data 02 11 2017 021113 RENSTRA DEPUTI PERLINDUNGAN 2015 2019 PUBLISHED

RENCANA
STRATEGI S
TAHUN 2015-2019

DEPUTI BI DANG PERLI NDUNGAN
BADAN NASI ONAL PENEMPATAN DAN PERLI NDUNGAN
TENAGA KERJA I NDONESI A
2015

Kata Pengantar

Deputi Bidang Perlindungan merupakan unit organisasi
setingkat Eselon I yang berada dibawah Badan Nasional
Penempatan & Perlindungan Tenaga Kerja I ndonesia
(BNP2TKI) dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk melaksanakan kebijakan
dibidang Perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi.
Permasalahan

Tenaga


Kerj a

I ndonesia

(TKI )

disebabkan

rendahkannya kualitas dan pendidikan Calon Tenaga Kerj a I ndonesia
sehingga para Calon Tenaga Kerj a I ndonesia tidak bisa bersaing dengan
negara lain di negara penempatan, disamping itu pula tidak mengerti
akan arti Perj anjian Ker j a yang didalamnya memuat Hak dan Kewajiban
Tenaga Kerj a I ndonesia(TKI ) . Oleh karena itu Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI)

ke luar negeri menjadi salah satu altematif untuk menangani

problematik ketenaga kerjaan di Indonesia, dengan peningkatan kualitas TKI
agar dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain sebagai tenaga kerja

terampil/ profesional.
Perlindungan TKI telah memasuki babak baru dengan era yang lebih
terbuka dan sinergis antar pemangku kepentingan sehingga diharapkan berbagai
permasalahan TKI dapat diminimalisir melalui pembenahan dan perbaikan sistem
dan pelayanan perlindungan TKI . Pembenahan pelayanan perlindungan TKI
akan dimulai dari pemetaan potensi permintaan dan perbaikan kerjasama
antar Negara atau dengan lembaga berbadan hukum untuk memastikan
penempatan yang lebih terjamin dan terlindungi hak-hak para TKI secara
penuh dan menyeluruh sesuai dengan Perjanjian Kerja.
Sejalan dengan adanya perubahan Struktur Organisasi yang dikeluarkan
Kepala BNP2TKI Nomor Per. 01/ KA/ I / 2014 tanggal 6 Januari 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia, Deputi Bidang Perlindungan terdiri dari 4 (empat)
i

direktorat yaitu, Direktorat Pelayanan Pengaduan, Direktorat Mediasi dan
Advokasi,

Direktorat


Pengamanan

dan

Pengawasan,

dan

Direktorat

Pemberdayaan. Hal tersebut menjadi dasar acuan untuk melakukan Rencana
Strategis (Renstra) Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI tahun 2015-2019.
Dengan perbaikan pada sistem dan pelayanan perlindungan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri sehingga akhir tahun ke 5 (2019) diharapkan telah
terwujud

pelayanan

yang


prima

baik

dari

sisi

pelayanan

maupun

perlindungannya.
Dengan adanya Rencana Strategis ini maka yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan pelayanan dan perlindungan TKI diharapkan dapat optimal dan
lebih

mengutamakan

kebersamaan


dan

keberpihakan

kepada

para

Pahlawan penghasil Devisa (TKI ) .
Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan
serta sehingga penyusun Renstra dapat diselesaikan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Penyusunan Renstra ini mungkin belum sempurna, oleh
karenanya kami mengharapkan saran konstruktif untuk penyempurnaan
dokumen ini.
Jakarta, April

2015

Deputi Perlindungan,


Lisna Y. Poeloengan
NIP. 19560701 198103 2002

ii

DAFTAR ISI
Hal
PERATURAN KA BNP2TKI TENTANG RENSTRA BNP2TKI TAHUN 2015-2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

i
iii

BAB I

PENDAHULUAN
A. KONDISI UMUM
B. MAKSUD DAN TUJUAN

C. RUANG LINGKUP
D. DASAR HUKUM
E
PELUANG DAN MANFAAT
F.
PERMASALAHAN
G.. AGENDA PERUBAHASN DI LINGKUNGAN BNP2TKI

1
1
4
5
5
6
9
11

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS

A
VISI
B. MISI
C. TUJUAN
D. SASARAN STRATEGIS

15
15
16
16
17

BAB III

ARAH KEBIJAKAN , STRATEGI, KERANGKA REGULASI, KERANGKA
KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN
B. STRATEGI
C. KERANGKA REGULASI
D. KERANGKA KELEMBAGAAN


21

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A
TARGET KINERJA
B
KERANGKA PENDANAAN

25
25
34

BAB IV

PENUTUP

35


Lampiran - Lampiran

iii

21
22
23
23

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.

KONDISI UMUM
Penanganan TKI sudah dimulai sejak tahun 1960 an sampai dengan sekarang :
1.


Pada tahun 1983 masalah TKI ditangani oleh Seksi AKAD dan AKAN (setingkat
Eselon IV) dibawah Ditjen Binaguna, Depnakertrans.

2.

Tahun 1983 sampai dengan 1994 masalah TKI ditangani oleh Pusat AKAN (Pusat
Antar Kerja Antar Negara) setingkat eselon II dibawah Ditjen Binapenta, Depnaker.

3.

Tahun 1994 sampai 1999 Direktorat Ekpor Jasa Ditjen Binapenta (setingkat Eselon
II), Depnaker.

4.

Tahun 1999 sampai dengan 2001 masalah TKI ditangani oleh Direktorat
Penempatan tenaga Kerja Luar negeri

setingkat

Eselon II, Ditjen Binapenta,

Depnaker.
5.

Tahun 2001 sampai dengan 2006 masalah TKI ditangani oleh Direktorat Jenderal
Penempatan

dan

Perlindungan

Tenaga

Kerja

Luar

Negeri

(PPTKLN)

Depnakertrans setingkat Eselon I.

Permasalah TKI belum juga bisa dituntaskan, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
kebijakan berupa Peraturan Presiden nomor 81 Tahun 2006, tentang Pembentukan
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
yang dibantu oleh empat Eselon I yaitu Sekretariat Utama, Deputi Bidang Promosi dan
Kerjasama Luar Negeri, Deputi Bidang Penempatan dan Deputi Bidang Perlindungan.
Deputi Bidang Perlindungan secara khusus bertugas menangani perlindungan TKI sejak
Pra Penempatan, Masa Penempatan dan Purna Penempatan sesuai amanat Undangundang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar negeri.
1
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Di dalam perjalanannya terjadi dualisme kewenangan sehingga Deputi Bidang
Perlindungan BNP2TKI tidak begitu berfungsi secara optimal, dikarenakan yang semula
mengacu pada

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

14

Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri
dilaksanakan oleh BNP2TKI, diganti dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di
Luar Negeri, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 200 tahun 2008
Tentang Penunjukan Pejabat Penerbitan SIP, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 201 Tahun 2008 tentang Penunjukan pejabat Penerbitan
Persetujuan Penempatan TKI di Luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri, oleh
karena itu BNP2TKI mengajukan banding ke Makamah Agung.
Makamah Agung mengabulkan banding dari BNP2TKI sehingga Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 22, 200, 201 tahun 2008 dicabut sesuai dengan
Keputusan

Makamah

Agung.

Nomor

05/P/HUM/2009.

Akan

tetapi

didalam

perjalanannya Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. tidak mau melepaskan
begitu saja, dibuktikan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 16 tahun 2008, Nomor 17 Tahun 2009 dan Nomor 18 Tahun 2009
yang semuanya dilaksanakan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
Dengan terbitnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 14 Tahun
2010, maka fungsi dan peran Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI dapat secara
optimal. Seiring dengan tantangan yang ada dan untuk meningkatkan pelayanan
perlindungan kepada CTKI/TKI/TKI Purna dan keluarga Deputi Bidang Perlindungan
mengalami

restrukturisasi,

berdasarkan

Peraturan

Kepala

BNP2TKI

No.

PER. 10/KA/IV/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, yang semula Deputi Bidang Perlindungan
terdiri dari Direktorat Perlindungan dan Advokasi Kawasan Timur Tengah, Afrika dan
2
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Eropa, Direktorat Perlindungan dan Advokasi Kawasan Asia Pasifik dan Amerika,
Direktorat Pengamanan dan Direktorat Pemberdayaan, berubah sehingga Deputi
Bidang Perlindungan terdiri dari:
1. Direktorat Pelayanan Pengaduan,
2. Direktorat Mediasi dan Advokasi,
3. Direktorat Pemberdayaan dan
4. Direktorat Pengamanan dan Pengawasan.
Oleh karena itu, deputi bidang perlindungan perlu menyusun Program dan kegiatan
untuk kurun waktu 2015- 2019.
Dalam kurun waktu tahun 2015-2019 diarahkan untuk mendukung pencapaian
sasaran program BNP2TKI di bidang perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis BNP2TKI Tahun 2015-2019.
Program

dan

meningkatkan

kegiatan
pelayanan

bidang

perlindungan

perlindungan

serta

TKI

diarahkan

menyelesaikan

pada

upaya

kasus secara

berkeadilan dan berkepastian hukum.
Untuk menjawab tantangan tugas diatas maka disusunlah Rencana Strategis
(Renstra) Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI tahun 2015-2019 yang menjadi
acuan dan pedoman bagi seluruh pegawai di lingkungan Deputi Bidang
Perlindungan BNP2TKI. Diharapkan Renstra ini dapat dijadikan pedoman dan
rencana Strategis disetiap unit Eselon II di lingkungan Deputi Bidang
Perlindungan BNP2TKI.

3
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

B.

Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusunan Renstra Deputi Bidang Perlindungan 2015-2019,
adalah untuk:
1.

Memberikan arah kebijakan pelaksanaan perlindungan TKI selama kurun
waktu 2015-2019 agar perlindungan TKI dapat berjalan secara efektif, efisien,
terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga dan berkelanjutan;

2.

Menjadi acuan bagi kementerian/lembaga, Pemda Dan Perwakilan R.I dalam
menyusun Renstra dan Rencana Kerja Tahunan termasuk penganggarannya
sesuai tugas dan fungsinya masing-masing;

3.

Meningkatkan kualitas koordinasi antar instansi pemerintah di Pusat dan
Daerah dalam perlindungan TKI dengan mengutamakan kepentingan bangsa
dan TKI, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pengawasannya;

4.

Merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang ditandai dengan penerapan
prinsip-prinsip tertentu, antara lain keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan
efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi;

5.

Mendorong instansi terkait untuk meningkatkan kapasitas kelembagaannya
termasuk kualitas sumber daya manusia aparaturnya;

6.

Mendorong instansi terkait untuk pelayanan prima kepada para TKI baik pada
perlindungan masa pra, selama dan purna penempatan sesuai dengan tugas
dan fungsinya masing-masing;

7.

Membangun data dan informasi tentang perlindungan di luar negeri dan data
dan informasi lainnya yang terintegrasi antar instansi dan akurat (relevan,
komprehensif, terkini, dan dapat diakses para pihak).

4
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

C.

Ruang Lingkup
Lingkup dalam penyusunan Rencana Strategis Tahun 2015-2019 didasarkan atas
RPJMN 2015-2019 dan Tugas dan Fungsi Unit Organisasi (perubahan Struktur
Organisasi)

di

lingkungan

Deputi

Bidang

Perlindungan,

Badan

Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

D.

Dasar Hukum
Rencana Strategis Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI 2015-2019 disusun
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang relevan, yaitu:
1.

Undang-Undang RI No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2.

Undang-Undang RI No. 25/2004 Tentang Sistim Perencanaan Pembangunan
Nasional;

3.

Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
TKI di Luar negeri;

4.

Undang-Undang RI No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang;

5.

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja pemerintah;

6.

Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2004 tentang Rencana Anggaran K/L;

7.

Peraturan Pemerintah No 39/2006, Tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

8.

Peraturan Pemerintah No 40/2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;

9.

Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Luar Negeri;

10. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional;
5
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

11. Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional Penempatan

dan Perlindungan TKI (BNP2TKI);
12. Inpres No 06 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan

dan Perlindungan TKI;
13. Konvensi PBB tahun 1990 tentang hak-hak seluruh pekerja migran dan anggota

keluarganya yang diratifikasi melalui UU No.6 tahun 2012;
14. Konvensi ILO No.189 tentang Kerja Layak untuk Pekerja Rumah Tangga;
15. Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Peremnpuan (Convention on the

Elimination of Discrimination against Women—CEDAW) yang disahkan melalui
UU No.7 tahun 1984, termasuk Rekomendasi Umum CEDAW No. 26 tentang
Perempuan Pekerja Migran;
16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 22 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan

Penenmpatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri;
17. Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor :PER.10/KA/IV/2012 yang telah dirubah

menjadi nomor PER. 01/KA/I/2014 tanggal 6 Januari 2014 tentang organisasi dan
Tata Kerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia;
18. Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER. 01/SU/III/2015 tentang Perubahan

atas

Peraturan

Kepala

BNP2TKI

Nomor

PER.

11/KA/III/2013

tentang

Penyusunan dan penetapan Rencana Strategis Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2015 – 2019.

E. Peluang dan Manfaat
Dalam kontek pelayanan perlindungan TKI, Deputi Bidang Perlindungan,
BNP2TKI melaksanakan tugasnya untuk melaksanakan perlindungan CTKI/TKI sejak
Pra penempatan, masa penempatan dan purna penempatan. Dalam melaksanakan
6
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

tugas ini Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI sebagai pelaksana teknis dituntut untuk
memberikan pelayanan prima terhadap TKI sejak pemberian informasi dari TKI
berangkat, bekerja di luar negeri sampai kembali ke tanah air.
Disamping itu Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI memberikan pelayanan,
mengkoordinasikan dan melakukan pengamanan mengenai perlindungan TKI baik
yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, untuk perusahaan sendiri maupun mandiri.
Dari sisi ini Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI di tuntut untuk dapat memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat, CTKI/TKI/TKI Purna dan keluarga, maupun
stakeholder lainnya. Oleh karena itu harmonisasi dan sinergi antar instansi dan
stakeholder harus di kedepankan sehingga menghasilkan pelayanan prima yang
mudah, murah, cepat dan aman melalui koordinasi antar instansi terkait dalam
melayani dan perlindungan TKI. Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI juga dituntut
untuk melakukan perlindungan terhadap proses penempatan TKI untuk memastikan
bahwa TKI dilayani secara benar dan sesuai aturan yang berlalu.
Disisi lain rendahnya pelayanan dan perlindungan TKI menjadi masalah yang harus
dipecahkan.

Kebijakan

yang

dibuat

belum

dapat

sepenuhnya menjamin

perlindungan terhadap CTKI/TKI/TKI Purna dan keluarga. Undang-Undang No.
39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri masih menghadapi kendala untuk dapat menangani kerentanan yang dihadapi
Tenaga Kerja Indonesia. Kebijakan untuk TKI sejauh ini masih menitik beratkan pada
aspek

prosedur

penempatan

tenaga

kerja,

belum

diarahkan

pada

aspek

perlindungannya. Hak-hak TKI khususnya yang bekerja pada pengguna perorangan
dan TKI illegal (tanpa dokumen) berada pada posisi yang tidak menguntungkan, serta
hak-hak dasar TKI masih sering diabaikan.
Di dalam negeri, pembekalan bagi calon pekerja melalui peningkatan pengetahuan dan
pendidikan masih sangat lemah. Mereka kurang mengetahui hak dan kewajibannya
7
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

serta

kurang

mampu

melindungi

dirinya

dari

kemungkinan

adanya

"pemanfaatan" atau bila terjadi masalah hukum dikemudian hari. Peraturan
yang selama ini cukup memadai namun dalam implementasinya belum
dijalankan sepenuhnya, sehingga merugikan TKI.
Di luar negeri, perlindungan yang sepantasnya diberikan pada tingkat internasional
(seperti perjanjian internasional) masih minim. Belum semua negara penempatan
memiliki payung hukum bagi perlindungan pekerja, misalnya melalui MoU antara
pemerintah RI dan pemerintah negara yang bersangkutan untuk memberikan
kenyamanan dan perlindungan yang maksimal. Kebijakan lain yang memberikan
perlindungan di dalam dan luar negeri, seperti perluasan akses perbankan termasuk
asuransi dan "remitansi" perlu disempurnakan.
Lemahnya koordinasi dan pembagian kewenangan antar instansi masih terjadi
dalam

penyelenggaraan

penempatan

dan

perlindungan

TKI.

Kompleksnya

permasalahan yang dihadapi TKI ke luar negeri disebabkan belum maksimalnya
koordinasi antar berbagai kementerian/lembaga, instansi di daerah, dan perusahaan
jasa pengirim tenaga kerja sehingga menyebabkan lemahnya penyelenggaraan
perlindungan TKI. Kebanyakan TKI yang bekerja di luar negeri hanya memiliki
keahlian yang marginal (unskilled labor). Banyak musibah yang menimpa para TKI di
luar negeri, seperti penganiayaan, pemerkosaan, kasus bunuh diri, dan tindak
kekerasan lainnya, sampai tidak diberikannya upah selama bekerja. Meskipun
terdapat potensi masalah yang timbul ketika bekerja, bekerja di luar negeri masih
tetap menjadi pilihan sejumlah besar angkatan kerja Indonesia. Proses rekruitmen
calon TKI ke luar negeri sangat berpotensi menimbulkan risiko besar yang hingga
saat ini masih banyak yang dilakukan oleh jasa perseorangan (percaloan).
Meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam penyelenggaraan penempatan agar

8
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

dapat menghentikan tindakan percaloan merupakan sebuah tantangan yang
dihadapi pemerintah dalam hal ini Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI.
F. Perolehan valuta asing dan remitansi. Perolehan valuta asing, baik yang dibawa
langsung atau dikirimkan TKI melalui jasa lembaga keuangan perbankan maupun
non-perbankan,

memberikan

tambahan

pemasukkan

devisa

negara

yang

memberikan kontribusi terhadap keseimbangan Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI). Tercatat valuta asing yg di kirim melalui lembaga keuangan adalah berturutturut pada tahun 2010 sebesar US$ 6,74 miliar, tahun 2011 sebesar US$ 6,73 miliar,
tahun 2012 sebesar US$ 6,99 miliar , tahun 2013 sebesar US$. 7,4 miliar dan tahun
2014 sebesar US$. 7,5 miliar . Besarnya remitansi yang dibawa TKI memberikan
kontribusi yang besar terhadap perkembangan ekonomi di daerah domisili TKI
maupun perekonomian secara regional maupun nasional. Juga menjadi bentuk
tabungan masyarakat. Pengiriman remitansi baik melalui jasa lembaga keuangan
ataupun disimpan dalam rekening Bank TKI memberikan kontribusi terhadap
peningkatan tabungan masyarakat mengingat jumlahnya cukup signifikan.

G. Permasalahan
Terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan penanganan
serius pada perlindungan tenaga kerja Indonesia antara lain :
1. Selama ini keberadaan TKI tidak terdetaksi apakah dalam kondisi sehat, kerja
sesuai kontrak, gaji dibayar atau tidak dibayar, oleh karena itu pemerintah harus
hadir untuk mengatasi hal tersebut
2. BNP2TKI belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, “image” ini harus
dirubah.
3. Dengan maraknya pelanggaran Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
baik pusat maupun daerah, maka BNP2TKI perlu memperkuat pengawasan dan
9
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

penegakan hukum, maka diperlukan pembentukan Unit Intelegen di bawah
Direktorat

Pengamanan

dan

Pengawasan

(Dirpamwas)

BNP2TKI,

hal ini bertujuan untuk melakukan upaya pencegahan terhadap trafiking baik
ditingkat Pusat maupun di Daerah. Selama ini BNP2TKI hanya menunggu
laporan, dengan adanya unit intelijen dapat menghimpun informasi trafiking dari
daerah. Jika Unit Intelijen BNP2TKI terbentuk, maka personilnya tidak hanya
bertugas di Jakarta, melainkan juga di daerah-daerah.
4. Kurang selektifnya BLK-LN dalam memberikan sertifikasi terhadap CTKI yang
mengikuti pelatihan hal ini berdampak pada TKI yang tidak mampu berkomunikasi
maupun terampil dalam melaksanakan pekerjaan sehingga mengakibatkan TKI di
PHK secara sepihak oleh majikan sebelum habis masa kontraknya.
5. Kurangnya kesadaran CTKI untuk mengikuti mekanisme penempatan TKI ke Luar
negeri.
6. Belum semua konsorsium asuransi melakukan kerjasama dengan lembaga hukum /
Law firm di Negara penempatan.
7. Belum banyak jaringan “on line system” antara Deputi Bidang Perlindungan dengan
Perwakilan R.I di luar negeri dalam penangan permasalahan TKI.
8. Belum semua PPTKIS mempunyai perwakilan (Perwalu) di luar negeri sehingga
CTKI/TKI yang ditempatkan tidak termonitor keberadaannya, maupun pemenuhan
hak-haknya.
9. Kurangnya kemandirian dan profesionalisme dari PPTKIS dalam menanggapi dan
menangani permasalahan yang dialami oleh CTKI/TKI baik didalam maupun di luar
negeri, sehingga pihak keluarga meminta bantuan penyelesaian kepada pemerintah
(Deputi Bidang Perlindungan, BNP2TKI).

10
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

H.

Evaluasi kegiatan tahun 2010 – 2014
Dalam kurun waktu pelaksanaan RPJM 2010-2014, sampai akhir Desember 2014,
Deputi Bidang Perlindungan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BNP2TKI) telah menyelenggarakan pelayanan perlindungan dan
pemenuhan hak-hak CTKI/TKI yang terdiri berturut-turut tahun 2011 sebanyak
4.645 kasus, tahun 2012 sebanyak 5.479 kasus, tahun 2013 sebanyak 3.617 kasus
dan tahun 2014 sd akhir Desember sebanyak 3.445 kasus, Pemberdayaan TKI
Purna tahun 2014 sejumlah 101 %, tahun 2013 sejumlah 27,6 %.

I.

Agenda Perubahan di lingkungan Deputi Bidang Perlindungan
Deputi Bidang Perlindungan merupakan salah satu unit Eselon I sebagai pelaksana
teknis yang berada dilingkungan BNP2TKI dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala BNP2TKI.
Deputi

Bidang

Perlindungan

mempunyai

tugas

menyiapkan,

merumuskan,

mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan teknis
perlindungan tenaga kerja Indonesia meliputi Standarisasi, Sosialisasi dan
pelaksanaan perlindungan sejak pra penempatan, selama penempatan sampai
dengan pemulangan.
Sedangkan fungsinya adalah memberikan:
1.

Pelaksanaan kebijakan teknis pelayanan pengaduan, mediasi dan advokasi,
pengamanan dan pengawasan serta pemberdayaan untuk perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia;

2.

Penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pelayanan pengaduan,
mediasi dan advokasi, pengamanan dan pengawasan serta pemberdayaan
11
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

untuk perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;
3.

Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelayanan pengaduan, mediasi dan
advokasi,

pengamanan

dan

pengawasan

serta

pemberdayaan

untuk

perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;
4.

Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala BNP2TKI.

Dari sisi peran yang cukup besar terkandung potensi kelembagaan yang kuat untuk
melaksanakan, melayani, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan
pelayanan dan perlindungan TKI.
Dalam pelaksanaannya Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI masih mengalami
berbagai kendala dikarenakan sikap egosektoral, dengan memberi arti bahwa tugas
dan fungsi Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI hanya sebatas pelayanan advokasi.
Hal ini membawa konsekuensi yang cukup membingungkan masyarakat dan
stakeholder lain. Oleh karenanya pemaknaan peran Deputi Bidang Perlindungan
BNP2TKI harus untuk semua proses pelaksanaan perlindungan TKI termasuk
didalamnya adalah penindakan terhadap PPTKIS yang melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dapat diberikan kewenangan untuk menjatuhkan
sanksi.
Disisi lain di luar kelembagaan maka tantangan yang dihadapi dalam perlindungan
TKI adalah kondisi calon TKI yang kompetensi dan tingkat pendidikannya masih rendah
sehingga rawan terhadap terjadinya penipuan dan penganiayaan disamping secara
teknis belum dapat bersaing dengan tenaga kerja Negara lain. Hal ini tidak terlepas
dari kondisi ketenagakerjaan secara nasional yakni:
a. Disparitas (ketimpangan) antara lapangan kerja formal dan informal;
b. Rendahnya kualitas dan kompetensi TKI;
c. Tingginya angka pengangguran;
d. Link and Match antara Supply dan Demand;
12
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

e. Rendahnya daya serap lapangan kerja di Indonesia;

Disamping kondisi-kondisi tersebut diatas dengan permasalahan-permasalahan yang
belum dapat diatasi, pada dasarnya aspek

kelembagaan, sistim, goodwill dari

pemerintah cukup kuat untuk segera menata pelayanan perlindungan TKI agar lebih
tertib dan manusiawi.
Sejalan dengan Misi dan Visi Presiden RI, Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI
mempunyai agenda prioritas, sebagai berikut :
1.

Pengembangan Early Warning System di bawah Direktorat Pelayanan
Pengaduan.
Early Warning System dikembangkan melalui aplikasi data diri TKI terekam di
nomor kartu telepon. Dengan aplikasi ini, diharapkan keberadaan TKI dan
permasalahannya bisa diantisipasi secara lebih dini di Negara penempatan.
Sistem ini bekerja setelah setiap TKI diberi single identity number yang
dihubungkan dengan kartu telepon yang mereka mililki. Kartu telepon TKI ini
nantinya terhubung dengan sistem online BNP2TKI menunjukkan negara hadir
dan bisa memastikan TKI dalam kondisi sehat, kerja sesuai kontrak, gaji
dibayar atau tidak dibayar pemantauan ini akan dimulai dengan mendata
semua nomor telepon seluler para TKI. Pemerintah, bisa bekerja sama dengan
perusahaan operator telekomunikasi di Indonesia.

2.

Pembentukan Unit Intelegen di bawah Direktorat Pengamanan dan
Pengawasan (Dirpamwas) BNP2TKI.
Tujuannya yaitu untuk melakukan upaya pencegahan terhadap trafiking baik
ditingkat Pusat maupun di Daerah. Selama ini BNP2TKI hanya menunggu
laporan, dengan adanya unit intelijen dapat menghimpun informasi trafiking
13
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

di daerah, Jika Unit Intelijen BNP2TKI terbentuk, maka personilnya tidak hanya
bertugas di Jakarta, melainkan hingga di daerah-daerah. Mereka mengawasi
perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman TKI. Petugas Unit
Intelijen BNP2TKI wajib menggalang informasi terkait pelanggaran yang
dilakukan oleh PPTKIS, dan melaporkan ke kanotr pusat. Sudah saatnya
BNP2TKI

memiliki

unit

intelijen

untuk memperkuat

fungsinya.

Untuk

memperkuat pengawasan dan penegakan hukum, BNP2TKI harus bekerja
sama dengan Polri. Pihak penegak hukum juga harus bertindak jika
menemukan PPTKIS ilegal, tanpa harus menunggu laporan. Unit intelijen yang
terpusat untuk melakukan monitoring terhadap kinerja internal, dan masingmasing provinsi diletakkan satu unit intelijen yang melakukan reporting ke
pusat melalui sistem pengawasan untuk memonitor kinerja lapangan.

3.

Penguatan Advokasi dan Mediasi kasus-kasus TKI.
Penguatan Advokasi dan Mediasi kasus-kasus TKI diperlukan untuk
menghadapi kasus TKI berupa pekerjaan tidak sesuai PK, gaji tidak dibayar,
penganiayaan, pelecehan seksual, majikan bermasalah, kecelakaan kerja,
sakit akibat kerja, majikan meninggal, PHK sepihak.

14
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN TRATEGIS
DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN TAHUN 2015-2019

A. Rencana Strategis 2015-2019
Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Perlindungan 2015-2019 merupakan
perencanaan jangka menengah Deputi Bidang Perlindungan.
Pada Rencana Strategis BNP2TKI tahun 2015-2019 adalah melaksanakan Visi
Presiden pada pada Kabinet Kerja Tahun 2015-2019 Yaitu:

1. Visi.
“ TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT,
MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG ”
Selaras dengan Visi tersebut, Agenda Prioritas yang di emban pada Nawa Cita
untuk Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI adala :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan
terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam rangka Negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi system dan
pengakuan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.

15
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Visi tersebut merupakan arah pandangan ke depan terkait dengan kinerja dan
peranan Deputi Bidang Perlindungan dan merupakan cerminan komitmen dan
konsistensi seluruh pegawai dalam pencapaian kinerja.

2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi pada Kabinet Kerja
Tahun 2015-2019 yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan Deputi Bidang
Perlindungan yaitu:
1. “Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia Yang Tinggi, Maju Dan
Sejahtera”
2. “Mewujudkan Bangsa Yang Berdaya Saing”

Kriteria dalam penentuan misi Deputi Bidang Perlindungan, sejalan dengan Misi
pada Kabinet Kerja Tahun 2015 - 2019 upaya pencapaian visi tersebut
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019 serta tugas yang diamanatkan oleh undang-undang
nomor 39 tahun 2004, serta merupakan gambaran tindakan dari tugas pokok dan
fungsi Deputi Bidang Perlindungan.
Dalam mewujudkan misi tersebut, Rencana Stratgis Deputi Bidang Perlindungan
BNP2TKI membuat Indikator misi, yaitu Meningkatkan kualitas pelayanan
perlindungan TKI dan pemberdayaan TKI purna dan keluarganya. Setiap
instansi atau pihak yang terkait harus senantiasa dan terus menerus
meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan perlindungan kepada TKI pada
tahap pra, selama dan purna penempatan TKI.
3. Tujuan
Tujuan yang dimaksud adalah merupakan sesuatu apa yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahunan. Tujuan
16
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan
pada isu-isu strategis, serta mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan,
program, dan kegiatan dalam

rangka merealisasikan Misi. Tujuan

yang

dirumuskan berfungsi juga untuk mengukur sejauh mana Kinerja Deputi Bidang
Perlindungan telah dicapai mengingat tujuan dirumuskan berdasarkan Visi dan
Misi Kabinet Kerja Tahun 2015 - 2019.
Adapun

karakteristik

perumusan

tujuan

adalah

antara

lain

(1)

waktu

pencapaiannya dalam jangka menengah, (2) dilakukan secara jelas, (3)
mempertimbangkan faktor internal dan eksternal, (4) terkait dengan misi, (5)
mempertimbangkan nilai yang dianut organisasi, (6) mempertimbangkan critical
success factors (CSF), dan (7) tidak bertentangan dengan visi.
Berpedoman pada Visi dan Misi tersebut maka Tujuan Deputi Bidang
Perlindungan BNP2TKI yang selaras dengan 9 agenda prioritas tersebut adalah :
“melindungi hak dan keselamatan warga Negara Indonesia di luar Negeri,
khususnya pekerja migrant “ sesuai dengan 9 Agenda Prioritas pada Point
pertama adalah : “Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara“

4. Sasaran Strategis
Adapun Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama dalam Rencana Startegis
BNP2TKI tahun 2015 – 2019 sebagai mana tabel 1 berikut :

17
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Tabel. 1
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ESELON I
DILINGKUNGAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA
(outcome)

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN
Meningkatnya kemampuan CTKI/TKI Persentase pekerja migran purna hasil
purna dan keluarga untuk mengelola edukasi
keuangan,

dan

kewirausahaan

yang

termasuk berwirausaha

mengembangkan usaha mikro
Meningkatnya persentase TKI yang Persentase
berangkat

secara

prosedural

meningkatnya

TKI

yang

di berangkat secara prosedural di kantong

kantong TKI non-prosedural

TKI non prosedural

Pengaduan masalah TKI dilayani, Prosentase
diproses, dan diselesaikan

terlayaninya

pengaduan

yang diproses berbasis sistem integrasi
dengan K/L terkait/Perwakilan RI

Terpenuhinya

hak-hak

CTKI/TKI Prosentase

sejak pra, selama dan purna

terselesaikannya

permasalahan CTKI/TKI

18
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Tabel. 2
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ESELON II
DILINGKUNGAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019
SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN
Jumlah pekerja migran/purna yang
mendapat

edukasi

pengelolaan

keuangan dan wirausaha
Meningkatnya kemampuan TKI purna
Persentase pekerja migran purna hasil
penempatan

untuk

mengelola
edukasi

dan

kewirausahaan

yang

keuangan, termasuk mengembangkan
berwirausaha
usaha mikro
Fasilitasi pelayanan pemulangan TKI
Ilegal/ Bermasalah di debarkasi ke
daerah asal
Meningkatnya reintegrasi TKI purna Jumlah TKI purna yang berwirausaha
berbasis

ekonomi

produktif/sentra dalam komunitas Kampung TKI

ekonomi
Meningkatnya persentase TKI yang Persentase TKI yang berangkat secara
berangkat

secara

prosedural

di prosedural

kantong TKI non-prosedural

di

kantong

TKI

non

prosedural
Persentase pengaduan yang diproses

Pengaduan

masalah

TKI

dilayani,
berbasis sistem integrasi dengan K/L

diproses, dan diselesaikan
terkait/Perwakilan RI
Terpenuhinya hak-hak CTKI/TKI sejak Persentase
pra, selama dan purna

permasalahan

CTKI/TKI

yang tertangani

19
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Persentase CTKI/TKI bermasalah yang
mendapat advokasi pemenuhan hak

20
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
TAHUN 2015-2019

A.

Arah Kebijakan Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI
Untuk mencapai Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran tersebut di atas, maka selama
lima tahun kedepan (2015-2019), Arah kebijakan yang akan ditempuh dan Strategi
yang akan dijalankan adalah sebagai berikut :
1.

Mengutamakan

langkah-langkah

preventif

(preventive

action)

atau

pencegahan terjadinya masalah TKI;
2.

Pemberian akses dalam rangka peningkatan pelayanan perlindungan,
dengan mengembangkan dan memperkuat akses hotline service Call
Center yang dapat diakses 24 jam secara gratis;

3.

Langkah Deteksi Dini (early Warning Sistem)) dan langkah cepat tanggap
(immediate

response).

Menegakkan

hukum

secara

optimal

tehadap

pelanggar peraturan nasional terkait TKI;
4.

Pembuatan Unit Intelejen dalam rangka monitoring terhadap kinerja internal
dan kinerja lapangan;

5.

Penguatan Advokasi dan Mediasi terhadap TKI dengan Pemberian dan
akses

bantuan hukum,

dengan penyelesaian masalah hukum yang

dihadapi CTKI/TKI;
6.

Pelaksanaan pemberdayaan CTKI/TKI dan keluarganya demi terwujudnya
kesejahteraan;

7.

Penindakan tegas terhadap tindakan nonprosedural yang dilakukan
oleh oknum dalam proses pemberangkatan pekerja ke luar negeri melalui
Pengamanan dan Pengawasan;
21
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

B.

Strategi Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI
Deputi Bidang Perlindungan, dalam rangka melaksanakan Arah kebijakan
BNP2TKI maka Strategi yang dijalankan adalah sebagai berikut :
a.

Pencegahan dan Penindakan Penempatan TKI non Prosedural;

b.

Menghadirkan layanan langsung ke TKI di luar negeri dengan Penyediaan
Simcard yang terinstal dengan beragam fitur layanan yaitu 1) Fitur Layanan
Pengaduan

berupa

pengaduan kasus, Klaim asuransi 2) Fitur Layanan

Darurat berupa emergency call, emergency SMS, Panic Button, 3) Fitur
Keberadaan TKI berupa Pencarian lokasi berdasarkan poisisi HP 4) fitur
Layanan

Informasi

berupa

Pencarian

alamat

perwakilan,

prosedur

pengaduan, profil Negara penempatan, dll
c.

Perlunya Unit Intelijen yang terpusat untuk melakukan monitoring terhadap
kinerja internal, Masing-masing provinsi diletakkan satu unit intelijen yang
melakukan reporting ke pusat melalui Sistem Pengawasan untuk me-monitor
kinerja lapangan

d.

Fasilitasi pengaduan yg mudah diakses/ terjangkau oleh TKI, Responsif dan
Solutif;

e.

Fasilitasi Advokasi dan Rehabilitasi CTKI dan TKI purna bermasalah

f.

Optimalisasi Kinerja Penyelesaian Masalah Pengaduan TKI;

g.

Melaksanakan pemberdayaan CTKI/TKI dan keluarganya demi terwujudnya
kesejahteraan;

h.

Sinergitas

pemberdayaan

TKI

Purna

berupa

Integrasi

program

pemberdayaan Purna TKI dengan : Kemensos, Kemenkop-UKM, Kemendag,
Kemenperin, Kemenaker, Kementan, Kemendikbud, KKP, Kemenhut;
i.

Pembentukan kampung TKI

22
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

j.

Menyediakan akses untuk memperoleh kredit perbankan melalui kerja sama
dengan perbankan dalam rangka permodalan pemberdayaan TKI Purna;

k.

Menyempurnakan pengiriman remitansi tenaga kerja Indonesia, antara lain
dengan

menjalin

kerjasama

dengan

lembaga-lembaga

keuangan,

memfasilitasi peningkatan kesepakatan kerjasama perbankan dengan
perbankan negara penempatan.

C.

KERANGKA REGULASI

Saat ini terdapat kurang lebih 41 peraturan perundang-undangan yang terkait baik
langsung maupun tidak langsung dengan aspek perlindungan TKI. Fenomena ini
menunjukkan terjadinya inflasi peraturan perundangan namun defisit dalam
pelaksanaannya. Implikasinya terjadi disharmoni, tumpang tindih, kontradiktif antar
instrumen

pengatur

yang

bersangkutan

dan

menimbulkan

celah-celah

penyalahgunaan pengaturan terhadap TKI. Sementara UU no 39

tahun 2004

tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri lebih menekankan aspek
bisnis penempatan dan kurang dalam mengatur perlindungan TKI.

D.

KERANGKA KELEMBAGAAN
Penataan Organisasi dan Kelembagaan Deputi Bidang Perlindungan:
a.

Adanya tuntutan akan pelayanan publik melalui pelayanan publik serta
pentingnya informasi yang harus disampaikan kepada para pencari kerja dan
stakeholders di bidang penempatan dan pelayanan CTKI/TKI, maka
diperlukan penataan organisasi dan kelembagaan pada Direktorat Pelayanan
Pengaduan, dengan menambah fungsi pelayanan Informasi.
23
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

b.

Sedangkan pada Direktorat lainnya yang saat ini ada tetap seperti semula,
yaitu Direktorat Mediasi dan Advokasi, Direktorat Pemberdayaan dan
Direktorat Pengamanan dan Pengawasan

c.

Penataan Organisasi dan Kelembagaan Deputi Bidang Perlindungan.
Struktur organisasi, Kedeputian Perlindungan, menjadi:
1) Direktorat Pelayanan Pengaduan dan Informasi Pengaduan
2) Direktorat Mediasi dan Advokasi
3) Direktorat Pemberdayaan
4) Direktorat Pengawasan dan Pengamanan

Dalam rangka mencapai visi dan misi maka Deputi Bidang perlindungan
diperlukan

kerangka kelembagaan yang kuat dengan dukungan 4 (empat)

Kegiatan.
Adapun 4 (empat) Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Perlindungan pada
Perlindungan TKI dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan (2015-2019) adalah:
1. Peningkatan Pelayanan Mediasi dan Advokasi;
2. Peningkatan Pelayanan Pengaduan;
3. Peningkatan Pengamanan dan pengawasan TKI;
4. Peningkatan Pemberdayaan TKI Purna.

24
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Target Kinerja Renstra ini disusun dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang
hasil-hasil yang akan dicapai dan sebagai bentuk pertanggung-jawaban program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu 2015-2019
yang diketahui oleh pimpinan dan masyarakat serta sebagai dasar dalam menentukan
langkah yang akan dilakukan dalam rangka perbaikan kinerja kepemerintahan.
Dalam rangka pengelolaan kinerja dilingkungan Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI
telah ditetapkan penanggungjawab pengelola kinerja program di lingkungan Deputi
Bidang Perlindungan BNP2TKI sebagai berikut :

1.

Direktorat Pelayanan Pengaduan


penyiapan kebijakan teknis pendaftaran dan informasi, analisis dan verifikasi
serta monitoring dan evaluasi pengaduan;



penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pendaftaran dan
informasi, analisis dan verifikasi serta monitoring dan evaluasi pengaduan;



pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pendaftaran dan informasi, analisis
dan verifikasi serta monitoring dan evaluasi pengaduan.

2.

Mediasi dan Advokasi Permasalahn CTKI/TKI;


penyiapan kebijakan teknis mediasi dan advokasi kawasan Asia Pasifik dan
Amerika, Timur Tengah, Afrika dan Eropa;



penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan kebijakan teknis
perlindungan dan advokasi kawasan Asia Pasifik dan Amerika, Timur Tengah,
Afrika dan Eropa;



pemberian bimbingan teknis dan evaluasi perlindungan dan advokasi kawasan
25
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Asia Pasifik dan Amerika, Timur Tengah, Afrika dan Eropa;

3.

Menyiapkan Petugas Mediator yang berkualitas.

Pemberdayaan TKI Purna


penyiapan kebijakan teknis kerja sama antar lembaga, pelayanan kepulangan
serta fasilitasi dan rehablitasi TKI Purna;



penyiapan penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan kerja sama
antar lembaga, pelayanan kepulangan serta fasilitasi dan rehablitasi TKI Purna;



pemberian bimbingan teknis dan evaluasi kerja sama antar lembaga,
pelayanan kepulangan serta fasilitasi dan rehablitasi TKI Purna.

4.

Pelayanan Pengamanan dan Pengawasan


penyiapan

kebijakan

teknis

pengamanan

dan

pengawasan

serta

pendayadunaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil;


penyusunan

petunjuk

teknis

dan

petunjuk

pelaksanaan

pengamanan,

pengawasan dan pemberdayaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil;


pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengamanan, pengawasan dan
pendayagunaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi
tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang
bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan
standar.

Melalui

kinerja

Aparatur,

diharapkan

dapat

menunjukkan

kontribusi

profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan publik secara umum
pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
Namun demikian komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya
tetap menjadi kunci utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen
26
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk
meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi. Menentukan tingkat prestasi melalui
indikator kinerjanya akan menyentuh langsung faktor-faktor yang menunjukkan indikasiindikasi obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang Aparatur, serta sejauh mana
fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan.
Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key Performance Indicators (KPI) dapat diartikan
sebagai ukuran atau Indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah
berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita tetapkan.
Adapun Indikator Kinerja Utama dalam Rencana Startegis Deputi Bidang Perlindungan
BNP2TKI tahun 2015 – 2019 sebagai berikut :
1.

Prosentase Masalah CTKI/TKI Tertangani;

2.

Prosentase TKI Purna yang Menjadi Wirausaha;

TABEL 7
SASARAN STRATEGIS DAN IKU DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN TAHUN 20152019

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN BNP2TKI
Persentase
Menurunnya

TKI

bermasalah

CTKI/TKI

Bermasalah

yang

dan
Tertangani

Meningkatnya

CTKI/TKI

Purna

yang
Persentase

TKI

Purna

yang

Menjadi

berwirausaha
Wirausaha

27
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Tabel 8
RENCANA KINERJA TAHUNAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019

TAHUN PELAKSANAAN

INDIKATOR KINERJA
NO

SASARAN STRATEGIS
UTAMA
Meningkatnya
Purna

1

yang

Jumlah

CTKI/TKI Persentase

2015

2016

2017

2018

2019

90%

92%

95%

98%

100%

32%

34%

36%

38%

40%

CTKI/TKI

Mendapatkan Bermasalah yang Tertangani

Pemberdayaan/ Perlindungan sejak
Persentase TKI Purna yang
Pra,

Selama,

sampai

dengan
Menjadi Wirausaha

Pemulangan.

28
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

Tabel 9
RENCANA KINERJA TAHUNAN ESELON I DILINGKUNGAN BNP2TKI TAHUN 2015-2019

TARGET

INDIKATOR KINERJA
NO

SASARAN STRATEGIS
UTAMA

2015

2016

2017

2018

2019

32%

34%

36%

38%

40%

90% TKI

90% TKI

90% TKI

90% TKI

90% TKI

bekerja

bekerja

bekerja

bekerja

bekerja

dgn

dgn

dgn

dgn

dgn

dokumen

dokumen

dokumen

dokumen

dokumen

resmi

resmi

resmi

resmi

resmi

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN
Meningkatnya

kemampuan

TKI Persentase

pekerja

migran

purna penempatan untuk mengelola purna hasil edukasi perbankan
1
keuangan,

termasuk dan

mengembangkan usaha mikro

kewirausahaan

yang

berwirausaha

Persentase meningkatnya TKI
Meningkatnya persentase TKI yang
yang
2

berangkat

secara

prosedural

berangkat

secara

di
prosedural di kantong TKI non

kantong TKI non-prosedural
prosedural

3

Pengaduan masalah TKI dilayani, Prosentase pengaduan yang

29
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

diproses, dan diselesaikan

diproses
integrasi

berbasis

sistem

dengan

K/L

terkait/Perwakilan RI
Terpenuhinya

hak-hak

CTKI/TKI Prosentase

permasalahan

4

90%
sejak pra, selama dan purna

92%

95%

98%

100%

CTKI/TKI yang tertangani

Tabel 10
RENCANA KINERJA TAHUNAN ESELON II DILINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN BNP2TKI
TAHUN 2015-2019
TAHUN PELAKSANAAN

INDIKATOR KINERJA
No

SASARAN STRATEGIS
UTAMA

2015

2016

2017

2018

2019

4.500

5.200

5.400

5.600

TKI Purna

TKI Purna

TKI Purna

TKI Purna

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN
1

Direktorat Pemberdayaan
Meningkatnya

kemampuan Jumlah pekerja migran/purna

TKI purna penempatan untuk yang
mengelola

mendapat

5.800

edukasi

keuangan, pengelolaan keuangan dan

TKI
Purna

30
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

termasuk

mengembangkan wirausaha

usaha mikro

Persentase pekerja migran
purna

hasil

edukasi

kewirausahaan

dan
32%

34%

36%

24

34

Helpdesk

Helpdesk

Operasion

dan 10

dan 18

al

Crisis

Crisis

Pelayanan

Center

Center

38%

40%

yang

berwirausaha

Fasilitasi

pelayanan

pemulangan

TKI

Operasio

Ilegal/

Bermasalah di debarkasi ke

Operasional

nal

Pelayanan

Pelayan

daerah asal

Meningkatnya reintegrasi TKI Jumlah

TKI

an

purna

yang

4
6

purna

berbasis

ekonomi berwirausaha

2

4
4 Kampung

Kampung
produktif/sentra ekonomi

4

dalam
Kampung

Kampun

Kampung

komunitas Kampung TKI

g

Direktorat Pengawasan dan Pengamanan
Meningkatnya persentase

Pengamanan keberangkatan

TKI yang berangkat secara

dan kepulangan TKI

14 lokasi/

18 lokasi/

20 lokasi/

23 lokasi/

25

lapgas

lapgas

lapgas

lapgas

lokasi/

31
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

prosedural di kantong TKI

lapgas

non-prosedural
24
Pengawasan keberangkatan

12 lokasi/

14 lokasi/

19 lokasi/

21 lokasi/

lapgas

lapgas

lapgas

lapgas

lokasi/
dan kepulangan TKI

lapgas
24
Pengawasan

sarana

12 lokasi/

14 lokasi/

19 lokasi/

21 lokasi/

lapgas

lapgas

lapgas

lapgas

lokasi/
pendukung penempatan TKI

lapgas
Jumlah

CTKI

hasil
600

pencegahan/Sweeping
200 CTKI
penempatan

TKI

600 CTKI

700 CTKI

600 CTKI

Non

CTKI

Prosedural
60
Jumlah

laporan

informasi

50 laporan

53 laporan

55 laporan

58 laporan

informasi

informasi

informasi

informasi

laporan
hasil penyelidikan

informasi
20

Jumlah pemberkasan hasil
12 berkas

14 berkas

16 berkas

18 berkas
berkas

penyidikan/penindakan

32
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

3

Direktorat Pelayanan Pengaduan
Persentase pengaduan yang
Pengaduan

masalah

TKI
diproses

dilayani,

diproses,

berbasis

sistem

dan

100%
integrasi

dengan

100%

100%

100%

100%

K/L

diselesaikan
terkait/Perwakilan RI
4

Direktorat Mediasi dan Advokasi
100%
Persentase

permasalahan

100%

100%

100%

100%

Tertangani

Tertangani

Tertangani

Tertangani

Tertanga
Terpenuhinya

hak-hak CTKI/TKI yang tertangani

ni
CTKI/TKI sejak pra, selama
Persentase

CTKI/TKI

90%

90%

90%

Teradvoka

teradvokas

teradvokas

si

i

i

dan purna

90%
90%

bermasalah yang mendapat

teradvok
teradvokasi

advokasi pemenuhan hak

asi

33
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

A.

KERANGKA PENDANAAN

Kerangka Pendanaan BNP2TKI telah disusun sesuai Dokumen Hasil Pertemuan
Tiga Pihak dalam penyusunan RPJMN tahun 2015-2019 yang terdiri dari
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan dan BNP2TKI dengan hasil
sebagaimana pada lampiran II Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional K/L Tahun 2015-2019.

34
Renstra 2015-2019

DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN

BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Revisi ini merupakan dokumen perencanaan komprehensif
yang memuat prioritas dan arah kebijakan perlindungan TKI serta dasar penetapan program
kerja dalam kurun waktu tahun 2015 sampai 2019.
Renstra Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI tahun 2015 - 2019 pada hakekatnya
merupakan penjabaran dari RPJM 2015 - 2019, khususnya di bidang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Renstra Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI diharapkan menjadi acuan dalam
penyusunan rencana kerja tahunan Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI.
Disadari bahwa BNP2TKI yang baru dibentuk ini masih menghadapi berbagai keterbatasan
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Oleh karena itu, diperlukan dukungan
berbagai pihak, agar seluruh program dan kegiatan yang telah dirumuskan dalam Renstra ini
dapat dilaksanakan secara optimal.

Jakarta, April 2015

Deputi Perlindungan,

Lisna Yoeliani Poeloengan
NIP. 195607011981032002

35
Renstra 2015-2019