Penerapan Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ips Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Darul Amal Kota Tangerang
PENERAPAN METODE AKTIF LEARNING TIPE JIGSAW
DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPS KELAS V
Di Madrasah Ibtidaiyah Darul Amal Kota Tangerang
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh MUHAENI NIM 809018300354
PROGRAM STUDI PGMI DUAL MODE SYSTEM
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
vi
ABSTRAK
Muhaeni, NIM 809018300354 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : Judul Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Darul Amal Kota Tangerang.
Metode yang baik adalah metode yang mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, siswa tertantang dan tertarik untuk ikut berperan sebagai subyek dalam proses tersebut. Siswa dapat menemukan sendiri hal-hal yang tidak diketahui dari proses yang dialami. Siswa meneliti, mengkaji, mengeksplorasi, menerapkan dan mengamalkan dalam kehidupannya dimasyarakat merupakan inti dari tujuan pembelajaran.
Dengan melakukan penelitian selama tiga bulan dengan menggunakan model pembelajaran aktif learning tipe jigsaw pada pembelajarn IPS di kelas V MI Darul Amal Kota tangerang. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil belajar siswa yang dilakukan selama dua siklus. Pada siklus kesatu diketahui dari hasil evaluasi siswa, yang memperoleh skor diatas kriteria ketuntasan minimum hanya 7 orang (41,17%) dari 17 siswa dan pada siklus dua, dari 17 siswa, 1 siswa memperoleh rentang skor 91-99, 7 siswa berada pada rentang skor 73-81, 5 siswa berada pada rentang skor 64 -72 dan 2 siswa pada rentang skor 55-63. Dengan demikian 15 siswa tuntas memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimum sebesar 70 untuk mata pelajaran IPS kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang.
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan metode aktif learning tipe jigsaw sangat baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa, karena metode ini dapat meningkatkan motivasi, emosional belajara dan aktifitas belajar siswa yang selama ini di tunjukan dengan metode-metode konfensional seperti ceramah dan tanya jawab. Metode aktif learning juga dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi pembelajaran bagi seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
(7)
vii
ABSTRACTION
Muhaeni, NIM 809018300354 Program of Education Study Learn The Primary Scool Dual of Mode of System of Faculty of Science of Tarbiyah and Teachership of University of Islam of Country of Syarif Hidayatullah Jakarta : Title of Research of Action of Active Method Applying Class Learning of Type Jigsaw in Improving Result Learn The IPS of Class V Primary Scool Darul Do a good deed the Town Tangerang.
Good method method capable to improve the enthusiasm and motivate to learn the student, student challenged and interested to follow the personating subyek in course of the. Student can find xself unknown things from natural process. Student check, studying, mengeksplorasi, applying and practicing in its life society represent the nucleuscore from study target.
From the problem researcher the research during three months by using active study model learning of type jigsaw pembelajarn IPS class of V MI Darul Darul Amal the Town tangerang. From the research result obtained a result learn the student during two cycle. cycle kesatu known from result evaluate the student, obtaining score of above complete criterion minimum only 7 people ( 41,17%) from 17 student and cycle two, from 17 student, 1 student obtain;get to span the score 91-99, 7 student be at to span the score 73-81, 5 student be at to span the score 64 - 72 and 2 student spanning score 55-63. Thereby 15 complete student fulfill the complete criterion value minimum equal to 70 for the subject of IPS of class of V MI Darul Amal the Town Tangerang.
From the data can be said that a active method applying learning of type jigsaw very good in improving result learn the student, because this method can improve the motivation, study emotional and aktivity learn the student which during the time show with the method konfensional like discourse and question and answer. Active method learning also can improve the kreatifitas and innovate the study for a teacher in reaching study target.
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmannirrohim
Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan taupik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga Penelitian Tindakan Kelas ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Selawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Rasullah SAW, keluarga, para sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
PTK ini kemungkinan besar tidak dapat di selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada :
1. Ibu Dra.Nurlena Rifa’i. M.A., Ph.,D. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah mendorong penyelesaian studi dan penelitian ini.
2. Bapak Fauzan. M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Syarifudin, S.Pd.I, M.Pd, Kepala MI Darul Amal Kota Tangerang, yang
telah memberikan ijin mengikuti perkuliahaan dan melakukan penelitian pada MI Darul Amal.
4. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberiakan kemudahan dalam menyelesaikan perkuliahan ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas bantuan moril maupu materil kepada penulis.
Atas semua yang telah diberikan kepada penulis, mudah-mudahan seluruh bantuan dari semua pihak menjadi amal baik. Amin.
Wassalammua’laikum Wr. Wb.
Ttd
(9)
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN PTK ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN PEMBINGBING ... iv
PENGESAHAN PENGUJI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritik... 11
(10)
x
2. Metode Aktif Learning ... 20
3. Metode Activ Learning Tipe Jigsaw ... 32
B. Fokus yang Diteliti ... 36
C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36
D. Kerangka Pemikiran ... 38
E. Hipotesis Tindakan ... 42
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 45
C. Subjek Penelitian ... 48
D. Peran dan PosisiPeneliti dalam Penelitian ... 48
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 48
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 49
G. Data dan Sumber Data ... 49
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 49
I. Teknik Pengumpulan Data ... 51
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 52
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 53
(11)
xi
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 57
B. Analisis Data ... 61
C. Pembahasan ... 71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74
B. Saran-saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 82
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 82
2. Instrumen (Tes, Angket, Lembar Observasi, Pedoman Wawancara, Kisi-kisi dan Data Responden) ... 110
3. Surat Izin Telah Melakukan Penelitian ... 126
(12)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan karya Allah SWT yang paling istimewa, baik secara bentuk (jasmani) maupun raga (ruhani), selain itu manusia adalah mahluk sempurna karena dilengkapai semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan. Hal ini dipertegas melalui firman Allah SWT dalam surat At-tin ayat 4 yang berbunyi
Artinya :Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik- baiknya .(QS, 95:4).1
Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan “khalifah” atau
wakil (mandataris) Tuhan di mukka bumi, yang kemudian dipercara untuk memikul amanah berupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang
bermoral di muka bumi.2 Dengan kemampuan akal pikir manusia mampu
mengubah wajah bumi dari awal diciptakan Allah SWT sampai seperti sekarang ini. Kemampuan manusia untuk merubah keadaan, situasi, kondisi dan kebiasaan tidak terlepas dari adanya proses belajar.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh satu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruahan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.3
Hal senada ditambahkan oleh suyono, “belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
1Moh. Rifa’i, Terjemah/Tafsir Al-Qur’an
, (Semarang : CV Wicaksana, 1997), h. 214
2
Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2001), h, 13
3
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2
(13)
2
memperbaiki prilaku,sikap dan mengokohkan kepriabadian. 4Adapun
pendapat Skiner yang dikutip oleh Barlow dalam bukunya Educational
Psychologi, berpendapat bahwa “suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah
laku) yang berlangsung secara progresif”.5
Sementara itu menurut pendapat Thursan Hakim berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dalam perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan.6
Dari beberapa pendapat di atas, pada dasarnya memiliki kesamaan persepsi akan pengertian belajar bahwa belajar adalah proses interaksi yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan moral menuju kearah yang lebih baik. Dengan belajar orang akan mengetahui/mengenal dengan mengenal seseorang dapat melakukan tindakan akan sesuatu yang diketahui.belajar merubah sikap, prilaku, pola hidup, tutur kata yang lebih baik dan santun. Orang yang mengalami proses belajar dapat memposisikan dirinya dalam kondisi yang nyaman dan aman dalam hidup bermasyarakat.
Output dari belajar atau dapat disebut hasil belajar adalah adanya perubahan pada diri seseorang yang mengalami belajar. Karenan out put dari belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar dari proses belajar adalah adanya perubahan baik prilaku, moral sikap yang membedakan dari sikap, prilaku dan moral sebelum seseorang belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari tujuan seseorang belajar seperti halnya ketika seorang belajar membaca tujuan yang ingin dicapai adalah mampu membaca, ketika seseorang belajar menulis tujuan yang ingin dicapai adalah mampu menulis.
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang
4
Suyono, Belajar dan Pembelajaran,(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), cet.2, h.9
5
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet-Ke 12, h, 64
6
(14)
3
besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Hasil belajar merupakan hasil yang didapatkan peserta didik dalam belajar, baik itu pada aspek Afektif, kognitif, maupun psikomotoriknya. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusah untuk memperoleh suatu bentuk peubahan prilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau keadaan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh pendidik. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.
Hasil belajar menurut Bloom, mencakup perintah dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil efektif7. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotorik, dan tipikal perasaan berkaitan dengan rana efektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam bidang pendidikan dan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.8
Jalaluddin dan Abdullah menyatakan bahwa hasil belajar adalah indikator prestasi belajar sebagai kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh anak, tinggi rendahnya prestasi dapat menjadi indikator sedikitnya
7
Abdurahman Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belaja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h.89
8
(15)
4
pengetahuan yang dikuasai dalam bidang studi tertentu atau kegiatan kurikulum.9
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar dapat dari tiga ranah, yakni ranah kognitif, efektif, dan ranah psikomotorik, dan masing ranah tersebut memiliki penilaian yang berbeda-beda, dalam artian bahwa pembelajaran yang dilaksanakan penilaian tidak hanya ia mengerti akan materi yang diajarkan, akan tetapi pembelajaran yang dilaksanakan apakah dapat dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupanya atau tidak.
Berkaitan dengan hasil belajar, dalam dunia pendidikan dimana proses belajar sangat jelas dan nyata terjadi secara formal, dimana di dalamnya terjadi interkasi belajar mengajar dengan tujuan yang ingin dicapai yang tertuang dalam hasil pembelajaran baik dalam kurikulum maupun target ketuntasan minimal (KKM). Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu
:“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.10
Sering kali tujuan yang begitu mulia dan sangat ideal bagi peserta didik yang tertuang dalam kurikulum maupun kriteria ketuntasan minimal (KKM) tidak tercapai bahkan salah sasaran, sehingga tidak jarang seorang guru harus memaksakan siswa untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang telah ditargetkan baik oleh sekolah maupun oleh pemerintah yang tertuang dalam buku hasil belajar siswa (raport) dan nilai ujian. Dalam setiap
9
Jalaluddin dan Idi Abdullah, Ifilsafat pendidikan (Cet. I; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1979).
10
Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesioanl Berstandar Nasional, ( Bandung: Yramawidya, 2009), cet.1, h. 10
(16)
5
pembelajaran guru melakukan proses pembelajaran yang terdapat dalam satuan pembelajaran yang disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Pada RRP tersebut guru membuat skenario pembelajaran yang tujuannya tidak lain adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang tertera pada hasil belajar dengan indikator-indikator yang harus tercapai. Namun demikian konsep dan skenario yang ada terkadang bertolak belakang dengan realita dilapangan dimana siswa dan guru tidak dapat memenuhi skenario pembelajaran karena media dan sumber yang tidak ada, daya serap siswa yang rendah, metode dan model pembelajaran yang membosankan dan profesionalisme guru yang rendah. Kewajiban guru dalam mempersiapkan skenario pembelajaran dan melaksanakan skenario tersebut banyak tidak dilaksanakan bukan hanya karena tidak adanya kontrol dan evaluasi dari pimpinan dalam hal ini kepala sekolah namun juga karena rendahnya tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya selaku pendidik dalam mencerdaskan anak bangsa.
Faktor-faktor tersebut yang menjadi kendala tidak tercapainya tujuan belajar dan rendahnya hasil belajar siswa dan yang lebih memperihatinkan lagi guru harus tetap mencapai standar minimal dan standar kelulusan dalam proses pembelajaran siswa, sehingga guru lebih banyak menngambil jalan pintas dengan mengkatrol nilai siswa sesuai tuntutan standar ketuntasan belajar tanpa terlebih dahulu mengadakan pengayaan maupun remedial.
Dari sekian banyak faktor yang menjadi kendala rendahnya hasil belajar siswa secara umum adalah situasi dan proses pembelajaran yang tidak efektif dan membosankan, karena model dan metode yang digunakan guru kurang vareatif pada setiap pembahasan. Guru lebih senang ketika suasana belajar hening sehingga guru lebih leluasa menjelaskan materi dengan metode ceramah. Guru sebagai sentral dan sumber belajar, sementara siswa hanya sebagai pendengar yang budiman, guru kesal dan marah ketika banyak siswa bertanya, berdiskusi, bergerak dan lain sebagainya karena hal ini dianggap membuat gaduh kelas, sehingga guru sulit untuk menerapkan metode ceramah sebagai metode andalan yang umum digunakan guru.
(17)
6
Melalui penelitian ini, peneliti berupaya mencari jawaban dari permasalahan-permasalahan yang telah diuraika atas, dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), melalui penerapan metode aktif learning dengan tipe jigsaw. Metode ini dikedepankan sebagai jawab untuk meningkatakan hasil belajar siswa dan memecahkan kebosanan siswa selama mengikuti proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS.
Sebagai ilmu sosial, pembelajaran IPS bertujuan untuk membekali peserta didik untuk: (1) memiliki pengetahuan sosial, (2) Mampu menganalisi, mengidentifikasi dan mencari alternatif dalam bermasyarakat, (3) Mampu mengmbangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan IPTEK.11 Untuk mengimbangi tujuan
pembelajaran tersebut tentunya harus ditunjang dengan kemampuan pendidik dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran. Dan salah satu model yang dapat dikembangkan oleh pendidik adalah dengan model pembelajaran aktif atau active learning. Metode active learning atau biasa disebut pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam benuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru.
Dalam penjelasannya Hisyam Zaini dkk, mengatakan “pembelajaran
aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. 12 Ketika peserta didik belajar secara aktif maka siswa secara langsung mendominasi proses pembelajaran dengan melibatkan seluruh kemampuan baik berfikir maupun bertindak dan dalam hal ini pendidik bertindak sebagai fasilitator, tutor untuk kelangsungan proses pembelajaran dan keberhasilan tujuan pembelajaran. Saat ini pembelajaran aktif sudah menjadi trend dan trobosan dalam dunia pendidikan, karena pesatnya perkembangan dunia pendidikan dan meningkatnya tingkat keingintahuan dan
11
Farida Novita, Pengertian Tujuan dan Ruang Lingkup IPS, Artikel diakses pada tanggal 18 Maret, http://www.farida novita.blogspot.com/2013/04/ips-pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup.html
12
Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 1
(18)
7
kritisnya siswa dala menerima materi pelajaran, siswa tidak lagi menjadi pendengar teteapi menjadi aktor utama dalam proses pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam skenario pembelajaran. Selain itu fungsi motorik panca indra manusia, sudah lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius
menyatakan “Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya faham.”13
Jika kita mau memahami, merenungkan dan merasakan kalimta Konfusis tersebut bahwa mlihat dan mengerjakan suatu pembelajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar ketimbang mendengar. Dan inipula yang selama ini menjadi kegagalan pendidikan di Indonesia, dimana seorang guru lebih senang menggunakan metode ceramah dengan menjelaskan/bereceramah didepan kelas dan berharap anak didiknya paham akan apa yang dijelaskan tanpa mengikut sertakan siswa berperan aktif dalam mengikuti proses belajar.
Banyaknya model active learning yang berkembang saat ini menjadi bahan dan rujukan guru dalam mengajar merupakan bentuk wajah baru dari dunia pendidikan dan masa perlaihan dari pendidikan centralisasi menjadi pendidikan desentralisasi dengan mengedepankan aktiftas dan kreatifitas siswa. Untuk mengkrucutkan pembahasan metode aktive learning, penulis membatasi pada bahasan metode active learning tipe metode jigsaw.
Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawannya.14 Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim
yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
13
Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa, 2012), Cet. 7,h. 1
14
Rahman, Metode Pembelajaran Jigsaw, diakses pada tanggal 18 Maret 2013http://rahman-destia.blogspot.com/2012/06/metode-pembelajaran-jigsaw.html.
(19)
8
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.15
Melalui metode active learning dengan tipe motode jigsaw penelitian tindakan kelas (PTK), diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar, memotivasi siswa dan memberikan suasana pembelajaran baru yang dapat membawa siswa pada situasa yang nyaman dan enjoy khususnya siswa kelas 5 MI Darul Amal Kota Tangerang pada pembelajaran IPS.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan yang akan diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Masih banyak guru belum mengenal dan menggunakan model
pembelajaran kooferatif learning tipe jigsaw.
2. Pembelajaran yang dilakukan guru di MI Darul Amal Kota Tangerang
masih bersifat konvensioanl ya’ni dengan mengandalkan metode ceramah dan hafalan.
3. Masih banyak siswa hasil belajar pada mata pelajaran IPS belum
mencapai ketuntasan minimum yang ditentukan oleh sekolah sebesar 70.
4. Siswa diperlakukan sebagai objek pembelajaran bukan subjek
pembelajaran.
5. Rendahnya keaktifitan siswa pada pembelajaran IPS yang berdampak
pada rendahnya minat dan motivasi belajar sehingga hasil belajar tidak mencapai KKM
15Ibid
(20)
9
6. Kurangnya sarana dan prasarana belajar dalam menunjang proses
pembelajaran IPS.
7. Kurangnya persiapan guru dalam mengajar, ditandai dengan tidak adanya
RPP, media dan bahan ajar.
8. Latar belakang pendidikan guru yang tidak sesuai dengan mata pelajaran
yang diampu.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada penerapan metode aktif leraning tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPS kelas V Mi Darul Amal Kota Tangerang.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Mengacu pada pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan metode aktif learning tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPS kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang ?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang dengan menerapkan metode aktif learning tipe jigsaw.
2. Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini, Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Bagi Sekolah
Untuk bahan masukan agar dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi dalam memperbaiki dan meningkat kreatifitas pembelajaran
(21)
10
IPS melalui penerapan ametode aktif learning tipe jigsaw. Meningkatkan sarana belajar dan bahan ajar.
2. Bagi siswa
Dapat meningkatkan aktifitas belajar pada pembelajaran IPS pada siswa kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang. Dan mampu mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) sebesar 70.
(22)
11
BAB II
KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hasil Belajar IPS
a. Pengertian Hasil Belajar IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu disiplin ilmu yang masuk kedalam kurikul nasional mulai dati tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) adapun pada bangku kulia pembelajaran IPS merupakan salah satu jurusan yang ada pada Fakultas Keguruan yang tentunya cangkupan keilmuannya jauh lebih luas.
Sapriya mengutif pendapat Somatri “Pendidikan IPS adalah
seleksi penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedegogis untuk tujuan pendidikan”.1 Sebagai ilmu sosial yang mempelajari dan mendalami hubungan dan interaksi manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kurikulum 2006, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungnnya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu , inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan2
1
Supriya, Pendidikan IPS , (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,2001), h. 11.
2
Departemen Pendidikan Nasional , Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, (Jakarta: Media Pustaka Mandiri, 2009), h. 125
(23)
12
Ruang lingkup mata pelajaran IPS, dalam kurikulum 2006 meliputi aspek-aspek (1) Manusia, Tempat dan Lingkungan (2) Waktu , Keberlanjutan dan Perubahan (3) sitem Sosial dan Budaya (4) Prilaku
Ekonomi dan Kesejahteraan.3
Pada intinya, IPS merupakan mata pelajaran yang diberikan pada semua jenjang pendidikan, didalamnya mencangkup seluruh aspek kehidupan sosial manusia dan dengan lingkungannya, kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang serta mempelajari
bagaimana manusia memenuhi seluruh kebutuhan hidupnyadan
menyelesaikan seluruh permasalahan yang dihadapinya.
Penerapan pembelajaran IPS dengan pokok bahasan Prokamasi Kemerdekaan Indonesia, dengan menerapkan metode jigsaw, tentunya harus diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai, yang dapat dilihat dari tiap-tiap indikator yang ada pada standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dan hasil belajar yang hendak dicapai. Berikut tabel Standa Kompetensi dan Kompetensi dasar serta Indikator dari Pokok Bahasan Proklamasi Kemerdekan Indonesia.
Tabel 2.1
Standar ISI Pembelajaran IPS Kelas V Semester Genap
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Pokok
Bahasan
Indikator
Menghargai peranan tokoh pejuang dan
masyarakat dalam
mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesi
Menghargai jasa dan
peranan tokoh
perjuangan dalam mem-proklamasikan kemerdekaan Indonesia Peristiwa Sekitar Proklamasi kemerdekan
Menyebutkan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan Menceritakan jasa dan peranan tokoh dalam
memprokmasikan kemerdekaan Sumber : Kementerian Agama RI, Kurikulum KTSP 2008, (2009: 154)
3Ibid,
(24)
13
Dengan mengacu pada isi kurikulum hasil belajar IPS, siswa diarahkan dan dibimbing guru dalam mengenal tokoh-tooh perjuangan yang ikut dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Siswa juga
diarahkan untuk dapat menceritakan jasa tokoh-tokoh yang
memperjuangkan proklamasi kemerdekaa Indonesia.
Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Untuk memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian belajar itu sendiri.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakakn setiap jenis dan jenjang pendidikan. .4 Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, ketiaka ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah.
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya fotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5
Belajar merupakan proses transformasi pengetahuan berdasarkan yang didengar, dilihat dan dialami untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan belajar seseorang mengetahui nilai-nilai kebaikan dan nilai -nilai keburukan, yang selanjutnya menjadi acuan untuk bebuat dan bertindak.
4
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Rosda Karya 2009), h. 87
5
Arif Efendi, Konsep Tujuan Pendidi, artikel di akses pada 17 Maret 2013 dari arief efendi.weebly.com/konsep/tujuan/pendidikan, html.
(25)
14
Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Suatu proses pembelajaran tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan
berhasil apabila tujuan stndar kompetensinya (KD) dapat tercapai. 6 Hasil
belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil ahir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Tujuan dari hasil belajar disekolah tentunya sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah, sebgai mana diuangkapkan dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II
Pasal 3 yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.7
Hasil belajar berorentasi pada tujuan belajar yang tentunya disesuaikan dengan tujuan pemerintah yang tertuang dalam standar isi, dan standar kelulusan, pencapaian tujuan tersbut yang dituangkan pada skenario pembelajaran dalam bentuk tes evaluasi belajar dengan alat ukurnya adalah nilai yang diperoleh siswa.
Indikator tercapainya tujuan belajar apabila telah tercapainya hasil belajar setelah siswa melakukan dan mengalami proses belajar. Hasil
6
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. 2, h. 119
7
(26)
15
belajar ini diperoleh setelah siswa mengikuti serangkan tes, dan ujia materi melalui ulangan harian, ulangan semester maupun ujian nasional.
Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa tingkatan taraf sebagai berikut.
a) Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai
oleh siswa.
b) Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.
c) Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%.
Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.8
Alat ukur pencapaian hasil belajar, saat ini sangat ditentukan oleh batasan kriteria ketuntasan minimun (KKM), dimana KKM ini dibuat oleh guru yang berangkutan dengan memberikan skor pada tiap tipa indikator yang ada pada kompetensi dasar (KD) dengan mengukur tingkat kesulitan materi, daya dukung atau sarana yang disediakan oleh sekolah dalam meunjang proses belaajar mengajar dan daya serap siswa atau kemampuan dasar siswa sebelum menerima materi pembelajaran yang baru.
Sering kali pencapaian hasil belajar ini tidak memenuhi stanadar minimum yang ada pada KKM, sehingga penilaian hasil belajar siswa tidak obyektif sebagaimana kemampuan siswa. Hal ini terjadi karena standar minimum yang dibuat guru tidak mengikuti prosedur yang belaku, guru memberikan batasan minimum nilai dalam KKM hanya berdasarkan perkiraan dan ada juga yang melihat dari sekolah lain sebagai bahan rujukan dan acuan KKM pada sekolah tersebut. Selain itu rasa malu, jika batasan minimum yang dibuat guru lebih kecil dari sekolah lain, padahal situasi dan kondisi tiap sekolah tidak dapat disamakan baik daya dukung maupun daya serap siswanya. Selain itu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hail belajar.
8
(27)
16
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, bahwa hasil belajar siswa banyak ditentukan dari faktor-faktor pendukung baik faktor internal maupun eksternal sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto dalam “bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya”9. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang
mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedangdipelajari.
.Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya strategi Belajar mengajar mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana belajar.10
Pada masa perkembangan anak usia remaja, sebagai masa rasa ingin tahu, coba-coba sangat besar. Dan jika hal ini kurang mendapat perhatian, tempat mencurahkan perasaan baik dari guru maupun orang tua, maka besar kemungkinan mereka akan mencari sendiri tempat dan perhatian dari luar lingkungan sekolah dan rumah.
Faktor-fator ini juga yang harusnya menjadi bahan pertimbangan dan penilaian seorang guru, karena tidak semua memiliki dan berada pada kondisi yang baik, baik dalam keluarga, masyarakat dan sekolah juga faktor yang ada pda diri siswa itu sendiri seperti faktor kesehatan, faktor fsikologis minat dan bakat dari siswa itu sendiri. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, guru dapat mengambil tindakan bimbingan kepada siswa agar hasil belajarnya jauh lebih baik dari yang sudah diperoleh.
c. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian merupakan bagian akhir dari peoses belajar, sebagai tolak ukur tingkat kemampuan seseorang dalam mengikkuti proses tersebut.
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Cet. 4, h. 55
10
(28)
17
Pengalaman (Proses) Belajar
(c) (a)
b)
Tujuan Pengajaran
Hasil Belajar
Belajar mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran, pengalaman belajar dan hasil belajar.11. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam diagram dibawah ini
Diagram 2.1
Hubungan Unsur Proses Pembelajaran
Dari diagram diatas, diketahui bahwa belajar merupakan proses yang didalamnya terdapat pengalaman dari sesuatu yang didengar,dilihat dan dialami yang selanjutnya ditransfer dalam bentuk daya ingat, kemudian diaflikasikan dalam bentuk perbuatan dengan adanya perubahan sikap, prilaku dan ucapan yang disebut dengan hasil belajar. Baik atau tidaknya hasil belajar yang diperoleh tidak terlepas dari tujuan pengajaran. Karena proses yang dilakukan dalam belajar mengacu pada tujuan belajar. Dan tercapai tidaknya tujuan tersebut diukur melalui hasil belajar .
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
mengungkapkan, “bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat
keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.12 Tes secara harfiah diartikan suatu deretan pertanyaan atau latihan yang mengukur kemampuan, tingkah laku, fotensi, prestasi baik sebagai hasil belajar .13
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian, sebagaiberikut:
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) Cet. 14, h. 2
12
Syaiful Bahri dan Asan Zain, Op.Cit, h. 120
13
Noehi Nasution, Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka,, 1993), cet. 2, h.3
(29)
18
1) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.
2) Tes Sub sumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu
Luasnya cangkupan penilaian hasil belajar siswa yang tidak hanya bertumpu pada kemampuan intelktual semata namun juga penilaian akan aktifitas, kreatifitas dan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran menajdikan alat ukur hasil dan prestasi belajar siswa penilaian yang baik adalah penilaian yang menyeluruh dari semua sisi yang ada pada diri siswa , sehingga hasil belajar dapan relefan dengan tujuan yang diharapkan. Penilaian menurut Mehrens dan Lehman yang dikutif oleh Noehi Nasution
“Penilaian merupakan suatu pertimbangan profesional atau suatu proses
yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan
mengenai nilai sesuatu”.14
Untuk lebih memahami bentuk-bentuk dan jenis-jenis tes sebagai alat penilaian, termasuk bukan tes (non tes) dapat dilihat pada diagram berikut:
14Ibid,
(30)
19
Alat Penilaia n
Non Tes
Tes
Lisan
Tulisan
Tindakan
Observasi
Kuesioner/Wa wancaea
Skala
Sosiometri
Studi Kasus
Checklist
Individual
Kelompok Esai Objektif
Individual Kelompok
Langsung Tak Langsung Partisipasi Berstruktur
Tak Berstruktu Penilaian Sikap
Berstruktur Bebas Terbatas Benar-salah Menjodohkan Isian Pendek Pilihan Ganda
Sikap
Diagram 2.2 Alat dan Jenis Penilaian
(Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar, 2009 :6) 2. Metode Aktif Learning
(31)
20
Mengajar bukan semata menceritakan, belajar bukanlah konsekwensi otomatis dari penaungan informasi kedalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan Pemeragaan semata tidak akan membuahi hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis. Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thinking aloud). Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif.15
Keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental. Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus mampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
Seorang guru tidak uabahnya seperti seorang koki, dengan berbagai tehnik dan strategi meramu bahan makanan sedemikian rupa dengan campuran bumbu agar menjadi makanan yang lezat dan nikmat, sehingga orang yang memakan dari masakan tersebut merasakan kenikmatan dan
15
Melvin Silberman, Active Learning, Cara Siswa Belajar Aktif (Bandung: Nuansa, 2012), Cet. 7, h. 9
(32)
21
kelezatan dari masakan tersebut, dan kenimatan dan kelezatan makanan yang dirasakan oleh orang yang memakan makanan tersebut akan menjadi kepuasan dan kebanggaan dari si koki.
Dalam dunia pendidikan guru yang mampu memberikan rasa nyaman, enjoy dan senang para siswanya tanpa harus terbebani dengan materi pelajaran, tetapi malah menikmati pelajaran tersebut. Ini merupakan indikator keberhasilan seorang guru. Karena dengan disenanginya materi yang disampaikan guru akan menumbuhkan motivasi dan semangat dalam belajar sehingga memudahkan siswa dalam menyerap materi pelajaran.
Menumbuhkan rasa nyaman, enjoy dan menyenangkan, bukan perkara mudah. Tidak sedikit siswa merasa bosan, jenuh, malas, dan bahkan benci terhadap pelajaran tersebut juga kepada guru yang mengajar. Ketika ini ada pada siswa, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran dan hasil belajar akan jauh dari harapan. Oleh karena itu kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenagkan, enjoy dan aktip hanya dapat dilakukan bagi guru-guru yang memiliki kemampuan dan profesionalisme dalam dunia pendidikan. Profesional adalah perkerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukakan keahlian, kemahiran atau kecakapan memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.16
Sebagai tenaga profesional guru adalah pendidik profesioanl yang mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru tidak hanya orang yang melakukan transformasi ilmu kepada peserta didik, guru bukanlah pekerjaan yang dilakukan karena tidak ada pekerjaan lagi, guru bukan pekerjaan sambilan, guru bukan pekerjaan yang dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi guru meruapakan pekrjaan yang memiliki keahlian khusus dan dipersiapkana melalui pendidikan profes yan terlampir dalam kualifikasi akademik yang dimiliki, dimana guru yang mengajar bahasa Inggris yang memiliki beground
16
(33)
22
akademik bahasa Inggris, guru yang mengajar IPS adalah guru yang memiliki kualifikasi akdemik IPS dan seterusnya.
Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah . diantara peran dan fungsi guru tersebut sebagai berikut :(1) Sebagai pendidik dan pengajar, (2) Sebagai anggota masyarakat, (3) Sebagai pemimpin, (4) Sebagai administrator, (5) Sebagai pengelola pembelajaran17 Untuk mencapai hal tersebut, guru dituntut untuk dapat mengelola dan meramu materi pelajaran yang dituangkannya dalam skenario pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar sesuai kriteria ketuntasan minimum (KKM) guru harus mampu membuat strategi pembelajaran dan metode pembelajaran.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan.18 Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Kemampuan mengembangan strategi sangat terkait dengan
kemampuan memilih metode pengajaran. Karena metode pengajaran merupakan alat untuk mencapai sasaran dalam hal ini tujuan pembelajaran dan hasil belajar. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Zuhairini “ Metode pendidikan adalah segala usaha yang sistimatis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan melalui berbagai aktivitas, baik didalam maupun diluar kelas dalam lingkungan sekolah.19
Masih banyak para pendidik dalam melaksanakn proses pengajaran masih menggunakan metode tradisional atau metode yang monoton. Hal ini karena ilmu pendidikan yang dimiliki seorang guru dalam mengajar cenderung lebih berkiblat pada gurunya terdahulu, dimana guru terdahulu menggunakan metode yang memeang sedang berkembang pada masa itu.
17Mulyana, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), cet.4, h. 19
18
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, h. 5.
19
(34)
23
Seperti metode cermah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demontrasi/eksperimen, belajar kelompok, sosiodrama, karya wisata, metode drill, metode sistem regu dan lain-lain.
Dengan berkembangnya karaktek, sikap dan prilaku siswa yang telah terkontaminasi dengan budaya dan pergaulan yang lebih cenderung negatif, maka perlu peningkatan dan pengembangan metode mengajar yang lebih mengarah pada aktifitas dan kratifitas siswa serta menjadikan siswa sebagai subyek dari proses tersebut. Metode yang menekankan kepada pembelajaran aktif atau yang disebut dengan metode aktif learaning.
Kecendrungan guru dalam mengajar seringkali tidak melihat perkembangan dan fotensi yang dimiliki siswa, mereka menyamaratakan semua siswa dalam hal kognitif, psikomotorik dan afektif siswa, sehingga hasil belajar yang diharapkan tidak mencapai ketuntasan minimum. Pendekatan, metode dan model pembelajaran pada setiap bahasan tidak dibedakan, sementara tujuan dan hasil yang diharapkan berbeda pada tiap-tiap bahasan.
Pembelajaran yang menyamakan penyampaian materi dengan satu metode untuk semua materi pembelajaran berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa-siswanya. Hal ini dikarenakan tidak samanya setiap pembahasan materi pembelajaran baik dari proses, tujuan, hasil yang ingin dicapai, media dan sumber belajar yang digunakan. Sudah saatnya guru lebih berkonsentrasi pada model dan metode pembelajarn aktif (active learning). Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bonwell, yang dikutif oleh Supardi, “pembelajaran aktif memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh
pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
2) Siswa/Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran /kuliah,
(35)
24
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan
materi pembelajaran/kuliah,
4) Siswa/Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,
menganalisa dan melakukan evaluasi,
5) Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.”20
Pada pembelajaran aktif learning, karakteristik-karakteristi
pembelajaran lebih mengedepankan pada aktifitas dan kreatifitas siswa sebagai subjek dalam proses pembelajaran.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.
b. Tipe-tipe Pembelajaran Active Learning
Pendidikan pada semua tingkat terkait dengan memperoleh pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (atitudes). Belajar kognitif meliputi mendapatkan informasi dan konsep. Itu dilakukan tidak hanya dengan memahami pelajaran namun juga dengan menganalisis dan menerapkannya terhadap berbagai situasi baru. Belajar afektif melibatkan pengujian dan klarifikasi perasaan dan prefensi. Para peserta didik dilibatkan dalam menilai diri mereka sendiri dan hubungan personalnya terhadap pelajaran. Bagai mana pengetahuan, keterampilan,
20
(36)
25
dan sikap yang diperoleh bisa membuat semua berbeda di dunia akankah hal itu dilakukan secara aktif atau fasip.
Dengan berkembangnya materi pelajran dan bahsan yang dikaji seiring dengan berkembangnya tehknologi dan informasi, menuntut adanya perkembangan metode-metode pembelajaran yang mengarah kepada aktifitas siswa dalam menggali dan mempelajari serta memahami ilmu yang diterimanya. Dari pengembangan metode active learning maka lahirlah tipe-tipe metode active learning yang lebih terarah, terfocus pada bahasan yang dapat digunakan guru dengan disesuaikan bahasan yang dipelajari dan tujuan yang ingin dicapai seperti, guru ingin membuat peserta didik aktif sejak dini, maka tipe yang dapat digunakan adalah tradeing place, group resume, prediction, team getway. Atau ketika guru ingin membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan sikap secara aktif, guru dapat mengembangkan metode listening team, active debate learning star with question, information search atau jigsaw learning dan lain sebagainya.
Berikut sebagain tipe-tipe pembelajaran active learning yang dapat dikembangkan guru dalam meningkatkan aktifitas siswa.
1) Examples Non Examples (Contoh Dapat Dari Kasus/Gambar Yang
Relevan Dengan K) Langkah-langkah :
a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
OHP
c) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhatikan/menganalisa gambar
d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
(37)
26
f) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
g) Kesimpulan
2) Picture And Picture
Langkah-langkah :
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Menyajikan materi sebagai pengantar
c) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi
d) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g) Kesimpulan/rangkuman
3) Numbered Heads Together
Langkah-Langkah :
a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain
f) Kesimpulan
(38)
27
Skrip kooperatif merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
a) Guru membagi siswa untuk berpasangan
b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan
c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
e) Sementara pendengar :
f) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap
g) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
h) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
i) Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
j) Penutup
5) Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi Dari Number Heads)
Langkah-Langkah :
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan
nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu
bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dst
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil
(39)
28
kerja sama mereka. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain dan Kesimpulan
6) Student Teams-Achievement Divisions (Stad) Tim Siswa Kelompok
Prestasi
Langkah-Langkah :
a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
b) Guru menyajikan pelajaran
c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu
e) Memberi evaluasi
f) Kesimpulan
7) Jigsaw (Model Tim Ahli)
Langkah-Langkah :
a) Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g) Guru memberi evaluasi
(40)
29
8) Problem Based Introductuon (Pbi) (Pembelajaran Berdasarkan
Masalah)
Langkah-Langkah :
a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
9) Mind Mapping
Sangat Baik Digunakan Untuk Pengetahuan Awal Siswa Atau Untuk Menemukan Alternatif Jawaban
Langkah-Langkah :
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi
oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
c) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil
(41)
30
e) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
f) Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
10)Think Pair And Share
Langkah-Langkah :
a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
c) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
e) Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
f) Guru memberi kesimpulan
g) Penutup
11)Snowball Throwing
Langkah-Langkah :
a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
d) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
(42)
31
e) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
f) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
g) Evaluasi
h) Penutup
12)Demonstration
(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)
Langkah-langkah :
a) Guru menyampaikan TPK
b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan
c) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan
d) Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai
skenario yang telah disiapkan
e) Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
f) Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga
pengalaman siswa didemontrasikan
g) Guru membuat kesimpulan
13)Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Kooperatif
Terpadu Membaca Dan Menulis Langkah-Langkah :
a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara
heterogen
b) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
c) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok
dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
d) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
(43)
32
f) Penutup.21
Pemilihan dan penerapan metode-metode diatas sangat ditentukan dari keinginan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan bentuk keaktifan siswa serta kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa,baik secara individu maupun kelompok.
3. Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw
Sebagaimana yang telah diuraikan mengenai metode active learning dan tipe-tipe dari metode active learning, penulis akan mengulas lebih khusus mengenai metode jigsaw. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.22
Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau
21
Mel Silberman, OP.Cit, h. 166.
22
Rahman, Metode Pembelajaran Jigsaw, Artikel di Kases pada tanggal 20 Maret 2013, http://rahman-destia.blogspot.com/2012/06/metode-pembelajaran-jigsaw.html.
(44)
33
cara.23 Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian Kata jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti
“gergaji atau memotong”.24
Dalam metode pembelajaran teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran kooperatif.
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
1) Sejarah Jigsaw
Teknik jigsaw adalah salah satu teknik cooperative learning yang pertama kali diterapkan oleh aronson tahun 1971 dan dipublikasikan tahun 1978. Pada awalnya penelitiannya kelas jigsaw ini dipakai untuk tujuan agar mengurangi rasa kompetisi pembelajar dan masalah ras yang terdapat di sebuah kelas yang berada di Austin, Texas. Kota texas ini termasuk mengalami masalah rasis yang sangat parah, dan itu pun memunculkan intervensi dari sekolah--sekolah
untuk menghilangkan masalah tersebut.25
Di dalam suatu kelas banyak pembelajar amerika keturunan afrika, keturunan hispanik (latin), dan pembelajar kulit putih amerika untuk yang pertama kalinya berada dalam sebuah kelas bersama--sama. Situasi semakin memanas dan mangancam lingkungan belajar mereka. Dan pada tahun 1971 Aronson dan beberapa lulusan pembelajar lainnya menciptakan jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya didalam kelas. Dan usaha keras ini berhasil dengan
23
Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 9.
24
Rudy, Kamus Lengakap Inggris Indonesia, (Jakarta: Kasiko Publisher, 2004), Cet. 4, h.174.
25
Sholomo Sharan, Pengantar Oleh Sigit Prawoto, Cooperatic Learning, , (Yogyakarta: Familia, 2012), h.55.
(45)
34
sukses, pembelajar yang pada awalnya kurang berkomunikasi mulai berkomunikasi dan mulai bekerja sama.
Eksperimen ini terdiri dari membentuk kelompok pembelajaran (kelompok jigsaw) dimana tiap pembelajar tergantung kepada anggota kelompoknya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk lulus dalam ujian. Tanpa memandang ras, mereka digabungkan menjadi sebuah grup dan wajib berkerjasama diantara anggotanya agar mencapai sukses akademik. Ketika dibandingkan dengan kelas tradisional dimana pembelajar--pembelajar bersaing secara individu, pembelajar--pembelajar di dalam kelas.
2) Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif jigsaw langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain :
a) Pembelajaran jigsaw diawali dengan pengenalan topik. Guru
menuliskan topik tersebut di papan tulis dan menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
b) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
topik yang akan dibahas yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Kelompok ini dinamakan kelompok asal.
c) Masing-masing anggota kelompok asal mengambil undian untuk
menentukan topik yang akan dibahas.
d) Dari undian yang telah mereka ambil, peserta didik yang
mendapat undian pertama maka akan membahas topik pertama, sedangkan yang mendapat undian kedua maka akan membahas topik kedua, demikian seterusnya. Kelompok ini dinamakan kelompok ahli yang bertanggung jawab untuk mengkaji secara mendalam topik yang mereka dapatkan. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikannya
(46)
35
e) Setelah selesai, peserta didik dari masing-masing kelompok ahli kembali kekelompok asal untuk membagikan pengetahuan yang mereka dapatkan dari kelompok ahli. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi.
f) Sebelum pembelajaran diakhiri, diadakan diskusi dengan seluruh
kelas. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.
Selanjutnya untuk memudahkan pelaksanaan daro metode jigsaw ini, guru harus bisa-bisa mengelola dan mengatur waku pembelajaran, jangan sampai skenario pembelajaran yang telah dibuat tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Disamping itu alokasi pembelajaran yang diberikan sekolah atau kurikulum pendidikkan hanya berkisar antara 30 – 40 menit/jam pelajaran. Tentunya dengan alokasi waktu yang sangat sempit ini membutuhkan kepintaran guru dalam melaksanakan skenario pembelajaran tersebut. Berikut contoh pembagian waktu dalam penerapan metode jigsaw.
5" pertama, guru akan memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk bidang studi apa yang akan menjadi pokok bahasan. 6" kedua, guru akan membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta menjelaskan tugas untuk masing-masing kelompok. Kelompok ini disebut kelompok awal.
Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi selama 6" dan diharapkan siswa dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya pada kesempatan ini kemudian siswa diberi Lembar Kerja (LK) dan diberi waktu 8" untuk mengerjakan lembar kerja tersebut.
Setiap siswa dalam satu kelompok menyebar/pindah ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai materi yang dipelajari oleh kelompok lain. Siswa diberi kesempatan untuk berpindah-pindah kelompok selama 10" dan siswa diharapkan dapat menyerap dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kelompok lain.
(47)
36
Siswa kembali ke kelompok awal untuk mendiskusikan informasi yang diperoleh selama 10". Kemudian salah satu anggota kelompok berlatih untuk memasukkan data ke komputer dengan menggunakan program inspiration selama 20". Setelah itu siswa akan mebuat peta konsep di komputer dan kelompok lain akan memasukkan informasi ke chart yang telah disediakan. Pada tahap ini siswa diberikan waktu selama 20" untuk menyelesaikan tugasnya. Dan pada 5" terakhir guru akan memberikan penguatan dari tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah.
Proses pelaksanaan metode jigsaw ini dapat dilaksanakan ssesuai dengan kondisi, usia dan karakter siswa dengan mengedepankan pendekatan persuasif untuk menumbuhkan rasa senang dan gembira dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Karena pada dasarnya pembelajaran kooferatif learning adalah bagaimana membuat siswa aktif, kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran. sehingga guru hanya berperan sebagai mediator dan tutor bagi siswanya.
B. Fokus yang Diteliti
Beradasrkan uraian tentang hasil belajar IPS dan penerapan metode kooperatif learning tipe jigsaw, maka penelitian tindakan kelas ini difokuskan
pada “Penerapan Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar IPS Kelas V”
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Dari hasil penelitian penelitia mengenai penelitian yang relevan dengan materi yang sedang diteliti, dengan melakukan pencarian baik melalui browsing internet mapun bedah perpustakaan yang dilakukan peneliti dengan mengedepankan kesesuaian materi dan bahasan.Didapat beberapa
(48)
37
penelitian yang relevan dengan materi peneliti. Adapaun materi yang relevan dengan materi yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Judul “Peningkatanhasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
Melalui Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jigsaw” oleh Muqi Tania,
dari hasil penelitiannya diperoleh hasil yang sangat baik. Salah satu model yang dapat mengembangkan kemampuan siswa adalah model pembelajaran cooperative, dan diantara tipe-tipe dalam pembelajaran cooperative terdapat tipe jigsaw. Tipe ini dipilih sebab memiliki ciri khas yaitu adanya kelompok asal dan kelompok ahli dimana siswa yang kurang kemampuannya akan meningkat semangat belajarnya sebab ia diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk menguasai suatu materi pelajaran agar dapat menjelaskan kepada teman-temannya dalam kelompok asal. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa. Subyek dalam penelitian tindakan iniadalah siswa kelas IVB SD Negeri 2 Metro Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 28 orang. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Rata-rata hasil pretes pada siklus I yang diperoleh siswa untuk materi Kesetaraan Satuan 47,71% dimana 64,3% siswa belum tuntas belajar. Setelah dilakukan tindakan, hasil postes siklus I memberikan rata-rata sebesar 64,29% dengan 34,7% siswa belum tuntas belajar. Rata-rata hasil pretes siklus II untuk materi Keliling dan Luas adalah 57,86% dimana sebesar 34,7% siswa belum tuntas belajar, dan rata-rata postes siklus II adalah 70% dimana 7,14% siswa belum tuntas belajar. Sedangkan nilai rata-rata aktivitas pada siklus I pertemuan 1 adalah 51,79% dengan kategori kurang aktif dan pertemuan 2 dengan nilai rata-rata aktivitas siswa 59,82% dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II pertemuan 1 dengan nilai rata-rata aktivitas 73,21% dalam kategori cukup aktif dan pada pertemuan 2 nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 85,71 dengan kategori aktif. Kesimpulannya bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode
(49)
38
Cooperative Learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur.26
2. Judul “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran ekonomi kelas X
SMA Taman Siswa Malang” oleh Wiwit Agustin. 27
3. Judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Mahasiswa” oleh Ratih Indah
Kartikasari.28
D. Kerangka Pemikiran
Hasil belajar bukan sesuatu yang tiba-tiba ada tetapi merupakan hasil interaksi siswa dan guru yaitu proses kegiatan belajar mengajar dengan bahan dan sumber belajar, media dan metode dalam mengkaji mengenal dan memahamai suatu materi ajar dalam bahasan-bahasan yang tertuang pada standar isi yang disebut kurikulum.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dijadikan bahan kajian penelitian dan pembelajaran untuk menghasilkan suatu pengetahuan untuk dijadikan ilmu sebagai bekal kehidupan di masyarakat. Kemampuan guru dalam mengelola sumber belajar baik yanng diperoleh dari materi ajar maupun dari lingkungan untuk dikaji dan didalami akan jauh lebih berhasil jika sumber belajar ini dapat langsung dilihat, dialami dan diterapkan yang melibatkan sisi emosional siswa untuk aktif dalam prosess pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses belajar akan memacu daya tangkap dan daya serap siswa yang secara langsung akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar banyak dipengaruhi dari berbagai faktor, salah satu faktor yang diduga adalah penggunaan metode. Metode merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam berusaha menyampaikan materi pelajaran agar
26
Muqii Tania, http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PAUD/article/view/460,
27
Wiwit Agustin, http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=58700
28
Ratih Indah Kartikasari, Makalah Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Ibu, Di Program Studi DIII Kebidanan StikES Muhammadiyah Lamongan, 2007
(50)
39
tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai sebagai mana yang tertuang dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar serta hasil belajar. Kemampuan memilah dan memilih metode untuk satu bahasan mutlak dikuasi oleh seorang guru, kesalahan menentukan metode dalam mencapai hasil belajar dari satu pokok bahasan akan merusak proses belajar dan tujuan pembelajaran.
Metode yang baik adalah metode yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa karena obyek dari belajar itu sendiri adalah siswa. Metode belajar aktif (active learning) salah satu tipenya adalah jigsaw adalah bentuk metode tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa untuk mampu menguasai, memahami dan mengamalakan suatu bahasan yang selanjutnya dapat ditularkan kepada teman-teman belajarnya. Kemampuan menguasai, memahami, mengamalkan dan membagi ilmu kepada orang lain merupakan inti dari tujuan belajar. Kemampuan menerapkan metode jigsaw akan sangat mungkin mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran IPS sebagai disiplin ilmu-ilmu sosial yang sangat terkait dengan kehidupan bermasyarakat.
Pengertian belajar dari dari para ahli sebagai pendalaman pemahaman pada pengertian belajar dapat penulis simpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan/aktifitas individu yang dilakukan untuk mendapatkan perubahan pada diri individu tersebut baik berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap ke arah yang lebih baik.
Bagi seorang siswa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sepihak tanpa adanya proses umpan balik atau proses belajar mengajar yang melibatkan siswa, guru, media dan lingkungan. Dengan demikain belajar merupakan kegiatan awal menuju pembelajaran atau dengan kata lain belajar merupakan bagian dari pembelajaran.
Pada hakekatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang menjadi dewasa karena ia telah melewati proses yang direncanakan dan yang tidak direncanakan, ia belajar sesuatu ari berbagai aspek kehidupan baik itu formal maupun non formal. Dengan belajar
(51)
40
seseorang diharapkan menjadi manusia yang sesungguhnya, atau di dalam konsep pendidikan Islam dinamakan manusia yang berkepribadian kaffah/insan kamil atau manusia paripurna. Salah satu indikator menjadi manusia kaffah selain memiliki kecerdasan adalah memiliki prilaku yang baik (akhlakul karimah), mungkin inilah yang dirasa cukup berat oleh para pendidik karena pada kenyataannya proses belajar belum sepenuhnya mencapai hal tersebut.
Menyadari akan hal tersebut, pendidikan tidak hanya pada proses transpormasi ilmu dan tidak tidak terbatas pada siswa dan guru, namun lebih dari pada itu pendidikan yang dapat mencetak generasi cerdas dan berakhlak mulia harus dilihat dari multi dimensi dan obyek pelaksanaan dengan melibatkan seluruh komponen-komponen yang berkaitan dengan proses belajar. Keterliabtan dan interkasi siswa dengan guru, media dan sumber belajar serta lingkungan belajar akan memberikan pengalaman nyata dan pengembangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Proses ini lah yang lebih dikenal dengan kata pembelajaran.
Pengertian pembelajaran dan belajar sering kali menyamarkan dan menghilangkan garis pembeda sehingga banyak orang mengatakan bahwa pengertian belajar juga termasuk pengertian pembelajaran. Proses belajar siswa dalam menggali pengetahuan dan sikap disebut belajar, namun pada hakekatnya setelah melihat pendapat para ahli ternyata mengandung berpedaan yang cukup signifikan antara belajar dan pembelajaran. Belajar merupakan bagian dari pembelajaran atau kata lain pembelajaran mencangkup kepada proses belajar dengan target target tertentu yang tertuang dalam tujuan pembelajaran.
Tercapai tidaknya tujuan belajar dapat dilihat dari hasil belajar, hasil belajar tersebut tertuang dari sekumpulan nilai-nilai yang diperoleh siswa dengan merujuk pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, psikomotorik dan ranah efektif. Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses
(52)
41
belajar dengan terlebih dahulu mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.
Begitu banyaknya faktor yang mempengruhi hasil belajar siswa, namun pada bahasan ini penulis membatasi pada faktor sekolah dengan bahasan metode yang digunakan guru dalam melakkukan pengajaran. Karena metode memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Karena tidak sedikit guru menggunakan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran dan minat belajar siswa. Ini terjadi karena kurangnya pemahaman guru tentang macam-macam metode belajar, keengganan guru menggunakan metode belajar tertentu karena dianggap merepotkan dan lain sebagainya.
Dalam mengajar guru tidak dapat menggunakan satu metode untuk seluruh pokok bahasan bahkan seluruh mata pelajaran, karena setiap pokok bahasan atau mata pelejaran memiliki karakteristik yang berbeda, dengan tujuan pencapaian ketuntasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai banyak referen dan pengetahunan tentang berbagai metode pembelajaran akan keunggulan dan kelemahan dari metode tersebut.
Dalam pokok bahasan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS, penulis mencoba melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil pembelajaran melalui metode active learning tipe jigsaw, karena metode ini dinilai sangat baik dalam mengukur keberhasilan belajar siswa dan efektifitas serat aktifitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok dengan dibentuknya kelompok ahli yang dapat berbagi dengan rekan sekelompoknya sehingga diharapkan akan tumbuh rasa tanggung jawab, kemandirian dan rasa ingin tahu sehingga pemahaman siswa jauh lebih dalam dan berbekas dalam memorinya.
Metode ini juga menekankan tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa bukan pada guru, karena metode ini menuntut siswa menguasai dan memahami bahasan untuk disampikan lagi kepada rekan-rekannya. Metode ini juga dapat memacu emosional siswa untuk bersaing dan berlomba dalam menguasai materi pelajaran dan mampu mempresentassikan kepada
(53)
rekan-42
rekan belajarnya. Dari pembahasan dan ulasan mengenai metode jigsaw dan hasil belajar maka diduga bahwa metode jigsaw pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Perumusan hipotesis merupakan langkah ketiga dalam penelitian , sete;ah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian dimana rumusan
masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.29 Dikatakan
ssementara karena jawaban baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis alternative (dinyatakan dengan Ha) dan hipotesis nol (nihil) atau hipotesis statistik (dinyatakan dengan H0) yang disusun dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H0 : 0 Metode Active Learning Tipe Jigsaw tidak dapat meningkatkan
hasil belajar IPS pada kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang
Ha :
0Metode Aktif Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasilbelajar IPS pada kelas V MI Darul Amal Kota Tangerang
29
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
BIO DATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Kota Tangerang, pada tanggal 12 Agustus 1973, tepatnya di Kota Tangerang Provinsi Banten. Orang tua penulis ayah Ahmad B.Sari dan ibu Rodiah memberi nama penulis Muhaeni.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut : MI Al-Husna tahun 1986, MTs Al-Al-Husna tahun 1989 dan MA Filial tahun 1992. Tahun 2009 masuk Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.