PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG | Febriani | Jurnal Wahana Sekolah Dasar 10221 14610 1 SM

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS
EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV
SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG
Farraz Putri Febriani, Suminah
PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar 66115, KSDP, FIP Universitas Negeri Malang
e-mail: febriani.farraz@yahoo.com

Abstrak: Penerapan model pembelajaran Make a Match adalah untuk
memecahkan permasalahan yang terdapat pada mata pelajaran IPS di kelas
IV SDN II Aryojeding Kabupaten Tulungagung. Permasalahannya adalah
sebagaian besar dari siswa kelas IV adalah hasil belajar yang disebabkan oleh
guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran, kurang memberikan
motivasi dan tidak menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Penerapan
model Make a Match setelah di lakukan penelitian sebanyak 2 siklus masingmasing terdiri dari 2 pertemuan dengan 4 tahapan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan releksi. Hasil penelitian menunjukkan ketuntasan
belajar pada siklus I sebesar 36% dan pada siklus II meningkat sebesar 86%,
sehingga berhasil dapat meningkatkan aktiitas guru, aktiitas siswa serta
hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa kelas IV SDN II Aryojeding Kabupaten Tulungagung.


Kata Kunci: make a match, hasil belajar, IPS

dari guru maupun siswa. Permasalahan dari
guru yaitu guru kurang memberikan motivasi
siswa dan kurang variasi menggunakan
metode ceramah. Sedangkan dari siswa
permasalahannya meliputi rendahnya kemampuan siswa dalam hal mengingat materi.
Dampaknya adalah hasil belajar siswa yang
masih rendah dibawah KKM, yang telah
ditentukan oleh sekolah yaitu 70, dari 14 siswa
sebanyak 10 siswa belum tuntas dan hanya 4
siswa yang tuntas belajar. Solusi pemecahan
masalah tersebut diperlukan pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa untuk lebih
aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan
guna meningkatkan hasil belajar siswa
diantaranya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Make a Match untuk siswa.
Model pembelajaran Make a Match
menurut Rusman (2012: 233) salah satu


IPS merupakan mata pelajaran yang memuat
berbagai konsep dasar ilmu sosial, masalah
sosial, serta membahas mengenai hubungan
manusia dengan lingkungannya. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial
(Mulyasa, 2010:125). Mata pelajaran IPS
di Sekolah Dasar, diharapkan siswa dapat
memiliki pengetahuan dan wawasan tentang
konsep-konsep dasar ilmu sosial, memiliki
kepekaan dan kesadaran terhadap masalah
sosial di lingkungannya, serta memiliki
keterampilan mengkaji dan memecahkan
masalah- masalah sosial tersebut.
Kenyataan di lapangan, pembelajaran IPS
di Sekolah Dasar masih menghadapi banyak
kendala. Hasil observasi yang dilakukan
peneliti di SDN II Aryojeding Kabupaten
Tulungagung terdapat permasalahan baik

35

36

WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 25, Nomor 1,Januari 2017

jenis dari metode pembelajaran kooperatif.
Salah satu keunggulan model Make a Match
adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai konsep atau topik, dalam
suasana yang menyenangkan. Make a Match
merupakan suatu model pembelajaran
yang menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan karena dengan model ini
siswa dapat belajar sekaligus bermain. Hal ini
diperkuat dengan pendapat Shoimin (2014:
98) yang mengatakan bahwa karakteristik
model pembelajaran Make a Match memiliki
hubungan yang erat dengan karakteristik
siswa yang gemar bermain.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama (Arikunto dkk, 2010:3). Tujuannya untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Rancangan penelitian menggunakan model
Kemmis dan M.C Taggart yaitu pra tindakan,
siklus I dan siklus II. Setiap siklus meliputi
rencana (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan releksi (relection).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan releksi. Sebelum masuk siklus I,
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa
identiikasi masalah. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai perancang, pelaksana,
pengumpul data sekaligus sebagai observer,
penganalisis data dan penyimpulan, serta
pembuat laporan penelitian.
Pengambilan data penelitian dilakukan di
SDN II Aryojeding Kabupaten Tulungagung
semester II tahun ajaran 2015/2016. Subjek
penelitian ini adalah semua siswa kelas IV

SDN II Aryojeding Kabupaten Tulungagung
dengan siswa yang berjumlah 14 siswa yang
terdiri dari 5 laki-laki dan 9 perempuan.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
mengenai pelaksanaan pembelajaran yang
berupa data hasil observasi terhadap aktivitas
belajar siswa, observasi aktivitas guru selama
pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Make a Match, dan data hasil
belajar siswa.
Sumber data dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV SDN II Aryojeding, guru, dan
peneliti. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan sedangkan mitra
peneliti (guru kelas) sebagai observer. Pengumpulan data meliputi teknik pengumpulan
data dan instrumen pengumpulan data. Teknik
pengumpulan data terdiri dari pedoman observasi, wawancara, dokumentasi, pedoman
tes, dan catatan lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data pada penelitian ini
mencakup lembar observasi aktivitas guru
dan siswa, lembar wawancara, dan lembar

soal evaluasi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu
analisis yang dilakukan saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah pengumpulan
data dalam periode tertentu. Langkah-langkah
analisis tersebut terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: (1)
reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan.
Hasil observasi pada lembar observasi
aktivitas guru dan siswa kemudian dihitung
berdasarkan rumus yang ditentukan. Sedangkan hasil pelaksanaan tes kemudian dikelompokkan antara siswa yang tuntas dan belum
tuntas belajar. Hasil belajar siswa diperoleh
dari nilai kognitif (tes akhir), nilai afektif,
dan nilai psikomotor untuk selanjutnya dicari
rata-ratanya. Siswa dikatakan tuntas belajar
secara individu apabila nilainya di atas KKM,
sedangkan yang belum tuntas apabila nilainya
di bawah KKM. Penetapan skor kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran IPS sebesar
70. Sedangkan siswa dikatakan tuntas belajar
secara klasikal apabila 80% siswa dalam satu
kelas telah mencapai nilai 70.


PENiNgKATAN HASiL BELAJAR iPS MATERi AKTiviTAS EKONOMi ...

HASIL
Pratindakan
Pada tahap pratindakan, diketahui guru
masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Guru tidak
menggunakan model pembelajaran maupun
media pembelajaran, sehingga siswa cenderung merasa bosan dan kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan
data observasi pratindakan yang telah dilaksanakan, diperoleh data bahwa pada pembelajaran pratindakan rata-rata nilai siswa kelas IV
adalah 53. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 4 siswa sedangkan 10 siswa diantaranya
belum tuntas belajar. Apabila dipersentasikan
siswa yang tuntas belajar adalah 29%, dan
yang belum tuntas 71% dari jumlah siswa
keseluruhan. Jadi hasil tes tulis pembelajaran
pada pratindakan termasuk dalam kategori
sangat kurang. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar, maka dilakukan perbaikan
dalam pembelajaran dengan menggunakan
model Make a Match pada siklus I.
Siklus I

Perencanaan
Perencanaan siklus I dilakukan berdasarkan hasil releksi dari tahap pratindakan. Kegiatan perencanaan yang dilakukan meliputi (1)
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match, (2) mempersiapkan
media pembelajaran dan sumber belajar yang
digunakan dalam pembelajaran, (3) membuat
kartu soal dan kartu jawaban yang digunakan
dalam penerapan model Make a Match, (4)
membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK),
(5) membuat tes akhir berupa soal evaluasi
kepada siswa, (6) menyiapkan instrumen penilaian aktivitas siswa dan guru, catatan lapangan, serta lembar penilaian kognitif, afektif,
dan psikomotor, (7) melakukan dokumentasi
berupa foto.

37

Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal
26 Februari 2016 dan pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Februari 2016.
Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan RPP yang telah disusun berdasarkan
model Make a Match.
Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Selama kegiatan berlangsung observer mengamati aktivitas guru
dan siswa selama pembelajaran berlangsung,
serta hasil belajar siswa yang diperoleh peneliti.
Hasil Observasi Aktivitas Guru
Tabel 1 Rekapitulasi Aktivitas Guru pada
Pembelajaran Siklus I
Persentase
Pelaksanaan Ketuntasan
No
Predikat
Siklus I
Aktivitas
Guru
1.
Pertemuan 1
83%
Baik

2.
Pertemuan 2
89%
Sangat Baik
Rata-rata
86%
Sangat Baik

Tabel 1 tersebut menjelaskan bahwa siklus
I pertemuan 1 ketuntasan aktivitas guru sebesar
83% dari 18 aspek mulai dari kegiatan awal
hingga akhir dengan predikat baik. Pertemuan
2 persentase ketuntasan aktivitas guru sebesar
89% dengan predikat sangat baik. Rata-rata
ketuntasan aktivitas guru dalam pertemuan 1
dan pertemuan 2 sebesar 86% dengan kriteria
sangat baik.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 2 Rekapitulasi Aktivitas Siswa pada
Siklus I

No

Pelaksanaan
Siklus I

1.
Pertemuan 1
2.
Pertemuan 2
Rata-rata

Persentase
Ketuntasan
Aktivitas Siswa
59%
66%
62,5%

Predikat
Kurang
Cukup
Cukup

38

WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 25, Nomor 1,Januari 2017

Tabel 2 menunjukkan aktivitas siswa pada
pertemuan 1 masih rendah. Hal ini terbukti
dari 6 aspek yang diamati, ketuntasan aktivitas siswa hanya sebesar 59% dengan predikat
kurang. Pertemuan 2 terjadi peningkatan ketuntasan aktivitas siswa menjadi 66% dengan
predikat cukup. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 7%. Rata-rata aktivitas siswa
sebesar 62,5% dengan predikat cukup.
Hasil Belajar Siswa
Nilai hasil belajar siswa diperoleh dari
tes akhir (kognitif), nilai afektif, dan nilai
psikomotor siswa untuk selanjutnya dicari
rata-ratanya. Data nilai hasil belajar siswa
pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2
tertuang dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3 tersebut menunjukkan rekapitulasi
hasil belajar siswa pada siklus I dengan ratarata sebesar 63,2% dengan predikat cukup.
Dari 14 siswa, 5 siswa dinyatakan sudah
tuntas sedangkan 9 siswa dinyatakan belum
tuntas. Ketuntasan belajar secara klasikal
pada siklus I masih rendah yaitu hanya 36%
dengan predikat sangat kurang.
Releksi
Berdasarkan hasil observasi dan analisis
data pada siklus I, diperoleh hasil yaitu
masih ada kekurangan pada beberapa aspek
yang terlihat dalam data observasi aktivitas
guru pada pertemuan 1 dan pertemuan 2
selama guru mengajar. Oleh sebab itu perlu
diperbaiki pada siklus berikutnya. Aktivitas
siswa selama kegiatan pembelajaran masih
belum memenuhi kriteria yang diinginkan.
Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa
belum mengenal dan memahami dengan benar

langkah-langkah dalam penerapan model
pembelajaran Make a Match terutama pada
pertemuan 1. Hal ini menyebabkan beberapa
siswa pasif saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Hasil belajar siswa pada siklus I
diketahui terjadi peningkatan dari pertemuan
1 ke pertemuan 2 walaupun belum signiikan
dan belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai
akhir siswa pada siklus I diketahui masih
belum mencapai hasil yang diinginkan. Oleh
sebab itu diperlukan perbaikan hasil belajar
siswa yang dilakukan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Perencanaan
Perencanaan siklus II disusun berdasarkan releksi dari tindakan siklus I. Sama seperti siklus I, pada tahap perencanaan peneliti
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II yang terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3x35 menit.
Peneliti juga mempersiapkan media pembelajaran serta instrumen yang meliputi lembar observasi guru dan siswa, soal evaluasi,
dan lembar penilaian. Pada tahap ini, peneliti
harus memperbaiki beberapa aspek yang terlewatkan pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal
04 Maret 2016 dan pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 07 Maret 2016.
Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disusun berdasarkan
model Make a Match.

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Siklus I
Jumlah
Rata-rata
Persentase
Predikat

Nilai Akhir
Pert. 1
814
58,1
58,1%
Kurang

Pert. 2
947
67,6
67,6%
Cukup

Rata-rata
Siklus I
885
63,2
63,2%
Cukup

Ketuntasan Belajar
T
5

BT
9

36%
Sangat Kurang

64%

PENiNgKATAN HASiL BELAJAR iPS MATERi AKTiviTAS EKONOMi ...

Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Selama kegiatan berlangsung observer mengamati aktivitas guru
dan siswa selama pembelajaran berlangsung,
serta hasil belajar siswa yang diperoleh peneliti.
Hasil Observasi Aktivitas Guru
Tabel 4 Rekapitulasi Aktivitas Guru pada
Pembelajaran Siklus II

1.

Pertemuan 1

Persentase
Ketuntasan
Aktivitas Guru
94%

2.

Pertemuan 2

100%

No

Pelaksanaan
Siklus II

Rata-rata

97%

Predikat
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik

Tabel 4 tersebut menunjukkan ketuntasan
aktivitas guru pada pertemuan 1 sebesar
94% dari 18 aspek dengan predikat sangat
baik. Pertemuan 2, ketuntasan aktivitas guru
meningkat sebesar 100% dengan predikat
sangat baik. Berdasarkan kedua siklus
diketahui terjadi peningkatan aktivitas guru
pada proses pembelajaran. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan rata-rata siklus
I sebesar 86% menjadi 97% pada siklus II
dengan predikat sangat baik.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 5 Rekapitulasi Aktivitas Siswa pada
Siklus II
No

Pelaksanaan
Siklus II

1.
Pertemuan 1
2.
Pertemuan 2
Rata-rata

Persentase
Ketuntasan
Predikat
Aktivitas Siswa
72%
Cukup
84%
Baik
78%
Baik

Tabel 5 tersebut menunjukkan ketuntasan
aktivitas siswa pada pertemuan 1 sebesar
72% dari 6 aspek dengan predikat cukup.
Ketuntasan aktivitas siswa pada pertemuan

39

2 sebesar 84% dengan predikat baik.
Berdasarkan siklus I dan siklus II, diketahui
terjadi peningkatan rata-rata aktivitas belajar
siswa dengan rata-rata siklus I sebesar 62,5%,
menjadi 78% pada siklus II dengan predikat
baik.
Hasil Belajar Siswa
Data nilai hasil belajar siswa pada siklus
II pertemuan 1 dan pertemuan 2 tertuang
dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 6 tersebut menunjukkan rekapitulasi
hasil belajar siswa pada siklus II dengan ratarata sebesar 79,3% dengan predikat baik. Dari
14 siswa, 12 siswa dinyatakan sudah tuntas
dan hanya ada 2 siswa yang belum tuntas.
Ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus
II meningkat secara signiikan yaitu sebesar
86% dengan predikat sangat baik.
Releksi
Berdasarkan hasil observasi dan analisis
data pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa
guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah model
pembelajaran dan aspek-aspek dalam lembar
observasi guru. Terjadi peningkatan aktivitas
belajar siswa pada siklus II sehingga telah memenuhi kriteria yang diharapkan. Siswa sudah
mengenal dan memahami langkah-langkah
dalam penerapan model pembelajaran Make
a Match, sehingga kegiatan pembelajaran
berjalan dengan lancar dan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Terjadi peningkatan
hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus
II serta mencapai ketuntasan belajar yang
diinginkan. Terjadi peningkatan nilai akhir
siswa dari siklus I ke siklus II secara signiikan. Persentase ketuntasan siswa baik secara
individu maupun klasikal sudah cukup baik
dan mencapai ketuntasan yang diinginkan sehingga tidak perlu diadakan siklus III.
Temuan Penelitian
Siklus I
Penerapan model pembelajaran Make
a Match di kelas IV pada mata pelajaran

40

WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 25, Nomor 1,Januari 2017

Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Siklus II
Jumlah
Rata-rata
Persentase
Predikat

Nilai Akhir
Pert. 1
Pert. 2
1029
1183
73,5
84,5
73,5%
84,5%
Cukup
Baik

IPS belum berjalan dengan baik. Hal ini
dikarenakan model pembelajaran Make a
Match belum pernah diterapkan sebelumnya.
Oleh sebab itu, siswa belum memahami
betul dan masih merasa kesulitan dalam
menerapkan model pembelajaran ini sehingga
hasil belajar siswa masih belum mencapai
target yang diharapkan.
Siklus II
Penerapan model pembelajaran Make a
Match di kelas IV pada siklus II sudah berjalan
dengan baik. Hal ini dikarenakan siswa
telah memahami langkah-langkah model
pembelajaran Make a Match sehingga kegiatan
pembelajaran berjalan dengan lancar. Siswa
terlihat aktif dalam mengikuti pembelajaran
dan percaya diri dalam mengungkapkan
pendapatnya di depan kelas, sehingga hasil
belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus sebelumnya.
PEMBAHASAN
Penerapan Model Pembelajaran Make
a Match dalam Pembelajaran IPS pada
Materi Aktivitas Ekonomi yang Berkaitan
dengan Sumber Daya Alam dan Potensi
Lain Daerah
Penerapan model pembelajaran Make
a Match seperti yang dipaparkan (Rusman,
2012:223) di kelas IV pada mata pelajaran
IPS, secara keseluruhan sudah berjalan
dengan cukup baik. Dalam penerapannya,
guru menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan
langkah-langkah yang ada dalam model
pembelajaran Make a Match. Dalam penerapan
model Make a Match, guru menggunakan
media pembelajaran berupa kartu soal dan

Rata-rata
Siklus II
1110
79,3
79,3%
Baik

Ketuntasan Belajar
T
BT
12
2
86%
Sangat Baik

14%

kartu jawaban. Selain itu guru menggunakan
media gambar sebagai media pendukung
untuk membantu siswa mempermudah
memahami materi yang disampaikan.
Awal pertemuan dalam siklus I guru
masih belum bisa mengelola kelas dengan
baik. Hal ini terbukti dalam lembar observasi
aktivitas guru yang meliputi 18 aspek, masih
ada 3 aspek yang belum muncul ketika guru
melaksanakan pembelajaran. Sebagian besar
siswa pun cenderung ramai sendiri dan tidak
fokus pada saat guru menjelaskan materi.
Selain itu, siswa juga masih belum memahami
betul langkah dalam model pembelajaran
Make a Match. Hal ini dikarenakan model
Make a Match belum pernah diterapkan
sebelumnya terutama di kelas IV, sehingga
siswa masih terlihat kebingungan saat
menerapkan model tersebut. Oleh sebab itu,
guru diharuskan mereleksi hasil dari setiap
pertemuan untuk dijadikan bahan dalam
perencanaan pada pertemuan berikutnya agar
terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru
serta hasil belajar siswa.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II,
diketahui terjadi peningkatan hasil belajar
dan aktivitas siswa maupun guru. Dari
hasil releksi pada siklus II, guru sudah
bisa menguasai kelas dengan cukup baik.
Hal ini terbukti pada lembar observasi
aktivitas guru, 18 aspek sudah muncul
dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain
itu, siswa sudah mengenal dan memahami
langkah-langkah model pembelajaran Make
a Match, sehingga kegiatan pembelajaran
berjalan dengan lancar dan siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran dapat dilihat pada
lembar aktivitas siswa dengan 6 aspek yang

PENiNgKATAN HASiL BELAJAR iPS MATERi AKTiviTAS EKONOMi ...

diamati sudah muncul dalam pembelajaran.
Selain itu,
pada saat guru melakukan
tanya jawab banyak siswa aktif menjawab
pertanyaan guru. Siswa juga terlihat antusias
dalam penerapan model Make a Match dan
mulai berani mengemukakan pendapatnya
pada saat presentasi di depan kelas.
Berdasarkan data yang telah diperoleh,
diketahui bahwa aktivitas guru dan aktivitas
siswa pada penerapan model pembelajaran
Make a Match mengalami peningkatan
di setiap siklusnya. Hal ini sesuai dengan
teori dari (Rusman, 2012:223) mengatakan
bahwa model Make a Match siswa belajar
secara aktif sambil menguasai konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan,
sehingga diharapkan hasil belajar siswa lebih
meningkat. Teori ini diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Ahmad Dennis Widya
Pradana (2014) menyatakan bahwa setelah
diterapkan model pembelajaran Make a
Match, aktivitas dan hasil belajar siswa di
kelas IV terjadi peningkatan.
Pelaksanaan siklus I, persentase aktivitas
guru mencapai 86% sedangkan aktivitas
siswa mencapai 62,5%. Setelah dilakukan
releksi serta perbaikan pada siklus II, terjadi
peningkatan secara signiikan pada persentase
aktivitas guru yaitu sebesar 100% dengan
predikat sangat baik. Sedangkan persentase
aktivitas siswa meningkat menjadi 78%
dengan predikat baik.

Peningkatan Hasil Belajar IPS pada Siswa
Kelas IV SDN II Aryojeding Melalui Model
Make a Match
Hasil belajar menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009:5) mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan
hasil observasi pada tahap pratindakan, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih sangat
rendah. Dalam tahap ini, hanya ada 4 siswa
yang dinyatakan tuntas belajar atau berada di
atas KKM dan 10 siswa lainnya dinyatakan
belum tuntas. Nilai rata-rata kelas dalam aspek
kognitif pada tahap pratindakan masih rendah

41

yaitu hanya sebesar 53 dengan predikat sangat
kurang. Selain itu, ketuntasan belajar secara
klasikal masih belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu hanya sebesar 29%. Dengan
nilai ketuntasan tersebut, maka pembelajaran
dikatakan belum berhasil dan perlu dilakukan
perbaikan pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I, diketahui terjadi peningkatan hasil belajar siswa walaupun belum secara
signiikan. Hal ini terbukti pada pertemuan 1
nilai rata-rata aspek psikomotor sebesar 68,6,
aspek kognitif sebesar 59,3, dan aspek afektif sebesar 46,7. Sedangkan pada pertemuan
2, nilai rata-rata aspek psikomotor sebesar
77,2, aspek kognitif 69,4, dan aspek afektif
56,3. Nilai rata-rata hasil belajar mencapai
58,1 pada pertemuan 1 dan mengalami peningkatan menjadi 67,6 pada pertemuan 2.
Sedangkan nilai rata-rata kelas pada siklus I
mencapai 63,2 dengan predikat cukup yang
artinya terjadi peningkatan sebesar 10,1 dari
tahap pratindakan. Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 36% atau
terdapat 5 siswa yang mencapai nilai diatas
KKM. Peningkatan yang terjadi pada siklus
I dibandingkan dengan tahap pratindakan
adalah bahwa adanya perubahan gaya belajar
yang semula hanya berpusat pada guru, menjadi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan kooperatif. Namun, nilai hasil
belajar siswa pada siklus I masih belum memenuhi hasil yang diharapkan. Maka dari itu,
diperlukan perbaikan hasil belajar pada siklus
berikutnya.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II,
diketahui terjadi peningkatan hasil belajar
siswa dibandingkan dengan siklus I. Hal ini
terbukti pada pertemuan 1 siklus II terjadi
peningkatan pada 3 aspek yaitu aspek
psikomotor sebesar 84,3, aspek kognitif
sebesar 76,3, dan aspek afektif sebesar 59,3.
Sedangkan pada pertemuan 2, nilai rata-rata
aspek psikomotor sebesar 89,8, aspek kognitif
85, dan aspek afektif 78. Nilai rata-rata hasil
belajar siswa pada pertemuan 1 sebesar 73,5
dan mengalami peningkatan pada pertemuan

42

WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 25, Nomor 1,Januari 2017

2 sebesar 84,5. Sedangkan nilai rata-rata kelas
pada siklus II mencapai 79,3 dengan predikat
baik. Dalam siklus II diketahui terjadi
peningkatan persentase ketuntasan belajar
siswa secara klasikal yaitu sebesar 86%
dimana terdapat 12 siswa yang dinyatakan
tuntas belajar yang artinya siswa sudah
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal
(≥80%). Hal ini sejalan dengan pendapat
Sudjana (2011: 8) dimana keberhasilan siswa
ditentukan kriterianya yakni berkisar antara
75-80%. Dengan demikian, dapat diartikan
bahwa model pembelajaran Make a Match
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN II
Aryojeding Kabupaten Tulungagung.
PENUTUP
Kesimpulan
Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan
menerapkan model pembelajaran Make a
Match di kelas IV SDN II Aryojeding Kabupaten Tulungagung sudah berjalan dengan
cukup baik. Hal ini terbukti dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa pada setiap
siklusnya. Pada siklus I, aktivitas belajar siswa
sebesar 62,5% dan meningkat menjadi 78%
pada siklus II. Sedangkan aktivitas guru pada
siklus I sebesar 86% dan meningkat menjadi
100% pada siklus II.
Penerapan model pembelajaran Make
a Match pada mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV
SDN II Aryojeding Kabupaten Tulungagung.
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
hasil belajar siswa pada tahap pratindakan,
siklus I dan siklus II. Dalam tahap pratindakan,
diketahui rata-rata kelas siswa sebesar 53
dan persentase ketuntasan klasikal sebesar
29% dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 4
siswa dan 10 siswa lainnya tidak tuntas. Pada
siklus I, nilai rata-rata kelas mencapai 63,2
dan terjadi peningkatan persentase ketuntasan
klasikal yaitu sebesar 36% dengan jumlah
siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa dan 9
siswa lain dinyatakan belum tuntas. Pada
siklus II, nilai rata-rata kelas mencapai 79,3

dan terjadi peningkatan persentase ketuntasan
klasikal yaitu sebesar 86% dengan jumlah
siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa, dan 2
siswa lain belum tuntas.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan dengan menerapkan model
pembelajaran Make a Match, maka terdapat
beberapa yang disampaikan oleh peneliti yaitu
apabila guru ingin meningkatkan hasil belajar
siswa, maka guru diharapkan dapat memahami
langkah-langkah serta dapat menerapkan
model pembelajaran Make a Match yang
dapat meningkatkan minat, hasil belajar serta
aktivitas siswa sehingga siswa dapat terlibat
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan
masukan serta motivasi kepada guru untuk
dapat melaksanakan pembelajaran yang
inovatif dan berkualitas dengan menerapkan
model-model maupun media pembelajaran
agar tercipta suasana belajar yang variatif dan
menyenangkan.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( Mukhlis, Ed.). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah,
Tugas Akhir, Laporan Penelitian. 2010.
Universitas Negeri Malang
Pradana, Ahmad Dennis. 2015. Peningkatan
Hasil Belajar IPS Melalui Model Make
A Match di Kelas 4 SDN Selokajang
3 Kabupaten Blitar. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Rusman. 2012. Model-model pembelajaran:
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
AR-RUZZ MEDIA.

PENiNgKATAN HASiL BELAJAR iPS MATERi AKTiviTAS EKONOMi ...

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning:
Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

43

Dokumen yang terkait

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Make A Match Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01 Waru Kecamatan Kebakkramat Tah

0 3 14

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Make A Match Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01 Waru Kecamatan Kebakkramat Tah

0 3 11

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH DI SEKOLAH DASAR

0 0 13

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH DI SD

0 0 13

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan melalui Pendekatan Kooperatif Model Make A Match di Kelas IV SDN Dukuh Kabupaten Tabalong

0 0 6