Emosi Tokoh Utama dalam Film Sang Martir Karya Helfi Kardit: Analisis Psikologi Sastra
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep diartikan sebagai unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah
pemikiran si peneliti. Menurut Tantawi (2013:182), hal ini perlu karena ada kata-kata di
dalam kamus memiliki arti yang lebih dari satu dan akan menjadi pedoman pada saat
penelitian.. Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut:
a.
Film
Menurut Palapah dan Syamsudin (1986:114) film merupakan salah satu media yang
berkarakteristik masal, yang merupakan kombinasi gambar-gambar bergerak dan perkataan.
Setiap film bersifat menarik dan menghibur, serta membuat para audiens berfikir. Setiap hasil
karya yang ada bersifat unik dan menarik sehingga ada banyak cara yang digunakan dalam
suatu film dokumenter untuk menyampaikan ide-ide tentang dunia nyata.
b.
Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan
sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2000:85). Tokoh utama merupakan
pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran penting atau utama. Tokoh senantiasa
hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman karya sastra. Karya
sastra yang dimaksud dapat berupa novel dan cerpen. Tokoh dalam karya sastra selalu
mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.
c.
Emosi
Menurut Daniel Goleman (2002:411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis juga serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Universitas Sumatera Utara
d.
Psikologi
Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu
jiwa. Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Atau
ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia (Ahmadi:2003).
2.2
Landasan Teori
Teori yang melandasi penelitian ini adalah:
a.
Psikologi Sastra
Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan dalam bentuk
tulisan sastra. Penelitian psikologi sastra merupakan sebuah penelitian yang menitikberatkan
pada suatu karya sastra yang menggunakan tinjauan psikologi sastra. Psikologi sastra dapat
mengungkapkan tentang sesuatu kejiwaan baik pengarang, tokoh karya sastra, maupun
pembaca karya sastra. Sastra sebagai gejala ”kejiwaan” di dalamnya terkandung fenomenafenomena yang terkait dengan psikis atau kejiwaan.
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Menurut Sigmund
Freud, ada tiga komponen kepribadian, yaituIdyang selalu berprinsip mau memenuhi
kesenangannya sendiri (pleasure principle),ego yang selalu berorientasi pada kenyataan
(reality principle), dan super ego yang selalu berpatokan pada norma-norma yang baku
(moral standard). Ketiga komponen tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak
menyalurkan energi naluri
ke
dalam energi gerak
untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
keinginannya terjadi dalam kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam kehidupan dunia
fiksi.Ketiganya juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.
Psikologi dan sastra keduanya berfungsi untuk memperkaya pengalaman manusia dan
keduanya juga berusaha menyadarkan manusia untuk dapatmengenal dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Fenomena sastra sebagai cermin kepribadian sastra merupakan karya kreatif dari sebuah
proses pemikiran untuk menyampaikan ide, pengalaman dan sistem berpikir atau teori. Hal
ini sejalan dengan (Hardjana, 1981:10) bahwa sastra sebagai pengungkapan baku dari apa
yang telah disaksikan, dialami, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan.
Maka dari itu, psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freuddapat diterapkan
dalam kajian kesusateraan. Penganalisisan karya sastra dengan kajian psikoanalisa Sigmund
Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam tokoh karya sastra yang juga
memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia dalam kehidupan nyata. Analisis
Psikoanalisa digunakan karena tokoh-tokoh dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan
dari kehidupan nyata sehingga mampu mewakili perwatakan manusia yang diaplikasikan
dalam bentuk cerita.
b. Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman (dalam Ahmadi, 2003:410) emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Pada pengkajian ini, penulis menggunakan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud.
Freud menjelaskan (dalam Minderop, 2011:39) kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan
kesedihan kerap kali dianggap sebagai emosi yang paling mendasar (primary emotions).
Situasi yang membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang
ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan. Selain itu, kebencian atau
perasaan benci (hate) berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu, dan iri hati. Ciri
khas yang menandai perasaan benci ialah timbunya nafsu atau keinginan untuk
menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian. Perasaan benci bukan sekedar
Universitas Sumatera Utara
timbulnya perasaan tidak suka atau aversi/enggan yang dampaknya ingin menghindar dan
tidak bermaksud menghancurkan. Sebaliknya, perasaan benci selalu melekat di dalam diri
seseorang, dan ia tidak akan pernah merasa puas sebelum menghancurkannya; bila objek
tersebut hancur ia akan merasa puas. Berikut penjelasan mengenai emosi mendasar dari teori
psikoanalisis Sigmund Freud.
a.
Kegembiraan
Kebahagiaan atau kegembiraan adalah
suatu
keadaan pikiran atauperasaan
yang
ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau
kegembiraan yang intens. Berbagai pendekatanfilsafat, agama, psikologi, dan biologi telah
dilakukkan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya. Kegembiraan
sendiri berasal dari kata dasar gembira, yang di dalam KBBI memiliki arti suka, bahagia,
bangga, senang; senang hati, bersuka cita, dan riang.
b.
Kemarahan
Kemarahan,
mengakibatkan
berasal
antara
dari
lain
kata “marah”,
peningkatan
adalah
suatu emosi yang
denyut jantung, tekanan
secara fisik
darah,
serta
tingkat adrenalin dan nonadrenalin. Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan
secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk
mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar. Kata
marah,berdasarkan KBBI memiliki arti sangat tidak senang, karena dihina, diperlakukan
tidak sepantasnya, dan sebagainya.
c.
Ketakutan
Ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu
mekanisme
pertahanan
hidup
dasar
yang
terjadi
sebagai
respons
terhadap
suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Berdasarkan KBBI, takut
berarti merasa gentar atau ngeri menghadapi sesuatuyang dianggap akan mendatangkan
Universitas Sumatera Utara
bencana. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari
emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.
Ketakutan harus dibedakan dari kondisi emosi lain, yaitu kegelisahan, yang umumnya
terjadi tanpa adanya ancaman eksternal. Ketakutan juga terkait dengan suatu perilaku spesifik
untuk melarikan diri dan menghindar, sedangkan kegelisahan adalah hasil dari persepsi
ancaman yang tak dapat dikendalikan atau dihindarkan.
d.
Kesedihan
Kesedihan adalah suatu emosi yang ditandai oleh perasaan tidak beruntung, kehilangan,
dan ketidakberdayaan. Kesedihan berasal dari kata dasar sedih yang artimya dalam KBBI
adalahmerasa sangat pilu dalam hati atau susah hati. Saat sedih, manusia sering menjadi lebih
diam, kurang bersemangat, dan menarik diri. Kesedihan dapat juga dipandang sebagai
penurunan suasana hati sementara, sedangkan depresi sering dicirikan dengan penurunan
suasana hati yang persisten dan besar yang kadang disertai dengan gangguan terhadap
kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan harian-nya. Menangis adalah salah satu
indikasi dari kesedihan.
W. Wundt (1832-1920) menggolongkan jenis-jenis emosi berdasarkan sifat emosi itu
sendiri (Sarwono, 1988:83). Wundt menegmukakan tiga pasang kutub emosi, yaitu:
1.
Lust-Unlust (senang-tak senang)
2.
Spannung-Losung (tegang-tak tegang)
3.
Erregung-Beruhigung (semangat-tenang)
Banyak penyebab terjadinya emosi pada setiap orang. Faktor penyebab emosi dapat
berasal dari dalam diri individu, konflik-konflik dalam proses perkembangan dan sebab yang
bersumber dari lingkungan. Menurut Piaget, penyebab terjadinya emosi dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaiu:
1.
Faktor kematangan atau Maturation.
Universitas Sumatera Utara
2.
Pengaruh yang datang dari pengalaman dan transmisi sosial.
3.
Aktivitas sosial yang berguna dalam belajar menyesuaikan diri (adaptasi), asimilasi dan
akomodasi
Dapat ditarik kesimpulan bahwa emosi dipengaruhi oleh faktor kematangan atau
maturation dan belajar. Faktor kematangan berpengaruh terhadap respon individu dalam
menyikapi berbagai keadaan yang dihadapi, baik dari dalam diri maupun konflik-konflik
dalam proses perkembangan yang terjadi. Faktor belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan
yang ada disekitar. Kemaangan dan belajar terjalin era satu sama lain dalam mempengaruhi
emosi.
Emosi memiliki peran yang besar dalam dinamika jiwa dan mengendalikan tingkah
laku seseorang. Contohnya:
1.
Emosi dapat memperkuat semangat apabila seseorang merasa puas dan senang atas
hasil yang dicapai.
2.
Emosi dapat melemahkan semangat apabila timbul rasa kecewa atas kegagalan.
3.
Emosi dapat mengganggu konsentrasi belajar, ketika ada kegagalan perasaan, misalnya:
gugup, patah hati.
4.
Emosi mengganggu penyesuaian sosial, misalnya; iri hati dan cemburu.
2.3
Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap film Sang Martir karya Helfi Kardit sudah pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, tetapi menggunakan teori yang berbeda, sedangkan dengan teori
psikologi sastra belum pernah dikaji sebelumnya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini,
dipaparkan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut.
Dzurwatul Fithriyyah (2013) dalam skripsinya yang berjudul ”Pesan Dakwah dalam
Film Sang Martir” menganalisis pesan tentang kerukunan umat beragama perspektif Islam.
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan dari hasil analisis tersebut ialah Islam menyikapi kerukunan umat beragama
dalam film Sang Martir secara inklusif, yaitu menganggap bahwa Islam adalah agama paling
benar tetapi mengakui adanya agama selain Islam dan Islam menyikapi kerukunan umat
beragama dalam film Sang Martir secara prularis, yaitu menganggap bahwa semua agama
adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran di mata Tuhan.
Indra Sukmana (2013), dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Semiotika
Representasi ”Wajah” Islam dan Kristen dalam Film Sang Martir” menggunakan teori
semiotika. Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pada film Sang Martir memang
menampilkan berbagai konflik masyarakat dan persoalan dua agama yang berbeda, namun
pembuat film berusaha menampilkan Isla kepada khalayak sebagai agama yang baik. Pada
keseluruhan dari cerita film ini, Helfi Kardit memperlihatkan suatu kesetaraan antara kedua
agama dan berusaha menampilkan sisi baik dari Islam, yang mana Islam adalah agama yang
meyoritas di Indonesia. Sutradara berusaha menampilkan pluralisme dalam film tersebut.
Namun tetap saja sutradara menempatkan diri pada titik aman agar tidak menyinggung
golongan-golongan tertentu, yang mana golongan tersebut menjadi golongan yang mayoritas.
Meta Yunita Kusuma (2014) dalam skripsinya yang berjudul ”Representasi Toleransi
Umat Beragama Dalam Film Sang Martir” menggunakan teori representasi dan semiotika.
Kesimpulan dari penelitian tersebut ialah bahwa film Sang Martir cukup banyak
menampilkan adegan yang merepresentasikan toleransi antara umat beragama. Karakter
utama dalam film ini, Rangga, yang selalu menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat
beragama. Baik itu terhadap Pendeta Josep (teman satu sel Rangga saat di penjara), Jerry
(musuh Rambo serta pendiri dan donatur terbesar di sebuah gereja), Cinta (gadis Kristen
korban pemerkosaan Daniel, adik Jerry) dan Pendeta Bono (Pendeta di gereja Jerry).
Mahdian Banjar Sari (2014), dalam skripsinya yang berjudul ”Unsur Premanisme
Dalam Film (Analisis Isi pada Film Sang Martir Karya Helfi Kardit)” menggunakan metode
Universitas Sumatera Utara
analisis isi. Dari hasil analisisnya tersebut, Mahdian menyatakan bahwa Premanisme menjadi
sebuah permasalahan sendiri diIndonesia. munculnya premanisme di Indonesia memang
bermula pada perekonomian yang sulit dan banyaknya pengangguran di sekitar kita. Namun
jika kita cermati untuk saat ini, faktor utama kemunculan premanisme adalah karena
minimnya sebuah pendidikan dan kurangnya penanaman moral yang baik bagi rakyat.
Sehingga hal itu menyebabkan terjadinya kemerosotan moral yang begitu memprihatinkan
bangsa ini. Faktor-faktor inilah yang menjadi kunci dari munculnya tindakan premanisme.
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap film
Sang Martir karya Helfi Kardit dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra belum
pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian yang akan diteliti adalah tentang emosi
mendasar dan yang membedakan penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah teori
yang digunakan dalam menganalisis objek yang akan diteliti, yaitu film Sang Martir. Dengan
demikian, keaslian atau kebenaran penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik.
Universitas Sumatera Utara
KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep diartikan sebagai unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah
pemikiran si peneliti. Menurut Tantawi (2013:182), hal ini perlu karena ada kata-kata di
dalam kamus memiliki arti yang lebih dari satu dan akan menjadi pedoman pada saat
penelitian.. Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut:
a.
Film
Menurut Palapah dan Syamsudin (1986:114) film merupakan salah satu media yang
berkarakteristik masal, yang merupakan kombinasi gambar-gambar bergerak dan perkataan.
Setiap film bersifat menarik dan menghibur, serta membuat para audiens berfikir. Setiap hasil
karya yang ada bersifat unik dan menarik sehingga ada banyak cara yang digunakan dalam
suatu film dokumenter untuk menyampaikan ide-ide tentang dunia nyata.
b.
Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan
sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2000:85). Tokoh utama merupakan
pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran penting atau utama. Tokoh senantiasa
hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman karya sastra. Karya
sastra yang dimaksud dapat berupa novel dan cerpen. Tokoh dalam karya sastra selalu
mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.
c.
Emosi
Menurut Daniel Goleman (2002:411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis juga serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Universitas Sumatera Utara
d.
Psikologi
Secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu
jiwa. Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Atau
ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia (Ahmadi:2003).
2.2
Landasan Teori
Teori yang melandasi penelitian ini adalah:
a.
Psikologi Sastra
Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan dalam bentuk
tulisan sastra. Penelitian psikologi sastra merupakan sebuah penelitian yang menitikberatkan
pada suatu karya sastra yang menggunakan tinjauan psikologi sastra. Psikologi sastra dapat
mengungkapkan tentang sesuatu kejiwaan baik pengarang, tokoh karya sastra, maupun
pembaca karya sastra. Sastra sebagai gejala ”kejiwaan” di dalamnya terkandung fenomenafenomena yang terkait dengan psikis atau kejiwaan.
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Menurut Sigmund
Freud, ada tiga komponen kepribadian, yaituIdyang selalu berprinsip mau memenuhi
kesenangannya sendiri (pleasure principle),ego yang selalu berorientasi pada kenyataan
(reality principle), dan super ego yang selalu berpatokan pada norma-norma yang baku
(moral standard). Ketiga komponen tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak
menyalurkan energi naluri
ke
dalam energi gerak
untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
keinginannya terjadi dalam kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam kehidupan dunia
fiksi.Ketiganya juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.
Psikologi dan sastra keduanya berfungsi untuk memperkaya pengalaman manusia dan
keduanya juga berusaha menyadarkan manusia untuk dapatmengenal dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Fenomena sastra sebagai cermin kepribadian sastra merupakan karya kreatif dari sebuah
proses pemikiran untuk menyampaikan ide, pengalaman dan sistem berpikir atau teori. Hal
ini sejalan dengan (Hardjana, 1981:10) bahwa sastra sebagai pengungkapan baku dari apa
yang telah disaksikan, dialami, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan.
Maka dari itu, psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freuddapat diterapkan
dalam kajian kesusateraan. Penganalisisan karya sastra dengan kajian psikoanalisa Sigmund
Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam tokoh karya sastra yang juga
memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia dalam kehidupan nyata. Analisis
Psikoanalisa digunakan karena tokoh-tokoh dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan
dari kehidupan nyata sehingga mampu mewakili perwatakan manusia yang diaplikasikan
dalam bentuk cerita.
b. Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman (dalam Ahmadi, 2003:410) emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Pada pengkajian ini, penulis menggunakan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud.
Freud menjelaskan (dalam Minderop, 2011:39) kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan
kesedihan kerap kali dianggap sebagai emosi yang paling mendasar (primary emotions).
Situasi yang membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang
ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan. Selain itu, kebencian atau
perasaan benci (hate) berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu, dan iri hati. Ciri
khas yang menandai perasaan benci ialah timbunya nafsu atau keinginan untuk
menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian. Perasaan benci bukan sekedar
Universitas Sumatera Utara
timbulnya perasaan tidak suka atau aversi/enggan yang dampaknya ingin menghindar dan
tidak bermaksud menghancurkan. Sebaliknya, perasaan benci selalu melekat di dalam diri
seseorang, dan ia tidak akan pernah merasa puas sebelum menghancurkannya; bila objek
tersebut hancur ia akan merasa puas. Berikut penjelasan mengenai emosi mendasar dari teori
psikoanalisis Sigmund Freud.
a.
Kegembiraan
Kebahagiaan atau kegembiraan adalah
suatu
keadaan pikiran atauperasaan
yang
ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau
kegembiraan yang intens. Berbagai pendekatanfilsafat, agama, psikologi, dan biologi telah
dilakukkan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya. Kegembiraan
sendiri berasal dari kata dasar gembira, yang di dalam KBBI memiliki arti suka, bahagia,
bangga, senang; senang hati, bersuka cita, dan riang.
b.
Kemarahan
Kemarahan,
mengakibatkan
berasal
antara
dari
lain
kata “marah”,
peningkatan
adalah
suatu emosi yang
denyut jantung, tekanan
secara fisik
darah,
serta
tingkat adrenalin dan nonadrenalin. Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan
secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk
mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar. Kata
marah,berdasarkan KBBI memiliki arti sangat tidak senang, karena dihina, diperlakukan
tidak sepantasnya, dan sebagainya.
c.
Ketakutan
Ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu
mekanisme
pertahanan
hidup
dasar
yang
terjadi
sebagai
respons
terhadap
suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Berdasarkan KBBI, takut
berarti merasa gentar atau ngeri menghadapi sesuatuyang dianggap akan mendatangkan
Universitas Sumatera Utara
bencana. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari
emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.
Ketakutan harus dibedakan dari kondisi emosi lain, yaitu kegelisahan, yang umumnya
terjadi tanpa adanya ancaman eksternal. Ketakutan juga terkait dengan suatu perilaku spesifik
untuk melarikan diri dan menghindar, sedangkan kegelisahan adalah hasil dari persepsi
ancaman yang tak dapat dikendalikan atau dihindarkan.
d.
Kesedihan
Kesedihan adalah suatu emosi yang ditandai oleh perasaan tidak beruntung, kehilangan,
dan ketidakberdayaan. Kesedihan berasal dari kata dasar sedih yang artimya dalam KBBI
adalahmerasa sangat pilu dalam hati atau susah hati. Saat sedih, manusia sering menjadi lebih
diam, kurang bersemangat, dan menarik diri. Kesedihan dapat juga dipandang sebagai
penurunan suasana hati sementara, sedangkan depresi sering dicirikan dengan penurunan
suasana hati yang persisten dan besar yang kadang disertai dengan gangguan terhadap
kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan harian-nya. Menangis adalah salah satu
indikasi dari kesedihan.
W. Wundt (1832-1920) menggolongkan jenis-jenis emosi berdasarkan sifat emosi itu
sendiri (Sarwono, 1988:83). Wundt menegmukakan tiga pasang kutub emosi, yaitu:
1.
Lust-Unlust (senang-tak senang)
2.
Spannung-Losung (tegang-tak tegang)
3.
Erregung-Beruhigung (semangat-tenang)
Banyak penyebab terjadinya emosi pada setiap orang. Faktor penyebab emosi dapat
berasal dari dalam diri individu, konflik-konflik dalam proses perkembangan dan sebab yang
bersumber dari lingkungan. Menurut Piaget, penyebab terjadinya emosi dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaiu:
1.
Faktor kematangan atau Maturation.
Universitas Sumatera Utara
2.
Pengaruh yang datang dari pengalaman dan transmisi sosial.
3.
Aktivitas sosial yang berguna dalam belajar menyesuaikan diri (adaptasi), asimilasi dan
akomodasi
Dapat ditarik kesimpulan bahwa emosi dipengaruhi oleh faktor kematangan atau
maturation dan belajar. Faktor kematangan berpengaruh terhadap respon individu dalam
menyikapi berbagai keadaan yang dihadapi, baik dari dalam diri maupun konflik-konflik
dalam proses perkembangan yang terjadi. Faktor belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan
yang ada disekitar. Kemaangan dan belajar terjalin era satu sama lain dalam mempengaruhi
emosi.
Emosi memiliki peran yang besar dalam dinamika jiwa dan mengendalikan tingkah
laku seseorang. Contohnya:
1.
Emosi dapat memperkuat semangat apabila seseorang merasa puas dan senang atas
hasil yang dicapai.
2.
Emosi dapat melemahkan semangat apabila timbul rasa kecewa atas kegagalan.
3.
Emosi dapat mengganggu konsentrasi belajar, ketika ada kegagalan perasaan, misalnya:
gugup, patah hati.
4.
Emosi mengganggu penyesuaian sosial, misalnya; iri hati dan cemburu.
2.3
Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap film Sang Martir karya Helfi Kardit sudah pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, tetapi menggunakan teori yang berbeda, sedangkan dengan teori
psikologi sastra belum pernah dikaji sebelumnya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini,
dipaparkan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut.
Dzurwatul Fithriyyah (2013) dalam skripsinya yang berjudul ”Pesan Dakwah dalam
Film Sang Martir” menganalisis pesan tentang kerukunan umat beragama perspektif Islam.
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan dari hasil analisis tersebut ialah Islam menyikapi kerukunan umat beragama
dalam film Sang Martir secara inklusif, yaitu menganggap bahwa Islam adalah agama paling
benar tetapi mengakui adanya agama selain Islam dan Islam menyikapi kerukunan umat
beragama dalam film Sang Martir secara prularis, yaitu menganggap bahwa semua agama
adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran di mata Tuhan.
Indra Sukmana (2013), dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Semiotika
Representasi ”Wajah” Islam dan Kristen dalam Film Sang Martir” menggunakan teori
semiotika. Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pada film Sang Martir memang
menampilkan berbagai konflik masyarakat dan persoalan dua agama yang berbeda, namun
pembuat film berusaha menampilkan Isla kepada khalayak sebagai agama yang baik. Pada
keseluruhan dari cerita film ini, Helfi Kardit memperlihatkan suatu kesetaraan antara kedua
agama dan berusaha menampilkan sisi baik dari Islam, yang mana Islam adalah agama yang
meyoritas di Indonesia. Sutradara berusaha menampilkan pluralisme dalam film tersebut.
Namun tetap saja sutradara menempatkan diri pada titik aman agar tidak menyinggung
golongan-golongan tertentu, yang mana golongan tersebut menjadi golongan yang mayoritas.
Meta Yunita Kusuma (2014) dalam skripsinya yang berjudul ”Representasi Toleransi
Umat Beragama Dalam Film Sang Martir” menggunakan teori representasi dan semiotika.
Kesimpulan dari penelitian tersebut ialah bahwa film Sang Martir cukup banyak
menampilkan adegan yang merepresentasikan toleransi antara umat beragama. Karakter
utama dalam film ini, Rangga, yang selalu menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat
beragama. Baik itu terhadap Pendeta Josep (teman satu sel Rangga saat di penjara), Jerry
(musuh Rambo serta pendiri dan donatur terbesar di sebuah gereja), Cinta (gadis Kristen
korban pemerkosaan Daniel, adik Jerry) dan Pendeta Bono (Pendeta di gereja Jerry).
Mahdian Banjar Sari (2014), dalam skripsinya yang berjudul ”Unsur Premanisme
Dalam Film (Analisis Isi pada Film Sang Martir Karya Helfi Kardit)” menggunakan metode
Universitas Sumatera Utara
analisis isi. Dari hasil analisisnya tersebut, Mahdian menyatakan bahwa Premanisme menjadi
sebuah permasalahan sendiri diIndonesia. munculnya premanisme di Indonesia memang
bermula pada perekonomian yang sulit dan banyaknya pengangguran di sekitar kita. Namun
jika kita cermati untuk saat ini, faktor utama kemunculan premanisme adalah karena
minimnya sebuah pendidikan dan kurangnya penanaman moral yang baik bagi rakyat.
Sehingga hal itu menyebabkan terjadinya kemerosotan moral yang begitu memprihatinkan
bangsa ini. Faktor-faktor inilah yang menjadi kunci dari munculnya tindakan premanisme.
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap film
Sang Martir karya Helfi Kardit dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra belum
pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian yang akan diteliti adalah tentang emosi
mendasar dan yang membedakan penelitian ini terhadap penelitian terdahulu adalah teori
yang digunakan dalam menganalisis objek yang akan diteliti, yaitu film Sang Martir. Dengan
demikian, keaslian atau kebenaran penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik.
Universitas Sumatera Utara