INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DI KELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA.

(1)

INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

MASYARAKAT DIKELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN

RUNGKUT KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabayauntuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial ( S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

LIA FATMALA NIM : B05212026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

INDIVIDU BERGELAR HAJI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

MASYARAKAT DIKELURAHAN PENJARINGANSARI KECAMATAN

RUNGKUT KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

( S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

LIA FATMALA NIM : B05212026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL PROGAM STUDI SOSIOLOGI


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Lia Fatmala, 2016, Individu Bergelar Haji terhadap Interaksi Sosial Masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Skripsi Progam Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Individu, Gelar Haji, dan Interaksi Sosial

Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap fenomena haji di indonesia karena dari tahun ketahun yang semakin marak dan banyak, dengan adanya peningkatan jumlah jamaah haji di Indonesia setiap tahunnya. Fenomena haji ini sebenarnya tidak hanya memiliki aspek religius saja, namun ibadah haji membawa aspek sosiologis. Karena ibadah haji pada hakikatnya memiliki makna yang beragam bagi yang melaksanakan haji. Peneliti ini mengungkap fenomena tentang status gelar haji dan pendapat masyarakat di Kelurahan Penjaringansari.

Ada dua rumusan masalah yang hendak dikaji: Pertama; adakah Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di Keluarahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Kedua; sejauh mana Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di Kelurahan Pejaringansari di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Penelitan ini menggunakan Teori Tindakan Sosial Max Weber dan Interaksionisme Simbolik Herbet Blumer dengan metodologi Kantitatif.

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, peneliti bisa disimpulkan: Pertama, masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kec. Rungkut Kota Surabaya mengerti bahwasannya haji adalah suatu kewajiban karena haji termasuk lima dari pilar agama Islam, tetapi pemaknaanya di tengah masyarakat berbeda karena ibah haji hanya di jadikan sebagai pencari gelar atau simbol untuk menaikkan status sosial di tengah masyarakat. Kedua; ada perbedaan pandangan dari masyarakat terkait dengan pemberian gelar haji karena status haji bagi orang yang sudah menjalankan ibadah haji menjai lebih terhormat (dihormati) dan mendapat tempat tertinggi di tengah-tengah masyarakat. Serta ada perubahan yang terlihat dari sisi penampilan berbusana, hingga perbuatan dan tingkat riligiusitas.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... iix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 5

E. Telaah Pustaka ... 6

F. Metode penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis penelitian ... 10

2. Populasi,Sample dan Teknik Sampling... 11

3. Variabel dan Indikator Penelitian... 13

4. Definisi Operasional... 15

5. Hipotesisn Penelitian ... 19

6. Teknik Pengumpulan Data ... 20

7. Teknik Analisis Data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II KAJIAN TEORETIK ... 25

BAB III PENYAJIAN DATA INDIVIDU BERGELAR HAJI T ... 47

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 47

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

BAB IV ANALISIS DATA ... 56

A. Uji Validitas ... 56


(8)

C. Uji Korelasi ... 69

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

DAFTAR TABEL ... 85 LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai umat muslim pasti kita sering kali tahu dan mendengar istilah haji, karena Haji merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim di seluruh dunia. Oleh karena itu umat muslim di dunia banyak yang berharap bisa pergi haji di tanah suci Mekkah. Dalam ajaran islam, setiap muslim diwajibkan untuk melaksanakan rukun islam.

Islam dibangun diatas lima pilar, yaitu:

1. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad SAW, utusan Allah.

2. Mendirikan shalat.

3. Mengeluarkan zakat.

4. Melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadhan.

5. Melaksanakan ibadah haji kerumah Allah yang Suci (ka’bah). Di dalam Alqur’an pun sudah di sebutkan bahwa haji merupakan kewajiban bagi umat muslim bagi yang mampu. Seperti pada surat Ali-Imron ayat 96-97.

Salah satu rukun Islam tersebut, yaitu menunaikan Ibadah Haji bagi yang mampu. Ibadah Haji merupakan rukun Islam yang kelima setelah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Ibadah Haji wajib dilaksanakan bagi setiap muslim yang mampu


(10)

minimal satu kali seumur hidup sedangkan setelahnya adalah sunnah. Sebaliknya, orang-orang yang telah merasa dirinya mampu seakan berlomba-lomba agar dirinya dapat menunaikan ibadah haji. Ada banyak motivasi dari orang-orang yang ingin menunaikan ibadah haji, tetapi tidak sedikit pula motivasi ibadah haji hanya ingin menunjukkan pada masyarakat lain bahwa dirinya mampu beribadah haji dan mendapat gelar atau sebutan Haji atau Hajjah, agar berada di posisi atas dalam lapisan masyarakat serta dihormati oleh masyarakat. Apabila dibandingkan dengan jaman dahulu orang yang akan pergi haji terlebih dahulu dia memperbaiki tingkah perilakunya dengan masyarakat, tingkat ibadahnya dan semua yang berorientasi pada kemaslahatan sosial.

Ibadah haji sangat erat kaitannya dengan habluminallah dan habluminannas sebagai satu kesatuan dari kesadaran religius yang tinggi. Dengan artian, manusia melaksanakan ibadah haji benar-benar dapat menghayati perannya sebagai Abdillah (dalam dimensi vertikal) dan sebagai khalifah (dalam dimensi horizontal). Oleh karena itu, sering kali ibadah haji sebagai kegiatan untuk merubah diri, dari kepribadian yang sebelumnya menjadi pribadi yang lebih baik, setelah melaksanakan ibadah haji menjadi sorang pribadi yang jauh lebih baik.

Jamaah haji yang telah kembali ke tanah air diharapkan mengamalkan pesan moral yang diperoleh ketika berhaji dengan merefleksikannya dalam keseharian dan di lingkungan sekitarnya. Seorang haji harus mampu menjadi role model bagi masyarakat (panutan di dalam masyarakat) untuk menciptakan kemajuan dalam masyarakat yang dirahmati Allah.


(11)

Demikianlah harapan yang diminta kepada para calon haji agar menjadi haji yang mabrur, sehingga Allah mengganjarnya dengan surga. Haji Mabrur, tiada balasannya kecuali Surga. Namun dalam realitasnya, tidak semua orang yang telah melaksanakan ibadah haji dapat mengamalkan pesan moral yang diperoleh pada saat berhaji dengan merefleksikannya dalam keseharian dan di lingkungan sekitarnya. Beberapa masyarakat yang telah melaksanakan ibadah haji, dalam jangka waktu 1 sampai 2 bulan masih terlihat baik dalam mengamalkan pesan moral yang didapat ketika berhaji. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa orang yang telah berhaji ini tidak merefleksikan hikmah yang di peroleh selama haji dalam keseharian dan di lingkungan sekitarnya. Berdasar realitas tersebut menarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana interaksi sosial masyarakat yang telah berhaji di Kelurahan Penjaringansari.

Dengan jumlah orang haji yang hanya sedikit, Masyarakat setempat bersikap berbeda terhadap orang-orang yang sudah berangkat haji. Misalnya dalam sebuah kenduri saja masyarakat membedakan tempat pak haji dengan masyarakat biasa, karena biasanya pak haji posisi duduknya pasti ada di depan masyarakat atau di sebelahnya pak kyai atupun moden setempat. Itupun tidak di acara kenduri saja di dalam acara-acara lain mereka pasti selalu di tunggu dan di kasih tempat yang berbeda dengan masyarakat setempat. Sebenarnya predikat sebagai haji yang mabrur (haji yang sah di mata Allah) hanya Allah SWT yang menentukannya, tetepi ironisnya kita manusia hanya memakai predikat tersebut tak lebih sebagai simbol untuk kepentingan individu. Niatnya sebenarnya memang baik untuk menjalankan ibadah haji tersebut, tetapi kebanyakan mereka yang sudah haji akan


(12)

merubah sikap dan perilaku mereka dan tentu saja bisa merubah status mereka menjadi pak haji. Keinginan tersebut biasanya timbul pada masyarakat secara tidak sengaja. Sebenarnya Ibadah haji sendiri memiliki banyak aspek yang membuat banyak orang menjalankan ibadah tersebut. Diantaranya aspek ritual, individual, politik psikologis serta aspek sosial. Kenapa dinamakan aspek ritual, karena ibadah ini termasuk salah satu rukun islam yang kelima yang harus di jalankan oleh setiap muslim yang mampu yang ketentuannya sudah di tentukan dengan jelas.

Haji sebagai ibadah individual, dimana keberhasilannya haji sangat di tentukan dengan pribadi dalam memahami aturan dan ketentuan dalam melaksanakannya. Dari aspek psikologis ibadah haji menuntut jamaah haji untuk siap dalam segi mental. Ibadah haji secara politis, bisa di lihat sebagai alat ligitemasi politik, seperti pada sejarah banten, serta banyaknya raja-raja yang sengaja berangkat haji untuk sekedar mendapatkan dukungan (kompas, 11 februari 2003). Itupun tidak beda jauh dengan sekarang dimana haji mulai semarak dan banayak di jumpai para pemegang elit pemerintahan yang berbondong-bondong naik haji. Konsekuensi sosial, yaitu bagaimana jamaah haji memiliki pengetahuan, pemahaman dan mampu mengaplikasikan pesan-pesan ajaran yang ada dalam pelaksanaan ibadah haji kedalam konteks kehidupan di tengah-tengah masyarakat.


(13)

Secara sosiologis, dengan pemahamnnya dan pengetahuannya selama menjalankan ibadah haji tersebut terbentuklah dalam perilaku dan interaksi dengan masyarakat sehari-hari sehingga menjadi panutan atau sanjungan bagi mereka.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Adakah Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di Keluarahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut kota surabaya ?

2. Sejauh mana Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di Kelurahan Pejaringansari di Kecamatan Rungkut kota surabaya

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui Individu bergelar haji terhadap Interaksi sosial masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

2. Mengetahui, sejauh mana Individu bergelar haji terhadap intreraksi sosial masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penelitian. Manfaat penelitian dapat dilihat dari :

1. Manfaat Teoritis , penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam aspek ilmu pengetahuan, secara khusus dibidang ilmu sosial tentang pengaruh individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat.


(14)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat pengetahuan serta memberikan pengalaman secara langsung tentang fakta dilapangan dengan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah.

b. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi, masukan dan menambah wacana keilmuan sosiologi dan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti lain untuk meneruskan peneliti yang berhubungan dengan individu bergelar haji terhadap inteksi sosial masyarakat

E. TELAAH PUSTAKA

1. Kajian Pustaka

a. Gelar Haji

Ada beberapa difinisi yang menerangkan tentang haji. Menurut bahasa (lughah) artinya sengaja datang atau menuju ke suatu tempat yang di ulang-ulang. Sedangkan menurut istilah (syara’) adalah menyengaja mengunjungi Ka’bah (baitullah / rumah suci) dengan niat melakukan beberapa amalan ibadah dengan syarat dan rukun yang ditentukan.1 Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu secara (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan: wukuf, tawaf, sa’i dan amalan lain. Ibadah haji biasanya di laksanakan

1


(15)

pada musim haji (bulan Dzulhijjah), demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan ridho-Nya2.

Haji hukumnya wajib bagi umat muslim tetapi bagi yang mampu menjalankannya. karena sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk menjalankan lima pilar umat muslim tersebut. Oleh karena itu umat muslim ingin menjalankan ibadah haji, karena mereka ingin menjalankan pilar yang ke lima itu. Tetapi tidak semua orang bisa menjalankkannya karena hanya orang yang siap atau mampu lahir batin dan secara materi mampu yang bisa menjalankannya. Tetapi fenomena haji di masyarakat saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat karena itu ibadah haji sudah di jadikan sebagai contoh bagi pak haji atau haji. itu bisa di lihat seperti ibadah haji sekarang ini.

b. Interaksi sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Soerjono Soekanto: Interaksi sosial adalah proses sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan sosial

2

Tanya Jawab Haji. Jakart: Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat islam Dan Urusan Haji. 2000 halm


(16)

2. Penelitian Terdahulu

1. Setyani Nurul Hidayat (A070116547) orang miskin naik haji (studi kualitatif tentang makna haji pada orang miskin yang telah berangkat haji pada orang miskin yang telah melaksanakan haji di desa paciran kecamatan paciran kabupaten lamongan). Jurusan Sosiologi Fakultas ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya 2006.

Dalam penelitian ini rumusan maslahnya adalah :

a). Bagaimanakah orang miskin memaknai haji yang telah dilaksanakan. b). Apakah usaha-usaha yang dilakukan orang miskin untuk bisa naik haji. c). Apakah ada signifikansi antara makna haji dengan perubahan orang miskin selanjtnya.

Dan dari rumusan masalah tersebut terjawab dengan jawaban sebagai berikut. a) Ibadah haji setidaknya di maknai dengan tiga hal yaitu dengan teologis,

ekonomi dan juga di makanai sebagai investasi pasca haji atau hj. Minan bagi kelangsungan ekonomi seseorang.

b) Usaha yag di lakukan untuk bisa naik haji pada orang miskin ini di sesuiakan dengan kemampuan yang dimiliki para individu masing-masing. yaitu diantaranya :

(1). Menjual tanah

(2). Berusaha mendapatkan haji dari instansi (3). Meminta anak untuk menghajikan


(17)

c) Tidak ada perubahan signifikansi karena makna haji di anggap sama saja dengan ibada-ibadah lainnya misalnya sholat, puasa dan zakat. Sebelum atau sesuadah haji sama saja pengaruhnya tidak lantas membuat orang menjadi bertambah ketaatannya dan semakin khusuk ibadahnya. Penelitian ini sangat relevan dengan yang di lakuakan oleh peneliti yaitu mengenai makna haji dan signifikansi perubahan orang yang sudah berangkat haji. Tetapi dari peneliti membahas tentang makna haji dari sudut pandang apakah masyarakat tau makna haji itu seperti apa. penelitian ini juga membahas perubahan masyarakat tentang adanya orang yang sudah berangkat haji. Tetapi peneliti bukan hanya ingin tahu perubahan dari orang yang sudah berangkat haji melainkan juga dari sudut pandang masyarakat sekitar tentang orang yang sudah berangkat haji.

2. Abdul Malik (B119200109) yang membahas tentang studi kualitatif tentang pergeseran makna haji di Dupak Bangunrejo Kelurahan Dupak Kecamatan Krambangan Kota Madya Surabaya. Jurusan Penerengan dan Penyiaran Agama Islam (PPAI). Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 1997. Dengan rumusan masalah tentang adakah makna haji sudah berubah dengan makna haji yang sebenarnya bagi jamaah haji di Dupak Bangun Rejo Kecamatan Krembangan Surabaya. Penelitian ini terfokus pada permasalahan penelitian pada adanya pergeseran makna haji bagi kalangan masyarakat. Dimana haji sudah bukan makna ibadah melainkan di jadikan sebagai simbol kehormatan masyarakat.


(18)

Penelitian ini juga relevan dengan peneliti karena penelitian ini membahas tentang makna haji, tetapi peneliti menbahas berbagai masalah dari makna haji, pandangan masyarakat dengan adanya status haji dan pada perubahan orang yang sudah berangkat haji dan pada masyarakat.

3. Ahmad Farid Vergiawan (B052070021), yang membahas tentang Haji dan Status sosial pada masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban. jurusan sosiologi IAIN Sunan Ampel Surabaya 2012. Dengan Rumusan masalah tentang pandangan masyarakat Desa Sukorejo terhadap status sosial orang yang telah menunaikan ibadah haji. Penelitian ini juga relevan dengan peneliti karena penelitian ini membahas tentang Haji dan Status sosial, akan tetapi peneliti ini membahas berbagai masalah dari makna Haji, dan Status sosial pada masyarakat dan perubahan perilaku hubungan sosial orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji

F. METODE PENELITIAN

1). Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yang dimaksud dengan pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang dapat diukur dan dihitung secara langsung,dengan kata lain data kuantitatif adalah data yang meliputipenentuan pemilihan subyek dari dari mana informasi atau data yang akan diperoleh. Penelitian kuantitatif lebih dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada, kemudian dibandingkan dengan teori yang dimiliki.


(19)

Penelitian kuantitatif menggunakan logika eksperimen yaitu dengan cara melakukan manipulasi terhadap variable-variabel penelitian yang dapat diukur secara kuantitatif.

Adapun jenis penelitian yang digunakan peneiti adalah penelitian survey. Singarimbun dan Effendi menyatakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuosioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.3

2). Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya4. sedikit mempunyai sifat yang sama.5 Suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya satu karakteristik yang membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok yang lain.

Berdasarkan keanggotaannya, populasi penelitian dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu populasi finit dan populasi infinit.

3

Masri Singarimbun & Effendi,Metode Penelitian Surve, (Jakarta:LP3ES, 1991, hlm 3 4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2010) hlm. 80

5

Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992) hlm. 102


(20)

Populasi finit adalah populasi dengan jumlah individu tertentu dan pasti. Sedangkan populasi infinit adalah populasi dimana jumlah anggota individu dalam populasi tidak pasti. Dalam hubungannya tentang penelitian ini, peneliti menggunakan populasi finit, karena jumlah individunya pasti yang diperoleh dari data jumlah penduduk di Kelurahan Penjaringansari.

b . Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi.

c. Teknik sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.6Penelitian ini menggunakan Simple Random Sample (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum.Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya

Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal


(21)

yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representative (mewakili). Dengan jumlah populasi yang telah diketahui, maka peneliti menggunakan rumus untuk menentukan jumlah sampel.

n = N Nd2 + 1 Keterangan n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d : Presisi yang ditetapkan Jika populasi sebanyak orang dengan presisi 10 % dan tingkat kepercayaan 90 % maka besarnya sampel adalah :

n = 2487 = 96,13 2487 (0,1)2 + 1

Jika dibulatkan, jumlah responden dalam penelitian ini menjadi 96 responden 3. Variabel dan indikator Penelitian

a. Variabel

Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai dan kategori. Surya brata mendefinisikan variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula variabel penelitian itu dinyatakan sebagai gejala yang akan diteliti. Secara umum variabel


(22)

adalah operasionalisasi dari suatu konsep, yaitu dapat diamati dan dapat diukur sehingga dapat terlihat adanya suatu variasi, simbol atau lambang dimana kepadanya dapat dieratkan bilangan atau nilai.Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian 7.Variabel penelitiaan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

1) Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Jadi, Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen atau bebas dalam mempengaruhi variabel lain8.

2) Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut variabel output, kriteria dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

7

Arikunto, Prosedur Suatu Penelitian : pendekatan praktek. (Jakarta : Rineka Cipta 2002), hlm. 21

8

Aziz Alimul, Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data, (Jakarta : Salemba Medika, 2007), hlm 98


(23)

variabel bebas. Oleh karena itu, variabel dependen atau terikat bergantung pada variabel independen atau bebas. Umumnya variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama untuk penelitian hubungan antara variabel.Indikator variabel adalah alat ukur variabel yang berfungsi mendeteksi secara penuh variabel yang diukur.

1. Indikator Variabel Bebas : Individu Gelar Haji a). Sikap

b). Perilaku c). Religiusitas

2. Indikator Variabel Terikat : Interaksi Sosial Masyarakat a). Individu dengan individu

b). Individu dengan kelompok c). Kelompok dengan Kelompok 4. Definisi Operasional

Pada definisi operasional ini, peneliti menjelaskan tentang makna konsep yang ada dalam judul penelitian ini, yang nantinya akan dijadikan sebagai landasan pada pembahasan selanjutnya. Pemilihan konsep yang tepat memang mempunyai perspektif yang baik untuk mencapai kesuksesan, penelitian harus bisa menentukan batasan ruang lingkup permasalahan yang diteliti, maka disini dapat dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul antara lain :9

9


(24)

1. Individu

Individu berasal dari kata individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis artinya manusia yang hidup berdiri sendiri tidak mempunyai kawan( sendiri). 10 Individu adalah pribadi yang mempunyai pikiran atas kepentingan yang bersifat subjektif. individu dalam konsep sosiologis dapat dirumuskan secara terbatas sebagai jumlah keseluruhan pengalaman, pandagan atau pikiran dan segenap tindakan-tindakan seorang yang kemudian membentuk dan mewarnai ciri-ciri pribadinya. Alvin L. Bertrand (1980) memandang individu sebagai kesendirian. secara objektif, kesendirian ( self), dapat dikatakan sebagai kwsadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain diluar darinya. pada hakikatnya, kesadaran itulah yang mendorong timbulnya sebutan” aku” atau “saya”. kesadaran yang subjektif itu tidaklah mudah dipelajari, meskipun oleh orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak seorangpun dapat meninjau dirinya sendiri secara objektif seratus persen.

2. Gelar Haji

Haji secara bahasa berati mengunjungi, ziarah atau menuju ke sesuatu tempat tertentu. Secara syar’i adalah mengunjungi Ka’bah di Makkah pada waktu tertentu untuk mengerjakan amalan-amalan ibadah tertentu. Dengan melakukan suatu perjalanan yang berujung pada keabdian ini, pada dasarnya tujuan manusia

10


(25)

ialah bukan untuk binasa melainkan berkembanng dan tujuan ini bukan untuk Allah melainkan untuk mendekatkan diri kepadanya. makna tersebut dipraktikkan dalampelaksanaan ibadah haji, dalam acara ritul atau tuntunan non ritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan nyata atau simbolik.11

4. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Soerjono Soekanto: Interaksi sosial adalah proses sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan sosial.12

5. Masyarakat

Dalam bahasa inggris masyarakat adalah Society yang berasal dari kata Socius artinya kawan; sedangkan kata masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu syirk, yang artinya bergaul, adanya saling bergaul ini tentu ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia seseorang melainkan disebabkan unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial.13Masyarakat adalah sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan

12

http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-interaksi-sosial-menurut-ahli.html 13


(26)

aturan tertentu14. Beberapa sosiolog memberikan kontribusinya dalam menjelaskan definisi mengenai masyarakat, di antaranya :

Relph Linton mendifinisikan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dari mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengn batas-batas yang di rumuskan dengan jelas. Menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup

bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.15

Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup

bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.16

Emile Derkheim mendefinisikan masyarakat sebagai “ Kenyataan objek individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.”

Karl Mark, menjelaskan bahwa masyarakat sebagai “ Struktur atau aksi yang ada pada pokoknya yang ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.”

Berdasarkan definisi diatas bisa disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu wilayah yang cukup lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama yang bisa menibulkan adanya kebudayaan, struktur oleh karena setiap anggota kelompok merasa terikat antara satu dengan yang lainya.

14

Sutan Rajasa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mitra Cendekia, 2003), hlm 302. 15

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm 24.

16

Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2005) hlm 24.


(27)

5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Ada tiga alasan yang mendukung pernyataan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dirunut dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Kedua, hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena disusun dan duji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Berdasarkan dari definisi diatas maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha: Ada Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyrakat di kelurahan penjaringansari kecamatan rungkut kota Surabaya

Ho:Tidak ada Individu bergelar haji terhadap interaksi sosial masyarakat di kelurahan penjaringansari kecamatan rungkut kota Surabaya .


(28)

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagi sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagi informan, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumberprimer, dan sumber sekunder.

Sumber Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, mislanya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atauteknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, interview, dokumentasi.

Teknik pengumpulaan data dalam penelitian yang berjudul Individu Bergelar Haji terhadap Interaksi sosial masyarakat dik Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. diantaranya:

a. Pengumpulan Data Primer

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden


(29)

untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden yang cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif dan cepat.

b. Pengumpulan Data Sekunder

 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang ingin diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti harus membuat pedoman wawancara sebagai panduan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dan untuk menstandarisasikan situasi pelaksanaannya. Sebagaimana dalam penyusunan angket, langkah pertama yang harus ditempuh peneliti adalah menjabarkan tujuan atau pernyataan masalah penelitiannya ke dalam rumusan tujuan yang lebih spesifik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus diberikan dengan urutan dan teknik yang sama untuk masing-masing responden.Dalam penelitian


(30)

ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan ketua RT di Penjaringansari dan Masyarakat di Penjaringansari

 Dokumentasi

Pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari pihak kelurahan Penjaringansari seperti profil desa, Foto kegiatan warga

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruhresponden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Analisis data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan gejala dan hubungan bisa dideteksi.17 Didalam analisi statistik inferensial ini, peneliti mencoba menganalisa hasil angket dengan memasukkan rumus –rumus yang digunakan dalan menganalisa hasil angket dengan menggunakan analisis Statistika Inferensial, sebagai berikut;

17

Nursalam dan Siti Pariani, Pendekatan Praktis Metodologi, ( Jakarta : Sagung Seto 2001), hlm 196


(31)

Regresi, adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen (x) dengan variabel dependen (y). analisis ini mengetahui arah hubungan anatara variabel independen dengan variabel dependen apakah nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.18 Rumus ini digunakan untuk mencari beberapa persen sumbangan variabel Independen kepada variabel Dependen dalam satu keterangan penelitian.

G. Sistematika Pembahasan

A. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang diteliti, menjawab pertanyaan, kegunaan penelitian serta alasan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri dari Latar Beakang Masalah, Rumusan Masalah, Penelitian terdahulu, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Metode Penelitian yang didalamnya terdapat poin-poin yaitu : Pendekatan dan Jenis Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Sampling, Variabel dan Indikator Penelitian, Definisi Operasional, Hipotesis Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

B. BAB II Kajian Teoretik

Bab ini menjelaskan untuk menetapkan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yang ditetapkan

18

Dr. Irawan Soehartono, Metode Penelitian sosial, ( Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1999), hal 67.


(32)

C. BAB III Penyajian Data

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data-data primer maupun data-data sekunder. Penyajian data-data dibuat secara tertulis dan juga disertakan gambar, tabel atau bagian yang mendukung data.

D. BAB IV Analisis Data

Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk dua variabel. Setelah itu akan dilakukan penganalisaan data dengan menggunakan teori yang relevan, yakni terkait Individu Bergelar Haji terhadap Interaksi sosial masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

E. BAB V Penutup

Dalam bab penutup ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian menjadi elemen penting bab penutup. Disamping itu, adanya saran dan rekomendasi dari hasil penelitian ada pada bab penutup ini


(33)

BAB II

TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER DAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK HEBERT BLUMER

A. Individu

Individu berasal dari kata individium (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologis artinya manusia yang hidup berdiri sendiri tidak mempunyai kawan( Sendiri). 1 Individu adalah pribadi yang mempunyai pikiran atas kepentingan yang bersifat subjektif. individu dalam konsep sosiologis dapat dirumuskan secara terbatas sebagai jumlah keseluruhan pengalaman, pandagan atau pikiran dan segenap tindakan-tindakan seorang yang kemudian membentuk dan mewarnai ciri-ciri pribadinya. Alvin L. Bertrand (1980) memandang individu sebagai kesendirian.

Secara objektif, kesendirian ( self), dapat dikatakan sebagai kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain diluar darinya. pada hakikatnya, kesadaran itulah yang mendorong timbulnya sebutan” aku” atau “saya”. kesadaran yang subjektif itu tidaklah mudah dipelajari, meskipun oleh orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak seorangpun dapat meninjau dirinya sendiri secara objektif seratus persen. Indvidu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.

1


(34)

Dengan demikian sering digunakan sebutan “ orang-seorang” atau “manusia perseorangan”. sifat dan fungsi orang-orang disekitar kita adalah makhluk-makhluk yang agak berdiri sendiri dalan berbagai hal yang bersama-sama satu bersama-sama lain. Sejenis tapi tidak bersama-sama, makin tua semakin maju dan semakin banyak pula perbedaanya.

Sejak lahir, manusia ada ditengah-tengah manusia lain yang melahirkan dan yang mengurusnya sampai ia dapat berdiri sendiri sebagai suatu pribadi. hidup ini ditengah-tengah kelompok atau didalam kelompok, menunjjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyatakat kelompok inilah yang mematangkan soerang individu menjadi suatu pribadi dari kenytaan yang demikian, sorang individu menjadi suatu pribadi dari kenyataan yang demikian, hakekatnya manusia merupakan makhluk yang unik, yang merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhkuk sosial sebagaui perwujudan anggot kelompok atau amggota masyarakat kelompok dalam hal ini, Kelompok manusia yaitu kumpulan manusia yang menunjuk antara hubungan satu sama lain. kelompok ini terdapat suatu struktur tertentu yang menunjjukan adanya antar hubungan individu-individu yang membentuk kelompok.2

Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Dimana individu sanggup menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi dari luar dan dalam dirinya. dapat diartikan sebagai proses komunikasi individu dalam berinteraksi dan berhubungan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa

2


(35)

adanya suatu masyarakat yang menjadi latar individu tersebut ditandai dengan dimana individu tersebut berusaha menempatkan prilaku pada dirinya sesuai dengan norma dan kebudayaan lingkungan tersebut, seperti di indonesia individunya menjunjung tinggi prilaku sopan santun, dan beretika dalam bersosialisasi.

Individu selalu berada didalam kelompok, peranan kelompok tersebut adalah untuk mematangkan individu tersebut menjadi seorang pribadi. Dimana prosesnya tergantung terhadap kelompok dan lingkungan dapat menjadi faktor pendukung proses juga dapat menjadi penghambat proses menjadi suatu pribadi. Faktor pendukung dan faktor penghambat juga dapat berdasarkan individu itu sendiri.

Dalam pengertian sosiologi, Individu adalah subyek yang melakukan sesuatu, subyek yang mempunyai pikiran, subyek yang mempunyai kehendak, subyek yang mempunyai kebebasan, subyek yang memberi arti meaning pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri. Singkatnya individu adalah subyek yang bertindak. Sedangkan menurut Peter L. Berger mendifinisikan masyarakat sebagai berikut: Masyarakat merupakan suatu keseluruhan komplek hubungan manusia yang luas sifatnya. Ketika anda sedang surplus uang dan kebetulan melewati perempatan jalan yang dihuni para pengemis, apa yang anda lakukan. Inilah penjabaran dari relasi individu dan masyarakat. Individu tidak akan bias melepas diri dari hal seputar masyarakat.


(36)

Sebebas apapun manusia berbuat, akan terkoneksi dengan sistem masyarakat yang berlaku. Bahkan, dinegara Paman Sam sekalipun, Amerika Serikat, yang menganut liberalism ekstrem. Relasi Individu dan masyarakat sudah terpikir di masa lampau. Manusia pada dasarnya adalah homo sosial yang butuh interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Namun, ada juga pendapat lain yang menyebut manusia homo ludens, makhluk yang senang bermain main. Semuanya tertuju pada relasi individu dan masyarakat. Sejatinya, individu dan masyarakat bukan dua hal yang saling bertentangan, melainkan justru saling melengkapi.

Sistem di semua Negara di dunia, hubungan interaksi masyarakat akan dipengaruhi oleh budaya, nilai, dan tata karma yang berlaku di komunitas tersebut. Semuanya membentuk sebuah sistem yang menunjukkan do’s and don’t bagi individu di sekelilingnya. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

1. Liberalisme. Dalam liberalism, Individu bias lebih otonom, independen dan berkuasa. Individu tidak terlalu dibebani seputar masyarakat karena memang pada dasarnya masyarakat tidak peduli apa yang dilakukan individu tersebut.

2. Moderat. Nah, ini bentuk kombinasi atau perpaduan dari liberalism dan komunisme. Moderat berarti tidak membuang hak individu untuk bergerak, namun juga tidak melepasnya dari sistem kemasyarakatan Singkatnya, ini ialah bentuk kompromi.

3. Komunisme. Populer dikalangan penganut komunisme ialah “what you get is

what you give”. Apa yang kamu dapatkan adalah apa yang kamu berikan. Sistem ini hamper tidak memberi individu ruang untuk leluasa mengoptimalkan perannya


(37)

sebagai manusia yang otonom. Sebaliknya justru asas kolektif kolegial cenderung jadi rujukan. Contoh kasus Indonesia boleh dibilang termasuk agak moderat meskipun tidak bisa dikategorikan moderat sepenuhnya. Eksistensi individu dihargai disini. Namun, dalam beberapa hal, ada pengecualian. Merujuk pada konstitusi Indonesia, ekonomi menjadi sorotan utama. Sejatinya, dalam semua lini kehidupan, para pencetus bangsa Indonesia memang menginginkan sistem yang kekeluargaan, kolektif, dan bersama-sama. Itu sebabnya gotong royong jadi jargon populer.

Berikut ini karakter khas Indonesia dalam relasi individu dan masyarakat

a. Ronda. Komunitas masyarakat Indonesia lebih senang jaga berbarengan. b. Kebersihan. Biasanya di akhir p[ekan, masyarakat sering bahu membahu c. membersihkan got, sapu jalan, dan lain lain. Ini hanya terjadi di Indonesia. d. Kirim antartetangga. Jelang lebaran, biasanya warga muslim satu dengan

yang lain saling mengirimi makanan.

Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di pisahkan antara jiwa dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah–tengah masyarakat. Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana dimana seorang individu mengalami proses sosialisasi


(38)

yang pertama kali, sangat penting artinya dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang yang berpribadi.

Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan melakukan hubungan – hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk. Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi tersebut. Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala – gejalanya. Karena di sini akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat.

Tanggapan dalam kasus ini adalah bahwa individualime adalah kepribadian masing-masing personal. Betapa sedihnya jika kita hidup individual sedangkan lingkungan kita sendiri berkelompok. Jika ada yang memiliki sikap individual, maka harus ditangani dengan serius apa arti dari individual itu sendiri,


(39)

dan bagaimana cara supaya orang tersebut bisa berkelompok dengan orang lain dalam segi apapun.

Dan disamping itu, negara kita juga mempunyai semboyan “Bhineka Tunggal Ika” walaupun berbeda-beda Suku, Ras, Agama, tapi kita tetap bersatu, bergotong royong. Pada umumnya individalisme adalah kasus dimana orang tersebut tidak peduli dengan masalah orang lain, hanya bergelut dengan dunianya sendiri. Berbeda dengan orang yang egois.

a. Gelar Haji

Haji secara bahasa berati mengunjungi, ziarah atau menuju ke sesuatu tempat tertentu. Secara syar’i adalah mengunjungi Ka’bah diMakkah pada waktu tertentu untuk mengerjakan amalan-amalan ibadah tertentu. Dengan melakukan suatu perjalanan yang berujung pada keabdian ini, pada dasarnya tujuan manusia ialah bukan untuk binasa melainkan berkembanng dan tujuan ini bukan untuk Allah melainkan untuk mendekatkan diri kepadanya. Makna tersebut dipraktikkan dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam acara ritul atau tuntunan non ritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan nyata atau simbolik.

Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilakasanaakan kaum muslimin sedunia yang mampu secara ( material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan : Wukuf, tasawuf, sa’i dan amalan lain. Ibadah haji biasanya dilaksanakan pada musim haji ( Dzulhijjah), demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengaharapkan ridhonya-Nya.3

3

Tanya jawab Haji. jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat islam Dan urusan Haji, 2000 Hlm 1


(40)

Ibadah haji juga menjadi pilar dasar bagi umat islam, karena islam dibangun diatas lima pilar, yaitu :

a) Beraksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Bersaksi bahwa Muhammad SAW, utusan allah

b) Mendirikan shalat c) Mengeluarkan zakat

d) Melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadhan

e) Melaksanakan ibadah haji kerumah Allah yang Suci (Ka’bah).4

Oleh karna itu haji merupakan suatu kewajiaban yang harus dijalankan oleh umat muslim jika mampu menjalakannya. Gelar haji, umum digunakan sebagai tambahan di depan nama dan sering disingkat dengan "H". Dalam hal ini biasanya para Haji membubuhkan gelarnya dianggap oleh mayoritas masyarakat sebagai tauladan maupun contoh di daerah mereka. Bisa dikatakan sebagai Guru atau panutan untuk memberikan contoh sikap secara lahiriah dan batiniah dalam segiislamsehari-hari. Di beberapa negara, gelar haji dapat diwariskan turun-temurun sehingga menjadi nama keluarga sepertiHadžiosmanovićdalam bahasa Bosnia yang berarti 'Bani Haji Usman' alias 'anak Haji Usman'. Di negara-negara Arab, gelar haji awam digunakan sebagai penghormatan kepada orang yang lebih tua terlepas dari pernah haji atau belum. Gelar haji juga digunakan di negara-negara kristen Balkan yang pernah dijajah Imperium Usmani (Bulgaria, Serbia,

4


(41)

Yunani, Montenegro, Makedonia dan Romania) bagi orang kristen yang sudah pernah berziarah ke Yerusalem dan Tanah Suci.5

Dalam konteks historis di Hindia Belanda, penggunaan gelar haji sering disematkan pada seseorang yang telah pergi haji, dan sempat digunakan pemerintah Hindia Belanda untuk identifikasi para jemaah haji yang mencoba memberontak sepulangnya dari Tanah Suci. Mereka dicurigai sebagai anti kolonialisme, dengan pakaian ala penduduk Arab yang disebut oleh VOC sebagai “kostum Muhammad dan sorban”.Dilatar belakangi oleh gelombang propaganda anti VOC pada 1670-an di Banten, ketika banyak orang meninggalkan pakaian adat Jawa kemudian menggantinya dengan memakai pakaian Arab, serta oleh pemberontakan Pangeran Diponegoro serta Imam Bonjol yang terpengaruh pemikiran Wahabi sepulang haji,6 pemerintah Hinda Belanda akhirnya menjalankan politik Islam, yaitu sebuah kebijakan dalam mengelola masalah-masalah Islam di Nusantara pada masa itu.7 Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Maka sejak tahun 1911, pemerintah Hindia Belanda mengkarantina penduduk pribumi yang ingin pergi haji maupun setelah pulang haji di Pulau Cipir dan Pulau Onrust, mereka mencatat dengan detail nama-nama dan maupun asal wilayah jamaah Haji.

5

http://www.apologitis.com/gr/ancient/Ierosolyma.htm 6Kees van Dijk dalam “

Sarung, Jubah, dan Celana: Penampilan sebagai Sarana Pembedaan dan

Diskriminasi”, yang termuat dalam Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan 7


(42)

Begitu terjadi pemberontakan di wilayah tersebut, Pemerintah Hindia Belanda dengan mudah menemukan warga pribumi, karena di depan nama mereka sudah tercantum gelar haji.

b. Interaksi Sosial

Jika kita berbicara tentang interaksi sosial kita harus paham mengenai apa arti intraksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. dalam artti luas sebenarnya interaksi sosial itu merupapakan konsep abstrak yang dapat ditempelkn pada kejadian-kejadian yang bermacam-macam dimana orang saling bertemu, apakah secara tatap muka atau secara tidak langsung, apakah dengan maksud damai atau untuk betikai,atau apakah untuk bekerjasama atau saling san lain sebagainya. Dalam buku sosiologi suatu pengantar, Soerjonro Soekamto mengutip Gillin and Gillin dari buku mereka Cultural Sociology, yakni interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia.8

8


(43)

Berdasarkan Karya mead, Blumer menetapkan sejumlah asumsi dasar mengenai realita sosial berikut ini:

a. “ Bagi masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, telah

disiapkan sebuah perbuatan yang berdasarkan makna-makna, yang obyeknya terdiri dari atas dunia mereka’. Behavior didasarkan atas makna sosial yang sesuai dengan objek-objek partikular. objek-objek ini terdiri dari tipe utama : Fisikal, sosial, dan abstrak.

b. Mengambarkan asosisi sebagai suatu “ proses ketika (masyarakat

memberi petunjuk antara suatu dan lainya dan menafsirkan indukasi-indikasi lain”, Seperti tingkah laku manusia melakukan tindakan organik bagi dirinya sendiri sebagai partisipasinya dalam pengambilan peran. dengan demikian, interaksi individual tersebut memproses penafsiran c. Tindakan- Tindakan sosial terus mengonstruksikan sebuah proses yang

para pelakunya mencatat, menafsirkan dan menilai untuk menghadapi situasi mereka. Jadi, manusia melakukan tindakan organik bagi dirinya sendiri sebagai partisipasinya dalam pengambilan peran. Dengan demikian, interaksi individual tersebut memproses penafsiran

d. Hubungan secara kompleks tentang tindakan-tindakan yang terakhir terdiri atas organisasi, institusi, pembagian tugas, kerangka-kerangka tentang keadaan yang saling bergantung pada perkara-perkara yang berubah dan tidak statis. Dengan demikian, masyrakat atau golongan, sejak keberadaan mereka dalam interaksi adalah sebuah dinamika dan perkembangan yang tidak statis. sebagaimana garis yang disambungankan kepada tingkah laku, mereka tidak menetapkan dan tidak memiliki suatu


(44)

keadaan yang terpisah dari partisipasi mereka dalam berinteraksi.Disisi lain, Tindakan-tindakan sebelumnya mengenai partisipasi ini telah memberikan latar belakang beberapa instansi untuk berkerja sama.

Menurut prespektif ini, masyarakat mengambarkan sebuah simbol, interaksi, penafsiran proses yang diletakkan dengan individu ( tersendiri); yang tidak statis, sistem eksternal. pendekatan ini menegaskan keperluan bagi tempat seseorang dalam tugas partisipasinya. hal ini menjadi dinamika interaksi yang serius, mengahasilkan “gambar-gambar” tentang tindakan sosial ( seperti mengamati sebuah proses ketika tindakan sosial telah dikonstruksikan), dn pandangan institusi seta kelompok dinamika ( sebagaimana hubungan orang-orang dalam tindakan. metodologi menyediakan interaksi simbolik yang berupa empatik, dinamik, dan induktif dalam pandangan yang palsu, statis dan deduktif.9

Menurut weber, hakikat interaksi terletak dalam mengarahkan kelakukan kepada orang lain. harus ada orietasi timbal balik antara pihak –pihak yang bersangkutan, bagaimanapun isi pembuatannya: cinta atau benci, kesetiaan atau pengkihianatan, menghantam atau menolong.

c. Masyarakat

Masyarakat adalah sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu.10Beberapa sosiolog memberikan kostribusinya dalam menjelaskan definisi mengenai masyarakat,diantaranya:

Relph Liton mendefinisikan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat

9

Prof. DR. H. Dadang Kahmad,M.Si, Perkembangan dan Paradigma Utama Teori sosiologi

(Bandung; 28 juni 2005) hal 242-244 10


(45)

mengatur dari mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang di rumuskan dengan jelas.

Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah “orang-orang yang hidup

bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.11

Emile Derkheim mendefinisikan masyarakat sebagai “ Kenyataan objek individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.”

Karl Mark, menjelaskan bahwa masyarakat sebagai “ Struktur atau aksi yang ada pada pokoknya yang ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.”

Berdasarkan definisi diatas bisa disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu wilayah yang cukup lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama yang bisa menibulkan adanya kebudayaan, struktur oleh karena setiap anggota kelompok merasa terikat antara satu dengan yang lainya.

11

Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2005) hlm 24.


(46)

B. KAJIAN TEORETIK

Didalam penelitian ini mengunakan teori Tindakan Sosial dan Interaksionalisme simbolik yang dipopulerkan oleh Max Weber dan Hebert Blumer

1. Tindakan Sosial ( Max Weber)

Tindakan sosial merupakan keseluruhan sosiologi Weber, Jika kita menerima kata-katanya ini sebagai mananya, didasarkan pada pemahamannya tentang tindakan sosial. ia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif. mulai sekarang konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis yang tidak melibatkan proses perikaku yang terjadi, dengan sedikit saja jeda proses pemikiran. stimulus datang dengan dan perilaku yang terjadi , dengan sedikit saja jeda antara stimulus dengan respons. perilaku semacam itu tidak menjadi minat sosiolog weber. tindan dikatakan terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka.

Dalam memasukkan analisisnya ke dalam proses mental da tindakan bermakna yang ditimbulkannya. weber melihat dalam konsep kepribadian istilah yang kerap disalah artikan dan merujuk pada pusat kreativitas yang sangat irasional, pusat yang menjadi tempat berhentinya penelitian analitis. proses-proses mental cukup mempuni, hal ini tidak banyak menjadi dasar bagi sosiologi mikro sistematis, namun adalah kemampuan karya weber yang menjadikannya relevan bagi mereka yang megembangkan teori individu dan perilakunya- interaksionisme simbolis, fenomenologi dan lain sebagainya.


(47)

Dalam teori tindakannya, tujuan weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan religiusitas tindakan dan bukan pada kolektivitas. Tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subyektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual.

Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan dengan cara mengidentifikasikan empat tipe tindakan dasar. pembedaan yang di lakukan weber terhadap kedua tipe dasar tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap rasionalitas sarana tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain, harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. yang kedua adalah rasionalitas nilai, atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, etnis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya. Tindakan efektual ( yang hanya sedikit diperhatikan oleh kondisi emosi aktor. Tindakan tradisional ( yang lebih mendapatkan tempat dalam karya weber) ditentukan oleh cara bertindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan.

Weber membedakan empat bentuk tindakan ideal-tipikal, ia sepenuhnya sadar bahwa tindakan tertentu biasannya terdiri dari kombinasi dari keempat tipe tindakan ideal tersebut. weber berargumen bahwa sosiolog harus memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memahami tindakan yang lebih, memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memahami tindakan yang lebih memiliki


(48)

variasi rasioal ketimbang memahami tindakan yang didominasi oleh perasaan atau tradisi. pemikiran weber tentang stratifikasi sosial atau gagasanya yang terkenal tentang kelas, status, dan partai (atau kekuasaan). analisi suatu wilayah dimana weber paling tidak pada awalnya menjadi teoritisi tindakan. weber tidak mau mereduksi stratifikasi menjadi sekedar faktor ekonomi (atau kelas menurut pengertian weber), melainkan melihatnya sebagai sesuatu yang bersifat multidimensional. implikasi yang timbulkannya adalah bahwa orang dapat menempati peringkat yang tinggi disuatu atau dua dimensi stratifikasi tersebut sementara berada pada posisi yang rendah dimensi ( dimensi-dmensi) lainya, sehingga memungkinkan analisis yang lebih jauh lebih canggih terhadap stratifikasi sosial dari pada ketika stratifikasi tersebut diatasi hanya pada variasi situasi ekonomi suatu stratifikasi sosial dari pada ketika stratifikasi ( sebgaimana dilakukan dalam analisis marxis.

Weber berpegang pada konsep orientasi tindakanya dengan menyatakan bahwa kelas bukanlah komunitas, kelas adalah sekelompok orang yang situasi bersama mereka dapat menjadi dan kadang-kadang sering kali, basis tindakan kelompok. weber meyatakan bahwa’ situasi kelas” hadir ketika tiga syarat terpenuhi.

Pertama : Sejumlah orang memiliki kesamaan komponen kausal spesifik peluang hidup mereka, kedua; Komponen ini hanya bisa dipresentasikan oleh kepentingan ekonomi berupa pengusaan barang atau peluang untuk memperoleh pendapatan, dan ketiga; dipresentasikan menurut syarat-syarat komoditas atau pasar tenaga kerja. inilah situasi kelas.”


(49)

Mereka yang berada dipuncak hierarki status, memiliki gaya hidup berbeda dengan yang ada di bawah. dalam hal ini gaya hidup atau status terkait dengan situasi kelas. namun kelas dan status tidak selalu terkait satu sama lain. uang dan kedudukan wirausahaan bukan merupakan kualifikasi statu, kendati keduanya dapat mengarah kepadanya; dan ketiadaan harta benda tidak dengan sendirinya membuat status jadi melorot, meskipun tetap dapat menjadi alasan bagi penurunan tersebut.

Weber tetap memakai pendekatan tindakan ketika membicarakan tentang stratifikasi sosial, gagasan-gagasan ini telah mengindikasikan suatu langkah kearah komunitas atau struktur pada level makro. weber kehilangan perhatian pada tindakan lain; aktor tidak lagi menjadi sekedar fokus perhatiannya semata, namun berubah menjadi variabel tergantung yang sangat ditentukan oleh beragam kekuatan skala besar. weber percaya bahwa seorang penganut aliran calvinis di paksa betindak dengan berbagai cara oleh norma, nilai dan kepercayaan agama mereka namun fokusnya bukanlah pada kekuatan individu melainkan pada kekuatan kolektif yang merasa aktor tersebut.12

Berikut empat tipe tindakan sosial yang ada dalam pembahasan Weber: a. Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)

Tindakan rasional atau Zweckrationales Handeln yang bertujuan rasional yaitu tindakan sosial yang menyandarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya (juga ketika

12

Goerge Ritzer Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi.( Bantul; Kreasi Wacana , Maret 2008) hlm.136-139.


(50)

menanggapi orang-orang lain di luar dirinya dalam rangka usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup).

b. Tindakan rasional nilai (Werk Rational)

Nilai Wertrational Handeln yaitu suatu tindakan sosial yang menyandarkan diri pada nilai-nilai absolut tertentu. Pertimbangan rasional mengenai kegunaan ekonomis tidak berlaku. Dalam tipe ini sang aktor memiliki suatu komitmen untuk menanggulangi tujuan akhir atau nilai-nilai, yang ia tanpa mempertimbangkan ongkos yang harus dibayar karena hal tersebut merupakan suatu tujuan yang satu-satunya harus di capai.

c. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action) Affectual Action yaitu suatu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau motivasi yang sifatnya emosional. Tipe afektual ini juga merupakan suatu sumbangan yang penting dalam memahami jenis dan kompleksitas manusia. Dalam memahami afektual ini, sebagaimana yang ada dalam rasional, maka empati intuisi simpatik itu diperlukan. Empati seperti ini tidaklah terlalu sulit, jika kita sendiri lebih tanggap terhadap reaksi-reaksi emosional, misalnya sifat kepedulian, marah, ambisi, iri, cemburu, antusias, cinta, kebanggaan, dendam, kesetian, kebaktian dan sejenisnya.


(51)

d. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan(Traditional Action) Tindakan tradisional atau Traditional Action yaitu tindakan non-rasional, yaitu suatu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada tradisi masa lampau. Tradisi di dalam pengertian ini adalah suatu kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau. 13.

Tindakan Sosial Masyarakat Kelurahan Penjaringansari yang telah Melaksanakan Ibadah Haji Dalam memahami sosio budaya maka diperlukan beberapa metode khusus dalam rangka memahami berbagai motif dan arti atau makna tindakan manusia. Weber menunjukkan bahwa keterlibatan dengan kausal (hukum sebab dan akibat) dan generalisasi merupakan suatu hal yang umum dalam semua ilmu, maka demikian pula hal ini harus dijadikan fokus utama dalam ilmu sosial. Tindakan sosial bagi Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975). Subjektif itu merujuk kepada makna dari aktor-aktor itu sendiri yang memberikan atribut pada tindakan mereka.

2. Interaksionis simbolik :Manusi dan Makna ( Hebert Blumer)

Didalam pandangan interaksionisme simbolis menusia bukan dilihat sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi objektif, tetapi paling tidak ada bagian, merupakan aktor-aktor yang bebas. Pendekatan kaum interaksionis menekankan perlunya sosiologi memperhatikan definisi atau

13


(52)

interprestasi subjektif yang dilakukan aktor terhadap stimulus objektif, bukannya melihat aksi sebagai tanggapan langsung terhadap stimulus sosial.14

Menurut Mead ia orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga menyadari dirinya sendiri. dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia hanya berinteraksi dengan dirinya sendiri. Iteraksionisme simbolis dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, simbol berada dalam proses yang kontinyu. proses penyampaian makna inilah yang merupakan subjek master dari sejumlah analisa kaum interaksi orang belajar memahami simbol-simbol konvensional, dan dalam suatu pertandingan mereka belajar menggunakan sehingga mampu memahami peranan aktor-aktor lainya, seorang penyayi, misalnya, tahu benar bahwa tepuk tangan para penonton merupakan cermin rasa senang terhadap penampilannya.

Manusia merupakan faktor aktor yang sadar dan relatif, yang menyatukan objek-objek yang diketahuinya. Self-indicator adalah proses komunikasi yang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk tidak berdasarkan makna itu. proses self-indikation ini terjadi dalam konteks sosial dimana individu mencoba mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakan-tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu. Tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan penegertian. tindakan-tindakan mana saling diselaraskan dan menjadi apa yang disebut kaum fungionalis sebagai struktur sosial.

14

MARGARET M. PALOMA, Sosiologi Kontemporer,( Jakarta; CV. Rajawali November 1987). hlm.258-256.


(53)

Blumer menegaskan prioritas interaksi kepada struktur dengan menyatakan bahwa proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan mengahncurkan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menghancurkan kehidupan kelompok. struktur sosial merupakan hasil interaksi sosial.

a) Masyarakat sebagai Interaksi- simbolis

Seseorang tidak langsung memberi respon pada tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu. interaksi manusia dijembatani dengan simbol-simbol, oleh penafsira, oleh kepastian makna dan tindakan-tindakan orang lain. penafsiran menyediakan respon, berupa respon untuk bertindak yang berdasarkan simbol-simbol. Blumer melanjutkan ide ini dengan menunjukkan bahwa kehidupan sosial dimana orang menemukan dirinya.15

Pembahasan dalam bab ini, konsepsi manusia dan masyarakat telah mendorong blumer untuk mencari metedologi yang tepat bagi analisa intraksionis simbolis. menekankan intropeksi simpatik yang paling baik dilaksanakan dengan menggunakan life histories, studi kasus, catatan harian, surat-surat pribadi, wawancara tidak langsung dan observasi partisipan sebagai teknik-teknik yang tepat dalam mengumpulkan data sosiologis. konsep ini belum meperoleh perlakuan yang semestinya. para sosiolog dalam tradisi Blumer, terlalu cemas akan faham kesatuan, self yang tidak terdiferensiasi ketimbang diri sendiri sebagai kesatuan yang kompleks. mungkin dapat dibagi kedalam bagian-bagian yang

15

MARGARET M. PALOMA, Sosiologi Kontemporer,( Jakarta; CV. Rajawali November 1987). hlm 266.


(54)

tersusun secara hirarkis. Interaksionisme simbolis mencoba menjelaskan bagaimana cara para partisipan membatasi, menafsirkan dan menangkap situasi, yang kemudian memperlancar pembentukan struktur atau perubahannya.16

16

MARGARET M. PALOMA, Sosiologi Kontemporer,( Jakarta; CV. Rajawali November 1987).hlm 271-277.


(55)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

Di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya yang terletak di ketingian Tanah dari Permukaan Laut 4,0 meter. dari Kecamatan Rungkut berjarak 1 kilometer. Penjaringansari adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Terdiri dari wilayah Penjaringan, Kendalsari dan Pandugo.Pandugo menjadi RW 1, terdiri dari 7 gang. RT 6 berada di gang VII. Kendalsari menjadi RW 3 terdiri dari 3 RT.1

Gambaran umum mengenai Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya diantaranya adalah:

Tabel 3.1

Luas dan Batas Wilayah

Luas Wilayah Kelurahan 181,135 Ha

Batas Wilayah 1. Sebelah Utara 2. Sebelah Timur 3. Sebelah Selatan

4. Sebelah Barat

Sungai Wonokromo Kel. Wonorejo/

Medokanayu Kel. Kalirungkut Kel. Kedung Baruk (Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)

1


(56)

Dalam bidang orbitrasi jarak dari pusat pemerintahan kecamatan di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

Tabel 3.2 Orbitrasi Jarak dari Pusat Pemerintahan

Kecamatan

1 Km

Jarak dari Pusat Kota/Kab 10 Km

Jarak dari Pusat Pemerintah propinsi

16 Km

Jarak dari Ibukota Negara + 1000 Km

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)

Didalam bidang kependudukan, jumlah penduduk kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya diantaranya adalah:

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki 8.895 orang

Perempuan 9.029 orang

Total 17.924 orang


(57)

Dalam jumlah penduduk menurut Kewarganegaraan di Kelurahan Penjaringansari Kecamata Rungkut Kota Surabaya diantaranya adalah

Tabel 3.4

Jumlah penduduk menurut Kewarganegaraan

Kewarganegaaan Jenis Kelamin Jumlah

WNI Laki-Laki 8.895 orang

Perempuan 9.029 orang

WNA Laki-Laki 0 orang

Perempuan 0 orang

Total Penduduk 17.924

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)

Dalam Jumlah penuduk menurut agama di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya diantaranya adalah;

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk menurut Agama

Agama Jumlah Penduduk

Islam 15.064 orang

Kristen 1.756 orang

Katholik 886 orang

Hindu 92 orang

Budha 126 orang

Penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

0 orang (Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)


(58)

Dalam Jumlah Penduduk menurut tingkat Pendidikan di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya;

Tabel 3.6

Jumlah Penduduk menurut tingkat pendidikan

Pendidikan Formal Jumlah

1. Taman Kanak-Kanak 2.813 orang

2. Sekolah Dasar 3.493 orang

3. SMP/ SLTP 2.040 orang

4. SMU/SLTA 5.433 orang

5. Akademi (D1-D3 567 orang

6. Sarjana (S1-S3) 3.548 orang

Pendidikan Non Formal Jumlah

1. Pondok Pesantren 80 orang

2. Madrasah -

3.Pendidikan Agama -

4. Sekolah Luar Biasa -

5. Kursus Keterampilan -

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)

Dalam Bidang Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.:

Tabel 3.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah penduduk

Pegawai Negeri Sipil 664 orang

TNI 60 orang

POLRI 40 orang

Swasta 7.226 orang

Pensiunan/ Purnawirawan 334 orang

Wiraswasta 1.098 orang

Tani/ Ternak 36 orang

Pelajar/ Mahasiswa 4.196 orang

Buruh Tani 16 orang


(59)

Nelayan 2 orang

Ibu Rumah Tangga 2.780 orang

Belum Bekerja 3.344 orang

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)

Dalam Bidang agama dan sosial budaya, di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya Mayoritas Penduduknya beragama Islam. :Sarana Ibadah yang ada di Kelurahan Penjaringansari terdiri dari :

Tabel 3.8

Jumlah Sarana ibadah

Sarana Ibadah Jumlah Sarana Ibadah

Masjid 9 unit

Musholah 36 unit

Total Sarana Ibadah 45 unit

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)

Dalam bidang pendidikan, di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya mempunyai beberapa sarana Pendidikan diantaranya adalah:

Tabel 3.9

Jumlah Sarana Pendidikan

Sarana Pendidikan Negeri Swasta

Kelompok bermain 3 unit

Taman Kanak-kanak 2 unit 1 unit

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)

Dalam bidang Kesehatan, di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya diantarnya adalah:


(60)

Tabel 3.10

Jumlah Sarana Kesehatan

Sarana Kesehatan Jumlah Sarana Kesehatan

Poliklinik/ Balai Pelayanan Masyarakat

2 unit

Laboratorium 1 unit

Apotik 11 unit

Posyandu 11 unit

PUSKESMAS Pembantu 2 unit

(Sumber: Data Monografi Kelurahan Penjaringansari)

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Analisis Karakteristik Responden

Responden yang diteliti pada penelitian yang berjudul Pengaruh individu Bergelar Haji terhadap Interaksi Sosial Masyarakat di Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya berjumlah 96 orang. Dalam kuisioner ini selain bertanya tentang seluruh aspek variabel penelitian juga di lengkapi dengan dua karakteristik responden yang ditanyakan kepada responden pada bagian awal kuesioner. Karakteristik responden tersebut meliputi jenis kelamin dan usia yang tergolong dalam kelompok usia muda, dewasa maupun tua. Berikut adalah hasil penelitian yang menjawab yang menyangkut karakteristik tersebut:


(1)

orang yang sudah haji menjadi lebih di hormati dibandungkan sebelumnya.

3. Terdapat perubahan perilaku yang di tampilkan oleh para haji. Pertama; dari segi penampilan orang yang sudah berangkat haji pastimenggunakan atribut lengkap untuk menggambarkan bahwa diasudah haji seperti memakai peci bersarung dan sebagainya. Kedua; dari segi sifatnya lebih lemah lembut dan bisa mengontrol diridalam kehidupan sehari-hari.Ketiga, dari segi keagamaannya orang yang sudah haji lebih meningkatkan ketakhwaannya kepada Allah SWT sehingga lebih sering terlihat ikut sholat berjamaah di masjid acara-acara keagamaan di masjid dan lain-lainnya. Padahal sebelumnya biasabiasa saja tidak terlalu menonjol perubahannya. Sedangkan hubuangan sosial para haji dengan masyarakat tetap baik seperti dahulu tetapi dari masyarakat merasa tidak enak atau semacamnya kepada para haji. Oleh karena itu terjadilah kesenjangan sosial yang timbul dengan adanya status haji tersebut di tengah masyarakat. Karena dengan adanya gelar haji masyarakat lebih menilai tinggi kedudukannya dengan masyarakat biasa.

B. Saran

Penelitian ini hanya memberikan sebatas informasi tentang adanya fenomena sosial ditengah masarakat kita terutama di indonesia. Ibadah haji merupakan suatu kewajiban bagi umat islam daan semua umat islam pasti ingin menjalankannya karena dengan biayanya yang cukup tinggi masyarakat


(2)

suatu pengelolaan calon jamaah haji bisa di sesuakan dengan perekonomian masyarakat menegah kebawah ibadah haji akan terasa ringan dan mudah bagi masyarakat. Sehingga tidak ada pembedaanstatus sosial yang kentara antara orang haji ataupun belum melakuakan ibadah haji. Karena masyarakat menganggap bahwa ibadah haji merupakan ibadah yang mahal bagi orang-orang yang perekonomiannya kurang mencukupi. Bagi masyarakat ibadah haji adalah ibadah yang mulia sehingga harus dengan kerja keras dan kesiapan diri untuk menjalankannya. Masyarakat harus berfikir lebih jernih terhadap orang yang berangkat haji, karena status sebagai haji hannya simbol semata. Karena yang menentukan orang beriman atau dekat dengan Allah bisa di lihat dari ibadahnya sehari-hari karena Allah tidak membeda-bedakan manusia satu sama lain. Bagi penelitian selanjutnya mungkin penelitian ini bisa menjadi refrensi atau sebagai perbandingan penelitian yang bermanfaat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.

Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.

Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

(Soeharto, 1999)Metode Penelitian Sosial”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1999), hlm.9

(Noor, 2011)

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.

Noor, J. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prendana Media Group.

Soeharto, I. (1999). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

(Effendi, 1989).

Effendi, M. S. (1989). Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.


(4)

Noor, J. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prendana Media Group.

Soeharto, I. (1999). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

Effendi, M. S. (1989). Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.

Noor, J. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prendana Media Group. S, M. N. (2009). Statistik Deskriftif dan Induktif. Yogyakarta: Graha ilmu.

Soeharto, I. (1999). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

Effendi, M. S. (1989). Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.

Martono, N. (2010). Statistik Teori dan Aplikasi Progam Spss. Yogyakarta: Gava Media .

Noor, J. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prendana Media Group.

S, M. N. (2009). Statistik Deskriftif dan Induktif. Yogyakarta: Graha ilmu.


(5)

Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

(Rajasa, 2003)

Effendi, M. S. (1989). Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.

Martono, N. (2010). Statistik Teori dan Aplikasi Progam Spss. Yogyakarta: Gava Media .

Noor, J. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prendana Media Group. Rajasa, S. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Cendekia. S, M. N. (2009). Statistik Deskriftif dan Induktif. Yogyakarta: Graha ilmu.

Soeharto, I. (1999). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

Arikunto, S. (t.thn.). Produr Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Arikunto, S. (t.thn.). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Yogyakarta.

Effendi, M. S. (1989). Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.

Martono, N. (2010). Statistik Teori dan Aplikasi Progam Spss. Yogyakarta: Gava Media .

Noor, J. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prendana Media Group.


(6)

S, M. N. (2009). Statistik Deskriftif dan Induktif. Yogyakarta: Graha ilmu.

Soeharto, I. (1999). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (t.thn.). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D .

Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

Arikunto, S. (t.thn.). Produr Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Arikunto, S. (t.thn.). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Yogyakarta. Effendi, M. S. (1989). Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.

Martono, N. (2010). Statistik Teori dan Aplikasi Progam Spss. Yogyakarta: Gava Media .

Noor, J. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prendana Media Group. Rajasa, S. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Cendekia. S, M. N. (2009). Statistik Deskriftif dan Induktif. Yogyakarta: Graha ilmu.

Soeharto, I. (1999). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tasmuji, M. (2011). Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: blogspot.com.

Sugiyono, “Statistika untuk Penelitian”, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.3

http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-interaksi-sosial-menurut-ahli.h


Dokumen yang terkait

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Untuk Tujuan Ekowisata Di Hutan Mangrove Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

1 3 34

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)MANDIRI KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA (Studi Tentang Program Pendidikan Non Formal).

0 0 21

Implementasi kebijakan jaminan kesehatan masyarakat: studi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di Kelurahan Bendulmerisi Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya.

0 0 121

HANDPHONE DAN PERUBAHAN POLA INTERAKSI (STUDI KASUS DI MASYARAKAT KELURAHAN JEMUR WONOSARI KOTA SURABAYA).

0 0 100

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG KUE DI KAWASAN RUNGKUT LOR KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA DALAM TINJAUAN PETER L. BERGER.

1 4 112

HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH SUSUN (KEPADATAN PENGHUNI, VENTILASI, SUHU, KELEMBABAN DAN PENERANGAN ALAMI) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA: Studi di Rumah Susun Penjaringan Sari Kelurahan Penjaringansari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya Repository - U

0 0 96

MULTIKULTURALISME MASYARAKAT PERKOTAAN (STUDI TENTANG INTEGRASI SOSIAL ANTAR ETNIS DI KELURAHAN NYAMPLUNGAN, KECAMATAN PABEAN CANTIKAN, KOTA SURABAYA)

0 0 21

HAJI MADURA (KAJIAN KONSTRUKSI SOSIAL BUDAYA MENGENAI HAJI PADA MASYARAKAT MADURA DI KELURAHAN SIDOTOPO, KECAMATAN SEMAMPIR, KOTA SURABAYA) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 15

INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT MUSLIM DAN NON- MUSLIM DI KELURAHAN BALANGNIPA KECAMATAN SINJAI UTARA KABUPATEN SINJAI

0 0 112

Interaksi Sosial antara Masyarakat Kajang di Kampung Kajang dengan masyarakat Tamangapa Raya di Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 88