Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Sebagai Salah Satu Langkah Penyehatan Perbankan

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan amat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan mempertemukan

pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang mempunyai kelebihan

dana (saver).1 Lembaga perbankan merupakan lembaga yang menjadi penggerak

roda perekonomian modern dan menjadi penentu tingkat kestabilan perekonomian suatu negara karena apabila lembaga perbankan tidak berjalan dengan baik, perekonomian menjadi tidak efisien, dan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan

tidak tercapai.2

Lembaga perbankan sebagai salah satu bentuk industri diperlukan berbagai peraturan-peraturan yang mengatur segala tindakan sampai ke detail-detailnya dan termasuk pengaturan teknis. Semua itu dilakukan dalam rangka mewujudkan industri kelancaran industri perbankan serta untuk mencegah terjadinya hambatan-hambatan ketidakadilan. Namun, banyak pengaturan tersebut tidak boleh sampai pada yang disebut dengan “hyperregulation”, sehingga hukum perbankan

teralienasi atau terasing dari stakeholder industri perbankan itu sendiri. Luasnya

cakupan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang industri perbankan

1

Julius R. Latumerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 145.

2

Muhammad Djumhana, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2008), hlm. 16.


(2)

tidak hanya ada di negara tertentu, tetapi menyeluruh di mana pun industri

perbankan itu berada.3

Keberadaan Bank-bank umum di Indonesia diatur oleh Undang Undang No. 14/1967 yang kemudian diganti oleh Undang Undang No. 7/1992, kemudian pada tahun 1998 direvisi menjadi Undang Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 jo Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang selanjutnya disebut UU Perbankan. Perubahan aturan hukum perbankan itu disebabkan oleh aturan lama yang sudah tidak relevan lagi menjawab persoalan perbankan di Indonesia. Perubahan itu

otomatis memberikan implikasi terhadap sistem perbankan di Indonesia.4

Bank umum dalam kegiatan usahanya dapat menawarkan dan melakukan

seluruh jasa perbankan tersebut (full banking service), tetapi dapat juga hanya

melakukan sebagian saja. Masing-masing bank dapat memilih jasa (usaha) yang

ingin dikembangkannya (core business sebagai retail banking atau corporate

banking), dengan syarat tetap harus memenuhi peraturan yang berlaku sesuai dengan jenis kegiatan pemberian jasa yang dipilihnya. Dengan cara demikian, kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis jasa bank dapat dipenuhi oleh dunia perbankan tanpa mengabaikan prinsip kesehatan dan efisiensi. Hal-hal yang diuraikan di atas merupakan jasa-jasa yang dapat diberikan oleh bank umum, namun bagi bank umum juga ada larangan untuk melakukan kegiatan usaha

tertentu.5

Di luar jenis-jenis usaha yang dilarang, maka bank umum dapat menerapkan

konsep universal banking yang memungkinkan bank tersebut tidak hanya

menawarkan produk dan jasa tradisional perbankan, tetapi lebih luas lagi, seperti

3

Muhammad Djumhana, Op.Cit., hlm. 26.

4

Julius R. Latumerissa, Op.Cit., hlm. 146.

5


(3)

produk investasi. Dengan adanya universal banking ini, bank-bank akan menjadi supermarket banking yang menyediakan segala kebutuhan finansial nasabahnya dalam satu atap. Hanya yang perlu diperhatikan dalam menerapkan konsep universal banking, yaitu unsur permodalan dan kemampuan bank untuk

mengelola risikonya. Bagi bank yang mampu menjadi supermarket banking

tersebut tentunya harus memiliki cadangan atau bufffer modal yang lebih kuat

daripada bank-bank yang melakukan kegiatan usaha tradisional6

Kesehatan bank akan mempunyai makna untuk keamanan dan perlindungan secara keseluruhan untuk industri perbankan itu sendiri. Salah satu cara untuk mencapai tingkat kesehatan industri perbankan melalui sarana hukum, yaitu dengan cara mengatur hal-hal yang berkaitan dengan aktiva, pasiva, dan kegiatan

usaha bank, pagu tingkat bunga (cellings) yang dijamin oleh Lembaga Penjamin

Simpanan, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan operasional perbankan. Filosofi yang melatarbelakangi semua pengaturan tersebut, yaitu perlindungan dan

keamanan untuk stakeholders industri perbankan, namun tetap dapat mendorong

terciptanya kondisi industri perbankan yang efisien.7

Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Misi Bank Indonesia di sektor perbankan adalah untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendorong pembangunan nasional. Sistem perbankan yang sehat ditandai oleh keberadaan lembaga-lembaga perbankan yang mampu berfungsi secara efisien, sehat dan berkembang secara wajar, mampu menghadapi persaingan yang

6

Ibid.

7


(4)

semakin bersifat global, mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu menyalurkan dana masyarakat di

bidang-bidang usaha produktif dalam rangka pencapaian sarana pembangunan nasional.8

Salah satu sarana pengawasan bagi Bank Indonesia terhadap bank-bank adalah berupa hasil penilaian kesehatan bank. Penilaian ini sebenarnya bukan untuk kepentingan Bank Indonesia saja akan tetapi untuk kepentingan semua pihak yang terkait, bagi pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank. Oleh karena itu penilaian kesehatan ini dipandang penting sebagai petunjuk

kinerja manajemen bank yang bersangkutan selama kurun waktu tertentu.9

Penilaian tentang tingkat kesehatan bank tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga di pelbagai negara lain. Tentu saja, meskipun prinsip-prinsip yang digunakan oleh Bank sentral atau lembaga pengawas dan pembina

perbankan (monetary authority) pada pokoknya sama, cara-cara dan teknik

penilaian yang dipergunakan dapat saja berbeda di tiap negara.10

Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang selanjutnya disebut PBI No. 13/1/PBI/2011, membuat Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara individual dengan menggunakan

pendekatan berdasarkan Risiko (risk based bank rating) dan melakukan penilaian

sendiri (self assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank. Penilaian tingkat

kesehatan bank dilakukan terhadap bank secara individual maupun konsolidasi.

8

Yuyus Yustian, “Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Konvensional Dan Bank Syariah,” (Tesis, Kajian Timur Tengah Dan Islam, Pascasarjana,

Universitas Indonesia, 2004), hlm. 27.

9Robertus Darryanto, “Analisis Rekapitalisasi Seba

gai Program Penyehatan Perbankan di

Indonesia (Studi Kasus Bank BPD Jawa Tengah),” (Tesis, Magister Manajemen, Pascasarjana,

Universitas Diponegoro, 2000), hlm. 80.

10

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993), hlm. 97.


(5)

Mekanisme penilaian tingkat kesehatan bank secara individual dilakukan

dengan menggunakan pendekatan risiko (risk based Bank Rating) dengan cakupan

penilaian terhadap empat faktor yaitu: Profil risiko (risk profile); Good Corporate

Governance (GCG); Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital).

Lemahnya struktur permodalan bank yang ada sekarang menjadi salah satu faktor penghambat adalah belum optimalnya peran perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi maupun kegiatan usahanya disebabkan karena masih lemahnya struktur permodalan bank yang ada sekarang. Sementara itu, dengan jenis dan kompleksitas kegiatan usaha bank yang semakin meningkat berpotensi menyebabkan tingginya risiko yang dihadapi oleh bank. Peningkatan risiko dari jenis dan kegiatan usaha bank perlu diikuti oleh peningkatan modal bank guna menanggung kemungkinan kerugian yang timbul akibat aktivitas bank tersebut.

Besar kecilnya modal yang dimiliki sebuah bank sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Selain itu modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan terhadap aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi atas dana yang diterima nasabah.

Faktor modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka mengembangkan usaha serta menampung resiko kerugian yang di derita, bila memang bank harus menderita kerugian. Juga mengingat bahwa perbankan di Indonesia akhir-akhir ini secara bertahap telah mengikuti globalisasi perbankan, maka masalah penyediaan modal minimum bank perlu disesuaikan dengan ukuran


(6)

For International Settlements (atau bisa disingkat BIS11) dengan salah satu pertimbangan agar perbankan Indonesia dapat berkembang secara sehat dan

mampu bersaing dalam perbankan Internasional.12

Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 telah menetapkan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank yang selanjutnya

disebut PBI No. 15/12/PBI/2013 (atau yang dikenal sebagai Capital Adequacy

Ratio, disingkat CAR) bagi semua bank di Indonesia, yakni mengenai pengaturan

penyediaan modal minimum. Keputusan ini mengacu pada keputusan Bank For

International Settlement, sebuah lembaga yang diakui sebagai Bank Sentral Global yang keputusannya harus diikuti oleh bank di seluruh dunia.

Kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Risiko terhadap aktiva dalam arti luas dapat timbul baik dalam bentuk risiko kredit maupun risiko yang terjadi karena fluktuasi harga surat-surat

berharga, tingkat suku bunga, serta nilai tukar valuta asing.13

Adapun pertimbangannya adalah agar bank di Indonesia tetap memperoleh kepercayaan masyarakat sesuai dengan fungsi modal itu sendiri, dan dengan demikian bank di Indonesia dapat bersaing di pasar global. Perbankan internasional dalam hubungannya dengan perbankan di Indonesia, pertama-tama

11

BIS adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun 1930 di Basel, Swiss, bertujuan menjalin hubungan kerja sama antara bank sentral di seluruh dunia dalam mengembangkan aktivitas keuangan pemerintah, melayani transaksi pembayaran, dan bertindak sebagai penjamin IMF yang memberikan pinjaman kepada negara berkembang (Ralona M, Kamus Istilah Ekonomi Populer (Jakarta: Gorga Media, 2006), hal. 32).

12

Widjanarto, Op. Cit., hlm. 133. 13

Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 143.


(7)

tentu akan memperhatikan Capital Adequacy Ratio (CAR) atau kalau tidak terpaksa harus meminta jaminan dari Bank Indonesia atau pemerintah Indonesia

terlebih dahulu.14

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan penyediaan modal bank umum?

2. Bagaimanakah ketentuan penilaian kesehatan bank umum?

3. Bagaimanakah kewajiban penyediaan modal minimum pada bank umum

sebagai salah satu langkah penyehatan perbankan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Penulisan ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penyediaan modal pada bank umum ataupun permodalan

bank umum dalam prakteknya.

2. Untuk mengetahui ketentuan tentang penilaian kesehatan bank umum.

3. Untuk mengetahui kewajiban bank umum untuk menyediakan modal minimum

sebagai salah satu langkah penyehatan perbankan.

Selain itu, penulisan skripsi ini juga ditujukan sebagai pemenuhan tugas akhir dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

14


(8)

Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Secara teoritis, pembahasan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum memberikan pengetahuan bagi pembaca pentingnya kecukupan modal minimum bagi bank untuk mengetahui suatu bank tersebut sehat atau tidak sehat.

2. Secara praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi dan masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh tentang permodalan bank umum dan penilaian kesehatannya, dan yang terutama kewajiban bank untuk menyediakan modal minimum.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan Untuk terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pusat dokumentasi dan informasi hukum/perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat

tertanggal 05 Maret 2015 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama”

dan tidak terlihat adanya keterkaitan. Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ramli Siregar (Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara) untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul


(9)

skripsi lain yang terdapat di lingkungan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pengertian bank menurut menurut Pasal 1 angka 2 UU Perbankan adalah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.15

Sedangkan Pengertian Bank Umum menurut menurut Pasal 1 angka 3 UU Perbankan adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.16

Penyehatan Perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, bank-bank itu sendiri dan masyarakat pengguna jasa bank. Adanya tanggung jawab bersama tersebut dapat membantu memelihara tingkat kesehatan Perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam

perekonomian nasional.17 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian

15

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bab I, Pasal 1 angka 2.

16

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bab I, Pasal 1 angka 3.

17

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 1.


(10)

penyehatan adalah proses, cara, atau perbuatan menyehatkan sesuatu.18 Sedangkan pengertian perbankan menurut Pasal 1 angka 1 UU Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.19 Maka secara

harfiah pengertian dari penyehatan perbankan adalah proses, cara atau perbuatan menyehatkan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Untuk mengetahui kondisi bank tersebut sehat atau tidak sehat otoritas moneter menggunakan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso mengemukakan Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegaiatan operasi perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara–cara yang sesuai

dengan peraturan perbankan yang berlaku.20 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

menurut Pasal 1 ayat (4) PBI No. 13/1/PBI/2011 adalah hasil penilaian kondisi

Bank yang dilakukan terhadap dan kinerja bank.21 Peringkat akhir hasil penilaian

Kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. Selanjutnya Pasal 1 angka 5 PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum mengutarakan Peringkat Komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian

Tingkat Kesehatan Bank.22

18

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php (diakses tanggal 29 Oktober 2015)

19

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bab I, Pasal 1 angka 1.

20

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Yogyakarta: Salemba Empat, 2006), hlm. 51.

21

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum, Bab I, Pasal 1 angka 4.

22

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum, Bab I, Pasal 1 angka 5.


(11)

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum (Capital Adequacy Ratio) CAR merupakan salah satu langkah penyehatan perbankan. Fery N. Indroes dan Sugiarto mengutarakan modal bank adalah dana yang ditempatkan pihak pemegang saham, pihak pertama pada Bank memiliki peranan yang sangat

penting sebagai penyerap jika timbul kerugian (risk loss).23 Pengertian modal

bank yang lebih sederhana dikemukakan oleh Thamrin Abdullah dan Francis Tantri adalah manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan.

Pada Pasal 2 ayat (2) PBI No. 15/12/PBI/2013 dihitung dengan menggunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. Rasio CAR diperoleh dengan menggunakan rumus : (Modal : ATMR) x 100%. Pengertian CAR menurut Lukman Dendawijaya adalah adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dan modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank, seperti

dana masyarakat, pinajaman, dan sebagainya.24 Sedangkan pengertian CAR

menurut Kuncoro dan Suhardjono adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap

besarnya modal bank.25 Dari kedua pengertian CAR diatas dapat dilihat CAR

23

Fery N. Indroes dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 17.

24

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 121.

25

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manjemen Perbankan (Yogyakarta: BPFE), hlm. 562.


(12)

memiliki makna adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.

F. Metode Penulisan

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan kontruksi yang dilakukan secara metodologi, sistematis dan konsisten. Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang

bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.26

Adapun penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian

Pendekatan penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan dengan melakukan pengkajian dan analisa terhadap kewajiban penyediaan modal minimum bank umum yang ditinjau dari PBI No. 15/12/PBI.

Sifat dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang suatu hal tertentu dan

pada saat tertentu27, sehingga pada skripsi ini menggambarkan dan menguraikan

26

Waluyo Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Edisi 1, Cet ke-3 (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), mengutip pendapat Soerjono Soekanto, hlm. 2.

27


(13)

keadaan ataupun fakta yang ada tentang hukum mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum.

2. Data penelitian

Materi dalam penelitian ini diambil dari data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah :

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait,

antara lain:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992

3) Peraturaan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum

4) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank

5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum

6) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum

b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul


(14)

sebagainya yang diperoleh melalui media-media cetak maupun media elektronik

c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang memberi

petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti : jurnal ilmiah, kamus hukum, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam menyusun skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dari skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka, yaitu mengumpulkan, mempelajari, menganalisa, dan membandingkan buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Selain itu, pengumpulan data dilakukan juga melalui media elektronik/internet.

4. Analisis data

Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisisnya, metode analisis data yang dipergunakan penulis adalah metode kualitatif, yaitu dengan:

a. Mengumpulakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang relevan

dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan tersebut

agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari


(15)

d. Memaparkan kesimpulan dan saran yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan kesatuan yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang pada pokoknya menguraikan tentang

latar belakang pengangkatan judul skripsi, perumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam bab pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II PENYEDIAAN MODAL BANK UMUM

Berisikan tentang pengaturan bank umum menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, permodalan bank umum dalam prakteknya, dan juga penguatan modal bank umum melalui pembatasan pemberian kredit.


(16)

Berisikan tentang hubungan keterkaitan antara modal dan kesehatan bank umum, penilaian tingkat kesehatan bank umum, dan sanksi atas penurunan tingkat kesehatan bank.

BAB IV KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM

SEBAGAI SALAH SATU LANGKAH PENYEHATAN.

Berisikan tentang kemampuan bank menyerap risiko terkait peningkatan kualitas dan kuantitas permodalan bank menurut peraturan Bank Indonesia nomor 15/12/PBI/2013, yang pada pokoknya menjelaskan tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum sebagai salah satu langkah penyehatan perbankan, dan juga sanksi pelanggaran atas kewajiban penyediaan modal minimum bank umum.

BAB V PENUTUP

Berisikan bagian penutup yang sekaligus merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini, dimana dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pembahasan yang sebelumnya dalam skripsi ini.


(1)

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum (Capital Adequacy Ratio) CAR merupakan salah satu langkah penyehatan perbankan. Fery N. Indroes dan Sugiarto mengutarakan modal bank adalah dana yang ditempatkan pihak pemegang saham, pihak pertama pada Bank memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyerap jika timbul kerugian (risk loss).23 Pengertian modal bank yang lebih sederhana dikemukakan oleh Thamrin Abdullah dan Francis Tantri adalah manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan.

Pada Pasal 2 ayat (2) PBI No. 15/12/PBI/2013 dihitung dengan menggunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. Rasio CAR diperoleh dengan menggunakan rumus : (Modal : ATMR) x 100%. Pengertian CAR menurut Lukman Dendawijaya adalah adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dan modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinajaman, dan sebagainya.24 Sedangkan pengertian CAR menurut Kuncoro dan Suhardjono adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.25 Dari kedua pengertian CAR diatas dapat dilihat CAR

23

Fery N. Indroes dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 17.

24

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 121.

25

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manjemen Perbankan (Yogyakarta: BPFE), hlm. 562.


(2)

memiliki makna adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.

F. Metode Penulisan

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan kontruksi yang dilakukan secara metodologi, sistematis dan konsisten. Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.26

Adapun penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Spesifikasi penelitian

Pendekatan penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan dengan melakukan pengkajian dan analisa terhadap kewajiban penyediaan modal minimum bank umum yang ditinjau dari PBI No. 15/12/PBI.

Sifat dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang suatu hal tertentu dan pada saat tertentu27, sehingga pada skripsi ini menggambarkan dan menguraikan


(3)

keadaan ataupun fakta yang ada tentang hukum mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum.

2. Data penelitian

Materi dalam penelitian ini diambil dari data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah :

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait, antara lain:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992

3) Peraturaan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum

4) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum

6) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum

b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, dan


(4)

sebagainya yang diperoleh melalui media-media cetak maupun media elektronik

c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti : jurnal ilmiah, kamus hukum, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam menyusun skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dari skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka, yaitu mengumpulkan, mempelajari, menganalisa, dan membandingkan buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Selain itu, pengumpulan data dilakukan juga melalui media elektronik/internet.

4. Analisis data

Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisisnya, metode analisis data yang dipergunakan penulis adalah metode kualitatif, yaitu dengan:

a. Mengumpulakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang relevan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan tersebut agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.


(5)

d. Memaparkan kesimpulan dan saran yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan kesatuan yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang pada pokoknya menguraikan tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi, perumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam bab pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II PENYEDIAAN MODAL BANK UMUM

Berisikan tentang pengaturan bank umum menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, permodalan bank umum dalam prakteknya, dan juga penguatan modal bank umum melalui pembatasan pemberian kredit.


(6)

Berisikan tentang hubungan keterkaitan antara modal dan kesehatan bank umum, penilaian tingkat kesehatan bank umum, dan sanksi atas penurunan tingkat kesehatan bank.

BAB IV KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM

SEBAGAI SALAH SATU LANGKAH PENYEHATAN.

Berisikan tentang kemampuan bank menyerap risiko terkait peningkatan kualitas dan kuantitas permodalan bank menurut peraturan Bank Indonesia nomor 15/12/PBI/2013, yang pada pokoknya menjelaskan tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum sebagai salah satu langkah penyehatan perbankan, dan juga sanksi pelanggaran atas kewajiban penyediaan modal minimum bank umum.

BAB V PENUTUP

Berisikan bagian penutup yang sekaligus merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini, dimana dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pembahasan yang sebelumnya dalam skripsi ini.