J01315

(1)

185

MEMOTRET KERAWANAN PANGAN DENGAN METODE HFIAS (Studi Kasus Di Salah Satu Desa Hutan Di Desa Lembu

Kecamatan Bancak, Kabupaten Semar ang)

Daru Purnomo

1

daru.purnomo@staff.uksw.edu

ABSTRACT

Food secur ity is the nation's w ealth and r ichness of far mer s in the past, that now ar e decr ease even disappear - r eplaced w ith pr oduction patter ns and food-paced consumtive pat ter ns, as a r esult of the intr oduct ion fr om the inter ests of neo-liber azation globalization far m that seems to be ver y "spoil/ comfor ting", but behind that it w as slow ly "kill" cultur al sect or s, sover eignty even safety of a gener ation. This study aims to take a pictur e the condition of food insecur ity that occur s in one for est villages, w hich is in the Lembu Village, Bancak Distr ict, and Semar ang Region. The analysis used method of HFIAS (Household Food Insecur ity Access Scale), w her eas r esear ch pr ocess used sur vey method.

The r esults show ed that (1) The Village Community in gener al still have pr oblems or lack of foods. Meanw hile, the enough foods amount is r elatively few (and did not r each 30% of the total, w hich is only 22.2%). (2) Categor y enough food in this r egion can be easily slip over to the posit ion of lack of foods r ather than safe food, because in the dr y season, food insecur it y become a common phenomenon. (3) The str ategy of sur vival w er e done by community in this village in times of food insecur ity or paceklik2 is by

r educing types of daily foods or eating foods that is not desir ed. Keywords: Metode HFIAS, food secur ity, food insecur it y, Lembu village

1

St aff Pengajar Pada Progdi Sosiologi FISKOM UKSW Salatiga 2


(2)

186

1. LATAR BELAKANG

Ber apa banyak anak-anak per gi tidur dalam keadaan kenyang? Itulah salah satu kutipan yang per nah disuar akan badan pangan dunia (WHO) sekitar satu dekade lalu, untuk menantang semua Negar a jujur melihat kondisi kemiskinan, yang ditandai dengan kekur angan pangan. Hal itu yang kemudian melahir kan kesepakatan MDGs (millennium development goals), yang mendor ong par a pemimpin dunia member ikan per hatian yang besar ter hadap kemiskinan. Dikaitkan dengan faktor keker asan, kelapar an adalah mer upakan bentuk dar i keker asan yang masih ber sifat potensial/ positif. Artinya, sebelum kelapar an muncul sehar usnya Negar a bisa mencegahnya melalui ber bagai pr ogr am dan policy. Oleh sebab itu, kalau ter jadi kelapar an, bukan hanya yang potensial menjadi nyata, tetapi juga ter jadi sebuah tindak keker asan oleh Negar a ter hadap r akyatnya, khususnya yang miskin.

Ber kaitan dengan konsep keker asan itu, ber kembanglah kemudian gagasan human secur it y (ketahanan/ keamanan [hidup] manusia). Gagasan ini tidak bisa dilepaskan dar i dua pemikir filsafat kemanusiaan: Johan Galtung (1969 dan 1981) yang ber bicar a tentang per damaian dan ancaman ter hadap manusia melalui budaya dan Negar a, dan Amar tya Sen (1982) yang menekankan bahw a politik bisa potensial menyumbang keker asan (dalam bentuk kelapar an) melalui bir okr asi yang jelek dan tak ter tata r api.

Dalam sebuah lapor an yang dibuat oleh Badan Ur usan Penduduk PBB pada tahun 2011 yang ber judul The St at e of Populat ion 2011, bahw a pada tanggal 31 Oktober 2011 jumlah penduduk dunia akan mencapai jumlah 7 Milyar jiw a, dimana 60% penduduk hidup di Asia dan 15% hidup di Afr ika, namun jumlah penduduk Afr ika ber kembang dua kali per cepatan per tumbuhan penduduk Asia. Studi ter sebut melacak tr en jumlah penduduk


(3)

187 dan demogr afi di sembilan negar a, yaitu Tiongkok, Mesir , Ethiopia, Finlandia, India, Meksiko, Mozambique, Niger ia dan negar a bekas Yugoslavia, Republik Macedonia. Masih menur ut data dar i PBB ter sebut, Indonesia menempati ur utan ke empat dengan jumlah penduduk sebesar 237.414.5 juta or ang. Sementar a itu, BPS mencatat bahw a besar an jumlah penduduk Indonesia tidaklah jauh ber beda dar i pendataan PBB ter sebut, ber ikut adalah kondisi kependudukan Indonesia yang mer upakan per bandingan antar a pr oyeksi penduduk dan hasil sensus penduduk tahun 2010:

Tabel 1

Pr oyeksi Jumlah Penduduk 2010, Hasil SP 2010, dan Selisih Keduanya (dalam jutaan)

No Provinsi Proyeksi Hasil SP Selisih No Provinsi Proyeksi Hasil SP Selisih 1 NAD 4.43 4.48 0.05 18 NTB 4.50 4.50 0.00 2 Sumut 13.45 12.98 -0.47 19 NTT 4.70 4.68 -0.02

3 Sumbar 4.89 4.84 -0.05 20 Kalbar 4.39 4.39 0.00 4 Riau 5.42 5.54 0.12 21 Kalteng 2.11 2.20 0.09 5 Jambi 2.88 3.09 0.21 22 Kalsel 3.55 3.63 0.08 6 Sumsel 7.32 7.45 0.13 23 Kaltim 3.24 3.55 0.31

7 Bengkulu 1.69 1.72 0.03 24 Sulut 2.25 2.27 0.02 8 Lampung 7.59 7.60 0.01 25 Sulteng 2.52 2.63 0.11 9 Babel 1.15 1.22 0.07 26 Sulsel 8.01 8.03 0.02 10 Kepri 1.58 1.69 0.11 27 Sultra 2.16 2.23 0.07 11 DKI Jakarta 9.29 9.59 0.30 28 Gorontalo 1.00 1.04 0.04 12 Jabar 42.08 43.02 0.94 29 Sulbar 1.06 1.16 0.10 13 Jateng 33.09 32.38 -0.71 30 Maluku 1.36 1.53 0.17 14 DIY 3.53 3.46 -0.07 31 Malut 0.99 1.04 0.05 15 Jatim 37.47 37.48 0.01 32 Irjabar 0.76 0.76 0.00 16 Banten 9.96 10.64 0.68 33 Papua 2.14 2.85 0.71

17 Bali 3.58 3.89 0.31 Indonesia 234.18 237.56 3.38

Sumber : BPS, t ahun 2011

Ber dasar kan per bandingan antar a hasil pr oyeksi penduduk dangan hasil sensus penduduk tahun 2010, menunjukkan bahw a jumlah penduduk Indonesia mengalami per kembangan melebihi dar i hasil pr oyeksi penduduk, yakni ada selisih sekitar 3.38 juta penduduk. Hal ini tentu mengejutkan bagi kita, kar ena per kir aan per tumbuhan penduduk Indonesia yakni sebesar di baw ah 1.4 per sen justr u mengalami peningkatan dar i 1.45


(4)

188

per sen menjadi 1.49 per sen. Kondisi ini tentu sangatlah mengkhaw atir kan bagi Indonesia yang telah begitu lama mencoba melakukan pengendalian penduduk dan oleh PBB dinyatakan ber hasil, namun sejak r efor masi mengindikasikan bahw a pemer intah lalai atau tidak ser ius dalam mengatasi laju per tambahan penduduk sehingga dalam kur un w aktu dar i tahun 2000 – 2010 ter jadi per tambahan penduduk yang mengkhaw atir kan, yakni setiap tahun di Indonesia ter jadi per istiw a kelahir an sebesar 4.5 juta bayi (bandingkan ini setar a dengan jumlah penduduk di Negar a Singapur a atau 4 kali jumlah penduduk di Negar a Timor Leste). Jika tidak ada tindakan ser ius dar i pemer intah maka per istiw a “baby bomb” kemungkinan akan kembali ter ulang (1971-1980).

Besar nya jumlah penduduk Indonesia itu ber implikasi pada kenaikan jumlah konsumsi bahan pangan dan bahan pokok masyar akat yang semakin meningkat pula. Ter kait dengan hal itu sehar usnya, laju pr oduksi pangan Nasional diatas atau setidaknya sama dan seimbang dengan laju per tumbuhan penduduk yakni sebesar 1,49 per sen per tahun, sehingga keamanan dan keter sediaan suplai bahan pangan dalam neger i mampu mencukupi kebutuhan dalam neger i. Bahkan jika ter dapat kelebihan stok pangan dalam neger i, Indonesia mampu menciptakan sw asembada pangan nasional yang selama ini selalu di cita-citakan.

Ter kait dengan masalah ketahanan pangan, dengan kondisi kependudukan Indonesia seperti ter sebut diatas dan dengan ber aneka r agam budaya, sosio-ekonomi dan letak geogr afis menduduki per ingkat 107 dar i 177 negar a untuk Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index tahun 2008). Meskipun Indonesia mengalami pemulihan yang cukup ber ar ti sejak kr isis ekonomi tahun1998, namun masalah kemiskinan, ker aw anan pangan dan gizi masih cukup besar dan ber agam antar pr ovinsi dan kabupaten. Indonesia sebagai salah satu negar a yang ikut


(5)

189 menandatangani Wor ld Food Summit (1996) dan Millennium Declar at ion

(2000), ter us mener us memper kuat upayanya untuk mencapai tujuan ke 1 dar i Millennium Development Goals (MDG), yaitu menur unkan pr opor si penduduk yang tingkat pendapatannya di baw ah US$1 per har i dan pr opor si penduduk yang mender ita kelapar an menjadi setengahnya pada tahun 2015

Tulisan ini, yang mer upakan hasil sur vei aw al tentang ketahanan/ keamanan pangan ber basis keluar ga, supaya mendalam dikaitkan dengan konsep human secur it y. Ber dasar kan hasil sur vei itu sendiri sebetulnya bisa diketahui seber apa kuat/ r entannya sebuah r umah tangga ter hadap akses dan pasokan pangan, ber dasar kan pengalaman yang mer eka alami dalam satu bulan ter akhir . Melalui sur vei itu kita ditolong untuk melihat dan mencar i kemungkinan melakukan inter vensi supaya tidak ter jadi kekur angan/ r aw an pangan bagi keluar ga-keluar ga ter tentu.

2. KERANGKA KONSEPTUAL

Apakah ker aw anan hidup itu? Bagaimana keter kaitan itu dengan ker aw anan pangan? Keter kaitannya jelas. Pangan adalah salah satu sumber penting kehidupan. Tanpa pangan sulit kehidupan yang baik bisa dijalankan. Namun, sebagai sebuah ker angka pikir ker aw anan pangan akan menjadi jelas dan ber makna ketika dikaitkan lebih er at dengan ker aw anan hidup.

Secar a umum, belum ada definisi tunggal keamanan hidup. Mer eka yang menekankan pada aspek kekekar an (ter hadap manusia) saja tidak memadai mendefinisikan ker aw anan hidup; demikian juga konsep ker aw anan hidup yang dikaitkan dengan per soalan HAM dan pembangunan juga belum sepenuhnya memadai. Namun, dengan memper timbangkan kedua hal itu, di baw ah ini dicuplik dua definisi yang ser ing dipakai.


(6)

190

Ramesh Thakur (1997), w akil Rektor Uviver sitas PBB mer umuskan demikian: “ker aw anan hidup menunjuk kepada kualitas hidup seseor ang di masyar akat atau polit y. Segala sesuatu yang mer endahkan kualitas hidup (tekanan penduduk, hilangnya akses atau modal atau sumber , dan sejenisnya mer upakan ancaman ter hadap ker aw anan. Sebaliknya, segala sesuatu yang memper tinggi kualitas hidup, seper ti per tumbuhan ekonomi, peningkatan akses, dan keter libatan politik, mer upakan peningkatan ter hadap kualitas keamanan hidup”. PBB (1994) juga memper kuat hal itu, dengan r umusan demikian: keamanan hidup dapat disebut mempunyai dua aspek. Per tama, aman dar i ber bagai ancaman kr onis, seper ti kelapar an, penyakit dan penindasan. Kedua, per lindungan dar i kekacauan yang menyakitkan dan mendadak dalam pola hidup sehar i-har i, baik dalam r umah, peker jaan atau di komunitas. Ancaman-ancaman ter sebut bisa dijumpai pada semua level nasional dan pembangunan”.

Baik secar a ter sur at (dar i definisi per tama) maupun ter sur at (definisi kedua), kelapar an mer upakan salah satu ancaman bagi ker aw anan/ keamanan hidup. Kalau sebuah masyar akat mengalami kelapar an, sementar a pemer intah membiar kan hal itu ber langsung tanpa inter vensi apapun, bukan hanya ter jadi keker asan (menur ut Galtung), tetapi juga membiar kan munculnya ker aw anan hidup. Kar ena itu, setiap situasi r aw an apapun, fisik atau sosial, budaya atau politik, pemer intah mesti ikut campur tangan dan ter libat sebagai kew ajiban mor alnya. Pembangunan adalah sebuah upaya mew ujudkan tanggung jaw ab sosial pemer intah ter hadap pencegahan ker aw anan hidup manusia.


(7)

191 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Profil Desa Lembu

Desa Lembu ter letak pada ketinggian 370 m dpal dengan suhu ber kisar 24 – 320C. Desa ini ter letak di daer ah dengan iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali ber tur ut-tur ut dan cur ah hujan kur ang dar i 100 mm/ bulan. Desa Lembu didominasi dengan tanah ker ing dan sebagian besar mer upakan hutan. Keadaan w ilayahnya ber bukit-bukit dan ber gelombang dengan kemir ingan 5-450 . Risiko bencana yang ter jadi di desa ter sebut adalah keker ingan, tanah pecah-pecah dan kelangkaan air . Sebagian dar i tanah di desa ter sebut dimanfaatkan oleh masyar akat untuk menanam jagung, kacang, kedelai, singkong, cabe, kelapa, pisang dan mangga.

Desa Lembu ber batasan dengan beber apa w ilayah. Sebelah utar a ber batasan dengan Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semar ang. Sebelah timur ber batasan dengan Desa Bendungan dan Desa Jatilaw ang, Kecamatan Wonosegor o, Kabupaten Boyolali. Sebelah selatan ber batasan dengan Desa Gilir ejo, Kecamatan Wonosegor o, Kabupaten Boyolali dan Desa Dadapayam, Kecamatan Sur uh, Kabupaten Semar ang. Sebelah bar at ber batasan dengan Desa Rejosar i, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semar ang. Desa Lembu ter letak pada jar ak 6 km dar i pusat pemer intahan kecamatan Bancak dan 51 km dar i pusat pemer intahan kabupaten Semar ang. Secar a administr atif, Desa Lembu ter dir i dar i 7 RW dan 16 RT dengan tujuh dusun yang ter dir i dar i Dusun Bamban, Dusun Kalimacan, Dusun Kendel, Dusun Kr ajan, Dusun Kr empel, Dusun Melikan dan Dusun Ngebleng.


(8)

192

Menjelang akhir tahun, atau memasuki bulan Oktober , hampir di selur uh Desa Lembu akan ter lihat w ar na kuning kecoklatan. Hanya pada w ilayah ter tentu kita masih menjumpai w ar na hijau: pinggir sungai yang air nya tinggal sedikit, dan beber apa mata air (sendang) kecil. Namun, sebaliknya, kalau bulan Januar i atau Febr uar i hijau akan menjadi w ar na dominan. Maka, pada saat-saat itulah kita bisa melihat kontr as kehidupan penduduk Desa Lembu. Kemar au: r aw an pangan, penghujan: banyak pangan.

Kalau penduduk mampu membuat keseimbangan di antar a keduanya, sebetulnya r aw an pangan tidak akan ter jadi. Pada masa melimpah bisa dilakukan penyimpanan, yang akan digunakan pada masa r aw an pangan. Namun, hal itu bukan per soalan mudah. Himpitan kemiskinan, jer atan hutang, dan kesulitan lain menghadang hidup mer eka sehar i-har i. Sekolah yang jauh, tidak adanya akses tr anspor tasi yang mur ah dan mudah, dan sar ana memasar kan hasil kebuh/ saw ah mer upakan beber apa kendala penting yang dijumpai.

Tingkat pendidikan yang r elatif r endah, dan kepemilikan tanah yang sempit menjadikan hal-hal yang dianggap “melimpah” menjadi tidak ber ar ti. Kelimpahan itu hanyalah pada per mukaan saja. Sebab, di baw ahnya, dengan tatanan masyar akat yang hir ar kis, menjadikan yang miskin ter jebak pada hidup yang ser ba ter gantung: hutang, r elasi sosial yang har us saling dipenuhi/ ditunaikan (r ecipr ocit y), dan ber bagai r elasi lainnya yang mew ajibkan ada kew ajiban saling mengembalikan, melalui pesta nikah, kelahir an bayi, dan ber bagai kegiatan selamatan lainnya. Namun, jebakan itu juga tidak selur uhnya memiskinkan. Sebab, adakalanya r elasi sosial itu mer upakan “penyelamat” bagi yang ber kekur angan. Hanya, r elasi-r elasi itu tidak juga mendor ong mer eka keluar dar i “kungkungan kemiskinan”.


(9)

193 Lalu, har us bagaimana? Har uskah r elasi itu dibuang sama sekali? Tentu saja tidak. Upaya membangun sebuah nilai bar u memang diper lukan. Nilai bar u itu adalah upaya mentr ansfor masikan “kesaling ter gantungan” atau r ecipr ocit y menjadi sar ana membangun kekuatan ber sama. Memang, tidak akan mudah. Paling tidak melalui upaya penyadar an keber samaan supaya mengar ah pada pr oduktivitas mer upaka kunci utama kemajuan di Desa Lembu.

Sebab, sur vei yang dilakukan pada pasca-lebar an pun ter nyata menghasilkan kondisi r aw an pangan. Padahal, lebar an adalah sebuah pesta ber sama, di mana makanan mestinya ber limpah. Apakah kar ena lebar an ter jadi antar a per tengahan Agustus- September , yang mer upakan bulan-bulan mulai ker aw anan pangan ter jadi? Ataukah pada bulan-bulan-bulan-bulan itu desa mengalami kemar au tinggi? Dengan kata lain, untuk mengatasi r aw an pangan dan kelapar an, ada fondasi sosial yang –kalau dikembangkan dan dikelola kear ah pr oduktivitas—akan memampukan masyar akat mengatasi per soalan kelapar an/ r aw an pangan yang mer eka alami. Untuk melakukan itu, inter vensi yang ber sifat sosial, inovatif, dan teknologi bar u yang ber or ientasi efisiensi dan mudah diker jakan akan menolong mer eka menjaw ab per soalan r aw an pangan, yang dihar apkan menjadi cukup pangan atau tahan pangan.

”Ketahanan pangan ter jadi apabila semua or ang secar a ter us mener us, baik secar a fisik, sosial, dan ekonomi mempunyai akses untuk pangan yang memadai/ cukup, ber gizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mer eka dan pilihan makanan untuk hidup secar a aktif dan sehat”.( Wor ld Food Summit, 1996)


(10)

194

3.2. Desa Lembu: Rawan atau Tahan Pangan? Sebuah Analisis dan Diskusi

Keamanan pangan secar a r esmi dan luas didefinisikan sebagai sebuah kondisi di mana semua or ang sepanjang w aktu memiliki akses ekonomi dan fisik ter hadap kecukupan pangan untuk memenuhi kebutuhan makan mer eka bagi kehidupan yang sehat dan pr oduktif (Coates 2007: 1).3 Kondisi ini bisa diukur dengan seber apa besar tingkat kalor i bisa dipenuhi oleh or ang/ keluar ga (diper kenalkan oleh Sajogyo) dan beber apa car a lain, seper ti mengukur tingkat pendapatan (untuk melihat daya beli ter hadap pangan), atau akses ter hadap sumber pangan itu sendir i (untuk melihat seber apa besar tingkat kemampuan mendapatkannya). Namun, kadangkala, car a- car a seper ti itu r elatif sulit diker jakan.

Sur vei (yang telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2014) ini menggunakan instr umen yang diper kenalkan oleh USAID (2007) dan masih ber basis keluar ga dengan melihat satu bulan ke belakang (empat minggu ter akhir pada saat sur vey dilakukan) kehidupan keluar ga ber kaitan dengan soal pangan dan car a menenuhinya. Metode ini disebut sebagai Skala Akses Ker aw anan Pangan Keluar ga (SAKPaKe) atau Household Food Insecur it y Access Scale (HFIAS). Metode ini didasar kan pada pemikir an bahw a pengalaman ker aw anan (memper oleh) pangan menyebabkan tindakan dan tanggapan balik yang dapat ditangkap dan dikunatifikasikan secar a ter ukur melalui sebuah sur vei dan digambar kan dalam per i ngkat/ skala.

Ada 9 Indikator untuk mendalami situasi keluar ga apakah mer eka mengalami r aw an pangan atau tahan/ aman pangan, yaitu: kekuatir an tentang makanan (Q1), Tidak Dapat Memakan Makanan Yang Diinginkan

3

Definisi ini diambil dan ditegaskan kembali dari rumusan yang dikeluarkan USAID 1992, yang mencakup tiga hal penting: keterjangkauan, akses/pemerolehan, dan penggunaan terhadap (sumber) pangan.


(11)

195 (Q2), makan hanya beber apa jenis makanan (Q3), konsumsi makanan yang sama sekali tak diinginkan (Q4), makan dalam jumlah/ por si yang sedikit (Q5) , jumlah sajian makanan per har inya lebih jar ang (Q6), tidak ada makanan apapun dalam keluar ga (Q7), tidur dalam keadaan lapar kar ena tidak ada makanan (Q8), dan ter akhir dalam sehar i semalam tanpa ada makanan sama sekali (Q9) . Lalu, dar i masing-masing itu didalami melalui ser ing tidaknya hal itu dialami (fr ekuensi) dalam satu bulan ter akhir .

Dar i 9 indikator ter sebut akan member ikan i nfor masi ter kait kelangkaan pangan (akses) di tingkat keluar ga. Ke-9 indikator ter sebut mer upakan jabar an dar i empat jenis var iabel untuk membantu kita dalam memahami kar akter istik dar i dan per ubahan yang ter jadi dalam kelangkaan pangan dalam keluar ga (akses) di dalam populasi yang disur vei. Var iabel-var iabel ter sebut menyajikan r angkuman infor masi mengenai:

 Akses kelangkaan pangan keluar ga yang ber hubungan dengan

kondisi(ter kait dengan var iable/ per tanyaan Q7 dan Q7a)

 Akses kelangkaan pangan keluar ga yang ber hubungan dengan

domain(ter kait dengan var iable/ per tanyaan Q2, Q3, dan Q4)

SkalaNilai Akses kelangkaan pangan keluar ga

Fr ekuensi Akses kelangkaan pangan keluar ga

Melalui car a seper ti itu, bisa diper oleh beber apa kemungkinan mengenai r aw an/ aman pangan, antar a lain, mer asakan cemas atau kuatir ter hadap pangan, ter pikir bahw a jumlah makanan tidak cukup, atau ter pikir bahw a kualitas makanan tidak memadai (var iasi nya, kandungan gizinya, atau kesetar aan dengan makanan yang biasa dikonsumsi), tetapi bisa juga menyatakan mengur angi asupan (jumlah dan kualitasnya) makanan, atau ter paksa menanggung akibat dar i pengur angan makanan (baik dar i segi jumlah dan kualitasnya), dan akhir nya timbul per asaan malu kar ena


(12)

196

keter batasan sar ana yang memungkinkan memper oleh sumber pangan tidak bisa terpenuhi. Kondisi ter akhir ini mer upakan kondisi r aw an pangan, baik dar i sisi keluar ga maupun masyar akat.

Ber dasar kan instr umen ter sebut, sur vei telah dilaksanakan pasca-lebar an tahun 2014 di Desa Lembu. Pemi lihan r esponden dilakukan dengan car a r andom sistematis dan dikombinasikan dengan accident al pur posive. Car a ter akhir dilakukan apabila setelah dilakukan r andom sistematik tidak bisa ber jalan, kar ena situasi lapang. Ber dasar kan hasil sur vei dan pengolahan data secar a statistik diper oleh gambar an kar akter istik r esponden dan gambar an (yang ber tumpu pada 9 indikator ).

3.3. Karakteristik Responden

Ber dasar kan gr afik diatas nampak bahw a sebagian besar r esponden (60,5% dar i 162 r esponden) dalam sur vey ini didominasi oleh per empuan. Sesuai kr iter ia dalam metode HFIAS, bahw a per tanyaan-per tanyaan dalam


(13)

197 sur vey ini har us diajukan pada or ang dalam keluar ga yang paling ber per an dalam penyiapan makanan. Ar tinya adalah bahw a siapakah dalam keluar ga yang menjadi r esponden yang paling tahu dan memiliki per an dominan dalam penyiapan makanan. Hasil penelitian semakin memper tegas bahw a per empuan memegang per an vital dalam penyiapan makanan keluar ga. Bahkan dapat dikatakan “ketika satu keluar ga mengalami ancaman ke(tidak)tahanan pangan, per empuanlah yang per tama kali paling khaw atir akan kekur angan pangan dan bahkan har us mengalah untuk tidur dengan per ut lapar , atau makan dalam jumlah gizi yang lebih sedikit, kar ena har us mengutamakan suami (laki-laki sebagai kepala keluar ga) dan anak-anak mer eka”

Populasi dalam penelitian ini adalah masyar akat yang ada dalam kategor i Rumah Tangga Miskin (RTM). Desa lembu memiliki RTM sebanyak

241 RTM yang ter sebar di 6 dusun yang ada di w ilayah desa Lembu (Kalimacan, Bamban, Kr ajan, Kr empel, Ngebleng dan Kendel). Dar i 241 RTM ter sebut 162 digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Jika dilihat dar i tingkat pendidikan yang dimiliki oleh r esponden menunjukkan bahw a sebagian besar didominasi oleh tingkat pendidikan yang r endah (60,5% ber pendidikan SD), bahkan sebanyak 29,6 % mer eka tidak per nah mengenyam pendidikan. Rendahnya pendidikan ini sebagai salah satu indikasi kemiskinan yang masih melekat pada masyar akat desa Lembu yang disebabkan kar ena kualitas SDM yang r endah. Dar i tabel 2 semakin memper tegas bahw a kemiskinan memiliki kor elasi yang kuat dengan tingkat pendidikan masyar akat dan ker aw anan pangan mer upakan salah satu indikator dar i kemiskinan ter sebut.


(14)

198

Tabel 2

Tempat Tinggal Responden * Pendidikan Responden Crosstabulation

6 2 7 5 0 20

30,0% 10,0% 35,0% 25,0% ,0% 100,0%

6 1 18 0 1 26

23,1% 3,8% 69,2% ,0% 3,8% 100,0%

6 8 10 1 0 25

24,0% 32,0% 40,0% 4,0% ,0% 100,0%

11 9 5 0 0 25

44,0% 36,0% 20,0% ,0% ,0% 100,0%

14 8 24 3 2 51

27,5% 15,7% 47,1% 5,9% 3,9% 100,0%

5 3 3 3 1 15

33,3% 20,0% 20,0% 20,0% 6,7% 100,0%

48 31 67 12 4 162

29,6% 19,1% 41,4% 7,4% 2,5% 100,0% Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Kalimacan Kendel Ngebleng Krajan Bamban Ngrempel Tempat Tinggal Responden Total Tidak Sekolah Tidak

Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Pendidikan Responden

Total

Sumber : Analisis Dat a Pr imer , 2014

Ter kait dengan akses masyar akat ter hadap sumber pangan yang meliputi per tanyaan-pertanyaan tentang; kekuatir an tentang makanan (Q1), Tidak Dapat Memakan Makanan Yang Diinginkan (Q2), makan hanya beber apa jenis makanan (Q3), konsumsi makanan yang sama sekali tak diinginkan (Q4), makan dalam jumlah/ por si yang sedikit (Q5) , jumlah sajian makanan per har inya lebih jar ang (Q6), tidak ada makanan apapun dalam keluar ga (Q7), tidur dalam keadaan lapar kar ena tidak ada makanan (Q8), dan ter akhir dalam sehar i semalam tanpa ada makanan sama sekali (Q9). Berdasar tabel 3, secar a umum gambar an mengenai per soalan pangan di Desa Lembu memper lihatkan hal yang tidak menggembir akan. Kar ena, dar i 9 indikator yang mer upakan inti dar i instrumen untuk memotr et tentang ker aw anan pangan, menunjukkan bahw a pr osentase menjaw ab “tidak” ber kaitan dengan per soalan pangan r ata-r ata di baw ah 50%. Hanya mulai per tanyaan nomer 7, jaw aban “tidak” ber ada di atas 50%. Kondisi ini


(15)

199 menyatakan bahw a boleh jadi, Desa Lembu memang belum mengalami situasi r aw an pangan, sebab lebih dar i separ oh (63,2%) tidak mengalami kekosongan/ kekur angan makanan dalam keluar ga, dan 72,8% menyatakan bisa tidur nyenyak dengan per ut kenyang, dan 93,8% tidak mengalami sehar i semalam tidak makan. Data-data ini seakan-akan memper tegas bahw a di Desa Lembu tidak mengalami apa yang disebut dengan kekur angan atau ker aw anan pangan.

Tabel 3

Akses Masyarakat Terhadap ( sumber) Pangan ( tingkat desa)

Ya

Total Ya

No Variabel Tidak Jarang

(1-2 kali)

Kadang (3-10)

Sering (> 10 kali)

N % N % N % N % N %

1 Kekuatir an mengenai makan(an) (Q1)

47 29,0 19 11,7 42 25,9 54 33,3 115 71,0 2 Tdk dpt memakan

makanan yg dii ngi nkan (Q2)

45 27,8 24 14,8 48 29,6 45 27,8 117 72,2 3 Konsumsi hanya

beber apa jeni s makanan saja (Q3)

44 27,2 19 11,7 36 22,2 63 38,9 118 72,8

4 Konsumsi makanan yang sama sekal i tak dii ngi nkan (Q4)

70 43,2 25 15,4 32 19,8 35 21,6 92 56,8

5 Makan dalam por si lebih kecil (Q5)

70 43,2 15 9,3 42 25,9 35 21,6 92 56,8

6 Mengur angi makanan har ian/ jumlah sajian ber kur ang per har inya(Q6)

78 48,1 16 9,9 33 20,4 35 21,6 84 51,9

7 Tidak ada makanan sama sekal i dalam keluar ga (Q7)

102 63,0 20 12,3 15 9,3 25 15,4 60 37,0

8 Tidur dengan per asaan lapar (Q8)

118 72,8 11 6,8 21 13 12 7,4 44 27,2

9 Sehar i semal am

tidak makan (Q9) 152 93,8 5 3,1 4 2,5 1 0,6 10 6,2


(16)

200

Namun jika ditelisik lebih mendalam, tabel 3 menjelaskan bahw a banyak r esponden menyatakan kuatir dalam soal akses pangan. Mer eka mer asa bahw a kecukupan makan yang ideal (atau sehar usnya) tidak bisa dipenuhi. Ini menggambar kan pikir an bahw a masyar akat kemungkinan besar memang tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan secar a ideal. Hal itu ditunjukkan melalui tingginya jaw aban “ya” ter hadap var iable Q1 – Q3. Dar i var iabel ini menunjukkan ketidak-pastian r esponden akan pemenuhan kebutuhan pangan secar a ideal. Ketidak-pastian ini diindikasikan dar i jaw aban ”kadang-kadan” dan ”Ser ing” yang cukup tinggi ter kait dengan kepastian dalam pemenuhan kebutuhan pangan ideal

Sementar a pada tingkat pemahaman/ per sepsi (var iabel Q4 – Q6) kur ang dar i 50% r esponden menyatakan “tidak”. Ar tinya, w alau masyar akat masih menganggap kondisi sekar ang adalah kondisi yang digambar kan sebagai cukup pangan, tetapi situasi ini belum sama sekali menggambar kan “aman pangan”. Situasi ini bisa dengan gampang ber ubah. Mengapa? Kar ena per sentase mer eka yang menyatakan cukup pangan masih r endah dengan mer eka yang menyatakan “dalam bahaya”. Atau, secar a umum kondisi masyar akat Desa Lembu ber ada sedikit di baw ah cukup pangan. Kondisi ini bisa dengan mudah ter gelincir ke dalam kur ang pangan, dan har us ditingkatkan lebih kuat lagi, supaya banyak masyar akat yang masih bisa memilih makanan yang dikehendaki, atau makan dalam jumlah/ por si yang seper ti biasanya dimakan setiap har i. Keadaan ”keter gelincir an” dar i aman menjadi r aw an dalam kontek var iabel Q4 – Q6 ini akan menjadi nyata apabila ada kejadian yang ekstr im seper ti ”paceklik” yang disebabkan kar ena keter sediaan air untuk mengair i lahan tadah hujan mer eka tidak ada (kar ena kemar au yang panjang).


(17)

201 Tabel 4

Frekuensi Tidak ada Makanan Sama Sekali di Dalam Keluarga

102 63,0 63,0 63,0

20 12,3 12,3 75,3

15 9,3 9,3 84,6

25 15,4 15,4 100,0

162 100,0 100,0

Tidak Ada Jarang (1-2)

Kadang - Kadang (3-10) Sering (>10)

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Responden yang menjaw ab “tidak” ter hadap per tanyaan-per tanyaan Q8 – Q9 yang meliputi: tidak ada makanan sama sekali dalam keluar ga, dan tidur dengan per asaan lapar , bahkan tidak makan sehar i semalam, jumlahnya lebih banyak. Gambar an ini hendak menyatakan bahw a tingkat ker aw anan pangan dalam ar ti yang ekstrim belum ter jadi di Desa Lembu. Namun, jumlah r esponden yang di baw ah 40% juga per lu memper oleh per hatian. Sebab, ini menunjukkan bahw a sekitar seper tiga masyar akat Desa Lembu sebenar nya sedang mengalami r aw an pangan. Kepada mer ekalah sehar usnya inter vensi pr ogr am ber as miskin, BLSM, dan sejenisnya mesti diar ahkan. Kelompok ini benar -benar menghadapi kondisi dar ur at yang benar -benar miskin.

3.4. Peta Penyebaran Rawan Pangan

Mer eka yang ber pikir tentang r aw an pangan (var iabel Q1 – Q3) penyebar annya per dusun bisa dijelaskan sebagai ber ikut. Untuk yang kuatir mengenai makanan ter jadi mer ata hampir di semua dusun (angka ada pada kisar an sekitar 40%), hanya Dusun Kendel yang fr ekuensinya kur ang dar i 40%. Sementar a, per soaalan mengenai konsumsi makan makanan yang tidak dikehendaki/ diinginkan, banyak dialami oleh r esponden di Dusun Bamban dan Dusun Kr ajan (kisar an 30-37%), kemudian disusul Dusun Kalimacan (25%). Dusun Kr ajan dan Bamban


(18)

202

menduduki tingkat paling tinggi dalam soal konsumsi hanya beber apa jenis makanan (ter batas), sedikit di baw ahnya adalah Dusun Ngr empel.

Ber kaitan dengan per sepsi/ pemikir an mengenai kemungkinan r aw an pangan (var iabel 4-6), Bamban, Kr ajan, Ngr empel mer upakan tiga dusun dengan fr ekuensi ter atas (20-29%), tiga dusun lainnya ber ada sedikit di baw ah 20%, dan bahkan Kendel hanya 7% saja. Makan dalam por si kecil banyak ter jadi di Dusun Ngr empel disusul Dusun Bamban, dan ber ikutnya Dusun Kr ajan, dusun yang lain juga r elatif kecil. Dusun-dusun yang untuk mengatasi r aw an pangan dilakukan melalui mengur angi sajian/ makanan har ian adalah tiga ser angkai yaitu: Dusun Bamban, DusunKr ajan dan, Dusun Ngr empel.

Dengan mendasar kan pada pemapar an ini di Desa Lembu, maka ber dasar kan tabel 4, ada tiga dusun di Desa Lembu yang memer lukan inter vensi mendesak ber kaitan dengan r aw an pangan atau kur ang pangan yaitu; Dusun Kr ajan, Dusun Bamban, dan Dusun Kendel. Dusun lainnya memer lukan inter vensi dengan tingkat atau intensitas yang sedikit lebih kecil dibanding tiga desa sebelumnya ter sebut. Gambar an secar a menyelur uh mengenai per soalan pangan di Desa Lembu, secar a umum bisa dilihat pada table 5 dan 6 ber ikut ini.

Tabel 5 Kategori HFIAS

Fr equency Per cent

Valid Per cent

Cumulative Per cent

Valid Cukup Kekurangan Pangan 35 21,6 21,6 21,6

Kekurangan Pangan 35 21,6 21,6 65,4

Cukup Pangan 36 22,2 22,2 43,8

Ketahanan Pangan 56 34,6 34,6 100,0

Total 162 100,0 100,0


(19)

203 ckp krg cukup kurang tahan Kategori HFIAS

Pies show counts

21.60% 35.0 22.22% 36.0 21.60% 35.0 34.57% 56.0 PIES DIAGRAM

KRITERIA HFIAS TENTANG KONDISI KERAWANAN PANGAN

DESA LEMBU

Sumber : Analisis Dat a Pr imer , Tahun 2014

Tabel 6: Kondisi rawan/aman pangan menurut dusun

3 5 3 9 20

15.0% 25.0% 15.0% 45.0% 100.0%

1 6 5 14 26

3.8% 23.1% 19.2% 53.8% 100.0%

6 5 3 11 25

24.0% 20.0% 12.0% 44.0% 100.0%

12 2 6 5 25

48.0% 8.0% 24.0% 20.0% 100.0%

10 12 14 15 51

19.6% 23.5% 27.5% 29.4% 100.0%

3 6 4 2 15

20.0% 40.0% 26.7% 13.3% 100.0%

35 36 35 56 162

21.6% 22.2% 21.6% 34.6% 100.0%

Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Kalimacan Kendel Ngebleng Krajan Bamban Ngrempel Tempat Tinggal Responden Total

Rawan kurang cukup Tahan/aman Kategori HFIAS


(20)

204

Kesimpulan:

(1) Masyar akat Desa Lembu secar a umum masih mempunyai per soalan r aw an dan/ atau kur ang pangan. Sementar a, jumlah mer eka yang cukup pangan r elatif sedikit (dan tidak mencapai 30% dar i total, yakni hanya sebesar 22,2%).

(2) Kategor i cukup dapat dengan mudah ter gelincir pada posisi kur ang dar ipada tahan/ aman pangan. Sebab, mencer mati gejalan secar a umum, kalau masa-masa paceklik, kemar au panjang, banyak keluar ga dengan kategor i cukup ser ing mengidentifikasikan dir i sebagai kur ang bahkan r aw an pangan. Oleh kar ena itu, kalau kategor i ini digabung dengan kategor i r aw an dan kur ang, pr osentasi kur ang pangan menjadi lebih tinggi, r ata-r ata di atas 60%.

(3) Untuk mengatasi situasi kur ang pangan, masyar akat ser ing melakukan memakan makanan yang tidak dikehendaki atau mengur angi jumlah sajian/ jenis makanan har ian mer eka. Melalui str ategi seper ti itu, mer eka ber usaha untuk ber tahan hidup.

(4) Dusun yang paling mengalami r aw an pangan adalah Kr ajan, disusul Ngebleng, Ngr empel dan Bamban; sementar a dusun yang tahan/ aman pangan adalah Kendel dan Kalimacan. Untuk kedua jenis dusun ini tetap diper lukan inter vensi, tetapi dengan str ategi yang ber beda. Sebab, pada dasar nya, Desa Kalijambe ter masuk kategor i r aw an pangan.

Rekomendasi

1. Pemer intah per lu membuat pr ogr am keamanan pangan melalui penggalakan per tanian yang efisien dan pr oduktif yang ber or ientasi


(21)

205 pada lingkungan, demi menghasilkan panen yang cukup dan atau ber limpah.

2. Per tanian or ganik per lu menjadi penyangga pr ogr am keamanan pangan, sebab pertanian ini akan membaw a manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang: pengur angan pembelian pupuk dan benih, per baikan r elasi sosial antar a satu or ang dengan lainnya dan satu kelompok dengan lainnya.

3. Pengembangan pr ogr am penanaman tanaman pangan non-ber as/ padi, khususnya dalam masa ekstr im, kemar au, dengan var ietas lokal yang tahan cuaca ekstr im, seper ti kentang hitam, gadung, gembili dan sejenisnya, per lu digalakkan.

4. Untuk memper kaya pr otein per lu dikembangkan tanaman lokal sebagai pengganti yang tahan lama dalam cuacam ekstr im, seper ti saga; atau penggalakan tanaman saga mer upakan salah satu kunci pemenuhan pr otein bagi masyar akat; selain itu kacang-kacangan lain atau jenis polong lainnya yang tahan cuaca per lu dikembangkan.

5. Pengor ganisasian lumbung dan kelompok minat kembang gizi di antar a per empuan dan pemuda per lu ter us ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebagai pilar keluar ga dan masa depan, per empuan dan pemuda per lu menjadi subyek dan inti pr ogr am pembangunan di Desa Lembu, yang dimulai dengan peningkatan dar i r aw an menjadi cukup/ tahan pangan.


(22)

206

DAFTAR PUSTAKA

Bir o Pusat Statistik, 2011. Jakar ta

Coates, Jennifer dan Anne Sw indate, Paula Bi linsky. 2007. Househols Food Insecur it y Access Scale for Measur ement of Food Access: Indicat or Guide, Whasington: FANTA.

Galtung, Johan. 1969. “Violence, Peace and Peace Resear ch” dalam Jounal of Peace Resear ch, v.6

Galtung, Johan. 1981. “Social Cosmology and the Concept of Peace” dalam

Jounal of Peace Resear ch, v.17

Jolly, Richar d dan Deepayan Basu Ray. 2006. The Human Secur it y Fr amewor k and Nat ional Human Development Repor t s: A Review of Exper iences and Cur r ent Debat es, UNDP.

Sen, Amar tya. 1982. Famine and Pover t y, New Yor k: Oxfor d Univer sity Pr ess

Singar imbun, Masr i dan Sofien Effendi (ed). 1995. Metode Penelitian Sur vei. Jakar ta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Thakur , Ramesh. 1997. “Fr om National to Human Secur ity” in Asia Pacific Secur it y: The Economics-Polit ics Nexus, Sydney: Allen and Unw in.

UNDP. 2008. Human Development Repor t, New Yor k: Oxfor d Univer sity Pr ess.

Wor ld Food Pr ogr amme. 2011. Compr ehensive Food Secur it y and Vulner abilit y Analysis Guidelines, edisi per tama.


(23)

207 Wor ld Food Pr ogr amme. 2009. Emer gency Food Secur it y Assessment


(24)

(1)

203 ckp krg cukup kurang tahan Kategori HFIAS

Pies show counts 21.60% 35.0 22.22% 36.0 21.60% 35.0 34.57% 56.0 PIES DIAGRAM

KRITERIA HFIAS TENTANG KONDISI KERAWANAN PANGAN

DESA LEMBU

Sumber : Analisis Dat a Pr imer , Tahun 2014

Tabel 6: Kondisi rawan/aman pangan menurut dusun

3 5 3 9 20

15.0% 25.0% 15.0% 45.0% 100.0%

1 6 5 14 26

3.8% 23.1% 19.2% 53.8% 100.0%

6 5 3 11 25

24.0% 20.0% 12.0% 44.0% 100.0%

12 2 6 5 25

48.0% 8.0% 24.0% 20.0% 100.0%

10 12 14 15 51

19.6% 23.5% 27.5% 29.4% 100.0%

3 6 4 2 15

20.0% 40.0% 26.7% 13.3% 100.0%

35 36 35 56 162

21.6% 22.2% 21.6% 34.6% 100.0%

Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Count

% within Tempat Tinggal Responden Kalimacan Kendel Ngebleng Krajan Bamban Ngrempel Tempat Tinggal Responden Total

Rawan kurang cukup Tahan/aman

Kategori HFIAS


(2)

204

Kesimpulan:

(1) Masyar akat Desa Lembu secar a umum masih mempunyai per soalan r aw an dan/ atau kur ang pangan. Sementar a, jumlah mer eka yang cukup pangan r elatif sedikit (dan tidak mencapai 30% dar i total, yakni hanya sebesar 22,2%).

(2) Kategor i cukup dapat dengan mudah ter gelincir pada posisi kur ang dar ipada tahan/ aman pangan. Sebab, mencer mati gejalan secar a umum, kalau masa-masa paceklik, kemar au panjang, banyak keluar ga dengan kategor i cukup ser ing mengidentifikasikan dir i sebagai kur ang bahkan r aw an pangan. Oleh kar ena itu, kalau kategor i ini digabung dengan kategor i r aw an dan kur ang, pr osentasi kur ang pangan menjadi lebih tinggi, r ata-r ata di atas 60%.

(3) Untuk mengatasi situasi kur ang pangan, masyar akat ser ing melakukan memakan makanan yang tidak dikehendaki atau mengur angi jumlah sajian/ jenis makanan har ian mer eka. Melalui str ategi seper ti itu, mer eka ber usaha untuk ber tahan hidup.

(4) Dusun yang paling mengalami r aw an pangan adalah Kr ajan, disusul Ngebleng, Ngr empel dan Bamban; sementar a dusun yang tahan/ aman pangan adalah Kendel dan Kalimacan. Untuk kedua jenis dusun ini tetap diper lukan inter vensi, tetapi dengan str ategi yang ber beda. Sebab, pada dasar nya, Desa Kalijambe ter masuk kategor i r aw an pangan.

Rekomendasi

1. Pemer intah per lu membuat pr ogr am keamanan pangan melalui penggalakan per tanian yang efisien dan pr oduktif yang ber or ientasi


(3)

205 pada lingkungan, demi menghasilkan panen yang cukup dan atau ber limpah.

2. Per tanian or ganik per lu menjadi penyangga pr ogr am keamanan pangan, sebab pertanian ini akan membaw a manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang: pengur angan pembelian pupuk dan benih, per baikan r elasi sosial antar a satu or ang dengan lainnya dan satu kelompok dengan lainnya.

3. Pengembangan pr ogr am penanaman tanaman pangan non-ber as/ padi, khususnya dalam masa ekstr im, kemar au, dengan var ietas lokal yang tahan cuaca ekstr im, seper ti kentang hitam, gadung, gembili dan sejenisnya, per lu digalakkan.

4. Untuk memper kaya pr otein per lu dikembangkan tanaman lokal sebagai pengganti yang tahan lama dalam cuacam ekstr im, seper ti saga; atau penggalakan tanaman saga mer upakan salah satu kunci pemenuhan pr otein bagi masyar akat; selain itu kacang-kacangan lain atau jenis polong lainnya yang tahan cuaca per lu dikembangkan.

5. Pengor ganisasian lumbung dan kelompok minat kembang gizi di antar a per empuan dan pemuda per lu ter us ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebagai pilar keluar ga dan masa depan, per empuan dan pemuda per lu menjadi subyek dan inti pr ogr am pembangunan di Desa Lembu, yang dimulai dengan peningkatan dar i r aw an menjadi cukup/ tahan pangan.


(4)

206

DAFTAR PUSTAKA

Bir o Pusat Statistik, 2011. Jakar ta

Coates, Jennifer dan Anne Sw indate, Paula Bi linsky. 2007. Househols Food Insecur it y Access Scale for Measur ement of Food Access: Indicat or

Guide, Whasington: FANTA.

Galtung, Johan. 1969. “Violence, Peace and Peace Resear ch” dalam Jounal of

Peace Resear ch, v.6

Galtung, Johan. 1981. “Social Cosmology and the Concept of Peace” dalam

Jounal of Peace Resear ch, v.17

Jolly, Richar d dan Deepayan Basu Ray. 2006. The Human Secur it y Fr amewor k and Nat ional Human Development Repor t s: A Review of

Exper iences and Cur r ent Debat es, UNDP.

Sen, Amar tya. 1982. Famine and Pover t y, New Yor k: Oxfor d Univer sity Pr ess

Singar imbun, Masr i dan Sofien Effendi (ed). 1995. Metode Penelitian Sur vei. Jakar ta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Thakur , Ramesh. 1997. “Fr om National to Human Secur ity” in Asia Pacific

Secur it y: The Economics-Polit ics Nexus, Sydney: Allen and Unw in.

UNDP. 2008. Human Development Repor t, New Yor k: Oxfor d Univer sity Pr ess.

Wor ld Food Pr ogr amme. 2011. Compr ehensive Food Secur it y and


(5)

207 Wor ld Food Pr ogr amme. 2009. Emer gency Food Secur it y Assessment


(6)