Analisis Faktor yang Memengaruhi Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Jenis Persalinan
Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan secara umum dapat
dibagi menjadi dua, yaitu persalinan secara normal atau alamiah dan persalinan
dengan tindakan (abnormal) atau disebut dengan partus luar biasa (Lutan, 2003).
Persalinan normal adalah persalinan dengan letak belakang kepala yang
berlangsung spontan dalam 24 jam yang dibagi menjadi 4 kala tanpa menimbulkan
kerusakan yang lebih pada anak dan ibu. Persalinan normal sering disebut sebagai
persalinan biasa yang artinya kelahiran seorang bayi genap bulan dengan letak
belakang kepala melalui jalan lahir alamiah dengan tenaga ibu sendiri secara spontan
dalam waktu paling lama 18 jam untuk primigavida dalam kondisi ibu yang tetap
sehat dengan kerusakan jalan lahir minimal menjadi maksimal apabila terjadi rupture
perinea tingkat II (Crisdiono, 2004).
Persalinan seksio sesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding
abomen dan uterus yang diambil masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau umur
kehamilan >28 minggu. Keputusan untuk melakukan persalinan seksio sesarea
diharapkan dapat menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas, sehingga
sumber daya manusia dapat ditingkatkan yang tentunya disertai dengan peningkatan

keadaan umum sehingga mampu menerima risiko tindakan seksio sesarea, perawatan
setelah operasi dan kembalinya kesehatan secara optimal. Dengan demikian, tidak
semua ibu hamil dapat melahirkan secara normal. Sebagian dari mereka ada yang

8
Universitas Sumatera Utara

mendapatkan masalah atau kesulitan untuk melakukan persalinan normal atau
spontan sehingga harus mengalami persalinan secara abnormal yang salah satunya
adalah seksio sesarea dilakukan, apapun penyebabnya. Untuk itu dokter harus
menjelaskan alasan perlunya dilakukan seksio sesarea (Manuaba, 2012).
2.2 Persalinan dengan Seksio Sesarea
2.2.1

Pengertian Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Wiknjosastro et al, 1989).Definisi
lainnya menyebutkan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada

dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak
termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan
abdominal (Pritchard et al dalam Hariadi et al, 1991).

Gambar 2.1. Insisi Pembedahan Seksio Sesarea
Sumber: Ayurai, 2009

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. Seksio Sesarea Transvaginal
Sumber:http://medicom.blogdetik.com/2009/03/10/seksio-sesarea-dan-kuretase-2/
2.2.2

Jenis Seksio Sesarea
Berdasarkan insisi rahim, perbedaan tiap jenis seksio sesarea, yaitu ekstra

peritoneal, klasik dan transperitoneal profunda. (Cunningham el a/., 1993).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3. Jenis-jenis Seksio Sesarea
Sumber: http://medicom.blogdetik.com/2009/03/10/seksio-sesarea/
1). Ekstraperitoneal
Seksio sesarea ekstraperitoneal disarankan oleh Frank dan Latzko pada tahun
1907. Tujuan perlakuan ini adalah untuk membuka uterus secara ekstraperitoneal
dengan pembedahan melalui spasium Retzius. Kemudian sepanjang salah satu sisi
dan dibawah vesika urinaria untuk mencapai segmen bawah uterus. Metode ini
dilakukan zaman dahulu untuk menangani kehamilan dengan isi uterus yang
terinfeksi. Karena teknik ini sulit dilakukan dan adanya kemajuan pengobatan infeksi,
tindakan ini sekarang jarang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

2). Klasik/Korporal
Insisi klasik diperluas sampai sangat mendekati puncak fundus uteri. Teknik
ini biasanya diperlukan pada keadaan segmen bawah uterus tidak dapat dicapai secara
aman, karena vesika urinaria melekat erat akibat pembedahan yang lalu, atau terdapat
mioma pada segmen bawah uterus, atau terdapat carsinoma serviks invasive, pada
bayi yang besar dengan letak lintang, pada beberapa kasus plasenta previa dengan
implantasi sebelah anterior dan pada beberapa kasus bayi dengan berat badan lahir

rendah dan segmen bawah uterus tidak mengalami penipisan. Pada teknik ini risiko
peritonitis dan ruptura uteri lebih besar.
3). Transperitoneal Profunda
Seksio sesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada
segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada
segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008). Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio
sesarea memilih teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan
lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan.
Teknik ini sekarang paling banyak dipakai, beberapa keuntungan pada teknik ini
yaitu; perdarahan luka insisi tidak banyak, risiko peritonitis tidak besar, pertumbuhan
jaringan parut uterus umumnya kuat, hingga risiko rupture uteri dikemudian hari
kecil, luka operasi dapat sembuh lebuh sempurna Karena segmen bawah rahim tidak
banyak mengalami kontraksi. Kelemahan teknik ini adalah risiko yang lebih besar
jika dilakukan pada plasenta previa 2.1.5.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Faktor Determinan Seksio Sesarea
Faktor determinan seksio sesarea adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
tindakan pengeluaran janin dengan cara pembedahan. Faktor-faktor tersebut antara

lain:
2.3.1. Faktor Sosiodemografi
1). Umur
Faktor umur yang dimaksud adalah umur ibu saat melahirkan anak terakhir
dalam periode tahun 2011-2013. Pada beberapa jenis komplikasi kehamilan dan
persalinan maupun penyakit yang menyertai kehamilan, umur yang terlalu muda atau
terlalu tua menjadi faktor risiko. Penyulit kehamilan pada wanita yang telalu muda
(remaja), lebih tinggi dibanding kurun waktu reproduksi sehat antara umur 20-30
tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan
(stres) psikologis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran,
prematur, BBLR, kelainan bawaan, dan infeksi (Manuaba, 1998).
Menurut data Kemenkes (2011) ada sekitar 65 % ibu hamilyang mengalami
salah satu atau lebih dari kriteria 4T. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi pada bayi dan ibu pada saat hamil dan melahirkan. Kondisi yang
sebetulnya bisa dicegah tapi sampai saat ini masih banyak kita temukan di
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


a.

Terlalu Muda (hamil usia 35 tahun adalah kualitas sel telur yang
dihasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada usia tersebut memiliki risiko 4
kali lipat dibanding sebelum usia 35 tahun (Praputranto, 2005).

c.

Terlalu Rapat (jarak kehamilan < 2 tahun)
Menurut Agus dalam Praputranto (2005), kehamilan dengan jarak diatas
24 bulan sangat baik buat ibu karena kondisinya sudah normal kembali. Berbagai
riset telah menunjukkan bahwa jika jarak kehamilan terjadi di bawah dua tahun,
maka risiko kematian ibu dan bayi mencapai 50%. Jarak kehamilan terlalu
pendek akan sangat berbahaya, karena organ reproduksi belum kembali ke
kondisi semula. Selain kondisi energi ibu juga belum memungkinkan untuk
menerima kehamilan berikutnya. Keadaan gizi ibu yang belum prima ini
membuat gizi janinnya juga sedikit, sehingga pertumbuhan janinnya tak
memadai yang dikenal dengan pertumbuhan janin terhambat. Selain berat janin


Universitas Sumatera Utara

rendah, kemungkinan kelahiran prematur juga bisa terjadi pada kehamilan jarak
dekat, terutama bila kondisi ibu juga belum begitu bagus (Praputranto, 2005).
d.

Terlalu Banyak (anak >3)
Setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan
perubahan-perubahan
mengakibatkan

pada

kerusakan

uterus.

Kehamilan

pada pembuluh


darah

yang

berulang

dinding uterus

dapat
yang

mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi berkurang bila
dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin (Prawirohardjo, 2008).
2). Pendidikan
Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan
kesehatannya selama kehamilan bila dibandingkan dengan ibu yang tingkat
pendidikannya lebih rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting
dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Melalui pengetahuan

yang baik seputar proses kehamilan dan persalinan, maka seorang wanita hamil
memiliki panduan untuk menjaga kandungannya serta melewati proses kehamilan
yang bersih dan aman. Dengan pengetahuan tentang jenis persalinan, seorang wanita
hamil juga dapat lebih mandiri menentukan jenis persalinan yang akan dilalui,
disamping seharusnya tetap mempertimbangkan indikasi medis (Christina, 1996).
3). Pekerjaan
Wanita yang sedang hamil tetap diperbolehkan untuk bekerja asal pekerjaan
tersebut sifatnya ringan, tidak melelahkan ibu dan tidak mengganggu kehamilannya.

Universitas Sumatera Utara

Pekerjaan yang sifatnya dapat mengganggu kehamilan atau meningkatkan risiko
komplikasi lebih baik dihindarkan. Sebaiknya ibu hamil menghindari pekerjaan yang
bisa menyebabkan pajanan zat berbahaya, jam kerja yang berlebihan, terlalu lama
berdiri, suara-suara mesin berat, tingkat stres yang tinggi dan mengangkat barang
berat. Zat/bahan kimia berbahaya dapat mempengaruhi fungsi reproduksi berupa
ketidak seimbangan hormon, keguguran, kesulitan persalinan, dan kematian bayi
dalam kandungan. Pengaruh bahan kimia berbahaya dapat juga terjadi setelah
persalinan yaitu kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, kecacatan bayi, dan
kematian bayi ketika ibu masih masa nifas. Sedangkan mengangkat beban berat dapat

menyebabkan terjadinya keguguran pada perempuan usia muda. Keluhan turun rahim
(prolapsus uteri) sering terjadi pada perempuan setengah baya atau yang sering
melahirkan, akibat mengangkat beban yang berat (Anwar et.al, 2007; Ibrahim, C,
1996).
Pekerjaan juga sering dikaitkan dengan tingkat sosial ekonomi yang
berpengaruh terhadap layanan kesehatan. Wanita pekerja dimungkinkan lebih mandiri
untuk

menentukan

jenis

layanan

kesehatan

kehamilan

dan


persalinannya

dibandingkan wanita yang tidak memiliki penghasilan sendiri. Meskipun demikian,
jenis dan kualitas layanan kesehatan juga tetap dipengaruhi status pekerjaan suami
maupun tingkat sosial ekonomi keluarga. Disamping itu, wanita yang bekerja di luar
rumah cenderung lebih sedikit jumlah anaknya dibanding wanita yang tidak bekerja.

Universitas Sumatera Utara

4). Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang yang
ditinjau dari segi sosial ekonomi. Pengeluaran keluarga dapat dijadikan indikator
pendekatan terhadap pendapatan keluarga sebagai ukuran tingkat ekonomi.
Penghasilan yang terbatas memiliki dampak terhadap proses kehamilan dan
persalinan. Kemiskinan merupakan faktor pendukung terjadinya morbiditas dan
mortalitas maternal dan neonatal. Kebutuhan gizi ibu hamil dan janinnya, pemenuhan
kualitas lingkungan yang mendukung guna menghindari risiko terjadinya infeksi,
serta kemampuan untuk menentukan jenis persalinan, sangat tergantung pada kondisi
ekonomi keluarga (Soetjiningsih, 2004).
Berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Aceh Nomor 78 Tahun 2013
tentang Upah Minimum Provinsi Aceh sebesar Rp. 1.750.000,-/ bulan yang mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.
2.3.2

Faktor Mediko-Obstetrik
Dalam faktor mediko obstetri yang perlu diperhatikan adalah paritas, jarak

persalinan, riwayat penyakit kehamilan dan persalinan yang terdahulu. Hal tersebut
akan memberi gambaran atau prognosa pada kehamilan dan persalinan berikutnya
(Manuaba, 1999).
1. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum
kehamilan atau persalinan saat ini. Paritas ini dikategorikan menjadi 4 kelompok,
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a). Nullipara adalah ibu dengan paritas 0
b). Primipara adalah ibu dengan paritas 1
c). Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5
d). Grande Multipara adalah ibu dengan paritas >5
Persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai risiko yang relatif tinggi
terhadap ibu dan anak, akan tetapi risiko ini akan menurun pada paritas kedua dan
ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya (Lutan, 2003)
dan paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian maternal adalah paritas
2 dan 3 (Wiknojosastro, 2000).
Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin, bila terlalu sering
melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 orang anak atau
lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan,
dan nifas. Faktor multipara sampai grandemultipara dapat merupakan penyebab
kejadian varises yang dijumpai pada saat hamil di sekitar vulva, vagina, paha, dan
tungkai bawah (Manuaba, 1999). Risiko terjadinya persalinan yang lama, abortus,
kelahiran prematur dan BBLR juga semakin meningkat.
Risiko untuk terjadinya persalinan seksio sesarea pada primipara 2 kali lebih
besar daripada multipara. Kemungkinan terjadinya kematian maternal pada ibu yang
baru pertama kalinya melahirkan agak lebih tinggi daripada ibu yang sudah
mempunyai 2-3 orang anak kemudian risiko akan meningkat pada setiap kehamilan
berikut sampai anak ke-5 dan setelah ini peningkatan risiko akan lebih besar lagi
(Wirakusumah, 1994).

Universitas Sumatera Utara

2. Jarak Persalinan
Jarak kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya umur
ibu. Hal ini akan terjadi proses degeneratif melemahnya kekuatan fungsi-fungsi otot
uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila
terjadi kehamilan lagi. Kontraksi otot-otot uterus dan panggul yang lemah
menyebabkan kekuatan his (power) pada proes persalinan tidak kuat, sehingga
banyak terjadi partus lama atau tak maju, sehingga bias terjadinya seksio sesarea
(Kasdu, 2005).
3. Riwayat Kehamilan
Daya tahan ibu pada saat hamil biasanya menurun sehingga penyakit yang
pernah diderita sebelum hamil cenderung muncul pada saat hamil. Perlu diperhatikan
karena penyakit tersebut dapat membahayakan keselamatan ibu dan anak pada saat
persalinan. Adapun penyakit-penyakit yang sering timbul kembali dan menyertai ibu
hamil maupun bersalin adalah Hepatitis. TBC, Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung,
Asma Bronkial, Hipertensi, Penyakit infeksi dan lainnya. Ibu dengan keadaan
tersebut termasuk dalam kelompok ibu hamil risiko tinggi sehingga dapat
mempengaruhi persalinannya. Riwayat hipertensi pada kehamilan mempunyai risiko
4 kali lebih besar terjadinya persalinan seksio sesarea dibandingkan dengan
kehamilan tanpa hipertensi (Wirakusumah, 1994).
Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan risiko adalah pernah
mengalami hiperemesis, perdarahan, abortus, preeklamsi dan eklamsi. Dengan
memperoleh informasi tentang ibu secara lengkap pada masa lalu, diharapkan risiko

Universitas Sumatera Utara

kehamilan yang dapat memperberat keadaan ibu dan janin dapat diatasi dengan
pengawasan obstetrik yang lebih baik (Mansjoer, 1999).
Riwayat persalinan yang berisiko lebih tinggi adalah persalinan yang pernah
mengalami

bedah

sesar

sebelumnya,

ekstraksi

vaccum/forcep,

melahirkan

prematur/BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), partus lama, ketuban pecah dini dan
melahirkan bayi lahir mati dan riwayat persalinan seksio sesarea mempunyai risiko 6
kali lebih besar untuk terjadinya persalinan seksio sesarea pada kehamlan berikutnya
(Wirakusumah, 1994).
2.3.3 Indikasi Seksio Sesarea
1. Faktor Ibu
a). Plasenta Previa
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea tanpa
menghiraukan faktor–faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada primigravida
sangat cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak dan berulang merupakan
indikasi mutlak untuk seksio sesarea karena perdarahan itu biasanya disebabkan oleh
plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya (Arif, 2007).
b). Panggul Sempit
Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar karena
meskipun menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Batas
terendah untuk melahirkan janin vias naturalis adalah dengan conjugatafera 8 cm.
Panggul dengan conjugatafera 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahrikan janin
dengan normal dan harus diselesaikan dengan seksio sesarea (Manuaba, 2001).

Universitas Sumatera Utara

c). Disproporsi Sefalopelvik
Disproporsi fetopelvik mencakup panggul sempit (contracted pelvis) fetus
yang tumbuhnya terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relatif antara
ukuran bayi dan ukuran pelvis yang ikut menimbulkan masalah disproporsi adalah
bentuk pelvis, presentasi fetus panggul, kemampuan berdilatasi pada serviks, dan
efektifan kontraksi uterus (William, 2010).
d). Ruptura Uteri Mengancam
Pada persalinan dengan ruptura uteri harus dilakukan dengan cermat
khususnya pada persalinan dengan kemungkinan distosia dan pada persalinan wanita
yang pernah mengalami seksio sesarea atau pembedahan lain pada uterus
sebelumnya. Karena adanya bahaya yang lebih besar maka pengakhiran kehamilan
dengan ruptura uteri mengancam perlu ditangani dengan seksio sesarea (William,
2010).
e). Partus Lama
Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam di golongkan sebagai
persalinan lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak dapat
menyebabkan atonia uteri, laserasi, perdarahan,infeksi, gawat janin dan kematian
perinatal maka dari itu perlu segera dilakukan seksio sesarea untuk penanganannya
(William, 2010).
f). Preeklampsia
Pada preeklamsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam sejak gejala
eklamsia timbul. Preeklamsia dapat mengancam janin atau persalinan tidak dapat

Universitas Sumatera Utara

terjadi dengan bahaya hipoksia dan pada persalinan bahaya ini semakin besar. Pada
gawat janin dalam kala I diperlukan tindakan seksio sesarea segera (Saifuddin AB,
2006).
g). Distosia Serviks
Pada distosia serviks primer penanganannya adalah pengawasan persalinan
secara seksama dirumah sakit sedangkan pada distosia serviks sekunder penangannya
harus segera dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks yang dapat
menjalar ke atas sampai segmen bawah uterus (William, 2010).
h). Pernah Seksio Sesarea Sebelumnya
Pada wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya biasanya
kembali mengalami hal yang sama pada kehamilan dan persalinan berikutnya, hal ini
disebabkan karena mengingat adanya bahaya ruptura uteri karena seksio sesarea
sebelumnya. Namun wanita yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya dapat
diperbolehkan untuk bersalin normal kecuali jika sebab seksio sesarea sebelumya
adalah mutlak karena adanya kesempitan panggul (William, 2010).
2. Faktor Janin
a). Gawat Janin
Tindakan operasi dilakukan pada kasus gawat janin dalam rahim, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, kematian janin dalam rahim, tali pusat janin
menumbung pada kehamilan dan persalinan kala I yang dapat menyebabkan gawat
janin harus segera dilakukan seksio sesarea (Manuaba, 2001).

Universitas Sumatera Utara

b). Malpresentasi Janin
1). Letak Lintang
Greenhill dan Eastman berpendapat bahwa bila ada kesempitan panggul
maka seksio sesarea adalah cara terbaik dalam segala letak lintang dengan
janin hidup dan besar biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan seksio sesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul
sempit. Pada multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara–cara lain (William, 2010).
2).

Letak Sungsang
Seksio sesarea dianjurkan pada letak sungsang apabila ada indikasi panggul
sempit, janin besar, dan primigravida dengan komplikasi pertolongan
persalinan letak sungsang melalui jalan vagina sebagian besar pertolongan
persalinan di lakukan dengan seksio sesarea (Manuaba, 2010).

3).

Presentasi Dahi
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal tidak dapat
lahir spontan normal sehingga harus dilahirkan secara seksio sesarea
(ArifM, 2007)

4).

Presentasi Muka
Indikasi untuk melakukan seksio sesarea pada presentasi muka adalah mento
posterior persistens, kesempitan panggul, dan kesulitan turunnya kepala
dalam rongga panggul (Arif M, 2007).

Universitas Sumatera Utara

5).

Gemelli
Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin pertama
pada letak lintang, plasenta previa, prolapsus funikuli, dan interlocking yaitu
janin pertama dalam letak sungsang dan janin kedua dalam presentasi kepala
(Arif M, 2007).

6).

Bayi Kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan
kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh
karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar dilakukan pengawaan
hamil yang lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin atau lebih
maka sebaiknya menjalani seksio sesarea. Hal ini akan menjamin bayi-bayi
tersebut dilahirkan dalam kondisi sebaik mungkin dengan trauma minimum
(Manuaba, 1999).

3. Indikasi Non Medis Persalinan Seksio Sesarea
Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis untuk melakukan seksio
sesarea. Faktor indikasi non medis adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
bukan medis dilakukannya seksio sesarea. Ada beberapa hal yang menjadi alasan ibu
dalam melakukan persalinan seksio sesarea, antara lain:
a. Ketakutan Nyeri Persalinan
Nyeri persalinan diakibatkan adanya dilatasi serviks, segmen bawah rahim,
adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta perlukaan pada jaringan otot maupun
ligamen-ligamen yang menompang stuktur diatasnya. Rasa nyeri persalinan

Universitas Sumatera Utara

disebabkan oleh kombinasi peregangan segmen bawah rahim dan iskemia otot-otot
rahim. Dengan peningkatan kekuatan kontraksi, serviks akan tertarik. Kontraksi yang
kuat ini juga mengatasi pengaliran oksigen pada otot-otot rahim sehinga terjadi nyeri
iskemik. Keadaan ini diakibatkan oleh kelelahan ditambah lagi dengan kecemasan
yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi bagian tubuh
lainnya (Arsinah, 2010).
Nyeri persalinan juga disebabkan ketakutan dan kecemasan yang dapat
menyebabkan dikeluarkannya hormone stress dalam jumlah besar (epinefrin,
norepinefrin, dll) yang menimbulkan nyeri persalinan yang lama dan berat. Penyebab
lain muncul nyeri adalah rasa takut, cemas, dan tegang yang memicu produksi
katekolamin dalam jumlah berlebihan. Keadaan ini akan memperberat sensasi nyeri
yang dirasakan dan sangat menganggu konsetrasi ibu selama proses persalinan
(Simkim, 2007).
Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering
menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir dan
cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua ibu bersalin
berpikir melahirkan dengan cara seksio sesarea (Kasdu, 2003).
Menurut Andriana (2007), tidak sedikit pula ibu melakukan seksio sesarea
karena permintaan ibu yang tidak ingin menjalani persalinan normal karena adanya
rasa takut.Beberapa alasan yang mendasari permintaan seksio sesarea adalah
kekhawatiran ibu dan cemas menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada persalinan
normal. Seorang wanita yang melahirkan secara normal umumnya akan mengalami

Universitas Sumatera Utara

proses rasa sakit yang semakin kuat dan semakin sering sampai kelahiran bayi.
Kekhawatiran akan adanya nyeri persalinan akan menimbulkan stres yang dapat
menyebabkan gangguan proses persalinan secara normal. Kondisi tersebut sering
menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir dan
cemas menjalaninya. Akhirnya untuk menghilangkan itu semua mengakibatkan para
ibu berpikir untuk melahirkan dengan cara seksio sesarea (Kasdu, 2003).
b. Kosmetik Seks
Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan
uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan
yang disertai perdarahan hebat. Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup bulan
perlukaan jalan lahir tidak dapat dihindarkan (Sarwono, 2002).
Banyak masyarakat yang beranggapan bila melahirkan dengan cara normal,
payudara akan tampak lebih turun, kulit perut keriput sehingga ibu lebih memilih
seksio sesarea. Melahirkan melalui vagina dianggap bisa mengendurkan otot-otot
vagina sehingga dipercaya akan mengurangi kenikmatan saat coitus. Hal ini
menyebabkan ibu memilih tindakan persalinan seksio sesarea karena ibu ingin
mempertahankan tonus vagina agar tetap utuh. Alasannya demi menjaga
keharmonisan hubungan suami istri agar tetap mesra. Hal ini sebenarnya dapat diatasi
dengan latihan senam yang dapat mengambalikan elastisitas otot vagina sebelum
melahirkan normal (Dewi, 2010).

Universitas Sumatera Utara

c. Kepercayaan
Persalinan yang dilakukan dengan seksio sesarea sering dikaitkan dengan
masalah kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia. Masih banyak penduduk
di kota-kota besar mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat
dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea dilakukan dengan harapan
apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian, maka akan memperoleh rezeki
dan kehidupan yang baik, mereka juga ingin menyesuaikan waktu kelahiran bayinya
dengan tanggal yang diinginkan, keyakinan bayi yang dilahirkan dengan seksio
sesarea lebih terjamin kesehatannya (Kasdu, 2003).
Pendapat lain yaitu, bayi yang dilahirkan dengan seksio sesarea menjadi lebih
pintar karena kepalanya tidak terjepit di jalan lahir. Padahal sebenarnya tidak ada
perbedaan antara kecerdasan bayi yang dilahirkan dengan cara seksio sesarea ataupun
partus normal (Wiknojosastro, 2000).
d. Dukungan Suami dan Keluarga
Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam sebuah persalinan, dukungan
tersebut dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan
emosional dan dukungan harga diri. Dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada
ibu bersalin akan menciptakan kondisi fisiologis dan psikologis yang ideal dalam
persalinan sehingga persalinan akan berjalan lancar.
Alasan lain permintaan seksio sesarea adalah karena adanya dorongan dari
suami maupun keluarga, kekhawatiran akan terjadinya fetal distress, persalinan lebih
dari 6 jam tidak tertahankan oleh ibu, pengalaman buruk partus normal sebelumnya,

Universitas Sumatera Utara

kekhawatiran bahwa persalinan normal akan merusak hubungan seksual serta
anggapan bahwa seksio sesarea lebih baik dan lebih modern (Sumapradja, 2003).
Peran pasangan dapat sebagai orang yang memberi asuhan, sebagai orang
yang berespon terhadap perasaan rentan wanita hamil, baik pada aspek biologis
maupun dalam hubungannya dengan ibunya sendiri. Dukungan pria menunjukkan
keterlibatannya dalam kehamilan pasangannya dan persiapan untuk terikat dengan
anaknya (Bobak, 2005).
e. Anjuran Petugas Kesehatan
Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya
adalah pendidik kesehatan (health educator). Pendidikan kesehatan pada hakikatnya
adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya informasi tersebut dapat
membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoadmodjo, 2007).
Peran bidan melibatkan pemberian dukungan kepada wanita dalam persiapan
untuk melahirkan. Terkait dengan pemberian informasi dan asuhan di periode
antenatal, wanita berharap diberi asuhan dan informasi dari orang yang mereka
anggap ahli (Carlson, 2009).
Menurut Supartini (2004) diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan petugas
kesehatan seperti dokter dan bidan dalam melakukan persalinan. Dengan memilih
tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, ibu akan mendapatkan pelayanan yang
sesuai dengan prosedur pelayanan yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

Menurut penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika
Serikat, pada tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah persalinan seksio
sesarea yang secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya tidak ada kedaruratan
persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. Indikasi non
medis timbul oleh karena permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau
kesulitan dalam persalinan normal. Hal ini didukung oleh adanya mitos-mitos yang
berkembang di masyarakat (Lutan, 2003).
Beberapa faktor indikasi non medis seorang ibu dilakukan seksio sesarea
karena mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat seputar persalinan normal. Mitosmitos yang berkembang dimasyarakat seputar persalinan normal adalah adanya
ketakutan ibu-ibu pada persalinan normal, menjadi alasan ibu memilih bersalin
dengan cara seksio sesarea. Di sisi lain, persalinan dengan seksio sesarea dipilih oleh
ibu bersalin karena tidak mau mengalami rasa sakit dalam waktu yang lama. Hal ini
terjadi karena kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit pada persalinan
normal (Lutan, 2003).
Insiden kelahiran seksio sesarea bukan karena indikasi medis terlihat terus
meningkat pada lima tahun terakhir ini. Baru-baru ini media melaporkan bahwa yang
menstimulasi keinginan wanita dilakukan seksio sesarea karena mereka menganggap
seksio sesarea merupakan pilihan melahirkan.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Komplikasi Tindakan Seksio Sesarea
2.4.1

Komplikasi pada Ibu
Menurut Manuaba (2002), terjadi “trias komplikasi” yang terjadi pada ibu

setelah tindakan seksio sesarea yaitu perdarahan, infeksi, dan trauma jalan lahir.
a. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling gawat, memerlukan tranfusi
darah dan merupakan penyebab kematian ibu yang paling utama. Penyebab
perdarahan pada tindakan operasi adalah atonia uteri, yaitu sumber perdarahan
berasal dari implantasi plasenta, robekan jalan lahir, ruptura uteri, robekan serviks,
robekan forniks (kolfoporeksis), robekan vagina, robekan perineum, dan semuanya
dapat

menimbulkan

perdarahan

ringan

sampai

berat.

Perdarahan

karena

molahidatidosa/korio karsinom, dan gangguan pembekuan darah seperti kematian
janin dalam rahim melebihi 6 minggu, pada solusio plasenta, dan emboli air ketuban.
b. Infeksi
Komplikasi lain yang dapat terjadi sesaat setelah operasi caesar adalah infeksi
yang banyak disebut sebagai morbiditas pascaoperasi. Kurang lebih 90% dari
morbiditas pascaoperasi disebabkan oleh infeksi (infeksi pada rahim/endometritis,
alat-alat berkemih, usus, dan luka operasi). Infeksi makin meningkat apabila
didahului oleh keadaan umum yang rendah (anemia saat hamil, sudah terdapat
manipulasi intrauterin, dan sudah terdapat infeksi sejak awal), perlukaan operasi yang
menjadi jalan masuk bakteri, terdapat retensio plasenta atau rest plasenta,

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis. Semua faktor tersebut dapat
memudahkan terjadinya infeksi.
c. Trauma Tindakan Operasi Persalinan
Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga
menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dapat terjadi seperti
perlukaan pada serviks, perlukaan pada forniks-kolpoporeksis, terjadi ruptura uteri
lengkap atau tidak lengkap, dan terjadi fistula atau inkontinensia.
2.4.2

Komplikasi pada Bayi
Terjadi “trias komplikasi” bayi dalam bentuk asfiksi, trauma tindakan, dan

infeksi.
a. Asfiksia, seperti tekanan langsung pada kepala dengan menekan pusat–pusat vital
pada medulla oblongata, aspirasi air ketuban dan meconium, perdarahan atau
edema jaringan saraf pusat.
b. Trauma langsung pada bayi, seperti fraktura ekstremitas, fraktura tulang kepala
bayi, perdarahan atau edema jaringan otak, dan trauma langsung pada mata,
telinga, hidung, dan lainnya.
c. Infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.

Universitas Sumatera Utara

2.5 Landasan Teori
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan, maka
kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:
Indikasi Non Medis:
- Takut nyeri persalinan
- Kepercayaan
- Dukugan suami dan keluarga
- Kosmetiks seks
- Status ekonomi
- Anjuran bidan/dokter

Seksio
Sesarea

Sosiodemografi:
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
Gambar 2.4. Kasdu 2003, Lutan 2003, Wiknojosastro 2000

2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori maka dapat digabungkan menjadi suatu pemikiran
yang terintegrasi. Pemikiran yang terintegrasi tersebut merupakan kerangka konsep
dalam penelitian ini dengan model sebagai berikut:
Variabel Independen
Faktor Non Medis:
1. Ketakutan Nyeri Persalinan
2. Kosmetik Seks
3. Kepercayaan
4. Dukungan Suami/Keluarga
5. Tingkat Pendidikan
6. Status Ekonomi
7. Anjuran Bidan/Dokter

Variabel Dependen

Seksio Sesarea
Indikasi Non Medis

Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya

11 137 141

Pengaruh Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya

2 108 138

Pengaruh Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya

0 1 2

Pengaruh Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya

0 0 9

Analisis Faktor yang Memengaruhi Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

0 0 17

Analisis Faktor yang Memengaruhi Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

0 0 2

Analisis Faktor yang Memengaruhi Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

0 0 7

Analisis Faktor yang Memengaruhi Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

0 0 4

A. IDENTITAS RESPONDEN - Analisis Faktor yang Memengaruhi Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

0 0 26

Persalinan Seksio Sesarea Indikasi Non Medis di Kota Surabaya SKRIPSI

0 0 84