PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 19 PALU | Usdalifat | JSTT 6975 23301 1 PB
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN
PROSES SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA BIOLOGI
KELAS VII SMP NEGERI 19 PALU
Sri Usdalifat1, Achmad Ramadhan dan Samsurizal M. Suleman²
[email protected]
1
(Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)
2
(Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
The resesearch aimed to examine the effect of inquiry learning model of the critical thinking
skills and describe the effect of Inquiry Learning Model of the process skills on the Biology subject
of grade VII students at SMP Negeri 19 Palu. The research method was a quasi experiment. The
population was the grade VII. It was based random sampling and the selected class was the class
VIIa with the number of students were 28 as the control class and class VIIB with the number of
students were 27 as the experiment class. Retrieving data using the instrument test of the critical
thinking ability and the students' skills of observation sheets. Hypothesis test process skills were
analyzed by analysis of variance (ANOVA). Hypothesis test results of the critical thinking skills
showed 0,001 < 0,05 and F count 31,003 > F table 4,02. Hypotheses test results of the process skills
showed 0,001 < 0,05 and F count 26,666> F table was 4,02. The results of the study indicated that
there were significant to the inquiry learning model critical thinking skills and also there was the
effect of the process skills of the students.
Keyword : Inquiry Learning Model, Critical Thinking Ability, Process Skills
Seorang guru dalam pembelajaran
diwajibkan
menggunakan
model
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan
siswa untuk aktif, dengan kata lain seorang
guru
dalam
pembelajaran
harus
mengembangkan strategi mengajar yang
mengarah pada keaktifan belajar siswa
(student center). Model pembelajaran
mengarahkan
kita
dalam
merancang
pembelajaran untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran, dengan model
pembelajaran tersebut guru dapat membantu
siswa untuk mendapatkan ide, keterampilan,
cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri
sendiri (Trianto 2007)
Menurut Waspada (2007) dalam
Sutama dkk. (2014), dalam pembelajaran
biologi selama ini cenderung hanya mengasah
aspek
mengingat
(remembering)
dan
memahami (understanding), yang merupakan
low order of thinking (urutan tingkatan
terendah dalam berpikir), masih banyak siswa
belajar hanya menghafal konsep-konsep,
mencatat apa yang diceramahkan guru, pasif,
dan jarang menggunakan pengetahuan awal
sebagai dasar perencanaan pembelajaran.
Ilmu
Pengetahuan
Alam
(IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta proses pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran
menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah (Trianto, 2007)
Kegiatan inkuiri merupakan proses
umum yang biasa dilakukan oleh manusia
1
2 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
untuk mencari atau memahami informasi,
dalam pembelajaran inkuiri mengutamakan
siswa sebagai pelaku utamanya, siswa bebas
mengeluarkan pendapat dan berkomentar
mengenai permasalahan-permasalahan yang
diajukan
oleh guru. Pembelajaran ini
dirancang secara khusus mengajak siswa
untuk terlibat secara langsung dalam proses
ilmiah dalam waktu yang relatif singkat dan
membantu para siswa belajar merumuskan
dan menguji pendapatnya sendiri. (Samdas,
2012)
Model pembelajaran inkuiri adalah
suatu model yang menekankan pengalamanpengalaman belajar yang mendorong siswa
dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip. Model pembelajaran inkuiri adalah
cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Model
pembelajaran
inkuiri
adalah
merupakan proses belajar yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk menguji dan
menafsirkan problema secara sistematika
yang memberikan konklusi berdasarkan
pembuktian.
Berdasarkan
beberapa
pengertian yang tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa model inkuiri adalah
suatu cara yang digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga siswa mempunyai
kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau
menyelidiki sesuatu yang melibatkan seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri.
Melibatkan peserta didik dalam inkuiri
memungkinkan peserta didik untuk terlibat
dalam proses mental yang tinggi (penalaran)
dan mengambil keputusan. Sepanjang proses
inkuiri, para guru dan peserta didik didorong
untuk berpikir kritis, terbuka, dan yang paling
penting keingintahuan tentang lingkungan
belajar. Peserta didik menjadi lebih sadar
bahwa mereka bertanggung jawab atas
temuan mereka sendiri. Proses inkuiri
memiliki potensi untuk mengembangkan
ISSN: 2089-8630
keterampilan, dan disposisi untuk belajar
seumur hidup, misalnya, kemandirian,
keterampilan berpikir, kepercayaan diri,
pengambilan
keputusan,
pembelajaran
kooperatif dan lainnya keterampilan hidup.
Berpikir kritis merupakan aktifitas
berpikir secara reflektif dan rasional yang
difokuskan pada penentuan apa yang harus
diyakini atau dilakukan. Definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana membuat
keputusan atau pertimbangan-pertimbangan,
dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
merupakan proses berpikir reflektif yang
membutuhkan kecermatan dalam mengambil
keputusan melalui serangkaian prosedural
untuk
menganalisis,
menguji, dan
mengevaluasi bukti serta dilakukan secara
sadar. Pengajaran keterampilan berpikir kritis
di Indonesia memiliki beberapa kendala, salah
satunya adalah dominasinya guru dalam
proses pembelajaran dan tidak memberi akses
pada peserta didik untuk berkembang secara
mandiri melalui penemuan dan proses
berpikirnya, selain minimnya keterampilan
berpikir kritis siswa yang bermuara pada
rendahnya
kemampuan
siswa
untuk
menyelesaikan setiap permasalahan, siswa
terbiasa dengan menyalin atau mencontek
sehingga pada saat diberikan soal-soal atau
tes nilai yang dihasilkan dibawah rata-rata
atau kurang memuaskan.
Salah satu tugas perkembangan yang
sejak usia dini sudah harus diketahui oleh
individu adalah pemahaman akan konsepkonsep sederhana tentang kenyataan sosial
dan alam. Oleh karena itu, sudah seharusnya
diterapkan pendidikan terutama berbasis pada
kemampuan
siswa,
yaitu
pendidikan
kecakapan hidup (life skills) untuk
mengembangkan
keterampilan
pribadi/
personal, keterampilan berpikir/ akademik,
keterampilan sosial, dan keterampilan
vokasional. (Sumiati dan Asra, 2007).
Keterampilan proses yang merupakan bagian
dari kinerja ilmiah yang mengarah pada
proses penemuan juga belum mendapat
perhatian yang serius dari dunia pendidikan.
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 3
Pencapaian kinerja ilmiah siswa yang masih
rendah dalam pembelajaran disebabkan
karena karakteristik materi yang terlalu padat
dan tolak ukur keberhasilan pendidikan di
sekolah masih difokuskan dari segi produk
(konsep).
Masalah-masalah yang menyebabkan
rendahnya kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses siswa adalah kurang
tepatnya guru dalam memilih strategi
pembelajaran, yaitu cara-cara yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kemampuan berpikir kritis seharusnya dapat
dimiliki oleh setiap siswa, apabila siswa
sudah memiliki kemampuan berpikir kritis dia
akan lebih mudah untuk memecahkan suatu
masalah yang ada di hadapan mereka, dengan
terbiasanya menyelesaikan atau memecahkan
sebuah masalah maka dia akan terbiasa
menghadapi masalah yang sesulit apapun.
Untuk itu tugas guru yang paling utama dari
pendidikan ini adalah mengembangkan
kemampuan yang dimiliki oleh siswanya,
terutama kemampuan berpikir kritis. Jadi
dengan
diterapkannya
model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan proses sehingga diharapkan
akan meningkatnya kualitas pendidikan.
METODE
Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan eksperimen semu (quasy
experiment). Populasi penelitian ini adalah
semua siswa kelas VII SMP Negeri 19 Palu
tahun ajaran 2015/2016. Teknik sampling
yang digunakan adalah teknik simple random
sampling. Subyek penelitian terdiri dari 2
kelas yaitu kelas VIIa menggunakan metode
konvensional dengan jumlah siswa 28 orang
atau sebagai kelas kontrol dan kelas VIIb
menggunakan model pembelajaran Inkuiri
atau sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
siswa 27 orang. Variabel bebas (Independent
variable) dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran inkuiri. Variabel terikat
(dependent variable) dalam penelitian ini
adalah kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses belajar siswa. Teknikteknik yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah Instrumen Tes yang diberikan
sebelum (pretest) dan setelah (posttest)
proses pembelajaran pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
pada penelitian ini adalah instrumen berupa
tes bentuk pilihan essay tes yang dipakai
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
siswa yang meliputi 6 keterampilan kognitif
menurut Facione (2010) yaitu interpretasi
(interpretation), analisis (analysis), evaluasi
(evaluation), inferensi (inference), penjelasan
(explanation), dan self-regulation. Instrumen
tes ketetampilan proses
sesuai yang
dikemukakan oleh Nur (2002) penulis
mengambil 4 keterampilan proses meliputi
keterampilan
memprediksi/
peramalan,
mengobservasi/pengamatan,
mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
Selanjutnya keterampilan proses siswa di
amati dengan menggunakan lembar observasi.
Instrumen belajar terlebih dahulu di validiasi,
di uji reliabilitas, menghitung daya pembeda
dan tingkat kesukaran soal di bantu dengan
program Anates V5 kemudian dilakukan uji
coba. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
terlebih dahulu di uji normalitas data dan
homogenitas. Data kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan proses selanjutnya di
analisis dengan menggunakan t-test dan
analisis of varian (anova). Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan program
statistik SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi hasil kemampuan berpikir kritis
Data hasil penelitian dari 28 siswa yang
mengikuti pretest pada kelas kontrol terdapat
17 orang yang tidak tuntas sehingga secara
klasikal belum tuntas dengan persentase
4 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
60,7%. Jika dilihat dari kemampuan berpikir
kritis siswa lebih tinggi pada self regulation
atau kemampuan dalam hal kesadaran diri
sementara kemampuan terendah terletak pada
kemampuan mengevaluasi data, sedangkan
untuk kelas eksperimen dari 27 siswa yang
mengikuti pretest terdapat 13 orang yang
tidak tuntas sehingga secara klasikal belum
tuntas dengan persentase 48,18%. Jika dilihat
dari kemampuan berpikir kritis siswa tertinggi
pada kemampuan menginferensi sedangkan
nilai terendah terletak juga pada kemampuan
mengevaluasi.
Pada postest dari 28 siswa yang
mengikuti postest pada kelas kontrol terdapat
1 orang yang tidak tuntas sehingga secara
klasikal belum tuntas dengan persentase
3,6%, Jika dilihat dari kemampuan berpikir
kritis siswa nilai tertinggi terletak pada
kemampuan kesadaran diri (self regulation)
dan untuk nilai terendah terletak pada
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
ISSN: 2089-8630
kemampuan menganalisis. Untuk kelas
eksperimen dari 27 siswa yang mengikuti
postest semua siswa telah secara klasikal
persentase 100%, jika dilihat dari kemampuan
berpikir kritis siswa nilai tertinggi terletak
pada kemampuan eksplanasi dan untuk nilai
terendah
terletak
pada
kemampuan
menganalisis.
Untuk melihat perubahan kemampuan
berpikir kritis siswa per-indikator pada kelas
eksperimen
yang
diberi
perlakuan
pembelajaran
dengan
metode
inkuiri
kemampuan Eksplanasi atau penjelasan
dengan
penalaran,
Interpretasi
atau
kemampuan memahami dan mengungkapkan,
Evaluasi, Self Regulation atau kemampuan
memantau aktifitas kognitif diri/kesadaran diri,
Inferensi atau kemampuan mengidentifikasi
dan
Analisis
atau
kemampuan
mengidentifikasi ditunjukan seperti
pada
gambar 1.
Pretest
Postest
Gambar 1. Diagram penguasaan kemampuan berpikir kritis per-indikator dilihat dari pretest dan
posttest pada kelas ekperiemen
Deskripsi Hasil Keterampilan Proses
Dari 28 siswa yang mengikuti pretest
pada kelas kontrol terdapat 16 orang yang
tidak tuntas sehingga secara klasikal belum
tuntas dengan persentase 57,1%. Jika dilihat
dari 4 indikator keterampilan proses siswa
lebih
tinggi
pada
kemampuan
mengkomunikasikan sementara kemampuan
terendah
terletak
pada
kemampuan
menyimpulkan, sedangkan
untuk kelas
eksperimen dari 27 siswa yang mengikuti
pretest terdapat 13 orang yang tidak tuntas
sehingga secara klasikal belum tuntas dengan
persentase 48,18%.
Hasil postest dari 28 siswa yang
mengikuti postest pada kelas kontrol terdapat
1 orang yang tidak tuntas sehingga secara
klasikal belum tuntas dengan persentase
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 5
3,6%, Jika dilihat dari keterampilan proses
siswa nilai tertinggi terletak pada kemampuan
mengobservasi dan untuk nilai terendah
terletak pada kemampuan menyimpulkan.
Untuk kelas eksperimen dari 27 siswa yang
mengikuti postest semua siswa telah tuntas
secara klasikal dengan persentase 100%, jika
dilihat dari keterampilan proses siswa nilai
tertinggi
terletak
pada
kemampuan
mengobservasi dan untuk nilai terendah
terletak pada kemampuan menyimpulkan.
Untuk melihat perubahan keterampilan
proses perindikator pada kelas eksperimen
yang diberi perlakuan pembelajaran dengan
metode inkuiri keterampilan memprediksi,
mengamati, menjelaskan dan menyimpulkan
ditunjukan seperti pada Gambar 2
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Pretest
Postest
Gambar 2. Diagram Penguasaan Keterampilan Proses kelas Eksperimen
kemampuan keterampilan memprediksi,
keterampilan
mengamati,
keterampilan
berkomunikasi
dan
keterampilan
menyimpulkan.
Berikut
adalah
data
persentase kemunculan keterampilan proses
sains perindikator seperti tampak pada Tabel
1.
Data Kemunculan Aspek Keterampilan
Proses Siswa Berdasarkan Lembar
Observasi
Kemunculan tiap keterampilan proses
siswa pada saat pembelajaran diambil dengan
menggunakan lembar observasi. Hasil dari
analisis observasi ini dijadikan sebagai data
penunjang untuk mengetahui kemunculan
Tabel 1. Persentase Kemunculan Keterampilan Proses Sains berdasarkan lembar observasi pada kelas
kontrol dan kelas ekperimen
No
Aspek Ketrampilan Proses
1.
2.
Keterampilan Memprediksi
Keterampilan Mengobservasi
3.
4.
Keterampilan Mengomunikasi
Keterampilan Menyimpulkan
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Rerata Ketercapaian Rerata Ketercapaian
23
85 %
18
63%
25
94 %
23
82%
23
23
82 %
85 %
19
20
64%
65%
6 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
pada kelas kontrol. Dalam hal ini keterampilan
menjelaskan/mengkomunikasikan
memiliki
persentase kemunculan paling rendah yaitu
sebesar 82% untuk kelas eksperimen dan 64%
pada kelas kontrol
N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Hasil pretest dan postest kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol N-gainnya,
menunjukan peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa antara sebelum dan sesudah
pembelajaran yang dapat dilihat pada
Gambar 3.
80
60
Kritis
Rata-rata N-gain Berpikir
Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata
persentase kemunculan aspek keterampilan
proses pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang paling tinggi setelah dilakukan
pengamatan (observasi) adalah keterampilan
mengobservasi dengan rata-rata kemunculan
sebesar 94% dan 82%. Kehadiran model
dalam pembelajaran ini memungkinkan siswa
melakukan observasi/pengamatan dengan
baik dan benar. Kemudian keterampilan
memprediksi dengan rata-rata kemunculan
sebesar 85% pada kelas eksperimen dan 63%
pada kelas kontrol dan keterampilan
menyimpulkan dengan rata-rata kemunculan
sebesar 85% untuk kelas ekperimen dan 65%
ISSN: 2089-8630
40
N Gain Kemampuan
Berpikir Kritis
20
0
Kls Kontrol
Gambar 3.
Kls Eksperimen
N-Gain kemampuan Berpikir kritis Siswa
Rata-rata N-gain Berpikir
Kritis
N-gain kelompok eksperimen rata-rata
sebesar 68,28 lebih tinggi dibanding
kelompok kontrol rata-rata sebesar 44,49
yaitu selisih 23,79. N-gain tertinggi kelompok
eksperimen adalah 100; sedangkan kelompok
kontrol 87,50. Walaupun kedua hasil tersebut
berada pada kategori sedang, namun telah
terlihat adanya peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen.
N-Gain Tes Keterampilan Proses
Hasil pretest dan postest keterampilan
proses siswa pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol menunjukan perubahan
hasil belajar antara sebelum dan sesudah
pembelajaran yang dapat dilihat pada Gambar
4.
70
60
50
40
N Gain Keterampilan
Proses Siswa
30
20
10
0
Kls Kontrol
Kls Eksperimen
Gambar 4. N-Gain Keterampilan Proses Siswa
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 7
N-gain kelompok eksperimen rata-rata
64,71 lebih tinggi dibanding kelompok
kontrol rata-rata 34,59 dengan selisih 30,12.
N-gain tertinggi kelompok eksperimen adalah
100,00; sedangkan kelompok kontrol 70,00.
Walaupun kedua hasil tersebut berada pada
kategori sedang, namun telah terlihat adanya
peningkatan keterampilan proses pada
kelompok eksperimen.
Berdasarkan analisis data dengan
Anova untuk hipotesis pertama yaitu
pengaruh model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis menunjukkan bahwa nilai Fhitung > F
tabel yaitu 31,003 > 4,02 dengan nilai
signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukan
bahwa hipotesis alternatif diterima, artinya
kemampuan berpikir kritis siswa dengan
model pembelajaran inkuiri pada kelas
eksperimen dan model konvesional pada
kelas kontrol berbeda nyata, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
Sedangkan dari analisis data dengan
Anova untuk pengaruh model pembelajaran
inkuiri dengan ketrampilan proses siswa
menunjukkan bahwa nilai signifikansi Fhitung
> dari Ftabel yaitu 22,666 > 4,02 dengan nilai
signifikansi (α) 0,001 < 0.05. Hal ini
menunjukan bahwa hipotesis diterima,
artinya keterampilan proses siswa dengan
model pembelajaran inkuiri pada kelas
eksperimen dan model konvesional pada
kelas kontrol berbeda nyata, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri berpengaruh terhadap keterampilan
proses siswa.
Berdasarkan analisis data penelitian dan
pengujian hipotesis menunjukan bahwa
variable
bebas
(model
pembelajaran)
memberikan pengaruh terhadap variable
terikat (kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses)
Pengaruh Model pembelajaran terhadap
kemampuan berpikir kritis
Hasil uji hipotesis dengan Anova untuk
kemampuan
berpikir
kritis
siswa
menunjukan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
pada kelas yang di terapkan pembelajaran
inkuiri (kelas eksperimen) dengan kelas yang
diterapkan
pembelajaran
konvensional
(kelompok kontrol) secara nyata. Hal ini
sesuai dengan kajian teori Menurut Ong dan
Borich (2006) dalam Kemendikbud 2014
yang menyatakan pembelajaran berbasis
Inkuiri adalah belajar melalui berbagai
kegiatan termasuk melakukan observasi,
mengajukan pertanyaan, mencari dan
menggunakan informasi untuk mengetahui
dengan jelas peritiwa melalui percobaan,
menggunakan alat untuk mengumpulkan,
menganalisis,
dan
menafsirkan
data;
mengajukan pertanyaan, menjelaskan, dan
memprediksi; dan mengomunikasikan hasil.
Inkuiri mengharuskan melakukan identifikasi
dan asumsi, menggunakan berpikir kritis dan
logis, dan pertimbangan dari penjelasan
alternatif.
Inkuiri merupakan salah satu model
pembelajaran yang inovatif yang tepat
digunakan
dalam
pembelajaran
sains
khususnya IPA karena dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk memahami dan
memperoleh pengetahuan melalui cara
berfikir sistematis dan ilmiah. Inkuiri lebih
mengutamakan aktivitas siswa dalam proses
kegiatan pembelajaran yang mana siswa
membangun pengetahuan dan pemahaman
tentang bagaimana seorang ilmuwan bekerja.
Masing-masing
level
inkuiri
tersebut
mencakup kemampuan intelektual dan
keterampilan proses. Model pembelajaran ini
dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa karena siswa terbiasa dalam
mengkaji suatu. (Wenning, 2005 dalam Ende
2013)
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa yang tertinggi terdapat pada indikator
explanation (penjelasan), hal ini disebabkan
8 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
pada pembelajaran dengan model inkuiri ini
siswa dituntut untuk melakukan penjelasan
sehingga secara tidak langsung keterampilan
menjelaskan siswa dapat berkembang.
Sebagian besar siswa mampu menjelaskan
kesesuaian antara prediksi yang telah dibuat
dengan hasil pengamatan yang telah
dilakukan. Bila prediksi yang dibuat siswa
sesuai dengan hasil pengamatan yang telah
dilakukan maka akan terjadi penguatan
konsep dalam diri siswa. Namun bila prediksi
siswa berbeda dengan hasil pengamatan yang
telah
dilakukan,
maka
siswa
akan
membangun kembali konsep yang telah ada
dalam diri siswa berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan siswa itu sendiri. Hal
tersebut juga sejalan dengan teori belajar
Piaget (1972) dalam Ende (2013) yang
menyatakan bahwa jika dugaan siswa sama
dengan hasil pengamatan maka akan terjadi
penguatan konsep yang dimiliki siswa,
sebaliknya jika yang diamati berbeda dengan
yang diduga siswa maka akan terjadi kognitif
konflik yang perlu adanya proses akomodasi
kognitif dalam pikiran siswa.
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
terhadap Keterampilan Proses Siswa
Hasil uji hipotesis dengan Anova untuk
keterampilan proses siswa diperoleh data
yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan keterampilan proses siswa pada
kelas yang di terapkan pembelajaran inkuiri
(kelas eksperimen) dengan kelas yang
diterapkan
pembelajaran
konvensional
(kelompok kontrol) secara nyata.
Hasil penguasaan keterampilan proses
siswa perindokator diperoleh karena pada
penerapan pembelajaran tersebut siswa diberi
kesempatan yang seluas-luasnya dalam
mengonstruksi
pengetahuannya
untuk
memecahkan atau menjawab masalah yang
diberikan dan juga melakukan kegiatan
ilmiah. Hal lain yang mungkin menyebabkan
peningkatan keterampilan proses siswa adalah
pembelajaran dengan model inkuiri ini
memberikan pengalaman langsung bagi
ISSN: 2089-8630
siswa. Siswa dituntut untuk aktif dan terlibat
langsung dalam pembelajaran seperti siswa
harus membuat prediksi kemudian melakukan
pengamatan untuk membuktikan jawaban dari
prediksi yang telah dibuat dan menjelaskan
kesesuaian antara prediksi dengan hasil
pengamatan. Dari keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran tersebut secara tidak
langsung keterampilan proses sains siswa
dapat meningkat. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat
Semiawan
(1996)
bahwa
keterampilan
mengamati
(observasi)
merupakan keterampilan ilmiah yang
mendasar. Selanjutnya Matthew (2004)
mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri
menjadi sangat tepat dilaksanakan dengan
metode demonstrasi yang bisa langsung
diobservasi.
Berdasarkan data hasil lembar observasi
dapat dilihat bahwa keterampilan mengamati
siswa selama pembelajaran dengan model
inkuiri menunjukkan bahwa keterampilan
mengamati siswa memiliki persentase sebesar
94%. Selama pembelajaran dengan model
inkuiri siswa diminta untuk mengamati
kejadian atau peristiwa yang terjadi secara
langsung dengan menggunakan indera juga
mencatat dengan rinci fakta yang relevan dari
objek dan segala sesuatu di sekitarnya,
misalnya siswa diminta untuk mengamati
gerakan membuka dan menutupnya insang
ikan setelah diberikan bermacam-macam
bahan polutan dengan waktu yang telah
ditentukan sampai ikan mengalami kematian.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa
melakukan kinerja yang sangat antusias dan
sangat baik sehingga hasilnya pun
menunjukkan hasil yang positif.
Joyce dan Weil (2000) dalam
Kemendikbud (2014) mengemukakan bahwa
inti dari pembelajaran inkuiri adalah
melibatkan peserta didik dalam masalah
penyelidikan nyata dengan menghadapkan
mereka
dengan
cara
penyelidikan
(investigasi),
membantu
mereka
mengidentifikasi masalah konseptual atau
metodologis dalam wilayah investigasi, dan
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 9
meminta mereka merancang cara mengatasi
masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar
menjadi seorang ilmuwan dalam menyusun
pengetahuan. Selain itu, peserta didik belajar
menghargai
ilmu
dan
mengetahui
keterbatasan
pengetahuan
dan
ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan tinjauan aplikasi di atas
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran
inkuiri merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan
proses
siswa
untuk
membelajarkan setiap siswa membangun
konsep sendiri berdasarkan pengalamanpengalaman belajarnya melalui prediksinya,
pengamatannya dan menginformasikan hasil
pengamatannya kepada orang lain serta mampu
menyimpulkan fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkunganya. Melalui Pendekatan
inkuiri seorang siswa diharapkan mampu
menemukan dan menerapkan konsep-konsep
yang terjadi di lingkungan sekitarnya melalui
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
proses.
memperhatikan
karakteristik
materi.
Materi yang diterapkan harus dapat
menggali kemampuan siswa dalam
melakukan pengamatan, sehingga dapat
menggali kemampuan siswa dalam
memprediksi,
mengamati,
menginformasikan/
menjelaskan
dan
menyimpulkan.
3. Perlu adanya pengkajian dan penelitian
untuk model pembelajaran lain yang dapat
menggali kemampuan berpikir kritis siswa
dan melatih keterampilan proses siswa.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan Penuh keiklasan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
H. Achmad Ramadhan, M.Kes dan Bapak Dr.
Samsurizal M. Suleman, M.Si yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, ilmu dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
kegiatan penelitian sampai pada penyusunan
tesis dan artikel ini, semoga amal ibadahnya
diterima oleh Allah SWT. Amin
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR RUJUKAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa 1) Penerapan
model pembelajaran inkuiri berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pada mata pelajaran IPA di kelas VII SMP
Negeri 19 Palu. 2) Penerapan model
pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap
keterampilan proses siswa
pada mata
pelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 19
Palu.
Ende E. S. 2013. Penerapan Model Preduct
Observer Explain (POE) terhadap
Keterampilan Proses dan Hasil Belajar
Kimia pada Siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Bungku Tengah. Tesis,
Program Pascasarjana, Palu: Universitas
Tadulako.
Facione A. Peter , 2010. Critical Thinking.
What It Is and Why
It Counts,
(Online),
http://www.telacommunications.com/nu
tshell/cthinking.htm
(http://www.insigtassessment.com/pdf_f
iles/what%26), Diakses tanggal
5
Desember 2014.
Kemendikbud, 2014. Buku Guru Ilmu
Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas
VIII. Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang. Jakarta: Kemendikbud.
Rekomendasi
1. Kepada guru bidang studi IPA agar
menerapkan pembelajaran model inkuiri
untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan keterampilan proses siswa.
2. Bagi peneliti yang ingin menerapkan
model
inkuiri
ini,
sebaiknya
10 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
Matthew, K. 2004. Classroom Use of Multi
Media-Supported
Predict-ObserveExplain Taks in Sosial Construktivist
Learning Environment. Research in
Science Education 34:427-453.
Nur, M., 2002. Keterampilan-keterampilan
Proses
Sains.”
Makalah
yang
disampaikan
pada
Pelatihan
Pembelajaran yang Berkaitan dengan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
kepada Para Guru MIPA SMU Negeri
Kabupaten Sidoarjo. Surabaya: PSMS
UNESA.
Semiawan, C. 1996. Pendekatan keterampilan
proses.
Jakarta:
PT.
Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Shamdas G., 2012. Pembelajaran Inovatif.
Lembaga Pengkajian Pembaharuan
Hukum
dan
Kebijakan
Publik
(LP2HKP). Palu.
ISSN: 2089-8630
Sutama, I.N., I.B. Putu Arnyana, I.B. Jelantik
Swasta. 2014. “Pengaruh Model
Pembelajaran
Inkuiri
terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis dan
Kinerja Ilmiah Pada Pelajaran Biologi
Kelas XII IPA SMA Negeri 2
Amlapura”
E-Journal
Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha.
Sumiati
dan
Asra.
2007.
Metode
Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Prima
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN
PROSES SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA BIOLOGI
KELAS VII SMP NEGERI 19 PALU
Sri Usdalifat1, Achmad Ramadhan dan Samsurizal M. Suleman²
[email protected]
1
(Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)
2
(Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
The resesearch aimed to examine the effect of inquiry learning model of the critical thinking
skills and describe the effect of Inquiry Learning Model of the process skills on the Biology subject
of grade VII students at SMP Negeri 19 Palu. The research method was a quasi experiment. The
population was the grade VII. It was based random sampling and the selected class was the class
VIIa with the number of students were 28 as the control class and class VIIB with the number of
students were 27 as the experiment class. Retrieving data using the instrument test of the critical
thinking ability and the students' skills of observation sheets. Hypothesis test process skills were
analyzed by analysis of variance (ANOVA). Hypothesis test results of the critical thinking skills
showed 0,001 < 0,05 and F count 31,003 > F table 4,02. Hypotheses test results of the process skills
showed 0,001 < 0,05 and F count 26,666> F table was 4,02. The results of the study indicated that
there were significant to the inquiry learning model critical thinking skills and also there was the
effect of the process skills of the students.
Keyword : Inquiry Learning Model, Critical Thinking Ability, Process Skills
Seorang guru dalam pembelajaran
diwajibkan
menggunakan
model
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan
siswa untuk aktif, dengan kata lain seorang
guru
dalam
pembelajaran
harus
mengembangkan strategi mengajar yang
mengarah pada keaktifan belajar siswa
(student center). Model pembelajaran
mengarahkan
kita
dalam
merancang
pembelajaran untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran, dengan model
pembelajaran tersebut guru dapat membantu
siswa untuk mendapatkan ide, keterampilan,
cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri
sendiri (Trianto 2007)
Menurut Waspada (2007) dalam
Sutama dkk. (2014), dalam pembelajaran
biologi selama ini cenderung hanya mengasah
aspek
mengingat
(remembering)
dan
memahami (understanding), yang merupakan
low order of thinking (urutan tingkatan
terendah dalam berpikir), masih banyak siswa
belajar hanya menghafal konsep-konsep,
mencatat apa yang diceramahkan guru, pasif,
dan jarang menggunakan pengetahuan awal
sebagai dasar perencanaan pembelajaran.
Ilmu
Pengetahuan
Alam
(IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta proses pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran
menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah (Trianto, 2007)
Kegiatan inkuiri merupakan proses
umum yang biasa dilakukan oleh manusia
1
2 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
untuk mencari atau memahami informasi,
dalam pembelajaran inkuiri mengutamakan
siswa sebagai pelaku utamanya, siswa bebas
mengeluarkan pendapat dan berkomentar
mengenai permasalahan-permasalahan yang
diajukan
oleh guru. Pembelajaran ini
dirancang secara khusus mengajak siswa
untuk terlibat secara langsung dalam proses
ilmiah dalam waktu yang relatif singkat dan
membantu para siswa belajar merumuskan
dan menguji pendapatnya sendiri. (Samdas,
2012)
Model pembelajaran inkuiri adalah
suatu model yang menekankan pengalamanpengalaman belajar yang mendorong siswa
dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip. Model pembelajaran inkuiri adalah
cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Model
pembelajaran
inkuiri
adalah
merupakan proses belajar yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk menguji dan
menafsirkan problema secara sistematika
yang memberikan konklusi berdasarkan
pembuktian.
Berdasarkan
beberapa
pengertian yang tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa model inkuiri adalah
suatu cara yang digunakan dalam proses
pembelajaran sehingga siswa mempunyai
kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau
menyelidiki sesuatu yang melibatkan seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri.
Melibatkan peserta didik dalam inkuiri
memungkinkan peserta didik untuk terlibat
dalam proses mental yang tinggi (penalaran)
dan mengambil keputusan. Sepanjang proses
inkuiri, para guru dan peserta didik didorong
untuk berpikir kritis, terbuka, dan yang paling
penting keingintahuan tentang lingkungan
belajar. Peserta didik menjadi lebih sadar
bahwa mereka bertanggung jawab atas
temuan mereka sendiri. Proses inkuiri
memiliki potensi untuk mengembangkan
ISSN: 2089-8630
keterampilan, dan disposisi untuk belajar
seumur hidup, misalnya, kemandirian,
keterampilan berpikir, kepercayaan diri,
pengambilan
keputusan,
pembelajaran
kooperatif dan lainnya keterampilan hidup.
Berpikir kritis merupakan aktifitas
berpikir secara reflektif dan rasional yang
difokuskan pada penentuan apa yang harus
diyakini atau dilakukan. Definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana membuat
keputusan atau pertimbangan-pertimbangan,
dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
merupakan proses berpikir reflektif yang
membutuhkan kecermatan dalam mengambil
keputusan melalui serangkaian prosedural
untuk
menganalisis,
menguji, dan
mengevaluasi bukti serta dilakukan secara
sadar. Pengajaran keterampilan berpikir kritis
di Indonesia memiliki beberapa kendala, salah
satunya adalah dominasinya guru dalam
proses pembelajaran dan tidak memberi akses
pada peserta didik untuk berkembang secara
mandiri melalui penemuan dan proses
berpikirnya, selain minimnya keterampilan
berpikir kritis siswa yang bermuara pada
rendahnya
kemampuan
siswa
untuk
menyelesaikan setiap permasalahan, siswa
terbiasa dengan menyalin atau mencontek
sehingga pada saat diberikan soal-soal atau
tes nilai yang dihasilkan dibawah rata-rata
atau kurang memuaskan.
Salah satu tugas perkembangan yang
sejak usia dini sudah harus diketahui oleh
individu adalah pemahaman akan konsepkonsep sederhana tentang kenyataan sosial
dan alam. Oleh karena itu, sudah seharusnya
diterapkan pendidikan terutama berbasis pada
kemampuan
siswa,
yaitu
pendidikan
kecakapan hidup (life skills) untuk
mengembangkan
keterampilan
pribadi/
personal, keterampilan berpikir/ akademik,
keterampilan sosial, dan keterampilan
vokasional. (Sumiati dan Asra, 2007).
Keterampilan proses yang merupakan bagian
dari kinerja ilmiah yang mengarah pada
proses penemuan juga belum mendapat
perhatian yang serius dari dunia pendidikan.
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 3
Pencapaian kinerja ilmiah siswa yang masih
rendah dalam pembelajaran disebabkan
karena karakteristik materi yang terlalu padat
dan tolak ukur keberhasilan pendidikan di
sekolah masih difokuskan dari segi produk
(konsep).
Masalah-masalah yang menyebabkan
rendahnya kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses siswa adalah kurang
tepatnya guru dalam memilih strategi
pembelajaran, yaitu cara-cara yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kemampuan berpikir kritis seharusnya dapat
dimiliki oleh setiap siswa, apabila siswa
sudah memiliki kemampuan berpikir kritis dia
akan lebih mudah untuk memecahkan suatu
masalah yang ada di hadapan mereka, dengan
terbiasanya menyelesaikan atau memecahkan
sebuah masalah maka dia akan terbiasa
menghadapi masalah yang sesulit apapun.
Untuk itu tugas guru yang paling utama dari
pendidikan ini adalah mengembangkan
kemampuan yang dimiliki oleh siswanya,
terutama kemampuan berpikir kritis. Jadi
dengan
diterapkannya
model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan proses sehingga diharapkan
akan meningkatnya kualitas pendidikan.
METODE
Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan eksperimen semu (quasy
experiment). Populasi penelitian ini adalah
semua siswa kelas VII SMP Negeri 19 Palu
tahun ajaran 2015/2016. Teknik sampling
yang digunakan adalah teknik simple random
sampling. Subyek penelitian terdiri dari 2
kelas yaitu kelas VIIa menggunakan metode
konvensional dengan jumlah siswa 28 orang
atau sebagai kelas kontrol dan kelas VIIb
menggunakan model pembelajaran Inkuiri
atau sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
siswa 27 orang. Variabel bebas (Independent
variable) dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran inkuiri. Variabel terikat
(dependent variable) dalam penelitian ini
adalah kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses belajar siswa. Teknikteknik yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah Instrumen Tes yang diberikan
sebelum (pretest) dan setelah (posttest)
proses pembelajaran pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
pada penelitian ini adalah instrumen berupa
tes bentuk pilihan essay tes yang dipakai
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
siswa yang meliputi 6 keterampilan kognitif
menurut Facione (2010) yaitu interpretasi
(interpretation), analisis (analysis), evaluasi
(evaluation), inferensi (inference), penjelasan
(explanation), dan self-regulation. Instrumen
tes ketetampilan proses
sesuai yang
dikemukakan oleh Nur (2002) penulis
mengambil 4 keterampilan proses meliputi
keterampilan
memprediksi/
peramalan,
mengobservasi/pengamatan,
mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
Selanjutnya keterampilan proses siswa di
amati dengan menggunakan lembar observasi.
Instrumen belajar terlebih dahulu di validiasi,
di uji reliabilitas, menghitung daya pembeda
dan tingkat kesukaran soal di bantu dengan
program Anates V5 kemudian dilakukan uji
coba. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
terlebih dahulu di uji normalitas data dan
homogenitas. Data kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan proses selanjutnya di
analisis dengan menggunakan t-test dan
analisis of varian (anova). Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan program
statistik SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi hasil kemampuan berpikir kritis
Data hasil penelitian dari 28 siswa yang
mengikuti pretest pada kelas kontrol terdapat
17 orang yang tidak tuntas sehingga secara
klasikal belum tuntas dengan persentase
4 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
60,7%. Jika dilihat dari kemampuan berpikir
kritis siswa lebih tinggi pada self regulation
atau kemampuan dalam hal kesadaran diri
sementara kemampuan terendah terletak pada
kemampuan mengevaluasi data, sedangkan
untuk kelas eksperimen dari 27 siswa yang
mengikuti pretest terdapat 13 orang yang
tidak tuntas sehingga secara klasikal belum
tuntas dengan persentase 48,18%. Jika dilihat
dari kemampuan berpikir kritis siswa tertinggi
pada kemampuan menginferensi sedangkan
nilai terendah terletak juga pada kemampuan
mengevaluasi.
Pada postest dari 28 siswa yang
mengikuti postest pada kelas kontrol terdapat
1 orang yang tidak tuntas sehingga secara
klasikal belum tuntas dengan persentase
3,6%, Jika dilihat dari kemampuan berpikir
kritis siswa nilai tertinggi terletak pada
kemampuan kesadaran diri (self regulation)
dan untuk nilai terendah terletak pada
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
ISSN: 2089-8630
kemampuan menganalisis. Untuk kelas
eksperimen dari 27 siswa yang mengikuti
postest semua siswa telah secara klasikal
persentase 100%, jika dilihat dari kemampuan
berpikir kritis siswa nilai tertinggi terletak
pada kemampuan eksplanasi dan untuk nilai
terendah
terletak
pada
kemampuan
menganalisis.
Untuk melihat perubahan kemampuan
berpikir kritis siswa per-indikator pada kelas
eksperimen
yang
diberi
perlakuan
pembelajaran
dengan
metode
inkuiri
kemampuan Eksplanasi atau penjelasan
dengan
penalaran,
Interpretasi
atau
kemampuan memahami dan mengungkapkan,
Evaluasi, Self Regulation atau kemampuan
memantau aktifitas kognitif diri/kesadaran diri,
Inferensi atau kemampuan mengidentifikasi
dan
Analisis
atau
kemampuan
mengidentifikasi ditunjukan seperti
pada
gambar 1.
Pretest
Postest
Gambar 1. Diagram penguasaan kemampuan berpikir kritis per-indikator dilihat dari pretest dan
posttest pada kelas ekperiemen
Deskripsi Hasil Keterampilan Proses
Dari 28 siswa yang mengikuti pretest
pada kelas kontrol terdapat 16 orang yang
tidak tuntas sehingga secara klasikal belum
tuntas dengan persentase 57,1%. Jika dilihat
dari 4 indikator keterampilan proses siswa
lebih
tinggi
pada
kemampuan
mengkomunikasikan sementara kemampuan
terendah
terletak
pada
kemampuan
menyimpulkan, sedangkan
untuk kelas
eksperimen dari 27 siswa yang mengikuti
pretest terdapat 13 orang yang tidak tuntas
sehingga secara klasikal belum tuntas dengan
persentase 48,18%.
Hasil postest dari 28 siswa yang
mengikuti postest pada kelas kontrol terdapat
1 orang yang tidak tuntas sehingga secara
klasikal belum tuntas dengan persentase
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 5
3,6%, Jika dilihat dari keterampilan proses
siswa nilai tertinggi terletak pada kemampuan
mengobservasi dan untuk nilai terendah
terletak pada kemampuan menyimpulkan.
Untuk kelas eksperimen dari 27 siswa yang
mengikuti postest semua siswa telah tuntas
secara klasikal dengan persentase 100%, jika
dilihat dari keterampilan proses siswa nilai
tertinggi
terletak
pada
kemampuan
mengobservasi dan untuk nilai terendah
terletak pada kemampuan menyimpulkan.
Untuk melihat perubahan keterampilan
proses perindikator pada kelas eksperimen
yang diberi perlakuan pembelajaran dengan
metode inkuiri keterampilan memprediksi,
mengamati, menjelaskan dan menyimpulkan
ditunjukan seperti pada Gambar 2
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Pretest
Postest
Gambar 2. Diagram Penguasaan Keterampilan Proses kelas Eksperimen
kemampuan keterampilan memprediksi,
keterampilan
mengamati,
keterampilan
berkomunikasi
dan
keterampilan
menyimpulkan.
Berikut
adalah
data
persentase kemunculan keterampilan proses
sains perindikator seperti tampak pada Tabel
1.
Data Kemunculan Aspek Keterampilan
Proses Siswa Berdasarkan Lembar
Observasi
Kemunculan tiap keterampilan proses
siswa pada saat pembelajaran diambil dengan
menggunakan lembar observasi. Hasil dari
analisis observasi ini dijadikan sebagai data
penunjang untuk mengetahui kemunculan
Tabel 1. Persentase Kemunculan Keterampilan Proses Sains berdasarkan lembar observasi pada kelas
kontrol dan kelas ekperimen
No
Aspek Ketrampilan Proses
1.
2.
Keterampilan Memprediksi
Keterampilan Mengobservasi
3.
4.
Keterampilan Mengomunikasi
Keterampilan Menyimpulkan
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Rerata Ketercapaian Rerata Ketercapaian
23
85 %
18
63%
25
94 %
23
82%
23
23
82 %
85 %
19
20
64%
65%
6 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
pada kelas kontrol. Dalam hal ini keterampilan
menjelaskan/mengkomunikasikan
memiliki
persentase kemunculan paling rendah yaitu
sebesar 82% untuk kelas eksperimen dan 64%
pada kelas kontrol
N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Hasil pretest dan postest kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol N-gainnya,
menunjukan peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa antara sebelum dan sesudah
pembelajaran yang dapat dilihat pada
Gambar 3.
80
60
Kritis
Rata-rata N-gain Berpikir
Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata
persentase kemunculan aspek keterampilan
proses pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang paling tinggi setelah dilakukan
pengamatan (observasi) adalah keterampilan
mengobservasi dengan rata-rata kemunculan
sebesar 94% dan 82%. Kehadiran model
dalam pembelajaran ini memungkinkan siswa
melakukan observasi/pengamatan dengan
baik dan benar. Kemudian keterampilan
memprediksi dengan rata-rata kemunculan
sebesar 85% pada kelas eksperimen dan 63%
pada kelas kontrol dan keterampilan
menyimpulkan dengan rata-rata kemunculan
sebesar 85% untuk kelas ekperimen dan 65%
ISSN: 2089-8630
40
N Gain Kemampuan
Berpikir Kritis
20
0
Kls Kontrol
Gambar 3.
Kls Eksperimen
N-Gain kemampuan Berpikir kritis Siswa
Rata-rata N-gain Berpikir
Kritis
N-gain kelompok eksperimen rata-rata
sebesar 68,28 lebih tinggi dibanding
kelompok kontrol rata-rata sebesar 44,49
yaitu selisih 23,79. N-gain tertinggi kelompok
eksperimen adalah 100; sedangkan kelompok
kontrol 87,50. Walaupun kedua hasil tersebut
berada pada kategori sedang, namun telah
terlihat adanya peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen.
N-Gain Tes Keterampilan Proses
Hasil pretest dan postest keterampilan
proses siswa pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol menunjukan perubahan
hasil belajar antara sebelum dan sesudah
pembelajaran yang dapat dilihat pada Gambar
4.
70
60
50
40
N Gain Keterampilan
Proses Siswa
30
20
10
0
Kls Kontrol
Kls Eksperimen
Gambar 4. N-Gain Keterampilan Proses Siswa
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 7
N-gain kelompok eksperimen rata-rata
64,71 lebih tinggi dibanding kelompok
kontrol rata-rata 34,59 dengan selisih 30,12.
N-gain tertinggi kelompok eksperimen adalah
100,00; sedangkan kelompok kontrol 70,00.
Walaupun kedua hasil tersebut berada pada
kategori sedang, namun telah terlihat adanya
peningkatan keterampilan proses pada
kelompok eksperimen.
Berdasarkan analisis data dengan
Anova untuk hipotesis pertama yaitu
pengaruh model pembelajaran inkuiri
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis menunjukkan bahwa nilai Fhitung > F
tabel yaitu 31,003 > 4,02 dengan nilai
signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukan
bahwa hipotesis alternatif diterima, artinya
kemampuan berpikir kritis siswa dengan
model pembelajaran inkuiri pada kelas
eksperimen dan model konvesional pada
kelas kontrol berbeda nyata, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
Sedangkan dari analisis data dengan
Anova untuk pengaruh model pembelajaran
inkuiri dengan ketrampilan proses siswa
menunjukkan bahwa nilai signifikansi Fhitung
> dari Ftabel yaitu 22,666 > 4,02 dengan nilai
signifikansi (α) 0,001 < 0.05. Hal ini
menunjukan bahwa hipotesis diterima,
artinya keterampilan proses siswa dengan
model pembelajaran inkuiri pada kelas
eksperimen dan model konvesional pada
kelas kontrol berbeda nyata, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri berpengaruh terhadap keterampilan
proses siswa.
Berdasarkan analisis data penelitian dan
pengujian hipotesis menunjukan bahwa
variable
bebas
(model
pembelajaran)
memberikan pengaruh terhadap variable
terikat (kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses)
Pengaruh Model pembelajaran terhadap
kemampuan berpikir kritis
Hasil uji hipotesis dengan Anova untuk
kemampuan
berpikir
kritis
siswa
menunjukan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
pada kelas yang di terapkan pembelajaran
inkuiri (kelas eksperimen) dengan kelas yang
diterapkan
pembelajaran
konvensional
(kelompok kontrol) secara nyata. Hal ini
sesuai dengan kajian teori Menurut Ong dan
Borich (2006) dalam Kemendikbud 2014
yang menyatakan pembelajaran berbasis
Inkuiri adalah belajar melalui berbagai
kegiatan termasuk melakukan observasi,
mengajukan pertanyaan, mencari dan
menggunakan informasi untuk mengetahui
dengan jelas peritiwa melalui percobaan,
menggunakan alat untuk mengumpulkan,
menganalisis,
dan
menafsirkan
data;
mengajukan pertanyaan, menjelaskan, dan
memprediksi; dan mengomunikasikan hasil.
Inkuiri mengharuskan melakukan identifikasi
dan asumsi, menggunakan berpikir kritis dan
logis, dan pertimbangan dari penjelasan
alternatif.
Inkuiri merupakan salah satu model
pembelajaran yang inovatif yang tepat
digunakan
dalam
pembelajaran
sains
khususnya IPA karena dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk memahami dan
memperoleh pengetahuan melalui cara
berfikir sistematis dan ilmiah. Inkuiri lebih
mengutamakan aktivitas siswa dalam proses
kegiatan pembelajaran yang mana siswa
membangun pengetahuan dan pemahaman
tentang bagaimana seorang ilmuwan bekerja.
Masing-masing
level
inkuiri
tersebut
mencakup kemampuan intelektual dan
keterampilan proses. Model pembelajaran ini
dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa karena siswa terbiasa dalam
mengkaji suatu. (Wenning, 2005 dalam Ende
2013)
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa yang tertinggi terdapat pada indikator
explanation (penjelasan), hal ini disebabkan
8 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
pada pembelajaran dengan model inkuiri ini
siswa dituntut untuk melakukan penjelasan
sehingga secara tidak langsung keterampilan
menjelaskan siswa dapat berkembang.
Sebagian besar siswa mampu menjelaskan
kesesuaian antara prediksi yang telah dibuat
dengan hasil pengamatan yang telah
dilakukan. Bila prediksi yang dibuat siswa
sesuai dengan hasil pengamatan yang telah
dilakukan maka akan terjadi penguatan
konsep dalam diri siswa. Namun bila prediksi
siswa berbeda dengan hasil pengamatan yang
telah
dilakukan,
maka
siswa
akan
membangun kembali konsep yang telah ada
dalam diri siswa berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan siswa itu sendiri. Hal
tersebut juga sejalan dengan teori belajar
Piaget (1972) dalam Ende (2013) yang
menyatakan bahwa jika dugaan siswa sama
dengan hasil pengamatan maka akan terjadi
penguatan konsep yang dimiliki siswa,
sebaliknya jika yang diamati berbeda dengan
yang diduga siswa maka akan terjadi kognitif
konflik yang perlu adanya proses akomodasi
kognitif dalam pikiran siswa.
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
terhadap Keterampilan Proses Siswa
Hasil uji hipotesis dengan Anova untuk
keterampilan proses siswa diperoleh data
yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan keterampilan proses siswa pada
kelas yang di terapkan pembelajaran inkuiri
(kelas eksperimen) dengan kelas yang
diterapkan
pembelajaran
konvensional
(kelompok kontrol) secara nyata.
Hasil penguasaan keterampilan proses
siswa perindokator diperoleh karena pada
penerapan pembelajaran tersebut siswa diberi
kesempatan yang seluas-luasnya dalam
mengonstruksi
pengetahuannya
untuk
memecahkan atau menjawab masalah yang
diberikan dan juga melakukan kegiatan
ilmiah. Hal lain yang mungkin menyebabkan
peningkatan keterampilan proses siswa adalah
pembelajaran dengan model inkuiri ini
memberikan pengalaman langsung bagi
ISSN: 2089-8630
siswa. Siswa dituntut untuk aktif dan terlibat
langsung dalam pembelajaran seperti siswa
harus membuat prediksi kemudian melakukan
pengamatan untuk membuktikan jawaban dari
prediksi yang telah dibuat dan menjelaskan
kesesuaian antara prediksi dengan hasil
pengamatan. Dari keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran tersebut secara tidak
langsung keterampilan proses sains siswa
dapat meningkat. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat
Semiawan
(1996)
bahwa
keterampilan
mengamati
(observasi)
merupakan keterampilan ilmiah yang
mendasar. Selanjutnya Matthew (2004)
mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri
menjadi sangat tepat dilaksanakan dengan
metode demonstrasi yang bisa langsung
diobservasi.
Berdasarkan data hasil lembar observasi
dapat dilihat bahwa keterampilan mengamati
siswa selama pembelajaran dengan model
inkuiri menunjukkan bahwa keterampilan
mengamati siswa memiliki persentase sebesar
94%. Selama pembelajaran dengan model
inkuiri siswa diminta untuk mengamati
kejadian atau peristiwa yang terjadi secara
langsung dengan menggunakan indera juga
mencatat dengan rinci fakta yang relevan dari
objek dan segala sesuatu di sekitarnya,
misalnya siswa diminta untuk mengamati
gerakan membuka dan menutupnya insang
ikan setelah diberikan bermacam-macam
bahan polutan dengan waktu yang telah
ditentukan sampai ikan mengalami kematian.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa
melakukan kinerja yang sangat antusias dan
sangat baik sehingga hasilnya pun
menunjukkan hasil yang positif.
Joyce dan Weil (2000) dalam
Kemendikbud (2014) mengemukakan bahwa
inti dari pembelajaran inkuiri adalah
melibatkan peserta didik dalam masalah
penyelidikan nyata dengan menghadapkan
mereka
dengan
cara
penyelidikan
(investigasi),
membantu
mereka
mengidentifikasi masalah konseptual atau
metodologis dalam wilayah investigasi, dan
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 9
meminta mereka merancang cara mengatasi
masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar
menjadi seorang ilmuwan dalam menyusun
pengetahuan. Selain itu, peserta didik belajar
menghargai
ilmu
dan
mengetahui
keterbatasan
pengetahuan
dan
ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan tinjauan aplikasi di atas
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran
inkuiri merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan
proses
siswa
untuk
membelajarkan setiap siswa membangun
konsep sendiri berdasarkan pengalamanpengalaman belajarnya melalui prediksinya,
pengamatannya dan menginformasikan hasil
pengamatannya kepada orang lain serta mampu
menyimpulkan fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkunganya. Melalui Pendekatan
inkuiri seorang siswa diharapkan mampu
menemukan dan menerapkan konsep-konsep
yang terjadi di lingkungan sekitarnya melalui
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
proses.
memperhatikan
karakteristik
materi.
Materi yang diterapkan harus dapat
menggali kemampuan siswa dalam
melakukan pengamatan, sehingga dapat
menggali kemampuan siswa dalam
memprediksi,
mengamati,
menginformasikan/
menjelaskan
dan
menyimpulkan.
3. Perlu adanya pengkajian dan penelitian
untuk model pembelajaran lain yang dapat
menggali kemampuan berpikir kritis siswa
dan melatih keterampilan proses siswa.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan Penuh keiklasan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
H. Achmad Ramadhan, M.Kes dan Bapak Dr.
Samsurizal M. Suleman, M.Si yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, ilmu dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
kegiatan penelitian sampai pada penyusunan
tesis dan artikel ini, semoga amal ibadahnya
diterima oleh Allah SWT. Amin
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR RUJUKAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa 1) Penerapan
model pembelajaran inkuiri berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pada mata pelajaran IPA di kelas VII SMP
Negeri 19 Palu. 2) Penerapan model
pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap
keterampilan proses siswa
pada mata
pelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 19
Palu.
Ende E. S. 2013. Penerapan Model Preduct
Observer Explain (POE) terhadap
Keterampilan Proses dan Hasil Belajar
Kimia pada Siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Bungku Tengah. Tesis,
Program Pascasarjana, Palu: Universitas
Tadulako.
Facione A. Peter , 2010. Critical Thinking.
What It Is and Why
It Counts,
(Online),
http://www.telacommunications.com/nu
tshell/cthinking.htm
(http://www.insigtassessment.com/pdf_f
iles/what%26), Diakses tanggal
5
Desember 2014.
Kemendikbud, 2014. Buku Guru Ilmu
Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas
VIII. Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang. Jakarta: Kemendikbud.
Rekomendasi
1. Kepada guru bidang studi IPA agar
menerapkan pembelajaran model inkuiri
untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan keterampilan proses siswa.
2. Bagi peneliti yang ingin menerapkan
model
inkuiri
ini,
sebaiknya
10 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10
Matthew, K. 2004. Classroom Use of Multi
Media-Supported
Predict-ObserveExplain Taks in Sosial Construktivist
Learning Environment. Research in
Science Education 34:427-453.
Nur, M., 2002. Keterampilan-keterampilan
Proses
Sains.”
Makalah
yang
disampaikan
pada
Pelatihan
Pembelajaran yang Berkaitan dengan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
kepada Para Guru MIPA SMU Negeri
Kabupaten Sidoarjo. Surabaya: PSMS
UNESA.
Semiawan, C. 1996. Pendekatan keterampilan
proses.
Jakarta:
PT.
Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Shamdas G., 2012. Pembelajaran Inovatif.
Lembaga Pengkajian Pembaharuan
Hukum
dan
Kebijakan
Publik
(LP2HKP). Palu.
ISSN: 2089-8630
Sutama, I.N., I.B. Putu Arnyana, I.B. Jelantik
Swasta. 2014. “Pengaruh Model
Pembelajaran
Inkuiri
terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis dan
Kinerja Ilmiah Pada Pelajaran Biologi
Kelas XII IPA SMA Negeri 2
Amlapura”
E-Journal
Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha.
Sumiati
dan
Asra.
2007.
Metode
Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Prima
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka