Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara untuk Pendidikan Karakter Bangsa T1 152008025 BAB V

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan
kaitannya dengan pendidikan karakter bangsa, dapat disimpulkan:
1.

Ki Hadjar Dewantara menggunakan pendekatan pendidikan humano holistic
karena menjadikan perkembangan kodrati anak yang seluas-luasnya dalam
jiwa kemerdekaan dan kemanusiaan sebagai dasar pemikirannya.

2.

Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam Tripusat Pendidikan,
Sistem Among , Tringa, Trilogi Kepemimpinan, Tri Pantangan, Trikon dan
Pancadarma adalah wasiat luhur yang dapat dijadikan corak dan cara
pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan pendidikan karakter.

3.


Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa di sekolah dapat dintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran, kegiatan intra maupun
ekstrakurikuler, terprogram maupun tidak terprogram.

4.

Nilai-nilai yang perlu dibina kepada peserta didik dalam pengembangan
karakter adalah: religius, jujur, toleransi, swadisiplin diri, bekerja keras,
pantang menyerah, ulet, terampil, kreatif, mandiri, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, cinta damai, peduli lingkungan sosial, peduli lingkungan
alam, bertanggungjawab dan santun.

86

B. Rekomendasi
Berdasarkan uraian tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan
kaitannya dengan pendidikan karakter bangsa, dapat direkomendasikan:
a. Pemerintah
1. Menjadikan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang masih relevan;
Tripusat Pendidikan, Sistem Among, Tringa, Trilogi Kepemimpinan,

Trikon dan Pancadarma beserta nilai-nilai yang terkandung didalamnya
sebagai landasan filosofis pengembangan pendidikan karakter di
Indonesia.
2. Pemerintah tidak hanya menetapkan model pengembangan pendidikan
karakter di sekolah namun juga harus melakukan pembinaan, pengawasan
yang ketat, menyeluruh dan berkesinambungan serta mengevaluasi
pelaksanaannya agar tujuan pendidikan karakter benar-benar tercapai.
3. Pemerintah tidak boleh ragu-ragu dalam mengambil tindakan tegas
terhadap pelanggaran susila dan perilaku amoral disegala bidang
kehidupan.
b. Kepala Sekolah
1. Mengembangkan Manajeman Berbasis Sekolah (MBS) dengan pendidikan
yang berbasis Keunggulan Lokal seperti pengembangan pendidikan di SD
Taman Muda

Ibu

Pawiyatan Taman

Siswa


namun juga tetap

memperhatikan pendidikan berbasis keunggulan global sebagai tantangan
dalam era globalisasi.

87

2. Menggunakan model pendidikan karakter dengan pendekatan curriculum
integrative, artinya bahwa pada prinsipnya setiap komponen dalam
kurikulum pendidikan secara pragmatis dapat dijadikan landasan agar
manusia dapat berbuat secara baik dan benar.
3. Mengawasi dan mengevaluasi setiap pelaksanaan pendidikan budaya dan
karakter bangsa melalui indikator-indikator yang sudah ditetapkan sekolah
sebagai penanda perkembangan kualitas pendidikan.
c. Pendidik (Guru dan Orang Tua)
1. Pendidik harus mengamalkan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara
karena pendidik memiliki tanggungjawab yang besar dalam menghasilkan
generasi anak yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
2. Pendidik harus memandang anak didik bukan hanya sebagai objek, tetapi

juga dalam kurun waktu yang bersamaan sekaligus menjadi subjek.
Pendidik maupun peserta didik sama-sama akan mendapat pengalaman
sesuai asas Tringa : mengerti, merasa dan melakukan.
3. Pendidik harus menggunakan pendekatan metodologis okasional, artinya
para guru dan orangtua pada waktu mengajarkan sesuatu harus pandaipandai memasukkan pendidikan karakter secara okasional (spontan)
dengan memberi kesadaran moral dan contoh aplikatif.
4. Orangtua tidak boleh membebankan pendidikan semata-mata hanya
kepada sekolah. Didalam keluarga, anak dapat memperoleh pembinaan
karakter melalui pendidikan agama, pembinaan akhlak dan tingkah laku
sehari-hari.

88