tutor Komunitas

di Home Schooling Kak Seto (HSKS) tingkat SMP.

Demikianlah biodata penulis ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Untuk informasi lebih lanjut bisa melalui email: albertferdinand92@gmail.com atau melalui nomor HP: 08998828564.


Dokumen yang terkait

Penerapan Strategi Belajar Aktif (Active Learning Strategy) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Nurul Hidayah

2 9 100

Penggunaan Media Komputer Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

0 3 106

Penerapan Strategi Belajar Aktif (Active Learning Strategy) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Nurul Hidayah

0 3 100

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Active Learning Di Sma Negeri Jumapolo Tahu

0 2 17

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Active Learning Di Sma Negeri Jumapolo Tahu

0 4 18

IMPLEMENTASI METODE ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS V DI SD ISLAM AL-AZHAR 28 SOLOBARU.

0 1 21

IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FIQH DI SMP AL-ISLAM SURAKARTA Implementasi Active Learning Dalam Pembelajaran Fiqh di SMP Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 0 16

IMPLEMENTASI MODEL MENGAJAR 'ACTIVE LEARNING' DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMU ISLAM AL-AZHAR 5 CIREBON : Penelitian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam AI-Azhar 5 Cirebo

1 3 52

PENGARUH IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA ISLAM SUDIRMAN 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20062007

0 0 85

Implementasi pembelajaran aktif (Active Learning) dalam mata pelajaran pendidikan agama islam di Sma Negeri 1 Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. - Raden Intan Repository

0 0 102