Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

(1)

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT

KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

A. Data Umum

1. Nomor Responden : ………

2. Nama : ………

3. Umur : ………

4. Jenis Kelamin : a. Laki-laki. b. Perempuan

5. Jam Kerja : a. 2-3 jam/hari. b. 4-6 jam/hari c. 7-9 jam/hari.

6. Lama Bertani : a. 1-5 tahun. b. 5-10 tahun. c. >10 tahun.

7. Tingkat Pendidikan : a. Tidak Sekolah b. SD

c. SLTP d. SLTA e. Sarjana.


(2)

B. Perilaku

B.1. Pengetahuan Tentang Pestisida

1. Apa yang saudara ketahui tentang pestisida? d. Zat untuk menyuburkan tanah

e. Obat tanaman

f. Zat untuk mencegah dan membunuh hama tanaman

2. Sebutkan macam bentuk formulasi pestisida menurut saudara ? c. Bentuk kering, butiran dan cair

d. Bentuk kering e. Bentuk cair

3. Jika Bapak membeli pestisida dalam memberantas hama dan penyakit tanaman, jenis pestisida yang bagaimana Bapak beli?

c. Pestisida yang disarankan oleh distributor. d. Pestisida yang sesuai dengan jenis hama

e. Pestisida yang mempunyai merek dagang terkenal

4. Penggunaan Pestisida secara bijaksana, harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:

c. Pemilihan pestisida sesuai dengan jenis hama d. Pemilihan pestisida harus dengan harga yang murah e. Tepat waktu, tepat dosis / konsentrasi, dan tepat tepat cara

5. Aplikasi Pestisida yang umum digunakan oleh petani adalah dengan cara : c. Cara penaburan dan penyemprotan

d. Hanya penaburan e. Hanya penyemprotan


(3)

6. Kegiatan yang paling sering menimbulkan kontaminasi pestisida pada petani adalah pada saat:

c. Mencampur pestisida. d. Menyemprotkan pestisida. e. Menabur pestisida

7. Bagaimana cara Bapak dalam menentukan dosis pestisida yang akan dipergunakan dalam memberantas hama tanaman?

c. Sesuai dengan aturan pakai yang ada pada label pestisida. d. Menambah sedikit dari dosis yang telah ditentukan. e. Dengan dikira-kira saja.

8. Selama pelaksanaan aplikasi di ladang, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : c. Harus memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, baju lengan

panjang, celana panjang, dan masker.

d. Tidak dibenarkan makan dan minum, kecuali merokok. e. Dapat dilakukan berjalan berlawanan dengan arah angin.

9. Setiap petani hendaknya tidak melakukan aplikasi penyemprotan Pestisida terus menerus lebih dari …….sehari

c. 6 jam dalam sehari d. 5 jam dalam sehari e. 4 jam dalam sehari

10. Menurut saudara pestisida masuk kedalam tubuh melalui apa saja ? c. Mulut, kulit, hidung, mata, dan luka

d. Hanya melalui kulit e. Hanya melalui hidung


(4)

11. Sebutkan beberapa gejala dan tanda-tanda keracunan pestisida yang saudara ketahui ?

c. Diare, demam, stress, dan mual-mual

d. Pusing, muntah-muntah, kejang-kejang, ludah berlebihan e. Influenza dan masuk angin

12. Menurut saudara bagaimana tindakan/cara pertolongan jika terjadi keracunan? c. Segera dibawa ke sarana kesehatan / Puskesmas

d. Mencuci kulit yang terkena

e. Pakaian yang terkena racun segera dilepaskan.

13. Bagaimana cara membuang bekas kemasan / kaleng pestisida ?

d. Kaleng/plastik dilubangi dahulu dan ditanam dalam tanah jauh dari sumber air e. Dapat dibakar dekat permukiman

f. Mengumpulkannya di belakang rumah

14. Bagaimana cara penyimpanan pestisida ? c. Diletakkan saja dekat dapur.

d. Digantung di atas paku dibelakang rumah

e. Diletakkan dalam ruangan khusus yang ada ventilasinya

15. Bagaimana cara saudara membersihkan alat-alat yang digunakan sesudah penyemprotan

c. Dicuci dengan sabun dan tidak mencemari air (air minum dan air sungai) d. Dicuci di belakang rumah


(5)

B.2. Sikap

1. Sebelum menggunakan pestisida perlu terlebih dahulu membaca petunjuk pemakaian pestisida

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

2. Pestisida yang digunakan harus pestisida yang terdaftar atau memiliki ijin dari dinas pertanian.

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

3. Pestisida harus ditempatkan di tempat khusus dan tidak mudah dijangkau anak-anak serta harus disimpan di wadah aslinya.

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

4. Pestisida berbahaya jika diangkut bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan.

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

5. Pencampuran satu jenis pestisida tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida.

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

6. Penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus dilakukan di tempat terbuka atau di luar ruangan.

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

7. Tidak mengijinkan anak-anak berada di sekitar tempat penyemprotan pestisida. a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju


(6)

8. Dosis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk pemakaian a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

9. Ketika melakukan penyemprotan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, yaitu: sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker/sapu tangan bersih untuk menutup hidung dan mulut. a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

10. Jenis alat pelindung diri yang cocok digunakan adalah masker, penutup kepala, dan penutup seluruh badan

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

11. Pada saat penyemprotan sebaiknya tidak makan, minum, dan merokok. a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

12. Cara menyemprot sebaiknya berlawanan arah angin. a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

13. Cara menyemprot sebaiknya pada saat hujan a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

14. Cara menyemprot sebaiknya pada saat terik matahari. a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

15. Cara menyemprot sebaiknya pada saat angin kencang a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju


(7)

16. Saat melakukan pencampuran pestisida sebaiknya menggunakan kayu a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

17. Setelah melakukan penyemprotan pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun.

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

18. Pakaian yang dipakai sewaktu penyemprotan tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain.

a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju

19. Pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan. a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

20. Sebaiknya setiap petani harus mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju

C. Aplikasi Penggunaan Pestisida

1. Apakah pestisida disimpan masih dalam kemasan aslinya? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

2. Apakah diletakkan dalam ruangan khusus yang ada ventilasinnya? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

3. Apakah terhindar langsung dari sinar matahari? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

4. Apakah tidak disatukan dengan gudang makanan? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak


(8)

5. Apakah tidak disatukan dengan dapur? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

6. Apakah ruangan penyimpanan terkunci? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

7. Apakah diberi tanda peringatan bahaya? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

8. Apakah disediakan serbuk gergaji atau pasir? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

9. Apakah saat melakukan pencampuran pestisida di rumah ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

10. Apakah saat melakukan pencampuran pestisida menggunakan wadah baskom/ember khusus ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

11. Apakah saat melakukan pencampuran pestisida dekat dengan sumber air/sumur ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

12. Apakah saudara sering menggunakan bekas kemasan pestisida untuk tempat lain? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak


(9)

13. Apakah saudara sering menggunakan bekas kemasan pestisida untuk tempat makanan?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

14. Apakah saat membersihkan peralatan (pakaian, APD, peralatan penyemprotan) pestisida menggunakan wadah baskom/ember khusus ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

15. Apakah saat membersikan peralatan pestisida dengan air sumur ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

16. Apakah membersikan peralatan pestisida (pakaian) tidak dicampur dengan pakaian keluarga?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

17. Apakah membersikan peralatan pestisida (pakaian) tidak dilakukan oleh anggota keluarga?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

Apakah setiap melakukan penyemprotan pestisida, Saudara menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ?

No. Alat Pelindung Diri Ya

Kadang-Kadang Tidak 18. Sarung Tangan

19. Baju Lengan Panjang 20. Celana Panjang 21. Topi

22. Sepatu Kebun 23. Masker Bersih 24. Sapu Tangan


(10)

D. Keluhan Kesehatan

1. Apakah Anda pernah mengalami keluhan-keluhan kesehatan seperti dibawah ini?

No. Keluhan kesehatan Selalu

Kadang-Kadang

Tidak Pernah 1. Sakit Kepala

2. Pusing 3. Mual

4. Muntah-Muntah 5. Mencret

6. Badan Lemah 7. Gugup

8. Gemetar

9. Kesadaran Hilang

2. Dan jika pernah ada keluhan/gangguan kesehatan khususnya setelah siap penyemprotan, biasanya penanganan apa yang Anda lakukan?

a. Segera berobat ke petugas kesehatan. b. Beli obat di warung dan istirahat. c. Istirahat dan banyak minum. d. Istirahat saja.


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F., 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Cetakan 1, Jakarta, Kompas Media Nusantara.

Ames RG, Brown SK, Mengle DC, Kahn E, Stratton JW, Jackson RJ. 1999. Protecting Agricultural Applicators From Over-Exposure To Cholinesterase-Inhibiting Pesticides: Perspectives From the California Programme. J Soc Occup Med. 1999 Autumn;39(3):85–92.

Armes N.J., Jadhav D.R., and Lonergan P.A., 1995. Insecticide Resistance In Helicoverpa (Hubner): Status And Prospects For Its Management in India. p. 522- 533. In Constable, G.A. dan N.W. Forrester (Eds.) Challenging the future: Proceedings of the World Cotton Conference I, Brisbane, Australia, February 14- 17 1994. CSIRO, Melbourne.

Ascherio A., et.al. 2006. Pesticide Exposure and Risk for Parkinson's Disease". Annals of Neurology 60 (2): 197-203

Barbara A. C., & Mary S. W. 2007. DDT and Breast Cancer in Young Women: New Data on the Significance of Age at Exposure. Environ Health Perspect. 2007;115:1406–1414

Direktorat Jenderal PPM & PLP. Depkes. RI. 2001. Pemeriksaan Cholinesterase Darah dengan Tintometer Kit. Jakarta.

Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Hallenbeck W.H. and Cunningham K.M., 1995. Quantitative Risk Assessment Of

Environmental And Occupational Health. Lewis Publishers, Inc., 121 South Main Street, Chelsea, Michigan, 202 p.p.

Himmawan L.S., 2006. Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung Pernapasanterhadap Kapasitas Fungsi Paru Petani Sayuranpengguna Pestisida Semprot. Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jendral Prasaran dan Sarana Pertanian; Direktorat Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian.

Kogan M., 1998. Integrated Pest Management: Historical Perspectives and Contemporary Developments, Annual Review of Entomology Vol. 43: 243-270.


(12)

Lawrence D., 2007. Chinese Develop Taste For Organic Food: Higher Cost No Barrier To Safer Eating. Bloomberg News, International Herald Tribune Retrieved on 2007-10-25.

Mekonnen Y. And Agonafir T., 2002. Pesticide Sprayers’ Knowledge, Attitude and Practice of Pesticide Use on Agricultural Farms of Ethiopia. Society of Occupational Medicine. 2002. Vol.52; 6: 311 – 315.

Miller G., 2004. Sustaining the Earth, 6th edition. Thompson Learning, Inc. Pacific Grove, California. Chapter 9, Pages 211-21

Murphy G., 2005. Resistance Management-Pesticide Rotation. Ontario Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs. Retrieved on September 15, 2007. Notoatmodjo S., 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Edisi Revisi

2012). Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Oka I.N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press.

PAN-AP. 2001. A Guide for The Training of Facilitators on Community. Based Pesticide Action Monitoring (CPAM).

Prabu. 2008. Pestisida Penghambat Kolinesterase. dalam:http://putraprabu. wordpress.com/2008/10/27/pestisida-penghambat-kholisterase/, diakses tanggal 14-November-2013

Prihadi. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Efek Kronis Keracunan Pestisida Organofosfat pada Petani Sayuran di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP, Semarang.

Reynolds J.D., 1997. International Pesticide Trade: Is There Any Hope For The Effective Regulation Of Controlled Substances? Florida State University Journal of Land Use & Environmental Law, Volume 131. Retrieved on 2007-10-16.

Riduwan. 2008. Metode dan Tehnik Penyusunan Tesis, Bandung, cetakan ke 5, Alfabeta.

Rudhy A., 2003. Jalan Pestisida Masuk. www.Angrek.info/indexl. diakses 5 November 2013

Runiafa Y.A., 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat Dan Kejadian Anemia Pada Petani Hortikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP. Semarang.


(13)

Schumutterer H., 1995. The Neem Tree, Source of Unique Natural Product for Integrated Pest Management, Medicine Industrial Other Purpose. VCH Verlagsgesellschaft, Vanheim. Federal Republic of Germany. Page 9.

Sudarmo S., 2007. Pestisida, Yogyakarta : Kanisius

Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida Nabati. Jakarta: Rineka Cipta

Suwarni A., 1997. Pemaparan dan Tingkat Keracunan Pestisida pada Tenaga Kerja Pertanian Bawang Merah dan Cabe di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. (Tesis). Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja Jurusan Ilmu-ilmu Kesehatan. Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Tengkano W., Harnoto M.T., dan Iman M., 1992. Dampak Negatif Insektisida Terhadap Musuh Alami Pengisap Polong. Seminar Hasil Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu. Kerjasama Program Nasional PHT, BAPPENAS dengan Faperta-IPB. 29 p.

Tugiyo. 2003. Pestisida pada Tenaga Kerja Perusahaan Pengendalian Hama di DKI Jakarta. Thesis Universitas Indonesia. Depok.

Untung K., 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Masalah Penggunaan Pestisida, WALHI, Jakarta.

Vreede J.A.F., Brouwer H., Stevenson and Van Hemmen, 1998. Exposure and Risk Estimation for Pesticides in High-volume Spraying. British Occupational Hygiene Society. Vol. 42; 3: 151-157.

WHO. 1996. Organophosphorus Insecticides: A General Introduction Environmental Health Criteria. WHO. Geneva.

Willson H.R., 1996. Pesticide Regulations. In: Radcliffe EB, Hutchison WD, eds. Radcliffe’s IPM World Textbook. St. Paul, Minn.: University of Minnesota; Available at: http://ipmworld.umn.edu/chapters/willson.htm. Wudianto R., 2008. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Swadaya. Jakarta.

Xiang H., Wang L., Stallones T.J., Keefe X., Huang and X.Fu, 2000. Agricultural Work-Related Injuries Among Farmers in Hubei, People’s Republic of China. American Journal of Public Health. 2000; 90 : 1269 – 1276.

Yuantari M.G.C. 2013. Dampak Pestisida Organoklorin Terhadap Kesehatan Manusia Dan Lingkungan Serta Penanggulangannya. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. Prosiding Seminar Nasional Peran Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia.


(14)

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survey bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui perilaku dan aplikasi penggunaan pestisida dalam kaitannya dengan keluhan kesehatan petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir.

.3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat petani, yaitu petani bawang yang tinggal di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir yaitu sebanyak, 132 keluarga.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diuji. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Yamane dalam Riduwan (2008) :


(15)

1 . 2 

d N

N n

Dimana : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d2 = presesi yang ditetapkan (d = 10%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel (n) sebagai berikut :

1 ) 1 , 0 ( 132 132 2  n

0,01

1 132

132

 

n

n = 56,89  57 orang

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 57 orang. Teknik sampling dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat petani yang tinggal di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. Dimana masing-masing responden diberi nomor urut sesuai dengan abjad nama atau urutan nomor. Dengan kertas gulungan yang berisi nomor-nomor responden, dilakukan lotre seperti cara lotre yang sudah umum dikenal.

3.5.Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dengan menggunakan kusioner sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil dokumentasi/arsip laporan dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir.


(16)

3.5. Definisi Operasional

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang penggunaan pestisida yang tepat.

b. Sikap adalah tanggapan responden terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang penggunaan pestisida.

c. Aplikasi pestisida adalah segala perbuatan yang telah dilakukan responden dalam hal penggunaan pestisida.

d. Keluhan kesehatan adalah ada tidaknya keluhan kesehatan yang dialami petani dalam 1 bulan terakhir akibat penggunaan pestisida yang ditandai dengan sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kesadaran hilang, sesak nafas, pusing, mual muntah dan mata berair.

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Perilaku

1. Pengetahuan

Untuk mengukur variabel pengetahuan didasarkan dari 15 pertanyaan. Bila responden menjawab dengan benar diberi skor 1, dan jika salah diberi skor 0. Sehingga tertinggi yang dapat diperoleh adalah sebanyak 15. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

a. Baik, jika responden memperoleh nilai >70% dari skor total (skor 11-15) b. Sedang, jika responden memperoleh nilai 40-70% dari skor total (skor 6-10) c. Buruk, jika responden memperoleh nilai <40% dari skor total (skor 0-5)

Pilihan jawaban yang benar pada kuesioner pengetahuan adalah:


(17)

1. C 2. A 3. B 4. C 5. A 6. B 7. A 8. A

9. C 10. A 11. B 12. A 13. A 14. C 15.A

2. Sikap

Sikap responden diukur melalui 20 pernyataan. Bila responden menjawab setuju diberi nilai 2, menjawab kurang setuju diberi skor 1, dan jawaban tidak setuju diberi nilai 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat diperoleh responden adalah 40. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu: a. Baik, jika responden memperoleh nilai >70% dari skor total (skor 31-40) b. Sedang, jika responden memperoleh nilai 40-70% dari skor total (skor 16-30) c. Buruk, jika responden memperoleh nilai <40% dari skor total (skor 0-15) 3.6.2. Aplikasi Penggunaan Pestisida

Aplikasi penggunaan pestisida diukur melalui 18 pertanyaan. Bila responden memilih pilihan jawaban “ya” diberi nilai 2, jawaban ”kadang-kadang” diberi nilai 1, dan jika memilih ‘Tidak pernah” diberi nilai 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat diperoleh responden adalah 36. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

a. Baik, jika responden memperoleh nilai >70% dari skor total (skor 28-36) b. Sedang, jika responden memperoleh nilai 40-70% dari skor total (skor 14-27) c. Buruk, jika responden memperoleh nilai 40% dari skor total (skor 0-13)


(18)

3.6.3. Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan yang dialami petani dalam 1 bulan terakhir akibat penggunaan pestisida.

a. Mengalami keluhan kesehatan, ditandai dengan adanya 1 atau lebih keluhan, seperti: sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kesadaran hilang, sesak nafas, pusing, mual muntah dan mata berair.

b. Tidak mengalami keluhan kesehatan.

3.7. Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(19)

4.1. Gambaran Umum Desa Urat II

Desa Urat II merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir. Secara administratif batas-batas wilayah Desa Urat II adalah sebagai berikut:

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gopal

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sideak

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Parsaoran

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba.

Jumlah rumah tangga yang ada di Desa Urat II tahun 2013 sebanyak 268 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 1.175 jiwa (483 jiwa laki-laki dan 692 jiwa perempuan).

Kegiatan ekonomi terbesar masyarakat Desa Urat II adalah sektor pertanian, termasuk kegiatan peternakan dan perikanan. Budidaya pertanian yang dilakukan umumnya pada lahan kering dengan budidaya tanaman pangan dan perkebunan (kopi, kelapa, cengkeh, kemiri, dan coklat).

Masyarakat Desa Urat II secara umum terdiri dari suku Batak Toba. Budaya Batak Toba umumnya menganut sistem kekeluargaan.


(20)

4.2. Gambaran Karakteristik Responden

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini akan diuraikan gambaran data demografi terhadap 57 responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, lama bertani, dan lama kerja.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Karakteristik Frekuensi Persentase

1. Umur :

a. 35-39 tahun b. 40-44 tahun c. 45-49 tahun d. 50-54 tahun

e. ≥ 55 tahun

7 7 14 19 10 12.3 12.3 24.6 33.3 17.5

Total 57 100.0

2. Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan

33 24

57.9 42.1

Total 57 100.0

3. Pendidikan: a. Tidak Sekolah b. Sekolah Dasar

c. Sekolah Menengah Pertama d. Sekolah Menangah Atas

10 16 19 12 17.5 28.1 33.3 21.1

Total 57 100.0

4. Lama Bertani: a. 1-5 tahun b. 5-10 tahun c. >10 tahun

2 7 42 3.5 12.3 84.2

Total 57 100.0

5. Lama Kerja a. 4-6 jam/hari b. 7-9 jam/hari

10 47

17.5 82.5

Total 57 100.0

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada umumnya responden berjenis kelamin laki-laki (57.9%) yang berumur antara 50-54 tahun (33.3%) dan 45-49 tahun (24.6%). Dilihat dari sisi latar belakang pendidikan, bahwa responden dalam


(21)

penelitian ini didominasi oleh responden dengan latar belakang pendidikan pada tingkat menengah pertama (33.3%). Berdasarkan lama bertani, mayoritas responden sudah bertani lebih dari 10 tahun (84.2%), sebanyak 40 orang (46,5%) responden bekerja sebagai petani/buruh tani, dan dengan lama kerja antara 7-9 jam/hari (82.5%).

4.3. Pengetahuan

Pengetahuan yang diukur berkenaan dengan segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang penggunaan pestisida yang tepat. Pengkategorikan pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penggunaan Pestisida yang Tepat di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Pengetahuan Frekuensi Persentase

1. Baik 7 12.3

2. Sedang 39 68.4

3. Buruk 11 19.3

Jumlah 57 100.0

Pada Tabel 4.2. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kategori sedang yaitu sebanyak 39 orang (68,4%).

Rincian jawaban responden dalam mengukur pengetahuan tentang penggunaan pestisida yang tepat dapat diuraikan sebagai berikut.


(22)

Tabel 4.3. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Pengetahuan tentang Penggunaan Pestisida yang Tepat di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Pertanyaan Frekuensi Persentase

1. Pengertian pestisida.

a.Zat untuk menyuburkan tanah

b.Obat tanaman

c.Zat untuk mencegah dan membunuh hama tanaman

2 28 27 3.5 49.1 47.4

Total 57 100.0

2. Macam bentuk formulasi pestisida.

a.Bentuk kering, butiran dan cair

b.Bentuk cair

49 8

86.0 14.0

Total 57 100.0

3. Jenis pestisida yang dibeli dalam memberantas hama dan penyakit

tanaman.

a.Pestisida yang disarankan oleh distributor.

b.Pestisida yang sesuai dengan jenis hama

28 29

49.1 50.9

Total 57 100.0

4. Prinsip penggunaan pestisida.

a.Pemilihan pestisida sesuai dengan jenis hama

b.Tepat waktu, tepat dosis / konsentrasi, dan tepat tepat cara

49 8

86.0 14.0

Total 57 100.0

5. Cara aplikasi pestisida yang umum digunakan oleh petani.

a.Cara penaburan dan penyemprotan

b.Hanya penyemprotan

49 8

86.0 14.0

Total 57 100.0

6. Waktu yang paling sering menimbulkan kontaminasi pestisida.

a.Mencampur pestisida.

b.Menyemprotkan pestisida.

18 39

31.6 68.4

Total 57 100.0

7. Cara menentukan dosis pestisida.

a.Sesuai dengan aturan pakai yang ada pada label pestisida.

b.Dengan dikira-kira saja.

11 46

19.3 80.7

Total 57 100.0

8. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan aplikasi

pestisida.

a.Harus memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan,

baju lengan panjang, celana panjang, dan masker.

b.Tidak dibenarkan makan dan minum, kecuali merokok.

52 5

91.2 8.8

Total 57 100.0

9. Aplikasi penyemprotan pestisida tidak lebih dari ….sehari

a.6 jam dalam sehari

b.5 jam dalam sehari

51 6

89.5 10.5

Total 57 100.0

10. Jalan pestisida masuk kedalam tubuh.

a.Mulut, kulit, hidung, mata, dan luka

b.Hanya melalui hidung

53 4

93.0 7.0

Total 57 100.0

11. Gejala dan tanda-tanda keracunan pestisida.

a.Diare, demam, stress, dan mual-mual

b.Pusing, muntah-muntah, kejang-kejang, ludah berlebihan

4 53

7.0 93.0


(23)

Tabel 4.3. (Lanjutan)

No. Pertanyaan Frekuensi Persentase

12. Tindakan/cara pertolongan jika terjadi keracunan.

a.Segera dibawa ke sarana kesehatan / Puskesmas

b.Mencuci kulit yang terkena

55 2

96.5 3.5

Total 57 100.0

13. Cara membuang bekas kemasan / kaleng pestisida.

a.Kaleng/plastik dilubangi dahulu dan ditanam dalam tanah jauh

dari sumber air

b.Dapat dibakar dekat permukiman

c.Mengumpulkannya di belakang rumah

11 28 18 19.3 49.1 31.6

Total 57 100.0

14. Cara penyimpanan pestisida.

a.Diletakkan saja dekat dapur.

b.Digantung di atas paku dibelakang rumah

31 26

54.4 45.6

Total 57 100.0

15. Cara membersihkan alat-alat yang digunakan sesudah

penyemprotan.

a.Dicuci dengan sabun dan tidak mencemari air (air minum dan

air sungai)

b.Dicuci di belakang rumah

5 52

8.8 91.2

Total 57 100.0

Berdasarkan hasil penelitian diketahui masih banyak (49,1%) responden mengatakan bahwa pestisida adalah merupakan obat tanaman (49,1%), sebanyak 49,1% mengatakan bahwa jenis pestisida yang dibeli dalam memberantas hama dan penyakit tanaman adalah pestisida yang disarankan oleh distributor, dan sebanyak 31,6% responden mengatakan bahwa waktu yang paling sering menimbulkan kontaminasi pestisida adalah pada saat mencampur pestisida. Dari hasil juga terlihat sebagian besar responden mengatakan bahwa cara membuang bekas kemasan / kaleng pestisida adalah dengan dibakar dekat pemukiman (49,1%) dan mengumpulkannya di belakang rumah (31,6%), serta sebanyak 54,4% responden mengatakan bahwa cara penyimpanan pestisida adalah dengan meletakannya saja dekat dapur.

Meskipun banyak responden yang menjawab salah pada beberapa pertanyaan tentang penggunaan pestisida, namun dari hasil juga terlihat bahwa pada pertanyaan


(24)

tertentu mayoritas responden dapat menjawab dengan benar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 86,0% reponden mengatakan bahwa macam bentuk formulasi pestisida, yaitu bentuk kering, butiran dan cair, sebanyak 86,0% reponden mengatakan bahwa prinsip penggunaan pestisida adalah dengan cara pemilihan pestisida sesuai dengan jenis hama, dan sebanyak 86,0% responden mengatakan bahwa cara aplikasi pestisida yang umum digunakan oleh petani adalah dengan cara penaburan dan penyemprotan.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui sebanyak 91,2% responden mengatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan aplikasi pestisida yaitu harus memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, dan masker. Sebanyak 93,0% responden mengatakan bahwa jalan pestisida masuk kedalam tubuh adalah melalui mulut, kulit, hidung, mata, dan luka. Gejala dan tanda-tanda keracunan pestisida. Sebanyak 93.0% responden mengatakan bahwa gejala dan tanda-tanda keracunan pestisida adalah pusing, muntah-muntah, kejang-kejang, dan ludah berlebihan.

4.4. Sikap

Pengkategorikan sikap responden terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang penggunaan pestisida dapat dilihat pada Tabel 4.4. di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Sikap Frekuensi Persentase

1. Baik 40 70.2

2. Sedang 17 29.8


(25)

Dari Tabel 4.4. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap kategori baik yaitu sebanyak 40 orang (70.2%).

Rincian jawaban responden tentang sikap terhadap penggunaan pestisida dapat dilihat pada Tabel 4.5. di bawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Indikator Pertanyaan tentang Sikap terhadap Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Pernyataan

Jawaban

n %

Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju

f % f % f %

1. Sebelum menggunakan pestisida

perlu terlebih dahulu membaca petunjuk pemakaian pestisida

51 89.5 6 10.5 0 0.0 57 100.0

3. Pestisida harus ditempatkan di

tempat khusus dan tidak mudah dijangkau anak-anak serta harus disimpan di wadah aslinya

48 84.2 9 15.8 0 0.0 57 100.0

4. Pestisida berbahaya jika diangkut

bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan.

46 80.7 11 19.3 0 0.0 57 100.0

5. Pencampuran satu jenis pestisida

tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida

38 66.7 14 24.6 5 8.8 57 100.0

6. Penakaran, pengeceran atau

pencampuran pestisida harus

dilakukan di tempat terbuka atau di luar ruangan

55 96.5 2 3.5 0 0.0 57 100.0

7. Tidak mengijinkan anak-anak berada

di sekitar tempat penyemprotan pestisida

56 98.2 1 1.8 0 0.0 57 100.0

8. Dosis pestisida yang digunakan harus

sesuai dengan petunjuk pemakaian 33 57.9 16 28.1 8 14.0 57 100.0

9. Ketika melakukan penyemprotan

sebaiknya menggunakan alat

pelindung diri yang lengkap.

51 89.5 6 10.5 0 0.0 57 100.0

10. Jenis alat pelindung diri yang cocok

digunakan adalah masker, penutup kepala, dan penutup seluruh badan

51 89.5 6 10.5 0 0.0 57 100.0

11. Pada saat penyemprotan sebaiknya


(26)

Tabel 4.5. (Lanjutan)

No. Pernyataan

Jawaban

n %

Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju

f % f % f %

12. Cara menyemprot sebaiknya

berlawanan arah angin 0 0.0 2 3.5 54 94.7 57 100.0

13. Cara menyemprot sebaiknya pada

saat hujan 0 0.0 3 5.3 54 94.7 57 100.0

14. Cara menyemprot sebaiknya pada

saat terik matahari 29 50.9 21 36.8 7 12.3 57 100.0

15. Cara menyemprot sebaiknya pada

saat angin kencang 0 0.0 5 8.8 52 91.2 57 100.0

16. Melakukan pencampuran pestisida

sebaiknya menggunakan kayu 56 98.2 1 1.8 0 0.0 57 100.0

17. Setelah melakukan penyemprotan

pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun

42 73.7 15 26.3 0 0.0 57 100.0

18. Pakaian yang dipakai sewaktu

penyemprotan tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain

34 59.6 19 33.3 4 7.0 57 100.0

19. Pengelolaan pestisida yang tidak baik

dapat menyebabkan gangguan

kesehatan

46 80.7 11 19.3 0 0.0 57 100.0

20. Sebaiknya setiap petani harus

mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida

40 70.2 17 29.8 0 0.0 57 100.0

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa meskipun sebagian besar responden memiliki sikap positif terhadap penggunaan pestisida, namun masih banyak juga responden yang menjawab kurang setuju. Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak 89.5% responden mengatakan setuju bahwa dalam penggunakan pestisida perlu terlebih dahulu membaca petunjuk pemakaian pestisida, dan semua responden (100%) mengatakan setuju bahwa pestisida yang digunakan harus pestisida yang terdaftar atau memiliki ijin dari dinas pertanian.


(27)

Dari hasil juga diketahui sebanyak 84.2% setuju agar pestisida harus ditempatkan di tempat khusus dan tidak mudah dijangkau anak-anak serta harus disimpan di wadah aslinya, sebanyak 80.7% setuju bahwa pestisida berbahaya jika diangkut bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan, sebanyak 66.7% setuju bahwa pencampuran satu jenis pestisida tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida, sebanyak 96.5% setuju bahwa penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus dilakukan di tempat terbuka atau di luar ruangan, dan sebanyak 98.2% setuju agar tidak mengijinkan anak-anak berada di sekitar tempat penyemprotan pestisida.

4.5. Aplikasi

Pengkategorikan tindakan responden dalam hal penggunaan pestisida dapat dilihat pada Tabel 4.6. di bawah ini.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Aplikasi dalam Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Aplikasi Frekuensi Persentase

1. Baik 23 26,7

2. Sedang 18 21,0

3. Buruk 45 52,3

Jumlah 100,0

Dari Tabel 4.6. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan dalam mengaplikasikan pestisida kategori buruk yaitu sebanyak 45 orang (52,3%).

Rincian jawaban responden tentang tindakan terhadap penggunaan pestisida dapat dilihat pada Tabel 4.7. di bawah ini.


(28)

Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Indikator Pertanyaan tentang Aplikasi dalam Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Pernyataan

Jawaban

n %

Ya

Kadang-Kadang Tidak

f % f % f %

1. Pestisida disimpan masih dalam

kemasan aslinya. 20 35.1 37 64.9 0 0.0 57 100.0

2. Pestisida diletakkan dalam ruangan

khusus yang ada ventilasinya. 2 3.5 2 3.5 53 93.0 57 100.0

3. Pestisida disimpan terhindar langsung

dari sinar matahari. 46 80.7 11 19.3 0 0.0 57 100.0

4. Pestisida disimpan tidak disatukan

dengan gudang makanan. 8 14.0 31 54.4 18 31.6 57 100.0

5. Penyimpanan pestisida tidak disatukan

dengan dapur. 3 5.3 49 86.0 5 8.8 57 100.0

6. Ruangan penyimpanan pestisida

terkunci. 2 3.5 0 0.0 55 96.5 57 100.0

7. Diberi tanda peringatan bahaya. 2 3.5 0 0.0 55 96.5 57 100.0

8. Disediakan serbuk gergaji atau pasir. 2 3.5 2 3.5 53 93.0 57 100.0

9. Melakukan pencampuran pestisida di

rumah. 10 17.5 46 80.7 1 1.8 57 100.0

10. Melakukan pencampuran pestisida

menggunakan wadah ember khusus. 1 1.8 34 59.6 22 38.6 57 100.0

11. Melakukan pencampuran pestisida

dekat dengan sumber air/sumur. 7 12.3 49 86.0 1 1.8 57 100.0

14. Membersihkan peralatan (pakaian,

APD, peralatan penyemprotan)

pestisida menggunakan wadah

baskom/ember khusus.

0 0.0 19 33.3 38 66.7 57 100.0

15. Membersikan peralatan pestisida

dengan air sumur. 14 24.6 41 71.9 2 3.5 57 100.0

16. Apakah membersikan peralatan

pestisida (pakaian) tidak dicampur dengan pakaian keluarga?

0 0.0 55 96.5 2 3.5 57 100.0

Melakukan penyemprotan pestisida, dengan menggunakan APD.

18. Sarung Tangan 0 0.0 15 26.3 42 73.7 57 100.0

19. Baju Lengan Panjang 11 19.3 46 80.7 0 0.0 57 100.0

20. Celana Panjang 9 15.8 48 84.2 0 0.0 57 100.0

21. Topi 0 0.0 43 75.4 14 24.6 57 100.0


(29)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada umumnya responden menjawab kadang-kadang dan menjawab tidak pernah pada setiap pertanyaan. Sebanyak 93.0% responden mengatakan tidak metakkan pestisida dalam ruangan khusus yang ada ventilasinya, sebanyak 54,4% responden mengatakan kadang-kaddang menyimpan pestisida yang disatukan dengan gudang makanan, sebanyak 86.0% responden mengatkan kadang-kadang melakukan penyimpanan pestisida yang disatukan dengan dapur, dan sebanyak 96.5% responden melakukan penyimpanan pestisida tidak diruangan terkunci.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa sebanyak 96.5% responden tidak menyimpan pestisida dengan memberi tanda peringatan bahaya, dan sebanyak 93,0% responden tidak menyimpan pestisida dengan menyediakan serbuk gergaji atau pasir. Dari hasil juga terlihat bahwa pada umumnya responden tidak menggunakan APD pada saat melakukan penyemprotan pestisida, yaitu tidak menggunakan sarung tangan (73.7%), topi (24.6%), sepatu kebun (70.2%), dan semua responden tidak menggunakan masker bersih dan sapu tangan.

4.6. Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan merupakan gangguan kesehatan yang dialami petani dalam 1 bulan terakhir yang mengkin akibat dari penggunaan pestisida. Gambaran keluhan kesehatan responden dapat dilihat pada Tabel 4.8.


(30)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Keluhan kesehatan

Jawaban

n %

Selalu

Kadang-Kadang Tidak

f % f % f %

1. Sakit Kepala 0 0.0 57 100.0 0 0.0 57 100.0

2. Pusing 5 8.8 50 87.7 2 3.5 57 100.0

3. Mual 0 0.0 43 75.4 14 24.6 57 100.0

4. Muntah-Muntah 0 0.0 4 7.0 53 93.0 57 100.0

5. Mencret 0 0.0 47 82.5 10 17.5 57 100.0

6. Badan Lemah 0 0.0 54 94.7 3 5.3 57 100.0

7. Gugup 0 0.0 3 5.3 54 94.7 57 100.0

8. Gemetar 2 3.5 21 36.8 34 59.6 57 100.0

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa semua responden pernah mengalami keluhan kesehatan dalam 1 bulan terakhir yang mengkin akibat dari penggunaan pestisida. Keluhan kesehatan yang kadang-kadang dialami responden dalam 1 bulan terakhir adalah: sakit kepala (100%), pusing (87,7%), mual (75,4%), muntah-muntah (7,0%), mencret (82,5%), badan lemah (94,7%), gugup (5,3%), dan gemetar (36,8%).

4.7. Penanganan Keluhan Kesehatan

Penanganan yang umumnya dilakukan oleh responden jika mengalami keluhan kesehatan setelah siap penyemprotan dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Penanganan Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir

No. Penanganan Frekuensi Persentase

1. Segera berobat ke petugas kesehatan 19 33.3

2. Beli obat di warung dan istirahat 18 31.6

3. Istirahat saja 3 5.3

4. Dibiarkan saja karena sudah terbiasa 17 29.8


(31)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umumnya responden segera berobat ke petugas kesehatan (33,3%) dan membeli obat di warung (31,6%) apabila responden mengalami keluhan kesehatan akibat penyemprotan pestisida.


(32)

5.1. Pengetahuan dalam Penggunaan Pestisida

Penggunaan pestisida oleh petani di Desa Urat II dari tahun ke tahun semakin meningkat. Praktek penggunaan pestisida pada umumnya tidak didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi. Beberapa praktek yang umum dilakukan oleh petani antara lain adalah penyemprotan pestisida dengan dosis tinggi, pencampuran dengan berbagai jenis pestisida dan bahan lain, metode dan teknik penyemprotan yang belum atau tidak benar, frekuensi penyemprotan yang tinggi dan tidak memperhatikan waktu penyemprotan terakhir sebelum panen.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar petani memiliki pengetahuan sedang (68,4%) dan buruk (19.3%). Pada umumnya petani belum mengetahui pengertian pestisida, jenis pestisida yang dibeli dalam memberantas hama dan penyakit tanaman, waktu yang paling sering menimbulkan kontaminasi pestisida, cara menentukan dosis pestisida, cara membuang bekas kemasan pestisida, dan cara penyimpanan pestisida.

Hasil yang sama juga diperoleh Yuantari (2013), bahwa tingkat pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida dan bahayanya masih kurang. Menurut pengetahuan Petani di Desa Curut bahwa penggunaan pestisida boleh dicampur tanpa memperhatikan komposisi serta jenis pestisida 61,1% menyatakan benar; 40,7% tidak perlu membaca label pada kemasan; 64,8% petani mencampur pestisida berdasarkan petunjuk teman (sesama petani). 79,6% petani melakuan pencampuran didekat


(33)

sumber air. Penyemprotan pestisida sesuai dengan kebiasaan tanpa melihat arah angin 85,2%. Setelah melakukan penyemprotan 83,3% Petani tidak membersihan alat semprot dengan alasan masih digunakan untuk menyemprot.

Dengan kurangnya pengetahuan petani, maka semakin buruk petani tersebut melakukan penanganan pestisida sehingga dapat mengakibatkan kemungkinan petani terpapar oleh pestisida lebih besar. Rendahnya pengetahuan petani dapat dikarenakan kebiasaan dan rutinitas petani dalam melakukan penyemprotan pestisida sehari-hari. Dimana petani sering mengambil langkah praktis dalam melakukan penyemprotan pestisida, mereka langsung menyemprot tanaman dengan pestisida tanpa memperhatikan nilai ambang dosis anjuran dan jenis pestisida. Petani tersebut juga melakukan penyemprotan tidak mempertimbangkan bahaya yang diakibatkan oleh pestisida tersebut. Petani diantaranya lebih menitikberatkan pada penghematan biaya dalam membeli pestisida, biasanya pestisida yang harganya mahal dicampur dengan pestisida yang harganya murah.

Penggunaan pestisida yang baik harus memperhatikan prinsip yaitu: mempertimbangkan ambang ekonomi hama, konsentrasi dosis yang tepat, yang residunya pendek, Penggunaan pestisida pada saat hama berada pada titik terlemah. Petani dalam melakukan penyemprotan pestisida menganggap pestisida sama dengan menggunaan pupuk dan pelaksanaannya mutlak dilaksanakan. Pada umumnya para petani meningkatkan dosis dalam mengatasi hama tanaman yang membandel tanpa memperhitungkan sifat bahan pestisida tersebut baik persisten maupun akumulatif didalam tanaman.


(34)

Penyemprotan pestisida pada tanaman bawang di daerah penelitian biasanya terdiri dari insektisida, fungisida, dan pupuk. Penyemprotan seperti ini dapat membahayakan para petani apabila tidak memperhatikan kaidah yang ditentukan. Pada umumnya petani mencampur lebih dari 2 jenis pestisida untuk satu kali penyemprotan, mereka melakukan penyemprotan seperti ini dikarenakan untuk menghemat waktu dan tenaga.

Penyemprotan yang tidak sesuai dengan dosis juga dikarenakan oleh apabila pestisida tersebut tidak dapat membunuh hama, maka petani akan meningkatkan dosis, selanjutnya apabila hama tersebut masih belum dapat ditangani petani tersebut akan mencampur pestisida yang satu dengan pestisida yang lain yang harganya murah, sedangkan pestisida yang dilarang peredarannya merupakan pestisida yang harganya murah.

Dalam melakukan penyemprotan pestisida beberapa petani melakukan penyemprotan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu, mereka berangggapan bahwa penyemprotan pestisida mutlak dilakukan, dan mereka beranggapan penyemprotan pestisida bukan bertujuan untuk mengendalikan hama tanaman, tetapi mereka beranggapan untuk mencegah timbulnya hama tanaman tertentu. Ada juga petani yang merokok pada saat melakukan penyemprotan.

Djojosumarto (2006) menyatakan bahwa masih banyak petani di Indonesia yang tidak mengetahui tingkat toksisitas pestisida yang mereka gunakan dan seringkali mereka menggunakannya tanpa memenuhi aturan yang diberikan. Selain toksisitas pestisida, konsentrasi pestisida juga harus diperhatikan. Semakin pekat pestisida (berarti konsentrasinya makin tinggi) maka semakin besar bahayanya.


(35)

5.2. Sikap dalam Penggunaan Pestisida

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar petani memiliki sikap kategori baik (70.2%), namun masih banyak juga petani yang menjawab kurang setuju tentang dosis dan cara penyemprotan pestisida. Menurut Notoatmodjo (2012), seseorang telah setuju terhadap objek, maka akan terbentuk pula sikap positif terhadap obyek yang sama. Apabila sikap positif terhadap suatu program atau obyek telah terbentuk, maka diharapkan akan terbentuk niat untuk melakukan program tersebut. Bila niat itu betul-betul dilakukan, hal ini sangat bergantung dari beberapa aspek seperti tersediannya sarana dan prasarana serta kemudahan-kemudahan lainnya, serta pandangan orang lain disekitarnya. Niat untuk melakukan tindakan, misalnya menggunakan alat pelindung diri secara baik dan benar pada saat melakukan penyemproan pestisida, seharusnya sudah tersedia dan praktis sehingga petani mau menggunakannya. Hal ini merupakan dorongan untuk melakukan tindakan secara tepat sesuai aturan kesehatan sehingga risiko terjadinya keacunan pestisida dapat dicegah atau dikurangi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 50.9% responden mengatakan setuju agar penyemprotan dilakukan pada saat terik matahari. Sehingga hal tersebut akan menambah peluang terjadinya keracunan karena suhu yang tinggi akan menyebabkan metabolisme di dalam tubuh meningkat dan penyerapan pestisida ke dalam tubuh menjadi semakin besar. Menurut Prabu (2008), suhu lingkungan yang buruk bagi petani penyemprot pestisida adalah jika lebih tinggi dari suhu tubuh manusia yaitu 27 0C. Jika suhu lingkungan tinggi, maka suhu tubuh pun akan meningkat.38 Suhu badan yang tinggi akan menyebabkan vasodilasi yaitu pembuluh


(36)

darah mengembang untuk berdekatan dengan kulit (lingkungan luar) yang memungkinkan panas dibebaskan keluar, lebih banyak darah pada kulit untuk memudahkan panas darah terbebas keluar melalui proes penyinaran dan berpeluh, air keringat yang dirembes oleh kelenjar keringat mempunyai panas tertentu sehingga dapat menyerap panas yang tinggi dan terbebas ke lingkungan sekitar apabila air keringat menguap. Selain itu, meningkatnya suhu tubuh juga dapat meningkatkan metabolisme rate dengan setiap peningkatan 1% suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia. Hal ini mendukung dugaan bahwa suhu lingkungan yang tinggi pada saat penyemprotan akan menyebabkan proses kontaminasi yang lebih besar terutama melalui kulit.

Pestisida yang umum digunakan petani di lokasi penelitian adalah golongan orghanoposfat. Menurut Khodijah (2012), dampak keracunan kronis tidak langsung dirasakan. Namun dalam waktu lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Seperti, gangguan terhadap syaraf, hati (liver), perut, sistem kekebalan dan hormon. Gejala keracunan ini baru kelihatan setelah beberapa beberapa tahun kemudian.

Mekonnen dan Agonafir (2002), menyatakan bahwa pengelolaan pestisida yang baik merupakan cara yang paling penting dalam mencegah keracunan akibat pestisida, antara lain menghindari cuaca yang panas dan berangin saat penyemprotan, penggunaan alat pelindung diri secara lengkap dan benar, praktek pencampuran dan penuangan pestisida pada sprayer.


(37)

5.3. Aplikasi dalam Penggunaan Pestisida

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar petani mengaplikasikan pestisida kategori buruk (52,3%). Pada umumnya petani tidak menggunakan APD pada saat melakukan penyemprotan pestisida, yaitu tidak menggunakan sarung tangan, topi, sepatu kebun, dan semua responden tidak menggunakan masker bersih dan sapu tangan. Dimana petani yang mengaplikasikan pestisida yang tidak sesuai dengan aturan, maka akan dapat meningkatkan risiko mengalami keluhan kesehatan. Pernyataan tersebut senada dengan Prihadi (2007), yang menyatakan bahwa petani yang praktek penanganan pestisida buruk mempunyai resiko 17 kali lebih besar terkena keracunan pestisida dibandingkan petani yang baik dalam praktek penanganan pestisida.

Petani pada lokasi penelitian pada umumnya tidak langsung mencuci pakaian yang digunakan tetapi mereka menjemur kembali pakaian mereka untuk digunakan pada saat penyemprotan selanjutnya. Kebiasaan ini dapat berakibat keracunan pada petani tersebut yaitu masuknya bahan kimia dari pestisida melalui kulit, bahan racun tersebut memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak

Pada umumnya perilaku petani di daerah ini menggunakan APD yang tidak lengkap, mereka pada umumnya hanya menggunakan APD yang berupa baju lengan panjang, celana panjang dan topi. Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian alat pelindung diri lengkap yaitu : baju lengan panjang, celana panjang, masker, topi, kaca


(38)

mata, kaos tangan dan sepatu boot. Pemakaian APD dapat mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat dikurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindari. Semua petani tidak menggunakan masker pelindung karena merasa tidak nyaman, panas, sulit bekerja dan yang paling utama adalah karena tidak mengetahui manfaatnya dan dampaknya bila terpapar oleh pestisida melalui pernafasan dan kulit.

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya. Penggunaan pestisida pada petani dengan cara penyemprotan. Petani yang tidak dilengkapi alat pelindung diri pada saat menggunakan pestisida, besar kemungkinan akan terpapar pestisida yang dapat memasuki tubuh baik melalui pernapasan maupun kontak dengan kulit. Selain kecerobohan pada saat penggunaan pestisida di bidang pertanian, juga ketidaktahuan atau karena higiene perorangan masyarakat yang menggangap remeh dampak buruk terhadap kesehatan (Achmadi, 1993)

Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam tempat yang khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau temak. Jauhkan dari tempat minuman, makanan dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci tersebut dengan ventilasi yang baik. Tidak terkena langsung sinar matahari dan ruangan tidak bocor karena air hujan. Hal


(39)

tersebut kesemuanya dapat menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida (Kementerian Pertanian RI, 2011).

5.4. Keluhan Kesehatan akibat Penggunaan Pestisida

Penggunaan pestisida bisa mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa semua petani mengalami keluhan kesehatan dalam 1 bulan terakhir akibat penggunaan pestisida. Keluhan kesehatan yang kadang-kadang dialami responden dalam 1 bulan terakhir adalah: sakit kepala (100%), pusing (87,7%), mual (75,4%), muntah-muntah (7,0%), mencret (82,5%), badan lemah (94,7%), gugup (5,3%), dan gemetar (36,8%). Dari hasil terlihat bahwa sakit kepala merupakan keluhan kesehatan yang diderita semua petani akibat penggunaan pestisida. Menurut Sudarmo (2007), sakit kepala atau dalam dunia kedokteran disebut Cephalgia yaitu satu keluhan fisik paling utama yang sering manusia rasakan.

Dalam kajian yang dilakukan oleh kumpulan multidisiplin dari Universitas Chulalongkorn kepada 150 petani sayuran di Bang Bua Thong, dekat Bangkok, dihasilkan bahwa gangguan yang dialami oleh petani adalah kelelahan (61%), sakit kepala (39%), pusing-pusing (47%), sesak napas ( 35%), mual atau muntah (33%) (Azman dalam Himmawan, 2006). Sedangkan menurut hasil penelitian selama 2 tahun di Malaysia mengungkapkan bahwa 72 wanita penyemprot hama di 17 ladang pertanian di Malaysia mengalami gangguan kesehatan yang serius, gejala yang muncul di antaranya kelelahan, muntah, sulit bernapas, dada terasa tertekan, sakit kepala (Yun dalam Himmawan, 2006). Dari Survei yang dilakukan


(40)

FAO tahun 2005 pada bawang merah menunjukkan, sejumlah petani di Brebes mengalami gejala-gejala keracunan pestisida, seperti sesak napas, pusing, mual, muntah-muntah, tangan bergetar tak terkendali (Untung, 2005).

Tingginya keluhan kesehatan petani dikarenakan bahwa selama itu petani terpapar pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman pertaniannya. Racun pestisida ini masuk ke dalam tubuh bisa melalui kulit karena petani tidak pernah menggunakan sarung tangan, dan terhirup lalu masuk melalui sistem pernafasan karena petani tidak menggunakan masker. Selain itu penyemprotan dilakukan secara berlawanan arah dengan arah angin, sehingga pestisida yang disemprotkan berbalik terbawa angin ke arah petani. Seharusnya penyemprotan dilakukan searah dengan arah angin. Sehingga dampak dari penggunaan pestisida yang salah menyebabkan petani sering merasa pusing, dan badan terasa lemah.

Umumnya, kasus keracunan dikalangan petani terjadi karena beberapa hal. Pengaplikasian pestisida, terutama penyemprotan merupakan pekerjaan yang paling mudah dan paling sering menimbulkan kontaminasi kulit. Kontaminasi juga sering terjadi karena menyeka wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminasi. Petani tidak memiliki informasi yang benar dan akurat tentang pestisida, resiko penggunaan, serta teknik penggunaan atau aplikasi pestisida yang benar dan bijaksana. Biasanya petani cenderung menganggap ringan bahaya pestisida sehingga tidak mematuhi syarat-syarat keselamatan dalam menggunakan pestisida. Keracunan pestisida, terutama keracunan kronis, sering tidak terasa dan akibatnya sulit diramalkan. Oleh karena itu, kebanyakan petani akan mengatakan bahwa mereka sudah belasan tahun mengaplikasikan pestisida dengan cara mereka dan tidak merasa


(41)

terganggu. Padahal justru anggapan praktek pengelolaan pestisida yang dilakukan oleh petani saat ini sangat berbahaya bagi diri mereka maupun lingkungan hidup di sekitarnya.

Siswanto dalam Suwarni (1997), menyatakan pemaparan pestisida terhadap petani dapat melalui kulit, sistem pernapasan maupun oral. Selanjutnya dijelaskan akibat pemaparan pestisida golongan organofosfat dan karbamat dapat menimbulkan keracunan yang bersifat akut, efek sistemik biasanya timbul setelah 30 menit terpapar melalui inhalasi; 45 menit setelah tertelan (ingested); 2 – 3 jam setelah kontak dengan kulit. Penelitian yang dilakukan oleh Xiang et al. (2000) bahwa penggunaan APD selama aplikasi terhadap pestisida mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian keracunan. John H.R. et al. dalam Runiafa (2008), menyatakan bahwa salah satu faktor utama dalam keterpaparan seseorang terhadap pestisida adalah penggunaan APD. Kejadian kontaminasi pestisida melalui kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Keracunan karena partikel pestisida atau butiran semprot terhisap melalui hidung merupakan kasus terbanyak nomor dua setelah kontaminasi kulit.

Pada penelitian ini, kontaminasi pestisida lebih banyak melalui kulit tangan, pernafasan dan mata. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan jumlah petani yang tidak menggunakan sarung tangan, tidak menggunakan masker, dan tidak menggunakan pelindung mata. Penelitian yang dilakukan oleh Vreede et al. (1998) menunjukkan bahwa petani yang tidak menggunakan alat pelindung diri saat kontak


(42)

dengan pestisida mempunyai paparan pestisida terbesar melalui tangan terutama saat pencampuran pestisida dengan paparan sebesar 103,53 µg/jam dan diikuti oleh paparan melalui pernafasan yaitu sebesar 11,6 µg/jam.

Prabu (2008) menyatakan bahwa gejala keracunan pestisida organofosfat dan karbamat biasanya timbul setelah 4 jam kontak, tetapi bisa timbul setelah 12 jam. Hasil penelitian pada petani di Desa Tejosari menunjukkan bahwa rata-rata responden melakukan penyemprotan selama 2 jam dan sebanyak 97,4% melakukan penyemprotan < 4 jam dalam setiap praktek penyemprotan. Demikian juga denan Atmojo dalam Runiafa (2008), yang menyatakan bahwa semakin lama seorang petani penyemprot bekerja dalam sehari, semakin tinggi risiko untuk terjadi keracunan. Penelitian yang dilakukan oleh Tugiyo (2003) menyatakan bahwa tenaga penyemprot yang mempunyai jam kerja > 5 jam mempunyai resiko keracunan pestisida lebih besar daripada tenaga penyemprot yang mempunyai jam kerja ≤ 5 jam.. Lama waktu saat penyempotan merupakan hal yang harus diwaspadai karena semakin lama petani kontak dengan pestisida maka akan semakin besar kemungkinan petani mengalami keracunan apalagi jika diiringi dengan waktu penyemprotan.


(43)

6.1. Kesimpulan

1. Sebanyak 68,4% petani memiliki pengetahuan sedang, 70,2% sikap petani kategori baik, dan sebanyak 52,3% petani mengaplikasikan pestisida kategori buruk.

2. Semua petani mengalami keluhan kesehatan dalam 1 bulan terakhir akibat penggunaan pestisida. Keluhan kesehatan yang kadang-kadang dialami responden dalam 1 bulan terakhir adalah: sakit kepala (100%), pusing (87,7%), mual (75,4%), muntah-muntah (7,0%), mencret (82,5%), badan lemah (94,7%), gugup (5,3%), dan gemetar (36,8%).

6.2. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan melalui seluruh puskesmas di Kabupaten Samosir agar memberikan informasi tentang penggunaan pestisida yang tepat secara rutin dan menyeluruh kepada masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak gereja agar informasi tentang penggunaan pestisida yang tepat disampaikan setelah ibadah selesai.

2. Puskesmas Kabupaten Samosir agar memberikan penyuluhan tentang penggunaan pestisida yang tepat pada saat masyarakat datang berobat ke Puskesmas.

3. Untuk peneliti selanjutnya perlu meneliti aspek lain yang berkaitan dengan penggunaan pestisida melalui pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif


(44)

dapat memahami lebih mendalam tentang alasan masyarakat tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap pada saat melakukan penyemprotan pestisida.


(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pestisida

2.1.1. Pengertian Pestisida

Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Djojosumarto, 2008).

Menurut Permenkes RI, No.258/Menkes/Per/III/1992 Semua zat kimia/bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk membrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian, memberantas gulma, mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman tidak termasuk pupuk, mematikan dan mencegah hama-hama liar pada hewanhewan piaraan dan ternak, mencegah/memberantas hama-hama air, memberantas/mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat angkutan, memberantas dan mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.


(46)

Menurut Rhudy (2003), pembagian jenis pestisida dapat dapat dibagi berdasarkan tujuannnya, bahan aktifnya, dan cara kerjanya. Berdasarkan tujuannya, pestisida dibagi menjadi beberapa jenis:

a. Insektisida : untuk serangga.

b. Fungisida : untuk cendawan (fungus). c. Herbisida : untuk tanaman pengganggu. d. Bakterisida : untuk bakteri.

Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Pestisida organik : pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal : neem oil yang berasal dari pohon mimba.

b. Pestisida elemen : pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.

c. Pestisida kimia/sintetis : pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.

Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Pestisida sistemik : adalah pestisida yang diserap dan dialirkan keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil.

b. Pestisida kontak langsung: adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan.


(47)

Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini. Contoh : Sebagian besar pestisida kimia.

2.1.2 Pestisida Sintetis Kimia

Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Miller, 2002).

Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini dia dianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948 (NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998). Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era pestisida” (Murphy, 2005).

Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya (Miller, 2002). Dari seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara berkembang (Miller, 2004). Reaksi terhadap bahaya


(48)

penggunaan pestisida kimia terutama DDT mulai nampak setelah Rachel Carson menulis buku paling laris yang berjudul “Silent Spring” tentang pembengkakan biologi (biological magnification) tahun 1962. Sehingga minimal ada 86 negara melarang penggunaan DDT, meskipun masih digunakan di beberapa negara berkembang untuk memberantas nyamuk malaria (Willson 1996).

Menyadari besarnya bahaya penggunaan pestisida kimia, sehingga di beberapa negara maju, penjualan dan penggunaan pestisida diatur oleh pemerintah. Sebagai contoh pada tahun 1972 di Amerika Serikat dibentuk Environmental Protection Agency (EPA) yang bertanggung jawab atas regulasi pestisida (Willson, 1996). Akan tetapi dalam implementasinya penggunaan pestisida sulit untuk dikontrol, maka pada tahun 1979 Presiden Carter mendirikan Interagency Integrated Pest Management Coordinating Committe untuk memberi jaminan pengembangan dan penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) atau Integrated Pest Management (IPM). PHT merupakan sistem yang mendukung dalam pengambilan keputusan untuk memilih dan menggunakan taktik pengendalian hama, satu cara atau lebih yang dikoordinasi secara harmonis dalam satu strategi manajemen, dengan dasar analisa biaya dan keuntungan yang berpatokan pada kepentingan produsen, masyarakat dan lingkungan (Kogan, 1998).

2.1.3. Pestisida Nabati

Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan- bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan


(49)

menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).

Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotisintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologis tanama lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otog, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penolak, penarik, “anti makan” dan sistem pernafasan OPT (Rhudy, 2003).

Menurut Rhudy (2003), secara evolusi tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia yang merupakan bahan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan alami bioaktif. Lebih dari 2 400 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida, oleh karena itu apabila tumbuhan tersebut dapat diolah menjadi bahan pestisida, maka masyarakat petani tersebut akan sangat terbantu dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitarnya. Ada 4 kelompok insektisida nabati yang telah lama dikenal yaitu :

a. Golongan nikotin dan alkaloid lainnya, bekerja sebagai insektisida kontak, fumigan atau racun perut, terbatasnya pada serangga yang kecil dan bertubuh lunak.

b. Piretrin, berasal dari Chrysanthemum cinerarifolium, bekerja menyerang urat syaraf pusat, dicampur dengan minyak wijen, talk atau tanah lempung digunakan untuk lalat, minyak, kecoa, hama gudang dan hama penyerang daun.


(50)

c. Rotenone dan rotenoid, berasal dari tanaman Derris sp dan bengkuang (Pachyrrzus eroses) aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tapi bekerja sangat lambat.

d. Azadirachta indica, bekerja sebagai “antifeedant” dan selektif untuk serangga pengisap sejenis wereng dan penggulung daun, baru terurai setelah satu minggu.

Senyawa bioaktif ini dapat dimanfaatkan seperti layaknya sintetik, perbedaannya bahan aktif pestisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran). Bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, batang dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk ataupun ekstrak (air atau senyawa pelarut organik). Bila senyawa (ekstrak) ini akan digunakan di alam, maka tidak boleh mengganggu kehidupan hewan lain yang bukan sasarannya (Rhudy, 2003).

2.2. Menyimpan Pestisida

Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam tempat yang khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau temak. Jauhkan dari tempat minuman, makanan dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci tersebut dengan ventilasi yang baik. Tidak terkena langsung sinar matahari dan ruangan tidak bocor karena air hujan. Hal tersebut kesemuanya dapat menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida (Kementerian Pertanian RI, 2011).


(51)

Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus disediakan air dan sabun ditergent, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong, sewaktu-waktu untuk mengganti wadah pestisida yang bocor (Kementerian Pertanian RI, 2011).

2.3. Prosedur Penggunaan Pestisida

Persyaratan dan tata cara penggunaan Pestisida dilapangan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut (Kementerian Pertanian RI, 2011):

1. Persiapan

Sebelum melaksanakan aplikasi Pestisida perlu adanya langkah-langkah persiapan, antara lain :

a. Menyiapkan bahan-bahan, seperti Pestisida yang akan digunakan (harus terdaftar), fisiknya memenuhi syarat (layak pakai), sesuai jenis dan keperluannya, dan peralatan yang sesuai dengan cara yang akan digunakan (volume tinggi atau volume rendah).

b. Menyiapkan perlengkapan keamanan atau pakaian pelindung, seperti sarung tangan, masker, topi, dan sepatu kebun.

c. Memeriksa alat aplikasi dan bagian-bagiannya, untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau keadaan lain yang dapat mengganggu pelaksanaan aplikasi Pestisida.

d. Memeriksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan, jangan menggunakan alat semprot yang bocor. Kencangkan sambungan-sambungan yang sering terjadi kebocoran.


(52)

e. Waktu mencampur dan menggunakan Pestisida sebaiknya jangan langsung memasukkan Pestisida kedalam tangki. Siapkan ember dan isi air secukupnya terlebih dahulu, kemudian tuangkan Pestisida sesuai dengan takaran-takaran yang dikehendaki dan aduk hingga merata. Kemudian larutan tersebut dimasukkan kedalam tangki dan tambahkan air secukupnya.

2. Kalibrasi

Untuk memperoleh hasil aplikasi yang optimal, maka alat aplikasi Pestisida harus dikalibrasi agar dosis yang kita capai sesuai dengan anjuran. Langkah-langkah kalibrasi alat aplikasi Pestisida (cair), sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat aplikasi dalam kondisi baik ember berukuran sedang, gelas ukur 100 ml atau 500 ml, stop watch, air, tali rapia, dan meteran.

b. Memasukan air kedalam tangki ± ¾ dari kapasitas tangki. Kemudian, setelah tangki tertutup, alat aplikasi diberi tekanan atau dipompa sampai mencapai tekanan yang dianjurkan.

c. Selanjutnya air dari dalam tangki, disemprotkan ke dalam ember (hindari agar air jangan sampai ada yang keluar dari ember) selama beberapa menit. Lalu air dari ember ditakar dengan gelas ukur. Dengan demikian diketahui waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan cairan/ droplet dalam volume yang sudah terukur.

d. Untuk mengatur kecepatan jalan pada saat aplikasi Pestisida di lapangan dihitung dengan menggunakan data tersebut di atas (misal volume cair yang terukur 10 liter dalam waktu 10 menit), maka waktu aplikasi yang diperlukan perhektar (misal volume larutan yang diperlukan adalah volume tinggi sekitar


(53)

500 liter/ hektar atau disebut volume tinggi) adalah : 500/10X10 menit = 500 menit. Dengan demikian luas area yang dapat disemprot per menit adalah : 10.000/500 =20 m² /menit. Hal ini dapat dipraktekkan dengan membuat suatu area yang terukur (misal 4 m X 5 m) dan dibatasi dengan tali rapia, lalu dilaksanakan penyemprotan berulang-ulang sampai diperoleh kecepatan berjalan untuk aplikasi seluas 20 m², menghabiskan 1 (satu) liter dalam waktu 1 (satu) menit.

3. Ketentuan Aplikasi

Selama pelaksanaan aplikasi dilapang, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

a. Pada waktu aplikasi Pestisida, operator pelaksana atau petani harus memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker/ sapu tangan bersih untuk menutup hidung dan mulut selama aplikasi.

b. Pada waktu aplikasi, jangan berjalan berlawanan dengan arah datangnya angin dan tidak melalui area yang telah diaplikasi Pestisida. Aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari.

c. Selama aplikasi Pestisida, tidak dibenarkan makan, minum, atau merokok. d. Satu orang operator/ petani hendaknya tidak melakukan aplikasi

penyemprotan Pestisida terus menerus lebih dari 4 (empat) jam dalam sehari. e. Operator/petani yang melakukan aplikasi pestisida hendaknya telah berusia

dewasa, sehat, tidak ada bagian yang luka, dan dalam keadaan tidak lapar. f. Pada area yang telah diaplikasi dipasang tanda peringatan bahaya.


(54)

4. Pembuangan Sisa

Setelah melaksanakan aplikasi Pestisida, beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah :

a. Sisa campuran Pestisida atau larutan semprot tidak dibiarkan/ disimpan terus di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada tanaman sampai habis. Tidak membuang sisa cairan semprot di sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

b. Cuci tangki yang telah kosong dan peralatan lainnya sebersih mungkin sebelum disimpan. Simpan peralatan semprot yang telah dicuci terpisah dari dapur, tempat makanan, kamar mandi, dan kamar tidur serta jauhkan dari jangkauan orang yang tidak berkepentingan (terutama anak-anak).

c. Air bekas cucian tidak mencemari saluran air, kolam ikan, sumur, sumber air dan lingkungan perairan lainnya.

d. Memusnahkan/ membakar kantong/ wadah bekas Pestisida atau bekas mencampur benih dengan Pestisida, atau dengan cara menguburnya ke dalam tanah di tempat yang aman.

2.4. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia

Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan manusia. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida langsung, petani


(55)

dan para pekerja di pertanian lainnya terpapar (kontaminasi) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida (Pan AP, 2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terpapar pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pertisida juga beresiko terkontaminasi pestisida.

Menurut data WHO (World Health Organization), penggunaan pestisida semakin lama semakin tinggi, terutama di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Tetapi, negara-negara berkembang ini hanya menggunakan 25% dari total penggunaan pestisida di seluruh dunia. Yang mengejutkan adalah, walaupun negara-negara berkembang ini hanya menggunakan 25% saja dari pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian akibat pestisida, 99% dialami oleh negara-negara di wilayah tersebut. Mengapa? Menurut WHO, hal ini disebabkan rendahnya tingkat edukasi petani-petani di negara-negara tersebut sehingga cara penggunaannya sangat tidak aman dan cenderung “ngawur”.

Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengangkan. WHO (World Health Organization) dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004). Di Cina diperkirakan setiap tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida dan 500 orang diantaranya meninggal (Lawrence, 2007). Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian terbaru


(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jose Walter Muliady Manalu

Tempat / Tanggal Lahir : Kabanjahe, 19 November 1977

Agama : Kristen

Status Perkawinan : Menikah

Anak ke- : 2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara

Alamat : Jln. Dr. Hadrianus Sinaga, Komplek RSUD

Hadrianus Sinaga, Pangururan – Samosir

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 6 Kabanjahe : Tahun 1985-1991

2. SLTP Negeri 2 Kabanjahe : Tahun 1991-1994

3. SMU Swasta Katolik Kabanjahe : Tahun 1994-1997

4. Akademi Kesehatan Lingkungan DEPKES RI Kabanjahe : Tahun 1997-2000

5. FKM USU Medan : Tahun 2010-2014

Riwayat Kerja

Tahun 2005 sampai dengan sekarang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan RahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014” ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Ketua Penguji dan Ibu Ir. Indra Chahaya S., M.Si selaku Penguji I, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Bapak Sumuang Sinaga, selaku kepala Desa Urat II dan Ibu dr. Sabar Naibaho selaku Kepala Puskesmas Mogang Kec. Palipi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga penelitian dapat selesai dengan baik.

5. Kepada istriku tercinta Enyka Manurung, dan buah hatiku tersayang Desna Gaberia Manalu, Daniel Parulian Manalu, dan Divynia Monika Manalu yang senantiasa memotivasi dan berdo’a sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. 6. Sahabat-sahabatku di FKM USU terutama di Departemen Kesehatan Lingkungan,

terima kasih atas dukungannya sehingga menambah semangat bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, April 2014 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pestisida ... 7

2.1.1. Pengertian Pestisida... 7

2.1.2 Pestisida Sintetis Kimia ... 9

2.1.3. Pestisida Nabati ... 10

2.2. Prosedur Penggunaan Pestisida ... 12

2.3. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia ... 16

2.4. Gejala Keracunan Pestisida dan Perawatan ... 19

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan ... 21

2.6. Kerangka Konsep ... 26

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

3.2.1. Lokasi ... 27

3.2.2. Waktu ... 27

3.3. Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1. Populasi ... 27

3.3.2. Sampel ... 27


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Desa Urat II... 33

4.2. Gambaran Karakteristik Responden ... 34

4.3. Pengetahuan... 35

4.4. Sikap ... 39

4.5. Aplikasi ... 41

4.6. Keluhan Kesehatan ... 43

4.7. Penanganan Keluhan Kesehatan ... 44

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengetahuan dalam Penggunaan Pestisida ... 46

5.2. Sikap dalam Penggunaan Pestisida ... 49

5.3. Aplikasi dalam Penggunaan Pestisida ... 50

5.4. Keluhan Kesehatan akibat Penggunaan Pestisida ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir... 34 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang

Penggunaan Pestisida yang Tepat di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir ... 35 Tabel 4.3. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Pengetahuan tentang

Penggunaan Pestisida yang Tepat di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir ... 36 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Penggunaan

Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir ... 39 Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Indikator Pertanyaan

tentang Sikap terhadap Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir... 39 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Aplikasi dalam Penggunaan

Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir ... 42 Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden untuk Setiap Indikator Pertanyaan

tentang Aplikasi dalam Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir... 42 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Akibat

Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir ... 43 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Penanganan Keluhan

Kesehatan Akibat Penggunaan Pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir... 44


Dokumen yang terkait

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

5 44 184

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 3 16

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 5

Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 11

Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 2

Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 6

Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 1 21

Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 3

Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 1 10