Palopokota | Website Resmi Pemerintah Kota Palopo BAB II
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
14
BAB II.
DATA DAN INFORMASI KONDISI UMUM DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
Aspek geografi dan demografi merupakan dua aspek yang dapat memberikan informasi tentang kondisi fisik suatu wilayah sehingga didapatkan gambaran umum suatu daerah. Dalam konteks RPJMD, aspek ini akan mempengaruhi proses penentuan kebijakan pembangunan dalam kurun waktu 5 tahun. Kondisi geografi dan perkembangan demografi suatu daerah dapat memberikan kontribusi pada pengambilan kebijakan pembangunan dan pelayanan pada masyarakat.
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Pelaksanaan pembangunan daerah di Kota Palopo tetap memperhatikan kondisi dan karakteristik wilayah yang dimiliki daerah, agar kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan. Karakterisitik wilayah Kota Palopo meliputi luas dan batas wilayah, letak dan kondisi geografis, topografi, geologi, hidrologi, klimatologi dan penggunaan lahan, yang dijelaskan sebagai berikut :
2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Palopo, luas wilayah Kota Palopo seluas 258,17 km2 dengan batas – batas
wilayah administrasi sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu
(2)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
15
2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis
Posisi astronomis Kota Palopo terletak pada 2053’15”– 3004’08”
Lintang Selatan dan 120003’10” – 120014’34” Bujur Timur. Kota Palopo
terletak dibagian Utara Provinsi Sulawesi Selatan dengan posisi geostrategis yang cukup baik. Wilayah Kota Palopo merupakan simpul
dari beberapa kegiatan pembangunan ekonomi bagi wilayah
hinterland-nya. Posisi geostrategis Kota Palopo tersebut memberikan peluang yang cukup besar dalam pengembangan wilayahnya dan membangun sinergitas antar wilayah disekitarnya.
Wilayah Kota Palopo memiliki daerah pesisir di bagian Timur, pegunungan di bagian barat dan dataran rendah memanjang dari utara sampai selatan. Dengan dimensi wilayah ini, Kota Palopo memiliki 3 perspektif pembangunan wilayah yaitu wilayah pegunungan, wilayah dataran rendah dan wilayah pesisir. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pada 3 perspektif wilayah tersebut akan berbeda, namun terangkum dalam sebuah konsep pembangunan yang terintegrasi.
2.1.1.3. Topografi
Kemiringan lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi secara global, regional atau di khususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu. Variabel yang di gunakan dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian di atas permukaan laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang bekerja.
Secara terminologi, lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda tinggi antara dua tempat, yang di
(3)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
16
bandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Kemiringan lereng Kota Palopo dilihat dari titik ketinggiannya di atas permukaan air laut antara 0 – 25, 26 – 100, 101 – 500, 501 – 1000, dan 1000+ dpl. Adapun luas daerah dan ketinggian daerah di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel di bawah ini :Tabel 2.1 Luas dan Ketinggian Daerah di Kota Palopo
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)
Tingkat Ketinggian Daerah (M dpl)
0 - 25 26 - 100 101-500 501-1000 > 1000 1. Wara Selatan 15,11 7,462 1,066 - 2.132 - 2. Sendana 35,05 5,564 - 22,254 9.272 -
3. Wara 3,97 11,490 - - - -
4. Wara Timur 5,34 12,080 - - - - 5. Mungkajang 37,50 2,690 - 16,140 13.450 21.520 6. Wara Utara 5,69 6,348 2,116 2,116 - - 7. Bara 22,00 7,005 2,335 14,010 - - 8. Tellu Wanua 35,75 24,038 3,434 6,868 - - 9. Wara Barat 97,72 - - 5,413 35.184 13.533 Jumlah 258,17 8,17 8,951 66,801 60.038 35.053
Sumber : RTRW Kota Palopo Tahun 2012 - 2013
2.1.1.4. Geologi
Struktur batuan di Kota Palopo pada umumnya terdiri dari 3 jenis batuan beku. Batuan metamorf dan batuan vulkanik serta endapan alluvial yang hampir mendominasi seluruh wilayah Kota Palopo.
Batuan beku yang dijumpai secara umum terdiri dari intrusi batuan beku granit dan gebro serta beberapa intrusi kecil lainnya. Kemudian dijumpai pula batua beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku yang bersusunan balstik hingga andesitik.
Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan batuan metamorf yang dijumpai meliputi
(4)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
17
batuan meta sedimen. Batuan vulkanik yang dijumpai terdiri dari tufa dan breksi vulkanik. Sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri dari material-matrial bersusunan berangkal, kerakai, kerikil, pasir hingga lempung, kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan dan bangunan Kota Palopo.Diwilayah Kota Palopo mempunyai struktur batuan yang merupakan bahan galian sebagai bahan induk pembentuk tanah, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut;
a. Bahan tanah liat untuk pembentuk batu bata, banyak diupayakan oleh masyarakat di areal sawah di Kecamatan Wara, dan Wara selatan.
b. Batuan endapan sungai berupa sirtu (pasir dan batu), banyak terdapat
di sungai latuppa didominasi oleh batuan beku yang merupakan batuan sedimen beku, ukurannjya bervariasi dari yang sangat besar sampai yang kecil dan merupakan pecahan batu sampai butiran. c. Bahan galian atau butiran emas, terdapat di sungai Latuppa pada
bagian hulu di atas bukit, merupakan daerah bekas penambangan emas di beberapa tempat pada zaman belanda. Dan pada saat ini masih diusahakan oleh masyarakat secara tradisional.
d. Batuan sedimen, menyebar di bagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja
e. Batuan terobosan, yang menyebar di bagian utara yang merupakan
daerah pegunungan.
Jenis batuan lainnya yang meruoakan pelapukan bahan pembentuk tanah, yang mempunyai kandungan potensial di Kota Palopo, adalah ;
a. Batuan gamping dan marmer (limestone dan marble), dimana lokasi penyebarannya di Kecamatan Telluwanua.
(5)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
18
b. Batuan Granit dan Granodiorit, untuk bahan bangunan lantai rumah,batu hias dinding dan sebagainya serta untuk pengerasan jalan (aggrogat) dimana lokasi penyebarannya di Kecamatan Wara dan Wara Selatan.
c. Batu sabak, filit, kuarsil, batu gamping, dan batu lamau, terdapat di Kecamatan Wara, Wara Utara dan Bagian Barat Kota Palopo.
Jenis batuan ini dikelompokkan menurut umu pembentukannya yang diurut dari batuan yang termuda hingga yang tertua, maka batuan-batuan ini tersusun atas 5 (lima) kelompok, yaitu;
a. Kelompok endapan alluvial (termasuk didalamnya endapan Qal atau
terumbu lokal) yang termasuk didalamnya endapan alluvial berupa karakal, kerikil, pasir dan batu, serta terumbu koral yang tersebar disepanjang pantai dan alur aliran sungai Latuppa.
b. Batuan Tmb; terdiri dari napal dan sisipan batu gamping setempat-tempat, mengandung batu pasir gamping, konglomerat dan breksi. Selain itu terdapat beberapa kelompok intrusi batuan beku yang terdiiri dari batuan beku granit dan gabro. Batuan granit ini dijumpai pada Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.
c. Batu Tol, yaitu kelompok batuan hasil pembukuan aliran larva yang
bersusun balastik hingga andesitic, kemudian breksi vulkanik, batu
pasir dan batu lamau, serta batuan setempat-tempat mengandung fieldsphatoid. Batuan ini terususun di Bagian Selatan Kota Palopo dan banyak tersebar di daerah Kecamatan Wara Selatan.
d. Batuan Tet, yaitu terdiri dari serpih, batu gamping dan batu pasir dengan sisipan konlomerat. Kelompok batuan ini terdapat di Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.
e. Batuan TKI, yaitu terdiri dari batuan-batuan yang mengalami
(6)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
19
beberapa bagian di utara Kota Palopo masuk dalam wilayah Kecamatan Wara dan Kecamatan Wara Selatan.2.1.1.5. Hidrologi
Keadaan Hidrologi di Kota Palopo umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari Sungai Bambalu/Sungai Battang, Sungai Latuppa, Sungai Boting dan anak sungai serta mata air dengan debit yang bervariasi. Disatu sisi keberadaan sungai-sungai tersebut sangat berpotensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata, misalnya wisata
permandian alam dan rafting.
Kondisi hidrologi Kota Palopo secara umum adalah sebagai berikut;
1. Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100
meter.
2. Air permukaan, air permukaan pada umumnya berupa sungai dan
genangan-genangan.
Dalam hal ini, hidrologi di Kota Palopo untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan kelestariannya harus tetap dijaga.Potensi sumberdaya air di Kota Palopo selain dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya.
Potensi sumberdaya air di wilayah Kota Palopo yang telah termanfaatkan oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk berbagai keperluan bersumber dari air tanah dangkal (air permukaan dan air tanah dalam air tanah dangkal/permukaan dapat berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air dan lain sebagainya, sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air melalui pengeboran.
(7)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
20
Penyediaan air minum merupakan suatu kebutuhan pokok penduduk di suatu daerah, terutama pada daerah-daerah yang potensi air tanahnya terbatas dan kualitasnya kurang memadai jika ditinjau dari aspek kesehatan. Meskipun demikian, pengadaan air minum masih terbatas dan umumnya penduduk menggunakan sumur air tanahdangkal, dalam (artesis), air permukaandan mata air yang bersumber dari
pegunungan.
Wilayah Kota Palopo terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai baik yang melintas dalam pusat kota maupun dipinggiran Kota Palopoterdiri dari 6 daerah terdiri dari :
1. DAS Purangi dengan luas cakupan area lebih kurang 1.037 hektar.
2. DAS Bua dengan luas cakupan area lebih kurang 1.168,04 hektar.
3. DAS Songkama’ti dengan luas cakupan area lebih kurang 136,20
hektar.
4. DAS Pacangkuda dengan luas cakupan area lebih kurang 6.412,80
hektar.
5. DAS Boting dengan luas cakupan area lebih kurang 3.087,25 hektar.
6. DAS Salubattang dengan luas cakupan area lebih kurang 13.760,59
hektar.
2.1.1.6. Klimatologi
Secara umum keadaan iklim Kota Palopo dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan kelembaban udara.Metode klasifikasi iklim yang umum digunakan adalah metode Schmidt Fergusson dengan menggunakan data curah hujan dalam kurung waktu minimal 10 tahun terakhir. Data curah hujan yang diterima dari Stasiun Klimatologi Maros, keadaan
curah hujan Kota Palopo dalam 10 tahun terakhir (2000 – 2009)
didapatkan informasi bahwa jumlah rata – rata bulan basah sebesar
(8)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
21
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2000 41.00 280.00 210.00 81.00 379.00 370.00 57.00 101.00 22.00 347.00 123.00 119.00 2001 276.00 156.00 191.00 359.00 228.00 205.00 382.00 81.00 208.00 183.00 250.00 78.00 2002 311.00 122.00 372.00 369.00 251.00 229.00 52.00 15.00 14.00 - 434.00 396.00 2003 336.00 293.00 281.00 346.00 218.00 63.00 147.00 122.00 98.00 64.00 247.00 362.00 2004 392.00 126.00 152.00 455.00 250.00 97.00 178.00 11.00 42.00 27.00 156.00 352.00 2005 184.00 211.00 412.00 353.00 468.00 94.00 200.00 52.00 31.00 235.00 186.00 213.00 2006 - - 93.00 223.00 207.00 244.00 30.00 60.00 32.00 1.00 222.00 294.00 2007 102.00 265.00 106.00 456.00 148.00 420.00 200.00 118.00 61.00 270.00 393.00 501.00 2008 176.00 67.00 802.00 396.00 163.00 267.00 250.00 180.00 159.00 398.00 507.00 536.00 2009 159.00 190.00 127.00 289.00 548.00 112.00 124.00 11.00 7.00 45.00 132.00 100.00
Rata-Rata 141.21 122.14 196.14 237.64 204.29 150.07 115.71 53.64 48.14 112.14 189.29 210.79
Berdasarkan metode Schmidt Fergusson, maka tipe iklim Kota Palopo dapat dihitung sebagai berikut,
Q = 0,068
Nilai Q sebesar 0,068 yang didapatkan diatas menunjukkan
bahwa tipe iklim Kota Palopo adalah tipe iklim A karena nilai Q – nya
berada antara 0 < Q < 0,143. Secara umum kondisi curah hujan Kota Palopo berfluktuasi rendah sehingga tidak ada perbedaan iklim yang ekstrim antara musim hujan dan musim kemarau.Kondisi iklim seperti ini sangat mendukung untuk dilakukannya kegiatan pertanian oleh masyarakat di wilayah perdesaan yang ada di Kota Palopo.Data curah hujan Kota Palopo dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 2.2 Data Curah Hujan Kota Palopo 10 Tahun Terakhir (2000 – 2009).
(9)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
22
2.1.1.7. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kota Palopo cukup bervariasi sesuai dengan karakteristik wilayah yang dimukimi oleh masyarakat. Secara umum, Kota Palopo ini memiliki 3 dimensi wilayah yaitu pegunungan dan dataran tinggi, dataran rendah serta pesisir dan laut. Perbedaan dimensi
wilayah ini mempengaruhi aktifitas masing – masing masyarakat yang
bermukim ditempat tersebut.
Sesuai dengan pengelompokannya dalam rencana tata ruang wilayah, penggunaan lahan terdiri atas 2 bagian yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung didefinisikan sebagai kawasan yang fungsi utamanya melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Sedangkan kawasan budidaya merupakan kawasan yang fungsi utamanya untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumberdaya buatan yang terdapat diwilayah tersebut, dengan tetap menyerasikan pemanfaatan ruang dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penentuan kedua jenis penggunaan lahan ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain topografi, jenis tanah, jenis batuan, klimatologi, penutupan lahan dan faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kondisi lingkungannya.
Kawasan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau, kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana dan kawasan lindung lainnya.
Sedangkan kawasan budidaya terdiri dari kawasan perumahan dan pemukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran,
(10)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
23
kawasan industri dan pergudangan, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan evakuasi bencana, kawasan kegiatan sektorinformal dan kawasan peruntukan lainnya. Luas dari masing – masing
jenis penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut, Tabel 2.3. Penggunaan Lahan Kota Palopo
NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS LAHAN
(Ha)
A. Kawasan Lindung
1. Kawasan hutan lindung 9.228,00
2. Kawasan hutan konservasi 3.250,00
3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
0
4. Kawasan perlindungan setempat 0
5. Kawasan ruang terbuka hijau 398,00
6. Kawasan cagar budaya 484,00
7. Kawasan rawan bencana 2.341,00
8. Kawasan lindung lainnya 4.121,22
B. Kawasan Budidaya
1. Kawasan perumahan & pemukiman 1.622,00
2. Kawasan perdagangan & Jasa 215,23
3. Kawasan perkantoran 62, 32
4. Kawasan industri & pergudangan 215,23
5. Kawasan pariwisata 2.772,00
6. Kawasan ruang terbuka non hijau 17,00
7. Kawasan ruang evakuasi bencana 0
8. Kawasan ruang kegiatan sektor informal 693,00
9. Kawasan peruntukan lainnya 398,00
JUMLAH 25.817
Sumber : Dinas Tata Ruang & Cipta Karya Kota Palopo, 2013
Berdasarkan informasi pada Tabel 2.3. diatas maka dapat diketahui bahwa luas kawasan lindung adalah 9.228 Ha atau 35,74 % dari luas wilayah Kota Palopo. Proporsi antara luas wilayah untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya ini dapat dijadikan tolok ukur dalam mengeluarkan
(11)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
24
kebijakan penggunaan lahan baik oleh masyarakat, pemerintah, swasta dan seluruh komponen masyarakat yang ada.2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Memperhatikan deskripsi tentang karakteristik wilayah di Kota Palopo, sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka dapat diketahui bahwa wilayah ini memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup untuk dikembangkan dalam menopang perekonomian daerah. Meskipun telah berstatus kota, namun disebagian wilayah Kota Palopo masih memiliki wilayah perdesaan yaitu disebelah barat, sedangkan wilayah perkotaan terdapat disebelah timur.
Sebagaimana wilayah perdesaan pada umumnya yang aktifitas masyarakatnya masih lebih banyak bergerak disektor primer, maka demikian pula halnya di Kota Palopo. Kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan rakyat, dan budidaya ikan air tawar dapat dijumpai pada masyarakat yang bermukim dipinggiran kota. Sedangkan sektor perikanan banyak dilakukan oleh masyarakat yang bermukim diwilayah pesisir.
Aktifitas masyarakat yang bergerak disektor sekunder seperti jasa, perdagangan dan industri dapat dijumpai di wilayah perkotaan. Sektor jasa dan perdagangan ini cukup berkembang dengan baik dalam beberapa tahun terakhir. Kegiatan perindustrian juga mulai berkembang meskipun masih dalam skala menengah. Kedua sektor ini masih berpotensi untuk dikembangkan mengingat kebijakan Pemerintah Kota Palopo yang akan terus mendorong perkembangan sektor jasa dan perdagangan.
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Fenomena alam berupa bencana merupakan sesuatu yang tak dapat diprediksi kapan dan dimana bisa terjadi. Namun demikian dengan mempelajari gejala alam yang ada, dapat dijadikan prakondisi akan
(12)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
25
terjadinya bencana tersebut. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.Selanjutnya, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Guna mengantisipasi besarnya dampak buruk dari terjadinya bencana alam, maka dibeberapa wilayah di Kota Palopo telah ditentukan sebagai kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana gelombang pasang, kawasan rawan bencana abrasi dan kawasan rawan kebakaran didalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012 - 2032.
2.1.4. Demografi
Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Kota Palopo, jumlah penduduk Kota Palopo pada tahun 2012 telah mencapai 152.703 jiwa, terdiri
dari laki – laki sebanyak 74.870 jiwa dan perempuan sebanyak 77.833 jiwa
dengan rasio jenis kelamin sebesar 96,19. Sebaran penduduk terlihat tidak merata atau cukup bervariasi, dimana terdapat 3 (tiga) kecamatan dengan kepadatan penduduk terbilang padat jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, ketiga kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Wara dengan angka
kepadatan 2.787 jiwa per km2, Kecamatan Wara Timur dengan angka
kepadatan sebanyak 2.649 jiwa per km2 dan Kecamatan Wara Utara dengan
angka kepadatan sebesar 1.855 jiwa per km2.
Dua kecamatan dengan kepadatan sedang yaitu Kecamatan Bara
(13)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
26
980 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan lainnya yaitu Kecamatan
Mungkajang, Kecamatan Sendana dan Kecamatan Wara Barat kepadatan
penduduknya baru mencapai angka 134 jiwa – 179 jiwa per km2.
Laju pertumbuhan penduduk dalam waktu tiga tahun terakhir mencapai 4,25 % pertahun yaitu dari 146.482 jiwa pada Tahun 2009 menjadi
152.703 jiwa pada tahun 2012, rata – rata anggota rumah tangga dalam
setiap rumah tangga berkisar 5 orang.
Jika dilihat menurut kelompok usia struktur usia penduduk didominasi oleh kelompok usia produktif, hal ini terlihat dari 152.703 jiwa penduduk KotaPalopo sekitar 30,14 % berada pada usia muda (0-14 tahun) dan 3,78 % pada kelompok usia tua (65 tahun keatas), selebihnya 66,08 % yang berada
pada kelompok usia produktif (15 – 64 tahun ), dengan kata lain beban
tanggungan (dependency ratio) Kota Palopo Tahun 2012 sebesar 66,08 %.
Artinya, penduduk Kota Palopo yang berusia produktif (usia 15 – 64 tahun)
menanggung beban bagi penduduk yang belum dan atau tidak produktif sekitar 59-60 persen dari jumlah penduduk secara total.
2.2. Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya
saing daerah. Masing – masing indicator dari setiap aspek tersebut akan
dijelaskan pada setiap bagian berikut,
2.2.1. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Hasil pengolahan data yang berhubungan dengan aspek kesejahteraan masyarakat akan memberikan gambaran tetang kondisi kesejahteraan masyarakat mencakup kesejahteraan dan pemerataan
(14)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
27
ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Masing – masing
indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut,
2.2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Salah satu indikator pentng untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah data produk domestic regional bruto (PDRB). Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mengalami perubahan mendasar sebagai konsekuensi logis berubahnya tahun dasar yang digunakan.
Selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan, angka PDRB juga bermanfaat untuk bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Adapun beberapa kegunaan angka PDRB ini antara lain :
1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan
setiap sektor ekonomi, mencakup sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya;
2. Untuk mengetahui struktur perekonomian;
3. Untuk mengetahui besarnya PDRB perkapita penduduk sebagai salah
satu indikator tingkat kemakmuran/kesejahteraan;
4. Untuk mengetahui tingkat inflasi/deflasi, berdasarkan
pertumbuhan/perubahan harga produsen.
Demikian halnya dalam penyusunan RPJMD Kota Palopo, maka indikator untuk mengukur pelaksanaan pembangunan ekonomi adalah menggunakan data PDRB Kota Palopo dalam 5 tahun terkahir yaitu antara
2008 – 2012. Ketersediaan data ini didapatkan dari Buku Palopo Dalam
Angka tebitan Kantor Badan Pusat Statistik Kota Palopo dari beberapa edisi. Kondisi pembangunan ekonomi Kota Palopo dilihat pada 9 sektor PDRB, sebagaimana yang telah menjadi acuan penilaian secara nasional. Data
(15)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
28
kesembilan sektor pembangunan perekonomian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut,(16)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
- 29
-
Tabel 2.4. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku Kota Palopo (juta)
NO. SEKTOR
2008 2009 2010 2011 2012
( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) %
1. Pertanian 407.662,20 29,22 421.102,56 25,56 427.499,79 21,96 411.859,53 18,03 451.577,92 17,12
2. Pertambangan & penggalian
2.412,22 0,17 2.868,39 0,17 2.890,51 0,15 3.195,14 0,14 3.562,17 0,14
3. Industri pengolahan
58.721,13 4,21 66.474,68 4,04 74.066,09 3,80 83.291,07 3,65 91.028,23 3,45
4. Listrik, gas & air bersih
32.199,40 1,66 27.133,42 1,65 32.199,40 1,65 39.020,33 1,71 45.551,84 1,73
5. Konstruksi 137.554,78 9,86 181.093,87 11,00 219.793,63 11,29 276.791,64 12,11 290.394,98 11,01
6. Perdagangan, hotel & restoran
260.936,02 18,71 308.213,72 18,71 391.532,35 20,11 489.491,09 21,42 602.616,10 22,85
7. Pengangkutan & komunikasi
133.131,14 9,54 152.389,75 9,25 175.026,23 8,99 210.340,71 9,21 240.867,89 9,13
8. Keuangan, sewa & jasa perusahaan
163.346,87 11,71 207.683,25 12,61 255.452,66 13,12 323.514,01 14,16 394.061,46 14,94
9. Jasa – jasa 208.062,47 14,92 280.104,66 17,01 368.387,12 18,92 447.298,37 19,58 517.884,82 19,64
PDRB 1.394.930,34 100,00 1.646.987,34 100,00 1.946.847,77 100,00 2.284.801,89 100,00 2.637.545,42 100,00
(17)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
30
Berdasarkan Tabel 2.4 diatas maka dapat diketahui nilai produksi dari 9 sektor PDRB Kota Palopo serta besaran persentasenya. Dalam kurun waktu 5 tahunterakhir ( 2008 – 2012 ) kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB memperlihatkan
kecendrungan penurunan dari sisi presentase, tetapi mengalami peningkatan dalam nilai produksi. Jumlah penurunan sektor ini sebesar 12,10 % dengan nilai produksi pada Tahun 2008 sebesar Rp 407.662,20 juta atau 29,22 % turun menjadi 17,12 % atau sebesar Rp 451.577,92 juta pada Tahun 2012.
Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi yang terkecil dalam pembentukan PDRB Kota Palopo. Selama 5 tahun nilai produksi dari sektor ini mengalami kecendrungan peningkatan dari tahun 2008 sebesar Rp. 2.412,22 juta menjadi Rp 3.562,17 juta. Meskipun demikian peningkatan nilai produksi sektor ini tidak mempengaruhi persentase terhadap PDRB. Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB pada Tahun 2008 sebesar 0,17 %, turun sebesar 0,03 % dalam 5 tahun sehingga pada Tahun 2012 hanya sebesar 0,14 % terhadap total PDRB Kota Palopo.
Sama halnya dengan sektor industri pengolahan yang mengalami kecendrungan peningkatan nilai produksi namun persentase kontribusinya terhadap PDRB mengalami penurunan. Nilai produksi sektor ini Tahun 2008 sebesar Rp 58.721,13 juta dan meningkat nilainya pada Tahun 2012 sebesar Rp 91.028,23 juta. Namun persentasenya terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo mengalami penurunan dari 4,21 % pada Tahun 2008 menjadi 3,45 % pada Tahun 2012 atau turun sebesar 0,76 %.
Demikian juga sektor Listrik, Gas dan Air Bersih masih memberikan kontribusi yang relatif kecil dimana pada tahun 2008 kontribusinya sebesar 1,66 % dengan nilai produksi Rp. 32.199,40 juta, sedangkan pada tahun 2012 sedikit meningkat dalam nilai produksi sebesar Rp. 45.552,84 dengan kontribusi sebesar 1,73 % terhadap PDRB Kota Palopo.
(18)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
31
Sebaliknya, kontribusi beberapa sektor tersier justru menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun baik dari sisi kontribusi maupun dari nilai produksi. Sektor-sektor tersebut antara lain sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan sektor Jasa-jasa. Peningkatankontribusi tertinggi terjadi pada sektor Jasa-Jasa.Pada tahun 2010, kontribusi sektor
ini sekitar 18,92 persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 368.387,12 juta dan meningkat 0,66 persen menjadi 19,58 persen pada tahun 2011 dengan nilai
produksi menjadi Rp. 447.298,37 juta.
Kontribusi dan nilai produksi yang terus meningkat juga dicatat oleh sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Jika pada tahun 2010 kontribusinya
terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo mencapai 13,12 persen, pada tahun 2011 kembali meningkat menjadi 14,16 persen dengan nilai produksi
sebesar Rp. 323,514.01 juta,-. Untuk sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
jika pada tahun 2010 nilai produksinya sebesar Rp. 391.532,35 juta dengan kontribusi sekitar 20,11 persen, maka pada tahun 2011 kontribusinya meningkat menjadi 21,42 persen dengan nilai produksi Rp. 489,491,09 juta dan pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi Rp. 602,616,10 juta dengan kontribusinya 22,85 persen.
Hal yang sama juga terjadi pada sektor Listrik, gas & air bersih. Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2010 kontribusinya masih berada dilevel 1,65 persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 32.1899,40 juta, pada tahun 2011 kontribusinya meningkat menjadi 1,71 persen dengan peningkatan nilai produksi menjadi Rp. 39.020,33 juta dan tahun 2012 tetap meningkat menjadi 1,73 persen dengan nilai produksinya Rp. 45.551,84 juta atau meningkat 0,02 persen.
Penurunan kontribusi sektor Pertanian dalam struktur perekonomian Kota Palopo namun tercatat mengalami peningkatan dari sisi nilai produktivitas menunjukkan bahwa sektor Pertanian tidak lagi menjadi sektor yang dominan dalam
(19)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
32
pembentukan PDRB Kota Palopo. Hal tersebut disebabkan karena sektor-sektor
lain utamanya sektor jasa (tersier) berkembang lebih cepat dari perkembangan sektor Pertanian itu sendiri.
(20)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
33
Tabel 2.5 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota
Palopo (juta Rp.)
NO. SEKTOR 2008 2009 2010 2011 2012
( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) %
1. Pertanian 249.913,38 31,27 250.141,20 29,01 238.571,82 25,79 218.612,21 21,85 230.849,62 21,23
2. Pertambangan & penggalian
1.414,28 0,18 1.559,14 0,18 1.479,38 0,16 1.541,70 0,15 1.617,26 0,15
3. Industri pengolahan 35.644,66 4,46 37.316,93 4,33 38.986,05 4,21 41.277,07 4,13 43.652,98 4,01
4. Listrik, gas & air bersih 11.397,05 1,43 12.785,13 1,48 14.563,10 1,57 17.045,20 1,70 18.257,01 1,68
5. Konstruksi 72.278,42 9,04 250.141,20 10,12 95.884,65 10,36 112.294,98 11,22 110.395,04 24,53
6. Perdagangan, hotel & restoran
156.136,07 19,53 170.073,94 19,73 201.605,55 9,91 233.885,48 23,38 266.722,09 22,90
7. Pengangkutan & komunikasi
77.842,14 9,74 83.312,84 9,66 91.633,01 13,28 104.789,50 10,47 116.516,79 8,74
8. Keuangan, sewa & jasa perusahaan
89.492,03 11,20 106.852,46 12,39 122.847,42 13,28 142.316,82 14,22 165.656,04 11,03
9. Jasa – jasa 105.210,90 13,16 112.896,71 13,09 119.511,17 12,92 128.806,35 12,87 133.752,98 11,34
PDRB 799.328,94 100 862.192,23 100 925.082,15 100 1.000.569,31 100 1.087.419,80 100
(21)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
34
Kontribusi sektor atas dasar harga konstan menilai kontribusi tiap sektordalam perekonomian dengan menggunakan harga tahun dasar (base year) yaitu
menghitung nilai produksi per sektor dengan tidak memperhatikan perkembangan harga namun mengikuti perkembangan nilai produksi dari tahun ke tahun dengan harga konstan atau tetap pada tahun dasar sebagai basis perhitungan.
Perkembangan kontribusi sektoral atas dasar harga konstan dalam kurun waktu 2008-2012 masih dipengaruhi oleh sektor Pertanian, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-Jasa. Diantara sektor-sektor tersebut, sektor-sektor pertanian menunjukkan perkembangan nilai produksi dan kontribusi yang terus menurun. Jika pada tahun 2011, sektor pertanian masih mampu menyumbang 21,85 persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 218.612,21 juta namun pada tahun 2012 menurun menjadi 21,23 persen namun kontribusinya meningkat menjadi Rp. 230.849,62 juta terhadap pembentukan PDRB.
Sebaliknya sektor yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Kota Palopo adalah sektor kontruksi. Sektor ini menunjukkan trend yang terus meningkat.
Tercatat pada tahun 2011 nilai produksi sektor ini sebesar Rp.112.294,98 juta
dengan kontribusi sekitar 11,22 persen dan kemudian meningkat menjadi 24,53 persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 110.395,04 juta pada tahun 2012.
Pergeseran kontribusi sektor dari sektor Pertanian ke Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengindikasikan bahwa secara riil aktivitas perekonomian masyarakat Kota Palopo bergerak kearah sektor Jasa, Khususnya jasa perdagangan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya peranan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menjadi sektor yang dominan dalam pembentukan PDRB Kota Palopo.
(22)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
35
Tabel 2.6 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan
harga Konstan (Hk) Kota Palopo
NO Sektor
2008 2009 2010 2011 2012
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 1 Pertanian 29.22 31,27 25.56 29,01 21.96 25,79 18,03 21,85 17,12 21,23 2 Pertambangan &
Penggalian 0.17 0,18 0.17 0,18 0,15 0,16 0,14 0,15 0,14 0,15 3 Industri Pengolahan 4.21 4,46 4.03 4,33 3,80 4,21 3,65 4,13 3,45 4,01 4 Listrik,Gas & Air bersih 1.65 1,43 1.65 1,48 1,65 1,57 1,71 1,70 1,73 1,68 5 Konstruksi 9.86 9,04 11 10,12 11,29 10,36 12,11 11,22 11,01 24,53
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 18.7 19,53 18.7 19,73 20,11 21,79 21,42 23,38 22,85 22,90
7 Pengangkutan &
Komunikasi 9.55 9,74 9.25 9,66 8,99 9,91 9,21 10,47 9,13 8,74
8 Keuangan, sewa, & Js.
Perusahaan 11.7 11,20 12.6 12,39 13,12 13,28 14,16 14,22 14,94 11,63 9 Jasa-jasa 14.9 13,16 17 13,09 18,92 12,92 19,58 12,87 19,64 11,34 PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
(23)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
36
Kontribusi sektor pertanian atas dasar harga berlaku menurun sekitar 0,91 persen dari 17,12 persen tahun 2011 menjadi 18.03 persen pada tahun 2012 dan atas dasar harga konstan juga menurun sekitar 0,62 persen dari 21,85 persen di tahun 2011 menjadi 18,03 persen di tahun 2012. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi atas dasar harga berlaku dan konstan sekitar 14,16 persen dan 14,22 persen tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 17,22 persen dan 21,23 persen. Sektor Jasa pada tahun 2011 atas dasar harga berlaku dan konstan memiliki kontribusi sebesar 19,58 persen dan 12,87 persen namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 19,64 persen atas dasar harga berlaku tapi menurun atas dasar harga konstan menjadi 11,34 persen.Dalam perkembangan kontribusi sektor ini, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menunjukkan perkembangan peningkatan yang signifikan baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Peningkatan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dapat mencerminkan bahwa pertumbuhan perekonomian mengarah pada sektor jasa utamanya jasa Perdagangan menggantikan peranan sektor Pertanian yang selama ini menjadi sektor yang dominan dalam pertumbuhan ekonomi Kota Palopo.
Tabel 2.7 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk) Kota Palopo Tahun 2012
NO Sektor Pertumbuhan
Hb (%) Hk (%)
1 Pertanian 13,50 23,44
2 Pertambangan & Penggalian -0,85 -0,84
3 Industri Pengolahan 2,73 3,17
4 Listrik,Gas & Air bersih 0,69 0,61
5 Konstruksi 10,35 13,06
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 19,77 20,95
7 Pengangkutan & Komunikasi 8,15 4,12
8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 7,11 12,06
9 Jasa-jasa 16,11 8,53
PDRB 77,54 85,17
(24)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
37
Struktur perekonomian Kota Palopo berdasarkan pertumbuhan sektor atas dasar harga berlaku sampai dengan tahun 2012, sektor Pertanian, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Jasa-Jasa masih menjadi sektor yang berpengaruh bagi perkembangan perekonomian Kota Palopo dimana sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan masing-masing di atas 10 persen.Sedangkan atas dasar harga konstan, sektor yang mempunyai pertumbuhan
kontribusi di atas 10 persen masih dipengaruhi oleh sektor pertanian dengan
pertumbuhan kontribusi sebesar 23,44 persen, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sekitar 20,95 persen, sektor kontruksi sekitar 13,06 persen, dan sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan sebesar 12,06 persen.
Sebaliknya sektor yang mempunyai pertumbuhan kontribusi terkecil baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dengan pertumbuhan sekitar 0,69 persen dan 0,61 persen serta sektor
Pertambangan dan Penggalian masing-masing sekitar – 0,85 persen dan – 0,84
persen.
Tabel 2.8 Nilai Inflasi Rata – Rata Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
pertumbuhan
Inflasi 17,58 4,18 3,99 3,35 4,`11 6,64
Sumber : Buku Palopo Dalam Angka Edisi 2008 – 2013.
Laju inflasi di Kota Palopo periode 2008-2012 menunjukkan pergerakan penurunan yang signifikan. Pada tahun 2008, inflasi Kota Palopo berada pada kisaran 17,58 persen. Tingginya inflasi ini disebabkan karena adanya gejolak ekonomi akibat krisis ekonomi global. Selanjutnya pada kurun waktu 2009-2011 laju
inflasi relatif stabil dengan kecenderungan menurun dimana tahun 2009 inflasi Kota
(25)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
38
Palopo terus menurun menjadi 3,99 persen dan 3,35 persen, dan pada tahun 2012 kembali naik sekitar 4,11.(26)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
39
Tabel 2.10 PDRB Perkapita Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
Nilai PDRB (Rp) 1.394.930,34 1.646.987,34 1.946.847,77 2.284.801,89
2.637.545,42
Jumlah Penduduk (jiwa) 140.527 144.351 147.932 149.419
152.703
PDRB perkapita
(Rp/jiwa) 9.926.422 11.409.601 13.160.423 15.291.241
17.272.388
(27)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
40
PDRB per kapita Kota Palopo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, PDRB per kapita Kota Palopo adalah sebesar Rp. 9.926.422,- yang berarti rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kota Palopo selama setahun adalah Rp. 9.926.000,- atau sebesar Rp. 827.000,- per bulan. Pada tahun 2009, PDRB per kapita Kota Palopo adalah Rp. 11.409.601, yang berarti rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kota Palopo selama setahun adalah Rp. 11.409.000,- atau sebesar Rp. 950.000,- per bulan.Pada tahun 2011 dan 2012, PDRB per kapita di Kota Palopo mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB per kapita mencapai Rp. 15,291.241,- selama setahun atau Rp. 3.058.248,- per bulan, dan Rp. 17.272.388,- selama setahun atau Rp. 3.454.478,- per bulan dan Persentase peningkatannya hingga 15,40 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
2.2.1.2. Kesejahteraan Sosial
Pengukuran kinerja daerah dari aspek kesejahteraan sosial dapat dilihat dari sektor pendidikan, kesehatan, kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja dan kriminalitas. Keenam indikator tersebut
dijelaskan masing – masing sebagai berikut,
2.2.1.2.1. Pendidikan
Pada sektor pendidikan indikator yang dapat diukur antara lain
Angka Melek Huruf (AMH), Angka Rata – Rata Lama Sekolah, Angka
Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Pedidikan yang Ditamatkan (APT).
Angka melek huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 Tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan lainnya. AMH Kota Palopo dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut,
(28)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
41
Tabel 2.12 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Palopo Tahun 2008 s/d
2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1
Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis
102.856 106.513 101.642 103.675 101.390
2 Jumlah penduduk usia 15 tahun ke
atas 103.026 119.723 101.773 103.808 101.551 3 Angka melek huruf 0,998 0,890 0,999 0,999 0,998
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Palopo, 2013
Berdasarkan Tabel 2.12 diatas bahwa angka melek huruf
penduduk untuk usia 15 tahun keatas berkisar Antara 0,890 – 0,999. Jika
data tersebut ditinjau pada setiap kecamatan datanya dapat dilihat pada tabel berikut.
(29)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
42
Tabel 2.13 Angka Melek Huruf menurut Kecamatan di Kota Palopo Tahun 2012
No. Kecamatan
Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa
membaca dan menulis
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
Angka melek huruf
1 Sendana 3.929 3974 0,98868
2 Selatan 6939 6.954 0,99784
3 Wara Timur 21.244 21.257 0,99939
4 Wara 21.263 21.264 0,99995
5 Wara Utara 13.030 13.033 0,99977
6 Wara Barat 6.444 6.457 0,99799
7 Mungkajang 4.785 4.804 0,99605
8 Bara 15.736 15.772 0,99772
9 Telluwanua 8.020 8.036 0,99801
Jumlah 101.390 101.551 0,99841
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Palopo, 2013.
Tabel 2.13 diatas menunjukkan bahwa Angka Melek Huruf
ditiap kecamatan di Kota Palopo rata – rata 0,99. Keadaan ini hampir
merata terjadi pada 9 kecamatan. Selanjutnya indikator kinerja
pendidikan dapat dilihat dari angka rata – rata lama sekolah. Lamanya
sekolah (years of schooling) adalah sebuah angka yang menunjukkan
lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai pada Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT). Angka rata – rata lama sekolah di Kota Palopo dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut,
(30)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
43
Tabel 2.14 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
L P L P L P L P L P
1 Sendana 12,05 12,04 12,03 12,02 12,04 12,02 12,05 12,04 12,12 12,02
2 Wara Selatan 12,05 12,05 12,04 12,04 12,05 12,04 12,05 12,05 12,14 12,07
3 Wara Utara 12,03 12,03 12,05 12,05 12,03 12,02 12,03 12,04 12,06 12,06
4 Wara 12,05 12,03 12,05 12,04 12,05 12,04 12,06 12,05 12,11 12,06
5 Wara Barat 12,06 12,06 12,05 12,03 12,04 11,98 12,06 12,07 12,05 12,05
6 Wara Timur 12,03 12,04 12,04 12,02 12,07 12,01 12,03 12,03 12,14 12,04
7 Mungkajang 12,04 12,04 12,04 12,03 12,03 11,96 12,04 12,05 12,11 12,05
8 Bara 12,04 12,05 12,06 12,05 12,04 11,70 12,04 12,03 12,12 12,05
9 Telluwanua 12,06 12,06 12,05 12,06 11,08 12,01 12,06 12,05 12,10 12,04
Jumlah 12,05 12,04 12,05 12,04 11,94 11,98 12,05 12,05 12,11 12,05
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Palopo, 2013.
Indikator berikutnya di sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi
Murni (APM). APM adalah perbandingan penduduk usia antara 7 – 18
tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA
dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 – 18 tahun. Perkembangan
(31)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
- 44
-
Tabel 2.15 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012
NO JENJANG PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011 2012
1 SD/MI
1.1 Jumlah siswa kelompok usia 7 - 12 tahun yang bersekolah di jenjang
pendidikan SD/MI 16.141 16.696 17.000 16.690 16.827
1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun 17.865 17.280 18.540 18.540 18.488
1.3 APM SD/MI 90,35 96,62 91,69 90,02 91,02
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah siswa kelompok usia 13 - 15 tahun yang bersekolah di jenjang
pendidikan SMP/MTs 7.316 7.144 5.996 6.347 6.496
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun 9.473 8.361 9.493 9.493 9.727
2.3 APM SMP/MTs 77,23 85,44 63,16 66,86 66,78
3 SMA/MA/SMK
3.1 Jumlah siswa kelompok usia 16 - 18 tahun yang bersekolah di jenjang
pendidikan SMA/MA/SMK 7.898 7.568 8.075 7.916 7.565
3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun 9.795 8.490 9.992 9.992 10.481
3.3 APM SMA/MA/SMK 80,63 89,14 80,81 79,22 72,18
(32)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
45
Hingga tahun 2012, APM SD/MI menunjukkan angka 91,02 persen. Ini berarti jumlah siswa dengan usia 7-12 yang bersekolah di SD/MI sebanyak 91,02 persen dari total jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh SMP/MTs dimana angka APM tercatat sebesar 66,78 persen yang artinya masih terdapat 33,22 persen dari total jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang tidak/belum melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP/MTs.Angka APM SMA/MA/SMK pada tahun 2012 yang sebesar 72,18 persen mencerminkan jumlah siswa dengan usia 16-18 tahun yang bersekolah di SMA/MA/SMK sebanyak 72,18 persen dari total jumlah penduduk usia 18 tahun sehingga masih terdapat penduduk usia 16-18 tahun sebesar 27,82 persen yang tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMA/MA/SMK.
Jika APM ditinjau pada setiap kecamatan di Kota Palopo, maka datanya dapat disajikan sebagai berikut,
(33)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
46
Tabel 2.16 Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012 menurut Kecamatan di Kota Palopo
NO Kecamatan
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
Jumlah siswa usia 7 - 12 th yang bersekolah
di SD/MI
jumlah penduduk
usia 7-12 th APM
Jumlah siswa usia 13-15 th bersekolah di SMP/MTs Jumlah penduduk usia 13-15 th APM Jumlah siswa usia 16-17 th bersekolah di SMA/MA/ SMK jumlah penduduk usia 16-17th APM
1 Sendana 476 716 66,48 44 377 11,67 - 406 -
2 Wara Selatan 744 1.266 58,77 203 665 30,53 556 717 77,55
3 Wara Timur 3.462 3.873 89,39 1.987 2.038 97,50 7 2.197 0,32
4 Wara 4.499 3.878 116,01 95 2.040 4,66 1.854 2.197 84,39
5 Wara Utara 1.750 2.376 73,65 1.035 1.250 82,80 2.056 1.347 152,64
6 Wara Barat 1.084 1.174 92,33 446 618 72,17 405 666 60,81
7 Mungkajang 739 873 84,65 683 459 148,80 0 495 0
8 Bara 2.426 2.869 84,56 1.307 1.510 86,56 2.446 1.627 150,34
9 Telluwanua 1.647 1.463 112,58 696 770 90,39 241 829 29,07
Jumlah 16.827 18.488 91,02 6.496 9.727 66,78 7.565 10.481 72,18
(34)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
47
Angka Partisipasi Murni (APM) menurut kecamatan di Kota Palopo tahun 2012 menggambarkan tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu pada setiap kecamatan. APM SD/MI tertinggi berada di Kecamatan Wara yaitu 116,01 persen sedang yang terendah berada di Kecamatan Wara Selatan sebesar 58,77 persen. Untuk tingkat SMP/MTs, Kecamatan Mungkajang memiliki APM tertinggi yaitu sebesar 148,80 persen dan Kecamatan Wara menjadi dari kecamatan dengan APM terendah yakni sekitar 4,66 persen.Di tingkat SMA/MA/SMK, APM tertinggi berada di Kecamatan Wara Utara sebesar 152,64 persen sedangkan Kecamatan Mungkajang memiliki APM terendah yaitu sebesar 0 persen. Variasi pencapaian APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di setiap kecamatan mencerminkan tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan tertentu semakin merata
Indikator selanjutnya di sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 – 18 tahun atau
rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum disuatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di
masing – masing jenjang pendidikan. Perkembangan angka partisipasi kasar
(35)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
48
Tabel 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2008 S/D 2012 Kota Palopo
NO JENJANG PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011 2012
1 SD/MI
1.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI 18.882 19.328 19.364 19.395 19.518 1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun 17.865 17.280 18.540 18.540 18.488 1.3 APK SD/MI 105,69 111,85 104,44 104,61 105,57 2 SMP/MTs
2.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs 8.789 9.108 9.136 9.309 9.729 2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun 9.473 8.361 9.493 9.493 9.727 2.3 APK SMP/MTs 92,78 108,93 96,24 98,06 100,02
3 SMA/MA/SMK
3.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK 11.243 11.640 11.628 11825 11.392 3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun 9.795 8.490 9.992 9.992 10.481 3.3 APK SMA/MA/SMK 114,78 137,10 116,37 118,34 108,69
(36)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
49
Pada tahun 2012, APK SD tercatat sebesar 105,57 persen. Hal ini berarti bahwa jumlah siswa bersekolah di tingkat SD/MI melebihi jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Kelebihan jumlah siswa tersebut disebabkan adanya penduduk yang belum mencapai usia sekolah SD/MI tapi telah bersekolah. Kondisi yang sama juga terjadi pada APK SMP/MTs yang mencatat angka sebesar 100,02 persen. Sebaliknya APK SMA/MA/SMK berada pada kisaran 108,69 persen. Artinya dari total jumlah penduduk usia SMA/MA/SMK, yang bersekolah di jenjang tersebut telah mencapai 108,69.. Kondisi Angka Partisipasi Kasar pada setiap kecamatan di Kota Palopo
(37)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
50
Tabel 2.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kecamatan Kota Palopo Tahun 2012
NO Kecamatan
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
Jumlah siswa bersekolah di
SD/MI
jumlah penduduk usia 7-12 th
APK Jumlah siswa bersekolah di SMP/MTs Jumlah penduduk usia 13-15 th APK Jumlah siswa bersekolah di SMA/MA/ SMK Jumlah penduduk usia 16-18 th
APK
1 Sendana 552 716 77,09 75 377 19,89 - 406 -
2 Wara Selatan 864 1.266 68,25 263 665 39,55 782 717 109,07
3 Wara Timur 3.898 3.873 100,65 2.954 2.038 144,95 10 2.197 0,46
4 Wara 5.218 3.878 134,55 119 2.040 5,83 2.617 2.197 119,12
5 Wara Utara 2.164 2.376 91,08 1.616 1.250 129,28 3.238 1.347 240,39
6 Wara Barat 1.248 1.174 106,30 852 618 137,86 610 666 91,59
7 Mungkajang 845 873 96,79 948 459 206,54 - 495 -
8 Bara 2.803 2.869 97,70 1.973 1.510 130,66 3.825 1.627 235,10
9 Telluwanua 1.926 1.463 131,65 929 770 120,65 310 829 37,39
Jumlah 19.518 18.488 105,57 9.729 9.727 100,02 11.392 10.481 108,69
(38)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
51
Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut kecamatan di Kota Palopo tahun 2012 menggambarkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan pada setiap kecamatan. Dari 9 kecamatan di Kota Palopo, Kecamatan Wara Selatan memiliki APK terendah untuk jenjang SD/MI yaitu sebesar 68,25 persen sedangkan Kecamatan Wara memiliki APK tertinggi yaitu 134,55 persen. Untuk tingkat SMP/MTs, Kecamatan dengan APM tertinggi berada di Kecamatan Wara yaitu sebesar 5,83 persen dan Kecamatan Sendana yang terendah sebesar 84,10 persen.Di tingkat SMA/MA/SMK, APK tertinggi berada di Kecamatan Wara Utara sebesar 240,39 persen sedangkan Kecamatan Wara Timur memiliki APK terendah yaitu sebesar 0,46 persen. Sama halnya dengan APM, pencapaian APK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di setiap kecamatan mencerminkan tingkat daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan tertentu semakin merata.
(1)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
46
Tabel 2.16 Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012 menurut Kecamatan di Kota Palopo
NO Kecamatan
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
Jumlah siswa usia 7 - 12 th yang bersekolah
di SD/MI
jumlah penduduk
usia 7-12 th APM
Jumlah siswa usia 13-15 th bersekolah di SMP/MTs Jumlah penduduk usia 13-15 th APM Jumlah siswa usia 16-17 th bersekolah di SMA/MA/ SMK jumlah penduduk usia 16-17th APM
1 Sendana 476 716 66,48 44 377 11,67 - 406 -
2 Wara Selatan 744 1.266 58,77 203 665 30,53 556 717 77,55 3 Wara Timur 3.462 3.873 89,39 1.987 2.038 97,50 7 2.197 0,32 4 Wara 4.499 3.878 116,01 95 2.040 4,66 1.854 2.197 84,39 5 Wara Utara 1.750 2.376 73,65 1.035 1.250 82,80 2.056 1.347 152,64 6 Wara Barat 1.084 1.174 92,33 446 618 72,17 405 666 60,81
7 Mungkajang 739 873 84,65 683 459 148,80 0 495 0
8 Bara 2.426 2.869 84,56 1.307 1.510 86,56 2.446 1.627 150,34 9 Telluwanua 1.647 1.463 112,58 696 770 90,39 241 829 29,07
Jumlah 16.827 18.488 91,02 6.496 9.727 66,78 7.565 10.481 72,18
(2)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
47
Angka Partisipasi Murni (APM) menurut kecamatan di Kota Palopo tahun 2012 menggambarkan tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu pada setiap kecamatan. APM SD/MI tertinggi berada di Kecamatan Wara yaitu 116,01 persen sedang yang terendah berada di Kecamatan Wara Selatan sebesar 58,77 persen. Untuk tingkat SMP/MTs, Kecamatan Mungkajang memiliki APM tertinggi yaitu sebesar 148,80 persen dan Kecamatan Wara menjadi dari kecamatan dengan APM terendah yakni sekitar 4,66 persen.
Di tingkat SMA/MA/SMK, APM tertinggi berada di Kecamatan Wara Utara sebesar 152,64 persen sedangkan Kecamatan Mungkajang memiliki APM terendah yaitu sebesar 0 persen. Variasi pencapaian APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di setiap kecamatan mencerminkan tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan tertentu semakin merata
Indikator selanjutnya di sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 – 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum disuatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing – masing jenjang pendidikan. Perkembangan angka partisipasi kasar penduduk di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel berikut,
(3)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
48
Tabel 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2008 S/D 2012 Kota Palopo
NO JENJANG PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011 2012
1 SD/MI
1.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI 18.882 19.328 19.364 19.395 19.518
1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun 17.865 17.280 18.540 18.540 18.488
1.3 APK SD/MI 105,69 111,85 104,44 104,61 105,57
2 SMP/MTs
2.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs 8.789 9.108 9.136 9.309 9.729
2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun 9.473 8.361 9.493 9.493 9.727
2.3 APK SMP/MTs 92,78 108,93 96,24 98,06 100,02
3 SMA/MA/SMK
3.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK 11.243 11.640 11.628 11825 11.392
3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun 9.795 8.490 9.992 9.992 10.481
3.3 APK SMA/MA/SMK 114,78 137,10 116,37 118,34 108,69
(4)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
49
Pada tahun 2012, APK SD tercatat sebesar 105,57 persen. Hal ini berarti bahwa jumlah siswa bersekolah di tingkat SD/MI melebihi jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Kelebihan jumlah siswa tersebut disebabkan adanya penduduk yang belum mencapai usia sekolah SD/MI tapi telah bersekolah. Kondisi yang sama juga terjadi pada APK SMP/MTs yang mencatat angka sebesar 100,02 persen. Sebaliknya APK SMA/MA/SMK berada pada kisaran 108,69 persen. Artinya dari total jumlah penduduk usia SMA/MA/SMK, yang bersekolah di jenjang tersebut telah mencapai 108,69.
. Kondisi Angka Partisipasi Kasar pada setiap kecamatan di Kota Palopo pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut,
(5)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
50
Tabel 2.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kecamatan Kota Palopo Tahun 2012
NO Kecamatan
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
Jumlah siswa bersekolah di
SD/MI
jumlah penduduk usia 7-12 th
APK Jumlah siswa bersekolah di SMP/MTs Jumlah penduduk usia 13-15 th APK Jumlah siswa bersekolah di SMA/MA/ SMK Jumlah penduduk usia 16-18 th
APK
1 Sendana 552 716 77,09 75 377 19,89 - 406 -
2 Wara Selatan 864 1.266 68,25 263 665 39,55 782 717 109,07 3 Wara Timur 3.898 3.873 100,65 2.954 2.038 144,95 10 2.197 0,46 4 Wara 5.218 3.878 134,55 119 2.040 5,83 2.617 2.197 119,12 5 Wara Utara 2.164 2.376 91,08 1.616 1.250 129,28 3.238 1.347 240,39 6 Wara Barat 1.248 1.174 106,30 852 618 137,86 610 666 91,59 7 Mungkajang 845 873 96,79 948 459 206,54 - 495 - 8 Bara 2.803 2.869 97,70 1.973 1.510 130,66 3.825 1.627 235,10 9 Telluwanua 1.926 1.463 131,65 929 770 120,65 310 829 37,39 Jumlah 19.518 18.488 105,57 9.729 9.727 100,02 11.392 10.481 108,69
(6)
RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018
51
Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut kecamatan di Kota Palopo tahun 2012 menggambarkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan pada setiap kecamatan. Dari 9 kecamatan di Kota Palopo, Kecamatan Wara Selatan memiliki APK terendah untuk jenjang SD/MI yaitu sebesar 68,25 persen sedangkan Kecamatan Wara memiliki APK tertinggi yaitu 134,55 persen. Untuk tingkat SMP/MTs, Kecamatan dengan APM tertinggi berada di Kecamatan Wara yaitu sebesar 5,83 persen dan Kecamatan Sendana yang terendah sebesar 84,10 persen.
Di tingkat SMA/MA/SMK, APK tertinggi berada di Kecamatan Wara Utara sebesar 240,39 persen sedangkan Kecamatan Wara Timur memiliki APK terendah yaitu sebesar 0,46 persen. Sama halnya dengan APM, pencapaian APK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di setiap kecamatan mencerminkan tingkat daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan tertentu semakin merata.