Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self Efficacy) dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota BPD HIPMI Sumatera Utara.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Kewirausahaan
Kata kewirausahaan (entrepreneurship) berasal dari bahasa Perancis,
yakni entreprendre yang berarti melakukan (to under take) dalam artian bahwa
wirausahawan adalah seorang yang melakukan kegiatan mengorganisasikan dan
mengatur.Secara harafiah kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang
mendapat awalan ke dan akhiran an, sehingga dapat diartikan bahwa
kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha, sedangkan wira
berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau nonkomersial, dengan demikian kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai
keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.
Menurut Zimmerer (2005), kewirausahaan merupakan suatu proses
penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Artinya, untuk menciptakan
sesuatu, diperlukan suatu kreatifitas dan jiwa inovator yang tinggi.Seseorang yang
memiliki kreatifitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk mencari atau
menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya.


Universitas Sumatera Utara

Menurut Ducker (1994) dalam Suryana (2003), kewirausahaan merupakan
proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan
mencurahkan waktu dan usaha diikuti penggunaan uang, fisik, resiko, dan
kemudian menghasilkan jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
Menurut Suryana (2003), kewirausahaan hakikatnya adalah suatu
kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar,
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, dan kiat dalam menghadapi
tantangan hidup. Dari pandangan ahli, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
(entrepreneurship) adalah suatu kemampuan berfikir kreatif dan inovatif
seseorang dalam menciptakan peluang dan sesuatu yang baru dan berbeda dengan
tujuan menghasilkan keuntungan dalam menghadapi risiko dan tantangan hidup.
2.1.2 Wirausaha
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi
semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan
peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang

yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar
peluang itu (Bygrave 1995, dalam Suryana, 2003).Pengertian wirausahawan
(entrepreneur) secara sederhana adalah orang yang berjiwa berani mengambil
risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.Berjiwa berani
mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa

Universitas Sumatera Utara

diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.Kegiatan
wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau berkelompok.Seorang wirausahawan
dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan
peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan (Kasmir, 2006).
Menurut Schumpeter (1934) dalam Suryana (2003), entrepreneur
merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam
bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik.Inti dari fungsi pengusaha
adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan – kemungkinan baru dalam
perekonomian. Menurut Prawirokusumo (1997) dalam Suryana (2003), wirausaha
adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan
mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang,
sedangkan menurut Suryana (2003), wirausaha adalah pelopor bisnis, inovator,

penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki keunggulan
dalam berprestasi di bidang usaha. Dari penjelasan beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa, wirausaha adalah seorang pelopor bisnis yang memiliki jiwa
pemberani dalam memulai usaha dan menanggung risiko serta memiliki ide atau
pemikiran yang jauh kedepan dalam menciptakan suatu peluang usaha yang dapat
memberikan keuntungan.
2.1.3 Entrepreneurial Self-Efficacy(Efikasi Diri Kewirausahaan)
Judge (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012:76), menganggap bahwa SelfEfficacy adalah indikator positif dari core self evaluation untuk melakukan
evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri. Self-Efficacy merupakan salah
satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang paling berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

dalam kehidupan manusia sehari-hari karena Self-Efficacy yang dimiliki ikut
mempengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan, termasuk didalamnya perkiraan terhadap tantangan yang
akan dihadapi.
Philips dan Gully (dalam Sahertian, 2010) menyatakan bahwa SelfEfficacy adalah keyakinan seseorang atas kapabilitas yang dimilikinya guna
mengorganisir dan melaksanakan kegiatan yang mensyaratkan pencapain tingkat
kinerja tertentu.Reveich dan Shatte (dalam Wahyuni, 2013) mendifiniskan SelfEfficacy sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan

memcahkan masalah dengan efektif.
Bandura

(dalam

Chowdhury

2009)

menyatakan

bahwa

EntrepreneurialSelf-Efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan
dirinya untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan mendapatkan prestasi tertentu.
Lebih lanjut Bandura menyatakan bahwa EntrepreneurialSelf-Efficacyakan
menentukan cara seseorang untuk berfikir, bertindak dan memotivasi diri mereka
menghadapi kesulitan dan permasalahan. Sukses atau gagalnya seseorang ketika
melakukan tugas tertentu ditentukan oleh Self-Efficacy dalam diri mereka masingmasing. Orang yang memiliki Self-Efficacy yang tinggi akan bisa menghadapi
kegagalan dan hambatan yang mereka hadapi, stabil emosinya, bersikap dan

memiliki locus of control yang tinggi. Bandura et al., (dalam Sebayang, 2014:33)
juga berpendapat bahwa keyakinan keberhasilan seseorang memediasi pola-pola
pikir berikutnya, respon kreatif, dan tindakan, bahwa self efficacy berhubungan
positif dengan pola motivasi yang positif.

Universitas Sumatera Utara

Secara langsung EntrepreneurialSelf-Efficacy dapat berpengaruh pada:
1. Pola pemikiran
Self efficacy mempengaruhi perkataan pada diri wirausaha.
2. Pemilihan perilaku
Keputusan seorang wirausaha didasarkan pada efficacy yang dirasakan
terhadap pilihannya, misalnya pada usaha yang dijalankan.
3. Usaha motivasi
Seorang wirausaha yang memiliki self efficacy tinggi cenderung mencoba
lebih keras dan berusaha melakukan tugasnya dengan baik.
4. Daya tahan
Wirausaha yang memiliki self efficacy tinggi cenderung akan bangkit dan
bertahan ketika menghadapi kegagalan, sedangkan wirausaha dengan
tingkat self efficacy lebih rendah cenderung menyerah pada tantangan dan

resiko.
5. Daya tahan terhadap stres
Seorang wirausaha yang memiliki self efficacy yang lebih tinggi cenderung
memiliki tingkat stres yang lebih rendah pada kegagalan.Sedangkan
wirausaha yang memiliki self efficacy yang rendah cenderung mengalami
stres dan perasaan mudah gagal.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1 Sumber-sumber Entrepreneurial Self-Efficacy
Ada tiga cara untuk mencapai efikasi diri (Bandura dalam Oosterbeek
2008).
1. Pengalaman sukses atau kegagalan yang terjadi berulang kali.
Pengalaman sukses akan memperkuat kepercayaan seseorang bahwa
dirinya memang mempunyai kemampuan untuk mencapai prestasi yang
baik, sebaliknya pengalaman gagal berulang kali dapat membuat seseorang
meragukan kemampuan dirinya sehingga menurunkan kepercayaan pada
dirinya sendiri.
2. Melihat orang lain melakukan perilaku tersebut dan kemudian mencontoh
atau belajar dari pengalaman tersebut. Jadi ada suatu model yang menjadi

panutan seseorang, model ini memiliki kemampuan yang mirip dengan
dirinya. Melihat model bisa sukses dengan melakukan usaha tertentu,
maka seseorang menjadi yakin ia juga bisa berhasil sama seperti model
tersebut.
3. Persuasi verbal yakni memberikan semangat atau menjatuhkan performa
seseorang agar seseorang berperilaku tertentu.
2.1.3.2 Dimensi Entrepreneurial Self-Efficacy
Menurut Bandura (dalam Gufron dan Risnawati, 2010), Self-Efficacy pada tiap
individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga
dimensi. Berikut adalah tiga dimensi tersebut:

Universitas Sumatera Utara

1. Kekuatan keyakinan (Strength)
Kekuatan keyakinan (Strength), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada
keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan
mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya
mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalamanpengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan
ragu-ragu


akan kemampuan diri

akan

mudah digoyahkan oleh

pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.
2. Tingkat kesulitan tugas (Magnitude)
Tingkat kesulitan tugas (Magnitude) yaitu suatu masalah yang berkaitan
dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada
pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi
pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas
tertentu yang dapat dilaksanakannya dan akan menghindari situasi atau
perilaku di luar batas kemampuannya.
3. Generalitas (Generality)
Generalitas (Generality), yaitu hal yang berkaitan dengan cakupan luas
bidang

tingkah


laku

dimana

individu

merasa

yakin

terhadap

kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan
dirinya.Tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas
pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.3 Entrepreneurial Self-Efficacy dan Keberhasilan Usaha
Betzdan dan Hacket (dalam Indarti dan Rostiani, 2008) semakin tinggi

tingkat efikasi diri pada diri seorang wirausaha pada masa awal berkarir, maka
intensitas kewirausahaan yang dimilikinya akan semakin kuat. Dalam penelitian
ditunjukkan bahwa perilaku yang diharapkan dari seseorang tidak cukup bernilai
untuk mendapatkan umpan balik yang positif. Ketika seseorang memiliki
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan memiliki kompetensi sosial yaitu
dengan memiliki empati kepada orang lain biasanaya orang ini akan cenderung
bekerja keras dengan didasarkan pada kehati-hatian (Sebayang, 2014).
Keberhasilan peluang menyelesaikan tugas akan semakin besar jika diikuti dengan
efikasi yang tinggi (Muhdiyanto, 2013).
Bandura (dalam Campo, 2011) mengatakan bahwa efikasi diri adalah
konsep

yang

mempengaruhi

menujukkan

bahwa perilaku,


satu

lain

sama

dalam

kesadaran,

mode

yang

dan

dinamis,

lingkungan
sehingga

memungkinkan individu untuk membentuk keyakinan tentang kemampuan
mereka dalam melakukan tugas-tugas khusus. Entrepreneurial self efficacy
(efikasi diri kewirausahaan) dipandang sebagai yang memiliki kemampuan yang
dapat merubah keyakinan seseorang dalam kemungkinan dia menyelesaikan
tugas-tugas yang diperlukan untuk berhasil dalam memulai dan membangun
bisnis baru. Lebih khususnya, entrepreneurial self efficacy didefinisikan sebagai
sejauh mana seseorang percaya bahwa ia mampu berhasil memulai usaha bisnis
baru (Campo, 2011).

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Competitive Advantage (Keunggulan Bersaing)
Dalam keunggulan bersaing yang ada dalam lingkungan usaha, tidak
semua yang bergerak dalam bidang tersebut dianggap sebagai pesaing, melainkan
hanya pesaing yang potensial serta mereka yang baru masuk dalam persaingan
yang juga potensial sebagai pesaing dalam usaha. Perusahaan akan sangat senang
apabila memiliki keunggulan bersaing yang terus menerus dan tidak mendapatkan
rangsangan untuk meninjau ulang keunggulannya dari pesaing (Barney, dkk 1989
dalam Purba 2011) Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari
perusahaan yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam
pasar. Strategi yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang
terus menerus agar

perusahaan dapat

terus

menjadi pemimpin

pasar

(Prakosa,2005:53).
Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor
yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding
penawaran kompetitor (Kotler et al., 2005:461). Keunggulan bersaing diharapkan
mampu untuk mencapai laba sesuai rencana, meningkatkan pangsa pasar,
meningkatkan kepuasan pelanggan, serta melanjutkan kelangsungan hidup suatu
usaha (Saiman,2014:128).
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh usaha kecil di seluruh dunia adalah
kompetisi (Scarborough 2011: 99). Untuk bertahan hidup, pemilik usaha kecil
harus mengidentifikasi keunggulan kompetitif mereka apakah

memiliki

keunggulan lebih dari pesaing. Mengidentifikasi sumber keunggulan kompetitif
didasarkan pada pengetahuan mendalam tentang lingkungan pasar, termasuk

Universitas Sumatera Utara

pelanggan dan pesaing, yang dapat diperoleh dengan melakukan analisis
kompetitif (dari pelanggan dan pesaing) secara teratur.
Keunggulan bersaing dari bisnis dapat dianggap sebagai "cara yang unik
dan lebih baik di mana peluang menguntungkan dapat diidentifikasi dan
dipertahankan melalui kreatifitas dan perencanaan berkelanjutan ". Dalam sebuah
penelitian di kalangan pengusaha Sowetan, Nkosi et al. (2013: 9) terkejut bahwa
sangat sedikit responden menyebutkan konsep keunggulan kompetitif sebagai
kunci sukses, meskipun literatur manajemen strategis kontemporer berfokus pada
keunggulan kompetitif sebagai aspek kunci dari keberhasilan bisnis. mereka
menyimpulkan bahwa pengusaha Soweto mengabaikan atau kurang memahami
konsep keunggulan kompetitif atau bahwa konsep keunggulan kompetitif
dikonseptualisasikan berbeda dalam konteks kota ini.
Keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan untuk
pembelinya yang melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya. Keunggulan
bersaing berasal dari banyak aktifitas berlainan yang dilakukan perusahaan dalam
mendesain,

memproduksi,

memasarkan,

menyerahkan

dan

mendukung

produknya. Masing-masing aktifitas dapat mendukung posisi biaya relatif
perusahaan dan menciptakan diferensiasi.
Ada dua jenis keunggulan bersaing yaitu :
1. Keunggulan biaya merupakan inti dari setiap strategi bersaing.
Untuk mencapaikeunggulan biaya, sebuah perusahaan bharus bersiap
menjadi produsen berbiaya rendah dalam industrinya.Perusahaan harus
memiliki banyak segemen, bahkan beroperasi dalm industri terkait.Sumber

Universitas Sumatera Utara

keunggualn biaya bervariasi dan tergantung kepada struktur industri.
Sumber tersebut mencakup: pengerjaan skala ekonomi, teknologi milik
sendiri, akses ke bahan mentah, dan lain-lain. Bila perusahaan dapat
mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya, maka akan menjadi
perusahaan dengankinerja rata-rata dalmindustri asal dapat menguasai
harga pada, atau dekat, rata-rata industri.
2. Diferensiasi.
Cara melakukan diferensiasi berbeda untuk tiap industri dan

pada

umumnya dapat di dasarkan kepada produk, sistem penyerahan,
pendekatan pemasaran dan lain-lain. Tiga kondisi yang memungkinkan
perusahaan secara serentak mencpai keunggulan biaya dan diferensiasi
adalah:
a. Para pesaing terperangkap di tengah, sehingga tidak memiliki
posisi yang cukup baikuntuk mencapai keunggulan (tidak
konsisten).
b. Perusahaan merintis inovasi besar yang memungkinkan penurunan
biaya dan meningkatkan diferensiasi.
Keunggulan bersaing diharapkan mampu untuk mencapai laba sesuai
rencana, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta
melanjutkan kelangsungan hidup suatu usaha (Saiman,2014:128). Untuk
mempertahakan kelangsungan hidupnya dari situasi persaingan yang tidak
dinginkan seperti berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

1. Banyaknya usaha yang bersaing
2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing
3. Kapabilitas yang serupa dari usaha yang bersaing
4. Penurunan permintaan produk industri
5. Turunnya harga produk/ jasa di industri
6. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah
7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi
8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah
9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing
10. Saat produk dapat dihancurkan
11. Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas
12. Ketika permintaan konsumen turun
13. Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan
14. Ketika saingan menjual produk / jasa serupa, dan
15. Ketika merger menjadi hal umum di industri (David, 2011:108).
2.1.4.1Sumber-Sumber Competitive Advantage (Keunggulan Bersaing)
Menurut Jay Barney (1991), terdapat tiga sumber utama keunggulan
bersaing yang merupakan pengendali posisi keunggulan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Sumber modal fisik (teknologi, bangunan, perlengkapan, lokasi serta akses
untuk mendapatkan material)
2. Sumber modal manusia (pelatihan, pengalaman, penilaian, kepandaian,
hubungan, dan kerja individual)
3. Sumber modal organisasi (struktur, perencanaan formal dan informal,
pengawasan,

sistem koordinasi

diantara

kelompok

serta

dengan

perusahaan, hubungan antara perusahaan dan lingkungan).
2.1.4.2 Dimensi Competitive Advantage (Keunggulan Bersaing)
Faktor

tindakan

manajerial

untuk

mendapatkan

keuntungan

kompetitif.Diskusi tentang teknologi dan inovasi, sumber daya manusia,
organisasi faktor sumber daya struktur untuk melihat bagaimana mereka
berkontribusi pada

kompetitif keuntungan dan

hubungan di antara

keduanya.(Wang, dkk 2010).
1. Teknologi dan Inovasi (Technology and Innovation)
Inovasi meliputi produk / layanan dan prosesinovasi.inovasi produk
adalah produk yang dianggap baru oleh salah satu produsen
ataupelanggan; yang terakhir meliputi pengguna akhir dan distributor.
Proses inovasi mengacu pada proses baru yang baik mengurangi biaya
produksi atau mengaktifkan produksi produk baru (Harmsen, Grunert,
dan Declerck,2000). Terlepas dari semakin pentingnya inovasi dan
peran yang dimainkan oleh kemampuan teknologi dalaml intasan
pertumbuhan perusahaan, sedikit yang mengetahui bagaimana
teknologi inovasi dalam organisasi yang berbeda didorong oleh

Universitas Sumatera Utara

strategi teknologi mereka, rencana itu dijadikan panduan akumulasi
dan penyebaran sumber daya teknologi dan kemampuan (Dasgupta,
Sahay, dan Gupta, 2009)
2. Sumber Daya Manusia (Human Resources)
Sumber daya manusia adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan orang yang terdiri tenaga kerja dari sebuah
organisasi, meskipun juga diterapkan dalam ekonomi tenaga kerja,
misalnya, sektor bisnis atau bahkan seluruh negara.perusahaan dapat
mengembangkan

keunggulan

kompetitif

ini

hanya

dengan

menciptakan nilai dengan cara yang sulit bagi pesaing untuk
meniru.sumber tradisional keunggulan kompetitif seperti sumber daya
keuangan dan alam, teknologi dan ekonomi skala dapat digunakan
untuk

menciptakan nilai. Namun, argumen berbasis sumber

dayaadalah bahwa sumber-sumber ini semakin diakses dan mudah
ditiru.Sehingga

mereka

kurang

signifikan

untuk

keunggulan

kompetitif terutama dibandingkan untuk struktur sosial yang
kompleks.Jika memang demikian, kebijakan dan praktik sumber daya
manusia mungkin menjadi sumber sangat penting dari berkelanjutan
keunggulan kompetitif (Jackson dan Schuler, 1995).
3. Struktur Organisasi (Organizational Structure)
Struktur organisasi yang efektif akan memfasilitasi hubungan kerja
antara berbagai entitas di organisasi dan dapat meningkatkan efisiensi
kerja dalam unit organisasi. Organisasi harus mempertahankan,

Universitas Sumatera Utara

mengatur ketertiban dan kontrol untuk memungkinkan pemantauan
proses. Organisasi harus mendukung perintah untuk mengatasi
dengan campuran perintah dan perubahan kondisi saat melakukan
pekerjaan.Organisasi

harus

memungkinkan

untuk

penerapan

keterampilan individu untuk mengaktifkan fleksibilitas tinggi dan
menerapkan kreativitas. Ketika bisnis berkembang, rantai komando
akan memperpanjang dan rentang pengawasan akan melebar. Ketika
sebuah organisasi datang ke usia, fleksibilitas akan menurun dan
kreativitas tersebut akan kelelahan. Oleh karena itu struktur organisasi
harus

diubah

dari

waktu

ke

waktu

untuk

memungkinkan

pemulihan.Jika perubahan tersebut dicegah internally, melarikan diri
akhir adalah untuk mengecilkan organisasi untuk mempersiapkan
peluncuran ulang dalam pengaturan baru.
2.1.5 Keberhasilan Usaha
Menurut Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan
anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Ranto (2007:20), keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan
seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya,
karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai
tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk,
mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk,

Universitas Sumatera Utara

tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran
suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai
berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai
dengan bergelimang fasilitas. Suatu keberhasilan harus dapat diukur, hal-hal yang
dapat dijadikan indikator dari kinerja usaha ialah pertumbuhan pendapatan
(Revenue Growth), jumlah pelanggan ,

tingkat kepuasan pelanggan,

perkembangan usaha dan lain-lain (Moeheriono dalam Sebayang, 2014).
Seperti yang dikemukakan oleh Suryana (2011:66) bahwa untuk menjadi
wirausaha yang sukses harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang
jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik
waktu maupun uang. Erliah (2007:49) mengatakan bahwa suatu usaha dikatakan
berhasil di dalam usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut
mengalami peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis
usaha atau pengelolaan.
Selain dari laba, keberhasilan usaha dapat dilihat dari target yang dibuat
oleh pengusaha. Hal ini seperti yang terungkap oleh Dalimunthe (dalam Edi
Noersasongko, 2005:27) yang menyatakan bahwa kita dapat menganalisis
keberhasilan usaha dengan mengetahui kinerja suatu perusahaan yang dapat
dirumuskan melalui suatu perbandingan nilai yang dihasilkan perusahaan dengan
nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki.
Noor (2007:397) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha pada
hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis
dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang

Universitas Sumatera Utara

melakukan bisnis. Riyanti (2003:24) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha
didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan organisasi.
Menurut Kasmir (2006:27) sebuah perusahaan dikatakan meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, kepuasan pelanggan, mutu produk, perkembangan usaha
serta penghasilan karyawan dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Suryana (2010:66), untuk menjadi wirausaha yang sukses,
seseorang harus memiliki ide atau visi yang jelas serta kemauan dan keberanian
untuk menghadapi resiko. Agar usaha tersebut berhasil, selain bekerja keras
wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan dengan pelanggan dan
distributor, selain itu yang merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran dari
keberhasilan suatu perusahaan adalah laba.
Menurut Hutagalung dan Syafrizal (2008:50), sukses tidak terjadi secara
kebetulan, secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah
buah dari proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu
diukur dengan uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti
akumulasi dari kesemuanya.
Secara khusus Chelland (dalam Sjabadhni 2001: 273) menggolongkan dua
faktor yang menentukan keberhasilan usaha antara lain :
1. Faktor Internal, meliputi :
a. Motivasi
Motivasi akan membantu seseorang untuk member semangat kerja.
Motivasi tersebut daintaranya keinginan untuk menjadi kreatif,

Universitas Sumatera Utara

inovatif, serta semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhan
serta menjalankan usaha.
b. Kepribadian
Kepribadian yang rapuh akan berdampak negatif terhadap
pekerjaan. Pribadi yang berhasil yaitu apabila seseorang dapat
berhubungan baik dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya
secara wajar dan efektif.
2. Faktor Eksternal, meliputi :
a. Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga dapat mempengaruhi keberhasilan usaha
seseorang. Lingkungan keluarga yang harmonis dalam interaksinya
akan membantu memotivasi kesuksesan dan meningkatkan
produktivitas kerja.
b. Lingkungan Usaha
Lingkungan tempat

dimana

seseorang

menjalani usahanya

mempunyai Pengaruh yang cukup penting dalam menjalankan
usaha. Seperti menjalin hubungan baik dengan mitra kerja atau
supplier akan mempermudah dalam mendukung atau memotivasi
untuk menyelesaikan konflik dengan baik. Memahami situasi kerja
secara fisik dengan menciptakan pekerjaan dalam situasi apapun
melalui bakat dan keterampilan yang dimiliki terutama dalam
mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju.

Universitas Sumatera Utara

Sehingga, dapat diketahui bahwa definisi keberhasilan usaha adalah
keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya,dimana keberhasilan tersebut
didapatkan dari wirausaha yang memiliki otak yang cerdas, yaitu kreatif,
mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif dan
hal tersebut terlihat dari usaha dari wirausaha dimana suatu keadaan usahanya
yang lebih baik dari periode sebelumnya danmenggambarkan lebih daripada
yang lainnya yang sederajat atau sekelasnya, dapat dilihat dari efisiensi proses
produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi
secara ekonomis, target perusahaan yang ditentukan oleh manajer-pemilik
usaha,permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan,
kinerja keuangan, serta image perusahaan (Dwi Riyanti, 2003:29).
Sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara instan dan tidak pula turun
tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses sistematis, perjalanan
panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang, harta, jabatan,
keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari kesemuanya
(Hutagalung, 2008:50
2.1.5.1 Faktor-Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha
Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan usaha (Hendro, 2011:47) yaitu :
1. Faktor peluang
Sebagai seorang wirausahawan, anda harus membuat dan menemukan
strategi yang tepat untuk usaha anda, bukan usaha orang lain. Disamping
itu anda harus menciptakan peluang yang tidak hanya bersifat momentum
tetapi benar-benar peluang bisnis.Peluang yang tepat adalah rangkaian

Universitas Sumatera Utara

yang kuat dan muncul dari penyatuan benang merah antara AKU-BISNISPASAR.
2. Faktor manusia (SDM)
a. Yang merencanakan dengan matang itu membutuhkan SDM yang
berkualitas.
b. Melakukan pelaksanaan yang sesuai dan tepat dengan perencanaan
secara kreatif dalam mengatasi masalah dan itu membutuhkan SDM
yang handal sebagai manajer yang hebat.
c. Mengawasi suatu pekerjaan sesuai dengan perencanaan dan target
yang dibutuhkan. Controller yang hebat mencakup quality control,
financial control serta supervisor.
d. Mengembangkan suatu usaha itu membutuhkan orang yang hebat
dalam memasarkan dan menjual, yaitu marketer dan seller.
e. Faktor kepemimpinan atau leadership juga merupakan salah satu
faktor penting yaitu gaya kepemimpinan.
3. Faktor keuangan
a. Pengendalian biaya dan anggaran
b. Pencairan dana modal kerja, dana investasi, dan dana lainnya
c. Perencanaan dan penetapan harga produk, biaya (perinciannya), rugi
laba dan lain-lain.
d. Perhitungan

resiko

keuangan

sehingga

risiko

keuangan

bisa

dikendalikan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

e. Stuktur biaya seperti margin (batas) kontribusi, laba berbanding
penjualan, biaya berbanding penjualan, dan lain-lain.
4. Faktor organisasi
Ibarat sebuah pohon yang memiliki batang yang kokoh dan kuat,
organisasi usaha itu harus terstruktur dengan baik.Organisasi usaha juga
tidak statis tetapi dinamis, kreatif, dan berwawasan kedepan.
5. Faktor perencanaan
a. Perencanaan visi, misi, strategi jangka panjang dan pendek
b. Perencanaan operasional dan program-program pemasaran
c. Perencanaan produk
d. Perencanaan informasi teknologi
e. Perencanaan pendistribusian produk
f. Perencanaan jumlah produk yang akan dijual
6. Faktor pengelolaan usaha
a. Quality : mutu produk, mutu operasioanal, mutu pelayanan harus
bagus
b. Time : waktu penyelesaian produk, waktu pekerjaan, waktu perbaikan
juga penting dan menunjang mutu produk.
c. Cost : mutu yang bagus perlu biaya yang tinggi belum tentu
menghasilkan mutu yang baik.

Universitas Sumatera Utara

7. Faktor pemasaran dan penjualan
Faktor pemasaran dan penjualan memainkan peranan penting bagi
kelancaran usaha.Ilmu penjualan adalah The Embryo of Entrepreneurial
Skill.
8. Faktor administrasi
Tanpa pencatatan dan dokumentasi yang baik dan pengumpulan serta
pengelompokan data administrasi, maka stategi, taktik, perencanaan,
pengembangan, program dan arah perusahaan menjadi tidak berjalan
sesuai harapan karena hanya dilakukan berdasarkan feeling atau perasaan
anda saja.
9. Faktor peraturan pemerintah, politik, sosial, ekonomi dan budaya local
a. Peraturan pemerintah dan peraturann daerah seperti pajak, retribusi,
pendapatan daerah, dan lain-lain
b. Legalitas dan perizinan
c. Situasi ekonomi dan politik
d. Perkembangan budaya lokal yang harus diikuti
e. Lingkungam sosial yang berbeda di setiap daerah
f. Faktor-faktor pendamping lainnya.
10. Catatan Bisnis
Catatan usaha atau bisnis akan membantu kita mengetahui sejauh mana
kita menjalankan usaha, sampai dimana, mengapa sampai disini, karena
apa kita begini, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.2 Dimensi Keberhasilan Usaha
Diti (2014) menyatakan keberhasilan usaha dan penilaian keberhasilan
usaha didasarkan pada 4 dimensi adalah sebagai berikut :
1. Jumlah tenaga kerja
Adalah banyaknya orang yang bekerja pada suatu usaha.Indikatornya adalah
jumlah karyawan yang dimiliki oleh wirausahawan.
2. Volume penjualan
Adalah jumlah penjualan yang dihasilkan untuk satu tahun.Indikatornya
adalah jumlah penjualan dalam satu tahun, frekuensi produksi per bulan,
peningkatan penjualan, dan perkembangan hasil usaha beberapa tahun.
3. Ketahanan usaha
Adalah lama usaha yang dijalankan oleh wirausahawan.Indikatornya adalah
lama atau umur usaha yang dijalankan dan usaha pernah vakum atau berhenti
produksi.
4. Pendapatan
Adalah jumlah penerimaan bersih yang diterima oleh wirausahawan dari
usahanya.Indikatornya adalah pendapatan usaha selama satu tahun.
Keberhasilan usaha diidentikkan dengan perkembangan perusahaan. Istilah
itu diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi
perusahaan. Perkembangan perusahaan adalah proses dalam pertambahan
jumlah karyawan, peningkatan modal, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Indikator keberhasilan usaha menurut Noor (2007:397) adalah:
1.

(Laba/Profitability)
Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara
pendapatan dengan biaya.

2.

Produktivitas dan Efisiensi
Besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan menentukan besar kecilnya
produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan pada
akhirnya menentukan besar kecilnya pendapatan, sehingga mempengaruhi
besar kecilnya laba yang diperoleh.

3.

Daya Saing
Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk
merebut perhatian dan loyalitas konsumen.Suatu bisnis dapat dikatakan
berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa
bertahan menghadapi pesaing.

4.

Kompetensi dan Etika Usaha
Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan
pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga
dapat menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.

5.

Terbangunnya citra baik
Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust
external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang
ada dalam perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya rasa
amanah atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu

Universitas Sumatera Utara

konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga
pesaing.
2.1.6 Pengertian Industri Kecil
Menurut BPS (2013), klasifikasi usaha dapat didasarkan pada jumlah
tenaga kerja, jika tenaga kerjanya 5 sampai 19 orang maka termasuk usaha kecil,
sedangkan jika tenaga kerjanya terdiri dari 20 sampai 99 orang maka termasuk
usaha menengah. Menurut UU No. 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil adalah
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 miliar
per tahun.
Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, batasan Industri Kecil dan Menengah didefinisikan sebagai :
(a) Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
(b) Industri Menengah adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

Universitas Sumatera Utara

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari Usaha Kecil atau
Usaha Besar, yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).

Universitas Sumatera Utara

2.2

Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No

Peneliti
(Tahun)

1.

Florimta
Fitriyanti
Sebayang
(2015)

2.

Sulistyandari
dan Sri Retno
Handayani
(2014)

Judul

Variabel
Penelitian

Pengaruh Self
Leadership dan Self
Efficacy terhadap
Keberhasilan Usaha
(Pada
Wirausaha
Muda
yang
Menggunakan
Social
Media
sebagai
Media
Pemasaran Usaha)
(2015)
Membangun
Keunggulan
Bersaing
Berkelanjutan:
Sebuah
Kajian
Literatur
pada
Konteks
Usaha Kecil dan
Menengah

1.Self Leadership
2.Self Efficacy
3.Keberhasilan
Usaha

1.Keunggulan
Bersaing
2. Modal Sosial
Keberhasilan

Teknik
Analisis

Hasil Penelitian

1.Analisis
Deskriptif
2.Analisis
Regresi
Berganda

Hasil penelitian secara
serempak
menunjukkan bahwa
self leadershipdan self
efficacy
secara
bersama-sama
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap keberhasilan
usaha.

Analisis
Regresi
Berganda

Makalah
ini
mengambil kerangka
strategi
sebagai
argumen utama untuk
menjelaskan
status
kompetitif
bisnis
terutama
dikonteks
UKM pada perspektif
yang berbeda pada
sumber-sumber
strategis mulai dari
sumber
berdasarkan
pandangan
untuk
posisi pasar dan modal
sosial sebagai sarana
menghasilkan
dan
mempertahankan
bisnis
keunggulan
kompetitif.

Universitas Sumatera Utara

3.

Mei Ie dan
Eni Visantia
(2013)

Pengaruh Efikasi
1. Efikasi Diri
Diri dan Motivasi
2. Motivasi
Terhadap
3.Keberhasilan
Keberhasilan
Usaha
Usaha Pada
Pemilik Toko
Pakaian di Pusat
Grosir Metro Tanah
Abang, Jakarta.

Analisis
Regresi
Berganda

4

Daulay
dan Efikasi Diri dan 1.Efikasi Diri
Ramadini
Motivasi
pada 2.Motivasi
(2013)
Keberhasilan Usaha 3.Keberhasilan
usaha
pada
Usaha
Fotocopy dan Alat
Tulis Kantor di
Kecamatan
Panyabungan
Kabupaten
Mandailing Natal

Analisis
Regresi
Berganda

5.`

Jeffrey
M. Self-Efficacy in the 1.Success Treath
Pollack, Jeni Face of Threats to 2.Self Efficacy
3.Business
L.
Burnette, Entrepreneurial
Success
and Crystal L. Success:
Hoyt
Mind-Sets Matter
(2012)

Analisis
Regresi
Berganda

6.

Supranoto
(2009)

Structural
Equation
Model

Strategi
1.Keunggulan
Menciptakan
bersaing
Keunggulan
2.Orientasi Pasar
Bersaing
Produk 3.Inovasi
Melalui Orientasi 4.Orientasi

Efikasi diri
kewirausahaan dan
motivasi secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha
pada pemilik toko
pakaian di Pusat
Grosir Metro Tanah
Abang, Jakarta
Variabel efikasi diri
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap keberhasilan
usaha. Namun variabel
motivasi
member
pengaruh negatif yang
signifikan
terhadap
keberhasilan
usaha.
Dari nilai keofisien
beta yaitu sebesar
3.028 maka faktor
yang paling dominan
mempengaruhi
keberhasilan
usaha
ialah efikasi diri.
1. Interaksi Implicit
teori (Efikasi) x
ancaman sukses
signifikan.
2. Hubungan yang
tidak
signifikan
dari
ancaman
sukses
dengan
efikasi
diri
diantara individu
dengan
teori
incrementaloriented yang kuat
Hasil
penelitian
menyatakan orientasi
pasar
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap keunggulan

Universitas Sumatera Utara

Pasar, Inovasi, dan
Kewirausahaan
Orientasi
5.Kinerja
Kewirausahaan
Pemasaran
Dalam
Rangka
Meningkatkan
Kinerja Pemasaran
(Studi
empiris
pada:
Industri
Pakaian Jadi Skala
Kecil
dan
Menengah di kota
Semarang)
7.

Sismanto
(2006)

Analisis Pengaruh
Orientasi
Pembelajaran,
Orientasi Pasar dan
Inovasi terhadap
Keunggulan
Bersaing
Untuk
Meningkatkan
Keberhasilan
Usaha
(Studi
Empiris
Pada
Industri Kecil dan
Menengah Produk
Makanan
di
Propinsi
Bengkulu)

1.Orientasi
Pembelajaran
2. Orientasi Pasar
3. Inovasi
4.Keberhasilan
Usaha

Structural
Equation
Model

bersaing,
inovasi
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap keunggulan
bersaing,
orientasi
kewirausahaan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap keunggulan
bersaing, keunggulan
bersaing berpengaruh
positif terhadap kinerja
pemasaran.
Hasil
penelitian
menyatakan orientasi
pembelajaran
berpengaruh
positif
terhadap
inovasi
produk, orientasi pasar
berpengaruh
positif
terhadap
inovasi
produk,
inovasi
produk berpengaruh
positif
terhadap
keunggulan bersaing,
keunggulan bersaing
berpengaruh
positif
terhadap keberhasilan
usaha.

2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel
yang diteliti. Hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan

akan

dianalisis

secara

kritis

dan

sistematis,

sehingga

menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa
tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan
hipotesis (Sugiyono, 2010:60). Variabel yang akan diteliti antara lain

Universitas Sumatera Utara

keberhasilan usaha sebagai variable terikat, efikasi diri, motivasi dan lokasi
sebagai variable bebas.
Efikasi diri kewirausahaan merupakan suatu panduan sikap dan keyakinan
seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Wijandi, 1988; dalam
Suryana dan Bayu, 2010: 165). Keyakinan pada diri individu ini akan mengontrol
pikiran, perasaan dan perilakunya. Proses berwirausaha gagal dan bangkitnya ini
tentunya adalah suatu pengalaman yang dijalani individu yang membutuhkan
keyakinan individu bahwa dirinya mampu menjalankan tugas dan menjadi
wirausaha suksea (Ie dan Visantia,2013). Efikasi diri merupakan faktor yang ikut
mempengaruhi kinerja seseorang dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Robbins,
2003; dalam Ernawati, 2010:77).Kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan,
optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki
kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk
mencapai keberhasilan (Zimmerer, 2008; dalam Suryana & Bayu, 2010: 165).
Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan yang
melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar. Strategi yang
didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar
perusahaan dapat terus menjadi pemimpin pasar (Prakosa,2005:53). Dalam
keunggulan bersaing yang ada dalam lingkungan usaha, tidak semua yang
bergerak dalam bidang tersebut dianggap sebagai pesaing, melainkan hanya
pesaing yang potensial serta mereka yang baru masuk dalam persaingan yang
juga potensial sebagai pesaing dalam usaha.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat
secara skematis sebagai berikut :

Entrepreneurial SelfEfficacy
(X1)

Keberhasilan Usaha
(Y)

Competitive Advantage
(X2)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan
masalah dalam penelitian.Rumusan masalah pada penelitian dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2008:93).Hipotesis dalam penelitian ini adalah
efikasi diri kewiraushaan (entrepreneurial self-efficacy) dan keunggulan bersaing
(competitive advantage) berpengaruh secara postitif dan signifikan terhadap
keberhasilan usaha anggota BPD HIPMI SUMATERA UTARA.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self-Efficacy) Dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota Bpd Hipmi Sumatera Utara

3 30 139

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self-Efficacy) Dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota Bpd Hipmi Sumatera Utara

0 0 17

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self-Efficacy) Dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota Bpd Hipmi Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self-Efficacy) Dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota Bpd Hipmi Sumatera Utara

0 0 9

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self-Efficacy) Dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota Bpd Hipmi Sumatera Utara

0 0 31

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self Efficacy) dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota BPD HIPMI Sumatera Utara.

0 0 17

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self Efficacy) dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota BPD HIPMI Sumatera Utara.

0 0 2

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self Efficacy) dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota BPD HIPMI Sumatera Utara.

0 0 8

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self Efficacy) dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota BPD HIPMI Sumatera Utara.

1 5 4

Pengaruh Efikasi Diri Kewirausahaan (Entrepreneurial Self Efficacy) dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage) Terhadap Keberhasilan Usaha Anggota BPD HIPMI Sumatera Utara.

0 0 20