Palopokota | Website Resmi Pemerintah Kota Palopo BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

BAB. IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Isu-isu strategis merupakan permasalahan mendasar yang

harus

diperhatikan dan direncanakan 5 (lima) tahun masa pemerintahan Walikota
terpilih. Dengan mengacu pada isu-isu strategis, perencanaan lima tahun
kedepan Walikota terpilih akan lebih terfokus dan responsif terhadap segala jenis
tuntutan kebutuhan yang mengakar dalam masyarakat.
Isu-isu strategis yang tidak terakomodir dalam perencanaan akan
berkorelasi dengan kurangnya tingkat partisipasi masyarakat dan swasta dalam
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan. Apabila hal
ini terjadi, maka sudah dipastikan bahwa pelaksanaan pembangunan itu akan
mengalami kegagalan karena input perencanaan tersebut tidak berdasarkan
pada realitas dan kebutuhan para pihak yaitu masyarakat dan swasta sebagai
pilar utama dalam penentuan keberhasilan perencanaan pembangunan. Isu-isu

strategis yang tidak terakomodir dalam bentuk perencanaan akan mengakibatkan
degradasi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya dan yang lebih
tragis lagi akan berdampak pada instabilitas dalam suatu daerah.
Penelaahan secara detail mengenai isu-isu yang berkembang dalam
masyarakat didasarkan pada fakta, data dan informasi yang telah dipilah-pilah,
dikelompokkan dan diolah akan memudahkan dalam menentukan obyektifitas
isu-isu yang berkembang sebagai bahan perencanaan lima tahun ke depan.
Penentuan isu-isu strategis yang obyektif diharapkan dapat mewakili semua
permasalahan yang terjadi sehingga dari isu-isu strategis yang terakomodir akan
menimbulkan multiplier effect dalam menyelesaikan permasalahan pokok seperti
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dalam
dokumen RPJMD karena menjadi dasar utama visi dan misi Pembangunan
Jangka Menengah Daerah. Oleh karena itu, penyajian hasil analisa ini harus dapat
menjelaskan butir-butir penting isu-isu strategis yang akan menentukan kinerja
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV


pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang. Jika isu-isu strategis ini tidak
ditangani maka tujuan dan sasaran menjadi sulit tercapai. Untuk itu, penyajian
isu-isu strategis perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembangunan
daerah.
4.1

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
Permasalahan pembangunan di era informasi yang dihadapi dewasa ini

sangatlah kompleks. Dengan kemajuan teknologi informasi, masyarakat dan
swasta dapat mengakses berbagai informasi dengan mudah dan cepat melalui
media yang tersedia. Perkembangan pembangunan yang terjadi pada daerah lain
akan segera diketahui oleh masyarakat daerah lainnya begitu pula sebaliknya. Hal
ini akan berkorelasi dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin
kompleks sebagai akibat adanya daerah pembanding berdasarkan informasi
yang diperoleh.
Perkembangan teknologi informasi berdampak pada kewajiban pemberian
pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang lebih cepat,
tepat dan murah. Untuk itu, diperlukan suatu perencanaan yang terintegrasi,

komprehensif, realistis dan sistimatis baik pada level Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah sekitarnya.
Permasalahan pembangunan jika diurai satu persatu tidak akan ada habishabisnya karena bersifat sistemik. Namun untuk lebih memfokuskan penulisan
dalam dokumen ini, permasalahan pembangunan yang dimaksud adalah
permasalahan pada penyelenggaraan pemerintahan daerah yang relevan dan
berdasarkan analisa serta merujuk pada identifikasi permasalahan pembangunan
daerah dalam perumusan rancangan awal RPJMD. Setidaknya dokumen RPJMD
ini dapat menjadi solusi dalam pemecahan masalah (problem solving)
pembangunan di tingkat lokal dan regional.
Permasalahan pembangunan daerah pada hakekatnya disebabkan
adanya kesenjangan (gap expectation) antara kinerja pemerintah daerah pada
saat ini dengan rencana yang telah disusun dan keinginan yang akan dicapai
pada masa yang akan datang. Dokumen RPJMD sebagai pengejawantahan visi
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

dan misi Walikota terpilih merupakan pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Strategis (RENSTRA) SKPD dengan
memperhatikan

kekuatan

(strength),

kelemahan

(weakness),

peluang

(opportunities), dan ancaman (threaths) yang dihadapi Kota Palopo.
Identifikasi permasalahan pembangunan diperlukan dalam perumusan
tujuan pembangunan lima tahunan yang tertuang dalam perumusan sasaran
RPJMD. Perumusan permasalahan pembangunan dapat diverifikasi dari informasi
pada gambaran umum daerah dan sumber informasi lainnya yang relevan.
Berdasarkan hasil analisis permasalahan pembangunan untuk masing-masing
aspek dan urusan, serta kesepakatan dari para pemangku kepentingan maka

permasalahan pembangunan jangka menengah Kota Palopo adalah sebagai
berikut:

A.

Aspek Kesejahteraan Rakyat
Secara umum, perkembangan perekonomian Kota Palopo dari tahun
ke tahun semakin meningkat. Namun di sisi lain ada beberapa isu dalam
aspek kesejahteraan rakyat antara lain :
1. Ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah kecamatan.
Dengan adanya ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah
mengakibatkan perkembangan wilayah hanya terfokus pada wilayah
kecamatan perkotaan saja. Sedangkan untuk wilayah kecamatan luar
kota diprediksikan akan mengalami penurunan. Apabila hal ini terjadi,
tenaga kerja produktif akan mengarah ke kota. Solusinya, sektor
pertanian perlu dioptimalkan dengan cara memaksimalkan teknologi
pertanian, pertanian yang mengarah ke sektor jasa seperti agro wisata
dan agro bisnis serta pemasarannya sehingga pendapatan petani tetap
meningkat.
2. Pendapatan Perkapita masih di bawah rata-rata nasional.

Pada tahun 2011, PDRB per kapita di Kota Palopo mengalami
peningkatan yang cukup pesat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

per kapita mencapai Rp. 15,187.440,- selama setahun atau Rp.
1,265,620,- per bulan. Persentase peningkatannya hingga 15,40 persen
jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Konsekuensi

dari perkembangan sektor jasa adalah laju

pertumbuhan penduduk yang cenderung semakin meningkat baik secara
natural

maupun


dari

migrasi

penduduk.

Hal

tersebut

dapat

mengakibatkan pengangguran semakin tinggi jika lapangan pekerjaan
yang tersedia tidak mampu menampung peningkatan jumlah tenaga
kerja. Akibatnya peningkatan pendapatan menjadi tidak mencerminkan
peningkatan kesejahteraan karena tidak berasal dari peningkatan
produktivitas tapi dari peningkatan jumlah penduduk yang tidak
terkendali.
3. Rendahnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palopo dalam 5 (lima) tahun
terakhir menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Namun
demikian, kontribusi PAD ini masih sangat rendah dibandingkan total
APBD yakni hanya sekitar 6,66 %. Dengan demikian, pembiayaan
pembangunan Kota Palopo masih sangat tergantung pada sumber dana
dari luar ( Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi ) dalam bentuk
Dana Perimbangan dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak.
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, Kota Palopo
memiliki peluang untuk meningkatkan nilai pajak daerah dan retribusi
daerah. Dengan berlakunya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pemerintah Kota Palopo berpeluang meningkatkan penerimaan
pajaknya dari PBB dan BPHTB. Melalui program intensifikasi terhadap
potensi pendapatan yang sudah ada, juga masih terbuka peluang
pengembangannya.
4. Kualitas Pendidikan Yang Masih Rendah
Salah satu urusan wajib yang diserahkan kepada pemerintah
daerah

adalah


pendidikan.

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

Penyerahan

urusan

pendidikan

ini

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

dimaksudkan agar semua pihak yang terkait dalam daerah diharapkan
mempunyai perasaan dan tanggung jawab yang besar terhadap
pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Berhubung urusan pendidikan
menyangkut persoalan hajat hidup orang banyak yakni dalam upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa, maka kegagalan pendidikan pada
hakekatnya merupakan kegagalan bagi kita semua.
Kegagalan dalam mengelola pendidikan akan berbanding lurus
dengan kegagalan dalam menyiapkan kader-kader penerus bangsa.
Kebodohan dan ketidakberdayaan sebagai dampak dari kegagalan
penanganan pendidikan merupakan sumber bencana besar yang dapat
menimbulkan permasalahan-permasalahan lain di belakang hari. Untuk
itu, urusan pendidikan tidak boleh dilaksanakan dengan setengah hati, ia
harus ditangani secara lebih profesional, terpadu dan terarah dengan
tidak mengeyampingkan peran serta masyarakat dalam pengawasannya.
Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kota Palopo bertekad untuk
memajukan sektor pendidikan pada semua level yaitu dengan
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai,
menyediakan tenaga pengajar yang berkualitas, membebaskan biayabiaya yang berkaitan dengan operasional sekolah dari tingkat SD hingga

SLTA dan perbaikan sistem belajar – mengajar yang semua itu
berorientasi pada mutu pendidikan. Bahkan untuk memberikan spirit
pendidikan bagi masyarakat, Pemerintah Kota Palopo telah menjadikan
wilayahnya sebagai pusat pendidikan di Luwu Raya. Hal ini ditandai
dengan hadirnya beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

Upaya Pemerintah Kota Palopo dalam memajukan pendidikan
telah dapat membuahkan hasil seperti Angka melek huruf sebesar 97,37
%, angka rata-rata anak sekolah sebesar 9,8 tahun, angka partisipasi
murni sebesar 77,78 % dan angka partisipasi kasar sebesar 85,86 %.
Namun masih banyak pula kendala yang dihadapi antara lain :
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

a. Ketimpangan

BAB. IV

pembangunan

gedung

sekolah

antar

wilayah

kecamatan.
Adanya

ketimpangan

pembangunan

sekolah

antara

satu

kecamatan dengan kecamatan lainnya yang lebih terfokus pada
kecamatan dalam pusat pelayanan Pemerintah Kota seperti Kecamatan
Wara, Kecamatan Wara Timur dan Kecamatan Wara Utara, khususnya
bagi jenjang pendidikan dasar. Rentang jarak yang relatif jauh ini
menimbulkan biaya dan waktu yang cukup menyusahkan bagi
masyarakat.
b. Kondisi sekolah dan rasio murid terhadap ruang kelas belum
memenuhi standar pendidikan.
Secara umum, rasio jumlah gedung dengan jumlah penduduk
untuk pendidikan dasar mencapai angka 101,88 dan pendidikan
menengah mencapai angka 51,06. Artinya 1(satu) SD dan SMP secara
rata-rata dapat menampung peserta didik 101,88 dan SMA secara ratarata dapat menampung peserta didik sebanyak 51,06 peserta didik.
Berdasarkan angka rasio tersebut, daya tampung peserta didik bagi
pendidikan dasar dan pendidikan menegah sudah mencapai standar
yang diharapkan.
Permasalahan yang sangat urgen untuk dicarikan pemecahannya
adalah standarisasi sarana dan prasarana sekolah yang belum
dilakukan. Adanya standarisasi ini dimaksudkan untuk memberikan
kenyamanan disamping mutu bagi para peserta didik. Hal itu tentu
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan sekolah pada masing-masing
level pendidikan.
Kondisi gedung sekolah yang tidak memadai, halaman sekolah
tempat bermain peserta didik yang sempit dan prasarana pendukung
lainnya seperti meja dan kursi terutama bagi anak sekolah dasar yang
belum disesuaikan dengan kondisi fisik peserta didik, merupakan
hambatan dalam memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan.
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

Kondisi tersebut sangat dirasakan terutama bagi sekolah yang agak
berjauhan dengan pusat layanan Pemerintah Kota Palopo.
Sementara itu, dalam kasus tertentu rasio jumlah murid terhadap
ruang kelas belum mencerminkan aspek proposionalitas. Ada beberapa
sekolah terutama sekolah yang berdekatan dengan pusat layanan
pemerintahan yang mempunyai murid melebihi daya tampung kelas
yang tersedia. Terlebih lagi pada sekolah yang berstandar internasional.
Sementara di sisi lain, terdapat beberapa sekolah yang berada sedikit
jauh dengan pusat layanan pemerintahan yang masih kekurangan murid.
5. Rendahnya jumlah penduduk yang memiliki sertifikat hak milik atas
tanah.
Jumlah penduduk yang memiliki tanah berdasarkan sertifikat hak
milik atas tanah di Kota Palopo berjumlah 1.520 jiwa dari total jumlah
penduduk sebanyak 147.677 jiwa, dengan luas tanah sekitar 246,52 M²
atau sekitar 1,03 persen dari total jumlah penduduk. Persentase tertinggi
penduduk yang memiliki sertifikat hak milik atas tanah terdapat di
Kecamatan Wara Barat sebesar 2,08 persen dan yang terendah di
Kecamatan Sendana sekitar 0,23 persen.
Rendahnya

persentase

penduduk

yang

memiliki

tanah

berdasarkan hak milik atas tanah dapat mencerminkan tingkat
kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang bergerak pada
sektor pertanian masih rendah. Kepemilikan tanah berdasarkan hak milik
atas tanah dapat menjadi aset untuk mendapatkan modal usaha
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6. Masih kurangnya lapangan kerja
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja
dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan
kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan
lapangan kerja, sehingga akan menyerap angkatan kerja.
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

Untuk Kota Palopo, rasio usia kerja yang bekerja mencapai angka
17,24 persen atau 1,126 orang dari total angkatan kerja sebanyak 6.528
orang. Hal ini berarti 82,75 persen atau sekitar 5.402 orang usia kerja
masih menganggur.
7. Masih Tingginya Angka Kriminalitas.
Keamanan,

ketertiban

dan

penanggulangan

kriminalitas

merupakan suatu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan
baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman terhadap
masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat, serta
menanggulangi kriminalitas sehingga kuantitas dan kualitas kriminalitas
dapat diminimalisir.
Angka kriminalitas yang terjadi di Kota Palopo masih sangat
tinggi, sementara penanganan kriminalitas ini belum sesuai dengan yang
diharapkan. Sampai saat

ini penanganan kasus kriminalitas baru

mencapai angka 40 persen dari total jumlah berbagai bentuk kriminalitas.
Prosentase penyelesaian kasus kriminalitas yang terendah adalah
kasus pencurian motor yaitu sekitar 37,93 persen. Sedang penyelesaian
kasus

kriminalitas

tertinggi

adalah

kasus

pemerkosaan

dengan

persentase penyelesaian kasus sebesar 100 persen. Masih lemahnya
penanganan kasus kriminalitas ini akan menjadi pemicu terhadap
terjadinya tindakan kriminalitas lainnya yang dapat mengarah terhadap
instabilitas Kota Palopo. Hal ini dapat diminimalisir dengan berbagai
pendekatan diantaranya pendekatan keagamaan sehingga dapat
menciptakan manusia yang berakhlak.
8.

Bidang budaya seni dan olah raga
Permasalahan di bidang budaya, seni dan olahraga yang
dihadapi oleh Pemerintah Kota Palopo antara lain :
a. Lunturnya nilai-nilai budaya dalam masyarakat.

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Nilai–nilai budaya yang

BAB. IV

baik akan dapat membangkitkan

semangat bagi pemerintah dan masyarakat dalam memacu kemajuan
daerahnya. Untuk itu nilai-nilai budaya harus tetap dipertahankan dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sebagai salah satu bekas kerajaan tertua di Sulawesi Selatan,
sudah tentu Kota Palopo sangat kaya dengan nilai-nilai budaya yang
masih dapat dilihat sampai sekarang ini. Salah satu hasil karya yang
sangat besar dan sudah mendunia adalah karya sastra I Lagaligo.
Namun sangat disayangkan nilai-nilai lokal tersebut belum secara
maksimal dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Ada
beberapa nilai-nilai budaya yang sudah semakin memudar dalam

masyarakat seperti istilah sipakatau’, sipakainge’ dan sipakalebbi’. Istilah
tersebut hanya merupakan kenangan sejarah begitu harmonisnya
kehidupan bermasyarakat pada saat itu. Namun sangat disayangkan,
nilai-nilai seperti itu belum dapat ditransformasikan dalam kehidupan
pemerintahan dan kemasyarakatan

pada saat ini. Sehingga tidak

mengherankan dalam proses interaksi antara pemerintah dengan
masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat secara vertikal maupun
horisontal sering terjadi gesekan yang mengarah kepada konflik fisik.
b. Kurangnya grup kesenian
Secara keseluruhan, Kota Palopo hanya memiliki grup kesenian
sebanyak 12 kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
kesenian di Kota Palopo belum sesuai dengan standar sebagaimana
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010. Berdasarkan standar yang ada, jumlah grup kesenian per sepuluh
ribu penduduk masih menunjukkan angka 80 persen. Ini berarti masih
membutuhkan 3 grup kesenian untuk dapat mencapai standar yang ada.
Sementara itu, gedung kesenian sebanyak 2 buah yang berada di
Kecamatan Wara Timur dan Kecamatan Sendana menunjukkan angka
13 persen dari total kebutuhan gedung kesenian. Ini berati masih
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

memerlukan 13 gedung kesenian dengan ketententuan seluruh gedung
kesenian tersebut harus dimanfaatkan secara optimal.
B. Aspek Pelayanan Umum
1. Kinerja Pelayanan Dasar Masyarakat Masih Rendah
Profesionalitas dan integritas SDM aparatur pemerintah masih perlu
ditingkatkan.

Ditambah

dengan

rendahnya

kualitas

data

base

pemerintahan dari sisi pemutakhiran data dan akses publik serta sarana
dan prasarana pemenrintah masih terbatas. Sejalan dengan hal tersebut
perlu terus dilakukan upaya reformasi birokrasi melalui peningkatan
kualitas tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).
Disamping itu juga dirasakan belum optimalnya kelembagaan dan tata
laksana, pengawasan aparatur, produk hukum, pengelolaan aset dan
arsip secara baku serta tuntutan adanya peningkatan transparansi dalam
pengadaan barang dan jasa serta pelayanan perijinan.

2. Pelayanan Kesehatan Yang Masih Rendah.
Sebagaimana pendidikan, bidang kesehatan juga merupakan
urusan wajib yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Untuk menciptakan produktifitas kerja
sudah tentu hal itu harus dibarengi dengan tingkat kesehatan yang
memadai.
Pembangunan kesehatan tidak berdiri sendiri melainkan saling
terkait dengan bidang-bidang lainnya seperti bidang ekonomi, bidang
pendidikan, tata ruang, lingkungan hidup dan lain sebaginya.

Ketika

pendapatan seseorang rendah, maka ia rentan dengan kesehatannya.
Orang yang berpendapatan rendah akan mengkonsumsi nilai gizi yang
rendah pula. Begitu pula halnya dengan masyarakat yang mempunyai
tingkat pendidikan yang rendah akan rentan dengan kesehatannya
disebabkan karena ketidaktahuannya.
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

Permasalahan pembangunan kesehatan yang paling nampak
hanya bersifat sektoral belaka dengan tidak melibatkan sektor-sektor lain
untuk terlibat di dalamnya. Apabila hal ini terjadi, maka pembangunan
kesehatan diarahkan hanya kepada penanganan orang sakit bukan
bersifat preventif. Padahal pengobatan yang baik adalah dengan
melakukan tindakan preventif.
Secara khusus, permasalahan kesehatan yang ada di Kota
Palopo adalah sebagai berikut :
a.

Masih tingginya Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti wabah penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan diare disebabkan kurangnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Disamping itu adanya
sanitasi yang buruk akan memperparah derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data yang ada, kejadian KLB kasus DBD sebanyak 362
kasus dengan 2 orang meninggal dunia, serta frekuensi KLB sebanyak 5
kali. Sementara itu, untuk kasus diare sebanyak 6.123 kasus. Kejadian
tersebut

disebabkan

kurangnya

kesadaran

masyarakat

dalam

pengentasannya. Untuk mengentaskan KLB ini, penanganannya tidak
boleh bersifat parsial yaitu hanya ditangani oleh Dinas Kesehatan sendiri
melainkan secara lintas sektoral dan partisipasi masyarakat yang lebih
intensif.
b.

Rasio jumlah balita dengan keberadaan Posyandu belum ideal.
Berdasarkan data yang ada, jumlah balita di Kota Palopo tahun

2010

sebanyak 16.941 jiwa. Sementara itu jumlah posyandu yang

tersedia sebanyak 141 unit. Sesuai dengan standar nasional bahwa rasio
posyandu terhadap balita adalah 1 banding 100 jiwa. Jika jumlah
posyandu di Kota Palopo sebanyak 141 unit, berarti secara maksimal
akan menangani balita sebanyak 14.100 jiwa. Artinya, masih terdapat
kekurangan posyandu sebanyak 29 unit.
c. Rasio jumlah penduduk dengan keberadaan rumah sakit belum ideal.
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

Jumlah penduduk Kota palopo sebesar 147.677 Jiwa. Sementara
itu jumlah Rumah sakit sebanyak 5 unit. Berdasarkan ketentuan lampiran
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, tentang
Tahapan

Tata

Pelaksanaan

cara

Rencana

Penyusunan,
Pembangunan

Pengendalian
Daerah

dan

dinyatakan

Evaluasi
bahwa

perbandingan jumlah rumah sakit terhadap jumlah penduduk per 10.000
penduduk. Dengan demikian perbandingan jumlah rumah sakit terhadap
jumlah penduduk per 10.000 sebesar 0,34. Apabila hasilnya dibawah 1
berarti tidak ideal. Dengan hasil 0,34 yang didapatkan oleh Kota Palopo,
berarti rasio jumlah rumah sakit terhadap jumlah penduduk Kota Palopo
belum ideal.
Dari hasil tersebut di atas, sudah dapat diprediksikan bahwa
pelayanan rumah sakit tidak dapat dilakukan secara optimal berhubung
daya tampung yang begitu besar dibandingkan dengan jumlah rumah
sakit yang tersedia.
d. Masih banyaknya keluhan masyarakat tentang pelayanan kesehatan.
Keluhan masyarakat tentang pelayanan kesehatan terutama di
RSUD Sawerigading Palopo terkait masalah keramahan petugas,
lambatnya penanganan pasien, kebersihan dan sanitasi RS, sering
ditolaknya pasien karena kapasitas RS yang minim, dan sarana
prasarana kesehatan yang kurang memadai. Hal ini menunjukkan masih
lemahnya manajemen rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Disamping

itu, ada beberapa pasien Jamkesmas dan

jamkesda masih mengeluarkan biaya pembelian obat dan bahan habis
pakai yang seharusnya tidak lagi mengeluarkan biaya karena sudah
disubsidi dari pemerintah.
2. Kerawanan terhadap Bencana Alam.
Wilayah Kota Palopo memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana
alam antara lain banjir dan longsor yang rawan terjadi di sebelah barat Kota
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

Palopo, dan bencana abrasi yang rawan terjadi di sebelah timur Kota Palopo.
Wilayah sebelah barat didominasi dengan topografi mulai dari curam sampai
dengan sangat curam, sedangkan wilayah sebelah timur merupakan pesisir
pantai Kota Palopo dengan vegetasi mangrove yang kurang. Wilayah rawan
bencana banjir dan longsor sering terjadi terutama pada Kecamatan Sendana,
Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Wara Timur dan Kecamatan Wara Barat
serta Kecamatan Telluwanua. Sementara itu, rawan abrasi sering terjadi pada
kecamatan Telluwanua, Kecamatan Bara, Kecamatan Wara Utara, Kecamatan
Wara Timur dan Kecamatan Wara Selatan.
3. Infrastruktur Jalan
Panjang jalan keseluruhan di Kota Palopo sepanjang 321.476 km
dengan keadaan jalan rusak sepanjang 39.092 km. Sementara itu, ada
beberapa wilayah yang belum mendapatkan akses jalan antara lain dari
Sendana, Tandung, Bitti, Mawa, Palipu, Padang Lambe, Sumarambu,
Lemarrang dan Marobo dengan total jalan sepanjang 54 Km.
Kondisi jalan yang rusak serta terdapatnya beberapa wilayah yang
belum menerima akses jalan menimbulkan permasalahan pembangunan
pada sektor ekonomi dan sektor pembangunan lainnya.
4. Infrastruktur Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap individu.
Namun, masyarakat di Kota Palopo hingga saat ini belum seluruhnya terlayani
air bersih. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan jumlah rumah tangga yang
ada di Kota Palopo sebanyak 28.604 rumah dengan jumlah yang sudah
terlayani sebanyak 19.076 rumah atau sebesar 33,31 persen dan yang belum
terlayani sebanyak 9.528 rumah atau sebesar 66,69 persen.
C. Aspek Daya Saing
1. Iklim Investasi
Peluang investasi bagi Kota Palopo sebenarnya cukup besar. Secara
sumber daya alam Kota Palopo memiliki potensi yang cukup membanggakan
terutama pada sektor perikanan, pariwisata, sektor industri perdagangan, dan
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

sektor konstruksi perumahan. Namun potensi-potensi tersebut belum dapat
dijadikan peluang investasi bagi pelaku ekonomi dan tentunya

jika tidak

dipromosikan akan menjadi tidak berharga. Di sisi lain, data base yang
tersedia termasuk hubungannya dengan peluang investasi daerah sekitar
belum cukup akurat.
2. Tumpang Tindih Penggunaan Lahan.
Tumpang tindih penggunaan lahan terutama terjadi pada kawasan
lindung dengan kawasan peruntukan pertambangan.

Berdasarkan kondisi

geologi Kota Palopo, wilayah ini memiliki beberapa jenis bahan tambang
mineral. Namun letak kandungan bahan tambang ini berada dalam kawasan
lindung, baik kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi dan kawasan
ruang terbuka hijau. Faktor lain yang menjadi pembatas dalam pengelolaan
bahan tambang adalah wilayah kandungan bahan tambang tersebut berada
didalam cathcmant area (daerah tangkapan air) beberapa daerah aliran
sungai di Kota Palopo yang sebagiannya digunakan menjadi sumber air baku
PDAM.
3. Belum Terciptanya Interkoneksitas dengan Wilayah Hinterland.
Keberhasilan

pembangunan

Kota

Palopo

tidak

lepas

dari

interkoneksitas dengan wilayah sekitarnya. Namun dalam hal ini belum
dilakukan. Padahal membangun sinergitas pelaksanaan pembangunan
dengan wilayah hinterland Kota Palopo merupakan suatu hal yang penting,
mengingat posisi geostrategis kota yang merupakan simpul dari beberapa
kegiatan perdagangan dan jasa yang berasal dari dalam dan luar Kota
Palopo. Peranan Kota Palopo dalam pembangunan regional disebelah Utara
Provinsi Sulawesi Selatan mutlak ditingkatkan guna memperkuat fungsinya
sebagai salah satu kawasan andalan di Sulawesi Selatan, sebagaimana yang
tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
4. Sumber Daya Energi
Sebagai konsekuensi Kota Jasa, Kota Palopo akan membutuhkan daya
listrik yang akan selalu meningkat. Penggunaan listrk pada masa yang akan
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

datang perlu dipikirkan dalam upaya mengantisipasi berkembangnya sektor
industri dan perumahan yang akan meningkat disebabkan adanya migrasi ke
kota. Selama lima tahun kedepan jumlah rumah tangga yang memerlukan
daya listrik diperkirakan sebesar 37.286 unit.
4.2 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu mekanisme dan bagian
penting dari tahapan yang harus dilalui dalam menyusun RPJMD. Identifikasi isu
yang tepat dan bersifat strategis akan meningkatkan akseptabilitas prioritas
pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral serta etika birokratis
dapat dipertanggungjawabkan.
Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan
eksternal terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal, khususnya
selama lima tahun yang akan datang diidentifikasi dengan baik, maka
pemerintahan

daerah

akan

dapat

meningkatkan

pelayanannya

kepada

masyarakat.
Pemerintah daerah yang tidak menyelaraskan diri secara sepadan atas isu
strategisnya akan menghadapi kegagalan dalam melaksanakan penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya atau gagal dalam
melaksanakan pembangunan daerah.
Rumusan isu strategis dapat diperoleh dengan melakukan analisis
berbagai fakta dan informasi yang telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu
strategis. Selain itu, telaahan terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah
terpilih serta RPJM Nasional juga merupakan hal yang harus dijadikan acuan.
Sumber lain bagi informasi atau isu strategis dari lingkungan eksternal
seperti dari masyarakat, swasta, perguruan tinggi dan lain-lain baik skala regional,
nasional dan internasional yang berkorelasi atau mempengaruhi tujuan jangka
menengah juga merupakan unsur penting yang perlu diperhatikan dan menjadi
masukan dalam menganalisis isu-isu strategis pembangunan jangka menengah
daerah.
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

Setelah melakukan analisa secara internal terhadap permasalahan yang
telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, dan memperhatikan faktorfaktor eksternal maka isu-isu strategis Kota Palopo antara lain adalah :
a. Isu Internasional, terdiri dari :
1. Pencapaian Target Millenium Development Goals (MDGs)
MDGs adalah komitmen global bagi seluruh negara anggota PBB yang
ditetapkan pada tahun 1990 untuk malaksanakan 8 tujuan pembangunan
demi memenuhi kebutuhan dasar penduduk dunia yang ditargetkan untuk
dipenuhi pada tahun 2015.
Indonesia merupakan salah satu anggota PBB berkomitmen untuk
melaksanakan kebijakan yang telah dicetuskan dalam MDGs tersebut. Hal itu
didasari bahwa program yang terkandung di dalam MDGs tersebut relevan
dengan program nasional terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Adapun kedelapan tujuan pembangunan milenium terdiri dari:
a. Menghilangkan angka kemiskinan absolut dan kelaparan;
b. Memberlakukan pendidikan dasar yang universal;
c. Mengembangkan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan;
d. Menurunkan angka kematian anak;
e. Memperbaiki kesehatan maternal;
f. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya;
g. Menjamin kesinambungan lingkungan hidup; dan
h. Membangun kemitraan global untuk pembangunan
2. Pemanasan Global (Global Warming)
Pemanasan global merupakan isu internasional yang menuntut peran
pemerintah dalam hal penanggulangan dan pengendaliannya. Pemanasan
global adalah meningkatnya kandungan gas karbondioksida diudara, yang 5
% diantaranya berasal dari pengrusakan hutan (deforestasi) dan pengurangan
luas kawasan hutan secara permanen (forest degradation). Dalam rangka
penanggulangannya maka Indonesia menetapkan target penurunan efek gas

rumah kaca sebesar 26 % pada tahun 2020 dengan melakukan program –
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

program reforestasi dan perbaikan lingkungan hidup.

Dalam konteks

pembangunan di Kota Palopo, partisipasi penurunan efek gas rumah kaca
dapat dilakukan dengan menjaga proporsi luas kawasan hutan terhadap luas
wilayah

dan

pengembangan

pola

pemberdayaan

masyarakat

dalam

perbaikan lingkungan hidup.
b. Isu Nasional, terdiri dari :
1. Posisi Kota Palopo dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) 2005 - 2025 ; jika merujuk pada RPJPN 2005 – 2025

maka target yang akan dicapai untuk periode RPJMD Kota Palopo 2013 –
2018 antara lain perbaikan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
daya

saing

perekonomian

dan

pencapaian

pembangunan

yang

berkelanjutan termasuk percepatan pembangunan infrastruktur wilayah,
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup
2. Posisi Kota Palopo dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
; salah satu kawasan andalan di Provinsi Sulawesi Selatan dalam RTRWN
adalah Kota Palopo dengan sektor unggulan antara lain pariwisata,
pertanian, perkebunan dan perikanan. Mengingat kondisi wilayah Kota
Palopo yang tidak memungkinkan berperan maksimal sebagai kawasan
budidaya untuk sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, maka
pelayanan pada ketiga sektor ini difokuskan pada pelayanan jasa

pertanian, perkebunan dan perikanan terhadap wilayah hinterland – nya.
Sedangkan

untuk

memaksimalkan

sektor

pemanfaatan

kepariwisataan,
potensi

lokal

dilakukan
Kota

Palopo

dengan
guna

memantapkan wilayah ini sebagai salah satu destinasi wisata lingkup
regional dan nasional.
3. Posisi Kota Palopo dalam Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) ; Kota Palopo termasuk dalam koridor ekonomi
Sulawesi dalam MP3EI. Tema utama pembangunan ekonomi pada koridor
ini adalah pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan,
perikanan, dan pertambangan nikel nasional. Peran Kota Palopo cukup
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

mendukung sebagai pusat pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan
perikanan sehingga hasil produksi dari daerah hinterland dapat diolah di
Kota Palopo.

c. Isu Regional
Isu Regional yaitu posisi Kota Palopo dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sulawesi Selatan 2008 – 2028 ;
dalam rangka menjaga sinergitas pembangunan antar wilayah di Provinsi
Sulawesi Selatan, maka Kota Palopo tetap berpedoman pada target yang
harus dicapai dalam RPJPD Sulawesi Selatan 2008 – 2028 dengan isu
strategis antara lain :
1. Menyediakan fasilitas pelayanan untuk pemenuhan hak-hak dasar
masyarakat diharapkan semakin membaik, dalam bentuk peningkatan
standar pelayanan minimal untuk kesehatan dan pendidikan, termasuk
untuk perumahan, sanitasi dan air bersih.
2. Peningkatan produksi setiap kawasan andalan selain dibutuhkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, juga diperlukan untuk
menjaga kontinuitas aliran barang di pelabuhan dan di bandara.
Restrukturisasi kawasan andalan pada tahapan pembangunan ini
memasuki babak baru, berupa penekanan pada upaya-upaya peningkatan
kualitas interkoneksitas fungsional antar kawasan--berupa keterkaitan
industrial--yang mewujud dalam bentuk keterkaitan ke depan (fordward
linkage) dan atau keterkaitan kebelakang (back-ward link age).
3. Upaya-upaya untuk menjaga atau bahkan meningkatkan daya dukung
lingkungan.
4. Keberadaan berbagai industri strategis memberikan kontribusi yang
semakin signifikan terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan, secara
langsung oleh kegiatan industri itu sendiri, sedangkan secara tidak
langsung memicu berkembangnya sektor jasa di Sulawesi Selatan
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

d. Isu Lokal

Berdasarkan permasalahan dan analisa terhadap isu – isu strategis

lingkup internasional, nasional, regional dan lokal diatas, maka yang menjadi
isu strategis pembangunan Kota Palopo dalam RPJMD 2013 – 2018 antara
lain :
1. Lingkungan Hidup
Peningkatan intensitas pemanfaatan lahan
Sebagai konsekuensi status Palopo sebagai kota otonom, maka
permasalahan yang dihadapi oleh Kota Palopo hampir sama dengan
kota-kota lain yamg ada di berbagai daerah. Salah satu isu yang dihadapi
oleh Kota Palopo adalah peningkatan intensitas pemanfaatan lahan. Hal
ini sangat logis seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk akan
sarana dan prasarana untuk aktifitas perkotaan. Kondisi demikian sangat
berpengaruh terhadap kondisi fisik kota yang pada gilirannya akan terjadi
pengembangan fisik kota baik secara intensif maupun ekstensif. Kondisi
demikian bukan saja terjadi di Kota Palopo tetapi terjadi di semua kotakota yang sedang berkembang.
Konversi dan alih fungsi kawasan hutan
Alih fungsi dan konversi lahan ke peruntukan lainnya merupakan salah
satu isu strategis yang berdampak negatif bagi lingkungan. Konversi lahan
fungsi lindung ke lahan budidaya (industri, pertanian, permukiman dan
lainnya), akan menimbulkan dampak negatif bagi fungsi hidroorologis
hutan. Fungsi hidroorologis ini dipengaruhi oleh antara lain oleh jenis
vegetasi, tanah, bentangan alam dan iklim. Berubahnya komposisi
tutupan vegetasi hutan menyebabkan kerusakan siklus air. Akibatnya di
musim penghujan apabila intensitas curah hujan tinggi, akan terjadi banjir
dan di musim kemarau ketika intensitas curah hujan yang sangat rendah,
akan terjadi kekeringan. Erosi dan sedimentasi terjadi sebagai akibat
perubahan tutupan lahan di kawasan hutan. Ketersediaan air tanah juga
turut terpengaruh akibat terganggunya keseimbangan fungsi ekologis
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

hutan. Kondisi demikian banyak terjadi di Kota Palopo seiring dengan
perkembangannya.
Meningkatnya tekanan pada ruang terbuka hijau
Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan minimal
adalah sebesar 30% dari total kawasan. Jumlah RTH tersebut dibagi atas
20% RTH publik (non privat) dan 10% RTH privat. Ruang Terbuka Hijau
(RTH)

yang

penghijauan

dimaksud
halam

meliputi;

rumah

fasilitas

(privat),

olahraga,

open

space,

penghijauan

jalan,

lahan

konservasi/jalur hijau di sekitar waduk/sungai/pantai dan peruntukan
kuburan. Meningkatnya kebutuhan lahan untuk memenuhi kebutuhan
sarana dan prasararana perkotaan menyebabkan tekanan pada ruang
terbuka hijau. Berkurangnya ruang terbuka jihau (bervegetasi) dan
bentukan ruang terbuka lainnya, akan berdampak pada berkurangnya
kenyamanan serta kesegaran lingkungan kota. Hal tersebut antara lain
dapat dirasakan dalam bentuk suhu yang relatif tinggi, meningkatnya
kebisingan, meningkatnya kadar pencemaran di lingkungan fisik kota,
berkurangnya kesuburan tanah dan berkurangnya ketersediaan oksigen.
Pengembangan kota akan berpengaruh terhadap lingkungan fisik kota,
terutama perubahan guna lahan dari areal non terbangun berubah
menjadi kawasan terbangun. Perubahan guna lahan yang terjadi akan
berakibat pada penurunan kualitas lingkungan alam seperti berkurangnya
daerah resapan air, perubahan drainase alam dan ekosistem lingkungan.
Perubahan-perubahan seperti ini perlu diantisipasi untuk mengurangi
kemungkinan resiko yang dapat terjadi sebagai akibat dari aktivitas
pembangunan
berdasarkan

tersebut
daya

dengan

dukung

mengarahkan

lahannya.

Kota

pembangunan
Palopo

dalam

perkembangannya saat ini juga tidak terlepas dari permasalahan
demikian, mengingat Kota Palopo adalah merupakan salah satu kota di
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

Provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami perkembangan yang cukup
pesat
Meningkatnya pemanfaatan lahan wilayah pesisir dan laut yang tidak
tertata dengan baik
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan
di

pesisir

bagi

berbagai

peruntukan

(pemukiman,

pelabuhan,

pembangunan infrastruktur jalan, dan lain-lain), maka tekanan ekologis
terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut semakin meningkat
pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya dapat mengancam keberadaan
dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut.
Meningkatnya tekanan pada wilayah DAS
Kota Palopo memiliki DAS Latuppa dan DAS Salubattang yang
merupakan Wilayah Straregis Nasional. Kondisi kedua DAS tersebut saat
ini sudah memprihatinkan dimana sudah terjadi pendangkalan serta
banyak terjadi kegiatan budidaya disepanjang DAS tersebut. Jika kondisi
wilayah tangkapan airnya tidak diperhatikan dan budidaya yang terdapat
disepanjang DAS tersebut tidak dikendalikan maka kualitas air akan terus
menurun melebihi ambang batas baku mutu air sesuai PP No. 82 Tahun
2001 (parameter: TSS, TDS, fosfat, BOD, COD, nitrat, coliform).
Kualitas sumber mata air dan sungai-sungai utama
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air juga
semakin meningkat baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun
untuk kebutuhan lainnya. Peningkatan kebutuhan air tersebut perlu diiringi
dengan ketersediaan air baku yang memadai serta memenuhi syarat
kualitas. Keterbatasan air baku baik air permukaan, air hujan maupun air
tanah diakibatkan antara lain oleh pembangunan dan perubahan tata
guna lahan di DAS bagian hulu, yang sering kurang mempertimbangkan
kelestarian ekosistem disekitarnya. Hal ini diperburuk dengan perubahan
iklim global dimana terjadi peningkatan suhu bumi dan semakin
panjangnya musim kemarau
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

2. Sumber Daya Manusia
Rendahnya kualitas SDM
Meskipun dalam lima tahun terakhir, kualitas sumber daya manusia di
Kota Palopo telah mulai meningkat secara kuantitatif, khususnya jika
dilihat dari perkembangan data

Indeks Pembangunan Manusia, namun

secara kualitatif kapasitas dan daya saing
yang dimiliki relatif masih lemah
dan daya saing
lebih

maju

sumber daya manusia

jika dibandingkan dengan kapasitas

sumber daya manusia dari daerah-daerah yang

khususnya

dengan Kabupaten/Kota dari bagian barat

Indonesia khususnya Pulau Jawa dan Bali. IPM yang merupakan indeks
kumulatif yang terdiri dari tiga komponen utana yakni pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Sebagai indeks komposit indikator tersebut

merupakan angka rata – rata dan sederhana yang dapat dipergunakan
untuk melihat mutu manusia secara umum dalam lingkup daerah tertentu
dan periode waktu yang tertentu. Dari hasil pengolahan data Susenas
2006 diperoleh

informasi bahwa IPM Kota Palopo sudah mencapai

sekitar 74,50. Komponen utama dalam Indeks Pembangunan Manusia
adalah Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi, tiga komponen tersebut
ditunjukkan dengan yakni Usia Harapan Hidup (AHH), Angka Melek

Huruf ( AMH), Rata – Rata lama sekolah dan rata – rata pengeluaran riil,
Angka Melek Huruf (AMH) 97,30 %

pengeluaran riil

Rp.621.400 per

orang/bulan dan Usia Harapan Hidup (UHH) 71,60 Tahun serta

rata –

rata lama sekolah 9,20 tahun sehingga jika dilihat berdasarkan IPM
Propinsi Sulawesi Selatan, maka

IPM Kota Palopo berada pada

peringkat 3 (Tiga), setelah Kota Makassar dan Pare-Pare,

dan

secara Nasional IPM Kota Palopo berada pada peringkat ke-50.
Permasalahan
kontribusi

dari
tiga

pemetaan

komponen

indikator-indikator

tersebut

belum

merata,

IPM

adalah

kontribusi

pembentukan IPM lebih banyak diberikan oleh komponen pendidikan
dan

kesehatan,

sedangkan

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

komponen kemampuan daya beli

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

masyarakat

masih

percepatan strategis
pelaksanaan

BAB. IV

rendah

sehinggadiperlukan

yang akan dilakukan antara lain mendorong

program-program

Mendorong program

langkahlangkah

pemberdayaan

peningkatan

Mendorong pelaksanaan

program

produktivitas
strategis

ekonomi

keluarga,

ekonomi

keluarga,

Pronal

Kesra

Mandiri

sebagai bagian dari upaya pembentukan keluarga mandiri.
3. Pendidikan
Rendahnya kualitas pendidikan
Kondisi ini terlihat dari

kondisi yang belum mampu memenuhi

kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut terutama disebabkan
oleh

belum meratanya kualitas pendidik baik secara kuantitas

maupun kualitas serta kesejahteraan pendidik yang juga masih
rendah. Disamping itu, fasilitas belajar juga belum tersedia secara
memadai. Pada saat yang sama masih banyak peserta didik yang
tidak memiliki

buku

pelajaran.

Pelaksanaan

desentralisasi

dan

otonomi pendidikan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan karena
belum mantapnya pembagian peran dan tanggung jawab masingmasing tingkat pemerintahan termasuk kontribusi peran pihak swasta
yang masih terbatas

dalam penyediaan anggaran pendidikan, serta

belum terlaksananya standar

pelayanan minimal yang seharusnya

ditetapkan dengan acuan umum dari pemerintah pusat. Disamping itu
efektivitas peran dan fungsi dewan pendidikan dan komite sekolah juga
belum optimal.
1945

dan

Dengan adanya amandemen Undang-Undang Dasar

ditetapkannya Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan agar dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20 persen dari APBN dan minimal 20 persen dari
APBD,

serta

mewajibkan

pemerintah

dan

pemerintah

daerah

menyelenggarakan pendidikan dasar gratis, anggaran pendidikan ke
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

depan akan menjadi salah satu bidang prioritas dan diharapkan
dapat

meningkatkan

mutu

pendidikan

secara

umum.

Kondisi

pembangunan bidang pendidikan di Kota Palopo sebagai hasil
pelaksanaan kebijakan pembangunan

daerah yang bertumpu pada

pengembangan kualitas sumber daya manusia pada periode yang lalu,
secara umum memperlihatkan kondisi yang lebih baik jika dilihat
pada

beberapa indikator

berbagai

kebijakan

seperti

indikator

yang mendukung

akses

dan

penyelenggaraan

mutu,

berbagai

program pembangunan bidang pendidikan yang telah dilaksanakan
antara

lain

pemerataan

dan

perluasan akses

pendidikan,

serta

memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari
berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial
ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan
intelektual serta kondisi fisik dengan memberikan subsidi pelayanan
pendidikan

khususnya

pendidikan

formal

dalam

bentuk Bantuan

operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah
di tingkat SD dan SMP, sedangkan pada tingkat SMA diberikan
subsisi terbatas dalam bentuk Bantuan Khusus Murid (BKM) khusus
murid tidak mampu sebanyak 3.247 orang

yang dibiayai dari APBN

dan APBD Kota Palopo. Pada penyelenggaraan pendidikan non formal
sebagai alternatif untuk memperoleh akses pendidikan,
berkembang ditandai dengan
Masyarakat.

juga

telah

terbentuknya Pusat Kegiatan Belajar

Hasil dari kebijakan-kebijakan yang berpihak pada

pengembangan pelayanan pendidikan telah memberikan hasil positif
terutama terhadap terbukanya akses pelayanan pendidikan. Di Kota
Palopo indikasi berkembangnya tingkat pelayanan pendidikan terlihat
dari meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) diatas rata-ata
standar nasional terutama pada tingkat sekolah dasar, pada tahun
2007 APK TK

baru mencapai 25,89%, APK SD/MI telah mencapai

122,21%, APK SMP/MTs telah mencapai 115,41%, APK SMA/MA/SMK
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

mencapai 94,26%, demikian pula jika dilihat dari Angka Partisipasi
Murni (APM), APM SD/MI mencapai 105,75%, APM SMP/MTs mencapai
98,62%, APM SMA/MA/SMK mencapai 73,25%, sehingga secara relatif
Kota Palopo telah dinyatakan tuntas dalam program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun.
Memperoleh pendidikan memang merupakan salah satu hak dasar
warga negara, terutama pendidikan yang bermutu dan dengan biaya
terjangkau. Mutu pendidikan harus dapat dilihat dan diukur dari
berfungsinya out put dari semua fungsi-fungsi pendidikan. Pendidikan
harus mampu menciptakan manusia yang berkualitas yang tidak saja
memiliki

kecerdasan

inteleqtual,

memiliki wawasan,

pengetahuan,

keterampilan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan
berpijak pada tata nilai religius, budaya dan adat.

sehingga upaya

memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan dapat dijangkau
(murah) merupakan salah satu amanah konstitusional yang telah
dijabarkan ke dalam
diakselerasikan
Permalasahan
pendidikan
pendidikan

strategi
dalam

umum
Kota Palopo

telah

berada

pembangunan

kebijakan

yang

di

dan

pembangunan

dihadapi

adalah,

nasional

dalam

meskipun

atas standar

di

daerah.

pengembangan

akses

nasional

harus

pelayanan

sebagaimana

terlihat dari data APK, namun masih terdapat anak usia sekolah tingkat
menengah yang belum atau tidak bersekolah, pada pendidikan anak usia
dini baru dapat diakses sekitar 35,79 % sehingga masih tersisa sekitar
64,21 % anak usia dini yang belum terlayani pendidikan PAUD itupun baru
mencakup layanan PAUD di Kecamatan

pusat kota, sedangkan di

kecamatan-kecamatan yang terletak di pinggir kota belum dapat
dilayani, pada

sisi lain angka buta aksara penduduk Kota Palopo masih

tersisa 2,1 % atau kurang lebih 2.626 orang.

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

4. Kesehatan
Rendahnya pelayanan kesehatan
Berdasarkan indikator
indikator

Usia

mutu

Harapan

mencapai rata-rata

kesehatan

Hidup

(UHH)

yang
Kota

digambarkan dengan
Palopo

yang

telah

lebih dari 70 tahun. Kondisi ini sejalan dengan

semakin baiknya kualitas

pelayanan kesehatan dan semakin baiknya

akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang
didukung oleh sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. Pada tahun
2006 sarana kesehatan masyarakat (puskesmas) telah tersedian di
sembilan Kecamatan.

Dari puskesmas yang ada tersebut

1

unit

merupakan puskesmas perawatan KIA, dan 2 unit puskesmas dengan
rawat inap umum dan semua puskesmas telah disiapkan sebagai
puskesmas dengan unit gawat darurat (UGD). Puskesmas Pembantu
berjumlah 22 unit yang tersebar di 21 kelurahan, pondok bersalin
ada di 8 kelurahan sedang

pos

pelayanan

terpadu yang

ada

sebanyak 126 buah, dan hanya 44 posyandu yang telah purnama
dan mandiri. Dari 7 puskesmas semua telah memiliki puskesmas
keliling berupa kendaraan roda 4. Sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan juga telah cukup tersedia antara lain

dengan keberadaan

sarana rumah sakit dan klinik yang ada di Kota Palopo terdiri dari rumah
sakit pemerintah 1 unit, rumah sakit milik TNI 1 unit, rumah sakit
swasta 1 unit, sedang klinik milik swasta ada 2 unit, milik Polri 1 unit, dan
rumah bersalin 3 unit, laboratorium klinik swasta 1 unit. Jumlah tenaga
kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit baik Pemerintah, swasta
maupun dari TNI/Polri relatif cukup tersedia dimana dari 7 Puskesmas
memiliki tenaga tetap sebanyak 116 orang, Rumah Sakit Umum
Sawerigading Palopo sebanyak 165 orang, Rumah Sakit Tentara
sebanyak 16 orang, tempat pelayanan

kesehatan

Polri/swasta

46

orang. Distribusi tenaga kesehatan ditempat pelayanan Pemerintah
sebanyak 306 yang terinci dapat dilihat sebagai berikut : tenaga
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB. IV

medik 33 orang, tenaga perawat 157 orang, tenaga bidang 66, tenaga
farmasi/apoteker 12 orang, tenaga sanitarian 4 orang, tenaga kesehatan
masyarakat 4 orang, tenaga gizi 10 orang, tenaga terapi fisik 4
orang, tenaga teknisan medis sebanyak 14 orang, dan selebihnya
tenaga lainnya sebanyak 48 orang. Namun demikian permasalahan
umum

yang

dihadapi

dalam

nasional dan juga di daerah
menular baru yang biasa

pembangunan kesehatan

adalah

secara

munculnya beberapa penyakit

disebut emerging diseases seperti flu

burung, SARS, dan meningkatnya kembali kejadian beberapa penyakit
antara lain malaria, tuberkulosis, polio, campak,

leptospirosis, Human

Immuno Deficiency Virus (HIV), lepra, demam berdarah dengue, anthrax,
Japanase B. encephalitis, filariasis yang