Karakteristik Penggunaan Air Gambut serta Keluhan Kesehatan di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli Kabupaten Nias Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia terutama untuk
minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut Slamet (2007), jumlah
air dalam tubuh manusia berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan.
Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada dalam organ
seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syarat, 80%
dari ginjal, 70% dari hati dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air sampai
15% dari berat badan dapat menyebabkan kematian akibat dehidrasi. Karena itu
orang dewasa perlu minum air minimal 1.5-2 liter sehari untuk menjaga
keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme.
Air gambut memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan air
sehari-hari khususnya bagi penduduk pedesaan yang tinggal di daerah rawa dan
daerah pasang surut masih merupakan terutama pada musim kemarau. mereka
biasanya menggunakan air sumur galian, air gambut, air sungai meskipun air
tersebut kurang atau bahkan tidak memenuhi standar kesehatan. Oleh karena itu,
persentase penderita penyakit akibat penggunaan air minum yang kurang
memenuhi syarat kesehatan seperti air gambut sampai sekarang ini masih relatif
tinggi (Hartono, 2004).

Potensi penggunaan air gambut sebagai sumber utama kebutuhan air di
Indonesia adalah sesuai dengan keberadaan tanah gambut yang demikian
melimpah. Kajian pusat sumber daya geologi departemen energi dan sumber daya

1
Universitas Sumatera Utara

2

mineral melaporkan bahwa sampai tahun 2006 sumber daya lahan gambut di
Indonesia mencakup luas 26 juta hektar yang tersebar di pulau Kalimantan (50%),
Sumatera (40%) sedangkan sisanya tersebar di daerah Papua dan pulau-pulau
lainnya. Luas lahan gambut di Indonesia menempati posisi ke-4 terluas setelah
Kanada, Rusia dan Amerika Serikat (Tjahjono, 2007).
Menurut Wibowo (2001), luas lahan gambut di Indonesia adalah sekitar
20,6 juta Ha atau 10,8% dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut tersebut
sebagian besar terdapat di 4 (empat) pulau besar yaitu Sumatera 35%, Kalimantan
32%, Sulawesi 3% dan Papua 30%. Tanah gambut (peat land) memiliki ciri- ciri:
iklim selalu basah, tanah tergenang air gambut, lapisan gambut 1-2 meter, pH 3,2,
dataran rendah rata terdapat di Kalimantan Tengah dan Barat, Sumatera Utara,

Sumatera Selatan dan Jambi.
Air gambut berpotensi menjadi alternatif air bersih guna memenuhi
kebutuhan rumah tangga, namun air gambut juga dapat menjadi sumber gangguan
kesehatan bila tidak dikelola dan digunakan secara tepat. Gangguan kesehatan air
gambut pada umumnya adalah karena kualitas fisik, biologi dan kimia yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan seperti kerusakan gigi (geropos), muntah, diare,
kerusakan usus, serta hemokromatosis, yakni penyakit genetik yang menyebabkan
tubuh menyerap terlalu banyak zat besi. Kelebihan zat besi ini akan disimpan
dalam organ tubuh, terutama hati, jantung dan pankreas, sehingga menderita
kerusakan organ. kondisi tersebut juga mengakibatkan beberapa keluhan, seperti
kanker, penyakit jantung, dan hati. Kandungan organik tinggi dalam air gambut
dapat menimbulkan kematian bila dikonsumsi secara terus menerus akibat

Universitas Sumatera Utara

3

kandungan Fe (besi) dan Mn (mangan) yang tinggi dalam air gambut (Pahlevi,
2008).
Ditinjau dari kandungan kimianya, air gambut mengandung kadar pH

rendah (3,7–5,3) menyebabkan rasa asam karena kandungan asam humus yang
tinggi sehingga kurang nyaman untuk diminum bahkan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan seperti sakit perut. Air gambut juga mengandung kadar Fe
tinggi baik di hulu (0.93 mg/l, tengah (0.89 mg/l maupun di hilir (0.909 mg/l)
melebihi standar kelas I yang diperbolehkan yaitu 0.3 mg/l berdasarkan ketentuan
PP RI No. 82 tahun 2001 dimana besi (Fe) adalah logam berwarna putih
keperakan, liat dan datar dibentuk jika air mengandung Fe dapat menimbulkan
rasa, warna kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi
dan kekeruhan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati (2011), bahwa kadar besi dan
mangan yang tinggi dalam air gambut dapat menimbulkan kanker jika dikonsumsi
terus menerus. Air gambut juga sering mengandung benih atau zat-zat tertentu
karena proses pembusukan tanaman dan hewan dan sangat tahan terhadap
mikroorganisme dalam waktu yang cukup lama.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Syarfi (2007), bahwa warna coklat
kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya kandung zat organik
(bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk asam humus dan turunannya. Asam
humus tersebut berasal dari dekomposisi bahan organik seperti daun, pohon atau
kayu dengan berbagai tingkat dekomposisi, namun secara umum telah mencapai
dekomposisi stabil. Warna akan semakin tinggi karena disebabkan oleh adanya


Universitas Sumatera Utara

4

logam besi yang terikat oleh asma-asam organik yang terlarut dalam air terebut.
air gambut yang berwarna kuning/merah kecoklatan disebabkan oleh kandungan
organik yang merupakan partikel koloid bermuatan negatif dan sulit dipisahkan
dari cairannya karena ukurannya sangat kecil dan mempunyai sifat muatan listrik
pada permukaanya yang menyebabkan partikel stabil. Kenampakan fisik khas air
gambut dicirikan oleh warna larutan kuning coklat yang kepekatannya
memberikan gambaran tentang kualitas airnya. Warna kuning coklat air gambut
disebabkan oleh kandungan bahan organik terlarut yang dihasilkan dari proses
pelapukan sisa tumbuhan.
Ditinjau dari aspek biologi air gambut, kekeruhan air disebabkan oleh zat
padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik hasil pelapukan bahan dan
logam maupun bahan organik dari lapukan tanaman atau hewan yang dapat
menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembang biakannya. Bakteri
ini merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah
pula kekeruhan air. Demikian pula dengan alga yang berkembang biak karena

adanya zat hara NPK akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit
didesinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu
berbahaya bagi kesehatan bila mikroba itu patogen (Slamet, 2007).
Air gambut memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi sebagai sumber
air untuk keperlukan domestik. Pengolahan air gambut melalui sejumlah tahapan,
meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dekolorisasi, netralisasi, dan
desinfektasi. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang menggunakan
air gambut tanpa pengolahan sehingga sering mengalami gangguan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

5

Demikian juga halnya dengan Pulau Nias dikelilingi oleh lautan yang luas,
pulau ini berada dekat dengan Samudera Hindia serta rawa dan beberapa sungaisungai kecil, sedang dan besar. Keadaan iklim kepulauan Nias pada umumnya
dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Akibat kondisi alam yang demikian
khususnya daerah Kecamatan Gunung Sitoli Kabupaten Nias. Kecamatan Gunung
Sitoli berada di daerah pegunungan dan sebagian berada di daerah pesisir pantai.
Berdasarkan hasil pra-penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa masyarakat di
daerah berawa dan berdataran rendah sekitar Kecamatan Gunung Sitoli masih

mengalami kesulitan untuk memanfaatkan air permukaannya sebagai sumber air
baku. Sebagian daerah Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli
tersebut adalah tanah bergambut atau berawa dan air permukaannya berwarna
coklat kemerahan dan bersifat asam sehingga kurang enak di minum.
Alasan utama masyarakat di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung
Sitoli menggunakan air gambut adalah karena sulitnya memperoleh air bersih di
daerah pantai tersebut. Tidak hanya dari segi kualitas fisik saja, tetapi dari segi
kualitas mikrobiologis dan kimia, meskipun air gambut tersebut tidak memenuhi
syarat kesehatan, namun digunakan untuk mandi, mencuci, memasak, bahkan air
minum sehingga memungkinkan terjadinya keluhan kesehatan. Dari survei
pendahuluan diketahui bahwa ada anggota masyarakat di Desa Sifalaete Tabaloho
Kecamatan Gunung Sitoli yang mengalami keluhan kesehatan baik karena efek
langsung maupun efek kumulatif akibat kandungan yang terdapat pada air gambut
tersebut. Beberapa jenis gangguan kesehatan yang dialami masyarakat di Desa
Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli yang menggunakan air gambut

Universitas Sumatera Utara

6


adalah gigi keropos, diare, sakit perut, mual, gatal-gatal, bahkan sering
menimbulkan karatan terhadap peralatan dapur yang dicuci dengan menggunakan
air gambut.
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas, diperlukan penelitian
tentang penggunaan air gambut dan keluhan kesehatan khususnya di Desa
Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli Kabupaten Nias.

1.2. Rumusan Masalah
Air gambut tidak memenuhi syarat kesehatan tetapi tetap dipergunakan
oleh sebagian anggota masyarakat, sehingga perlu diketahui karakteristik
penggunaan air gambut dan keluhan kesehatan masyarakat pengguna sehingga
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana karakteristik pengguna air
gambut, penggunaan air gambut serta keluhan kesehatan masyarakat yang
menggunakan air gambut di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli
Kabupaten Nias.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penggunaan air gambut dan keluhan
kesehatan di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli Kabupaten Nias.

1.3.2. Tujuan Khusus
1.

Mengetahui karakteristik air gambut di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan
Gunung Sitoli kabaupaten Nias

Universitas Sumatera Utara

7

2.

Mengidentifikasi karakteristik pengguna air gambut berdasarkan kebutuhan di
Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli Kabupaten Nias.

3.

Mengidentifikasi penggunaan airgambut berdasarkan kebutuhan masyarakat
di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli Kabupaten Nias.


4.

Mengidentifikasi keluhan kesehatan pada masyarakat yang menggunakan air
gambut di Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunung Sitoli Kabupaten
Nias.

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan baru tentang penggunaan air gambut dan
kaitannya dengan keluhan kesehatan masyarakat pengguna air gambut tersebut.
1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nias
Sebagai dasar dan strategi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Nias untuk
meningkatkan promosi kesehatan bagi masyarakat khususnya tentang penggunaan
air gambut dan konsekuensinya terhadap gangguan kesehatan.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai panduan untuk melakukan penelitian selanjutnya sehingga
penelitian ini berkelanjutan dan semakin sempurna.

Universitas Sumatera Utara