Perilaku dan Aplikasi Penggunaan Pestisida serta Keluhan Kesehatan Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir Tahun 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah
hal mutlak yang harus dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang
beracun. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat
membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi
pada produk-produk pertanian dan perairan. Untuk meningkatkan produksi pertanian
disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran
akibat penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan
yang aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan
pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma
(Kementerian Pertanian RI, 2011).
Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan
banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya
keracunan pada petani. Hal-hal tersebutlah yang masih banyak diabaikan oleh para
petani Indonesia terutama didaerah pedesaan. Mereka tidak memperhatikan dampak
yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya dengan
berbagai alasan. Ternyata penggunaan pestisida oleh petani telah dianggap sebagai
cara yang paling menguntungkan. Dengan semakin meningkatnya usaha yang
dilakukan petani dalam meningkatkan hasil pertanian, penggunaan pestisida
1
Universitas Sumatera Utara
2
cenderung secara luas, hal ini dapat
menimbulkan dampak negatif bila
penanganannya tidak baik yaitu dapat berupa pencemaran lingkungan dan keracunan
terhadap manusia (Kementerian Pertanian RI, 2011). World Health Organization
(WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 1-5 juta kasus keracunan pestisida pada
pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban jiwa. Sekitar
80% keracunan pestisida dilaporkan terjadi di negara-negara berkembang.
Dengan semakin meningkatnya usaha yang dilakukan manusia, dalam
meningkatkan hasil pertanian maka penggunaan pestisida cenderung digunakan
secara luas. Dampak negatif yang ditimbulkan pestisida itu sendiri dapat merupakan
pencemaran terhadap lingkungan, atau keracunan terhadap manusia. Keracunan
pestisida dapat melalui kulit, pernafasan, mulut maupun melalui akibat makanan yang
terkontaminasi oleh pestisida, hal ini sangat dipengaruhi oleh masih kurangnya petani
menguasai cara penggunaan pestisida yang baik. Oleh karena itu agar petani tersebut
mengetahui cara penggunaan pestisida dengan baik, diperlukan pendidikan,
pengetahuan, kesadaran yang tinggi serta sikap dan perilaku yang baik (Kementerian
Pertanian RI, 2011).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak dampak negatif dari
penggunaan pestisida, penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan
dengan terus menerus akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu
pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian, pencemaran pada
lingkungan pertanian, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang
berdampak buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami keracunan baik akut
maupun kronis yang berdampak pada kematian.
Universitas Sumatera Utara
3
Paparan pestisida yang masuk ke tubuh manusia baik melalui kulit, hidung,
maupun mulut dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan atau penyakit.
Setelah tubuh terpapar oleh pestisida, selanjutnya menyerang organ tubuh diantaranya
paru-paru dan sistem pernafasan, hati, ginjal dan saluran kencing, sistem saraf, darah
dan sumsum tulang, jantung dan pembuluh darah, kulit dan sistem reproduksi, sistem
kekebalan, tulang, otot, dan kelenjar tertentu seperti tiroid. Sehingga gangguan
kesehatan atau penyakit yang ditimbulkannya seperti diantaranya kanker, mandul,
autisme, parkinson, diabetes, bayi lahir cacat, anemia, stunting (bertubuh pendek),
goiter (pembesaran kelenjar gondok), dan lain lain (Sudarmo, 2007).
Beberapa dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia pada lahan
pertanian yang telah diketahui, diantaranya: mengakibatkan resistensi hama sasaran
(Oka 1995), gejala resurjensi hama (Armes et al., 1995), terbunuhnya musuh alami
(Tengkano et al. 1992), meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan,
gangguan kesehatan bagi pengguna (Oka 1995; Schumutterer, 1995), bahkan
beberapa pestisida disinyalir memiliki kontribusi pada fenomena pemanasan global
(global warming) dan penipisan lapisan ozon (Reynolds, 1997).
Penelitian mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan
kesehatan manusia sangat mencengangkan. WHO (World Health Organization) dan
Program Lingkungan PBB dalam Miller (2004), memperkirakan ada 3 juta orang
yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun
pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya. Lawrence
(2007), memperkirakan setiap tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida
dan 500 orang diantaranya meninggal di Cina.
Universitas Sumatera Utara
4
Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya
kanker. Berdasarkan penelitian terbaru dalam Environmental Health Perspctive
menemukan adanya kaitan kuat antara pencemaran DDT pada masa muda dengan
menderita kanker payudara pada masa tuanya (Barbara and Mary, 2007). Menurut
NRDC (Natural Resources Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada
anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia. Penelitian terbaru yang
dilakukan oleh Harvard School of Public Health di Boston, menemukan bahwa
resiko terkena penyakit parkinson meningkat sampai 70% pada orang yang
terekspose pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah (Ascherio et al, 2006).
Sayuran atau tanaman yang terkontaminasi dengan pestisida akibat pemberian
dosis yang berlebihan pada waktu penyemprotan beberapa saat sebelum panen akan
meninggalkan residu pada hasil panen, ini merupakan suatu contoh bahwa dampak
penggunaan pestisida tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Namun masalah
pestisida tersebut dapat ditekan pada suatu keadaan yang tidak membahayakan
masyarakat dan lingkungan hidup. Keadaan tersebut dapat diperoleh bila setiap orang
bekerja yang menggunakan pestisida telah memiliki kesadaran, pengetahuan dan
keterampilan dalam penggunaan pestisida.
Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi memang tidak menyadari bahwa
pestisida sebenarnya adalah racun. Pada umumnya petani beranggapan bahwa
pestisida yang mereka gunakan adalah obat bagi tanaman, sehingga pemakaian
pestisida sering dilakukan secara berlebihan. Petani juga sering menyemprot tanaman
Universitas Sumatera Utara
5
yang akan dipanen. Hal ini dilakukan bahwa petani takut bila hasil panennya
digerogoti hama.
Dari pengamatan awal yang dilakukan di Desa Urat II Kecamatan Palipi
masih banyak ditemukan petani menggunakan pestisida secara tidak benar. Hal ini
terlihat pada saat mencampurkan pestisida dilapangan. Cara mencampurkan pestisida
pada umumnya dengan takaran perkiraan saja, dan tidak mengikuti apa yang
tercantum dalam aturan pemakaian yang tertulis. Waktu melakukan penyemprotan
petani masih banyak tidak memakai masker, sarung tangan, sepatu bot, topi dan
pelindung muka, menyemprot sambil merokok dan intensitas penyemprotan 3 kali
dalam seminggu atau lebih jika musim hujan. Bahkan sisa atau bekas wadah pestisida
mereka buang disembarang tempat seperti dipinggiran ladang.
1.2. Perumusan Masalah
Perilaku petani di Desa Urat Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir masih
kurang baik dari segi penggunaan pestisida, dimana pola penyemprotan yang belum
aman. Sehingga hal tersebut dapat berdampak pada status kesehatan petani itu sendiri.
Peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku dan aplikasi penggunaan pestisida serta
keluhan kesehatan petani di Desa Urat II kecamatan Palipi Kabupaten Samosir.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku dan aplikasi penggunaan pestisida serta keluhan
kesehatan petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
6
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perilaku petani (pengetahuan, sikap) dalam penggunaan
pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir tahun 2014.
2. Untuk mengetahui aplikasi penggunaan pestisida di Desa Urat II Kecamatan
Palipi Kabupaten Samosir tahun 2014.
3. Untuk mengetahui keluhan kesehatan petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi
Kabupaten Samosir tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian di Kabupaten
Samosir dalam upaya pencegahan, pengurangan dan penanggulangan pencemaran
pestisida pada petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir.
2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian tentang keluhan kesehatan petani sebagai
akibat dari perilaku dan aplikasi penggunaan pestisida.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah
hal mutlak yang harus dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang
beracun. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat
membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi
pada produk-produk pertanian dan perairan. Untuk meningkatkan produksi pertanian
disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran
akibat penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan
yang aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan
pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma
(Kementerian Pertanian RI, 2011).
Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan
banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya
keracunan pada petani. Hal-hal tersebutlah yang masih banyak diabaikan oleh para
petani Indonesia terutama didaerah pedesaan. Mereka tidak memperhatikan dampak
yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya dengan
berbagai alasan. Ternyata penggunaan pestisida oleh petani telah dianggap sebagai
cara yang paling menguntungkan. Dengan semakin meningkatnya usaha yang
dilakukan petani dalam meningkatkan hasil pertanian, penggunaan pestisida
1
Universitas Sumatera Utara
2
cenderung secara luas, hal ini dapat
menimbulkan dampak negatif bila
penanganannya tidak baik yaitu dapat berupa pencemaran lingkungan dan keracunan
terhadap manusia (Kementerian Pertanian RI, 2011). World Health Organization
(WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 1-5 juta kasus keracunan pestisida pada
pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban jiwa. Sekitar
80% keracunan pestisida dilaporkan terjadi di negara-negara berkembang.
Dengan semakin meningkatnya usaha yang dilakukan manusia, dalam
meningkatkan hasil pertanian maka penggunaan pestisida cenderung digunakan
secara luas. Dampak negatif yang ditimbulkan pestisida itu sendiri dapat merupakan
pencemaran terhadap lingkungan, atau keracunan terhadap manusia. Keracunan
pestisida dapat melalui kulit, pernafasan, mulut maupun melalui akibat makanan yang
terkontaminasi oleh pestisida, hal ini sangat dipengaruhi oleh masih kurangnya petani
menguasai cara penggunaan pestisida yang baik. Oleh karena itu agar petani tersebut
mengetahui cara penggunaan pestisida dengan baik, diperlukan pendidikan,
pengetahuan, kesadaran yang tinggi serta sikap dan perilaku yang baik (Kementerian
Pertanian RI, 2011).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak dampak negatif dari
penggunaan pestisida, penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan
dengan terus menerus akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu
pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian, pencemaran pada
lingkungan pertanian, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang
berdampak buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami keracunan baik akut
maupun kronis yang berdampak pada kematian.
Universitas Sumatera Utara
3
Paparan pestisida yang masuk ke tubuh manusia baik melalui kulit, hidung,
maupun mulut dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan atau penyakit.
Setelah tubuh terpapar oleh pestisida, selanjutnya menyerang organ tubuh diantaranya
paru-paru dan sistem pernafasan, hati, ginjal dan saluran kencing, sistem saraf, darah
dan sumsum tulang, jantung dan pembuluh darah, kulit dan sistem reproduksi, sistem
kekebalan, tulang, otot, dan kelenjar tertentu seperti tiroid. Sehingga gangguan
kesehatan atau penyakit yang ditimbulkannya seperti diantaranya kanker, mandul,
autisme, parkinson, diabetes, bayi lahir cacat, anemia, stunting (bertubuh pendek),
goiter (pembesaran kelenjar gondok), dan lain lain (Sudarmo, 2007).
Beberapa dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia pada lahan
pertanian yang telah diketahui, diantaranya: mengakibatkan resistensi hama sasaran
(Oka 1995), gejala resurjensi hama (Armes et al., 1995), terbunuhnya musuh alami
(Tengkano et al. 1992), meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan,
gangguan kesehatan bagi pengguna (Oka 1995; Schumutterer, 1995), bahkan
beberapa pestisida disinyalir memiliki kontribusi pada fenomena pemanasan global
(global warming) dan penipisan lapisan ozon (Reynolds, 1997).
Penelitian mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan
kesehatan manusia sangat mencengangkan. WHO (World Health Organization) dan
Program Lingkungan PBB dalam Miller (2004), memperkirakan ada 3 juta orang
yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun
pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya. Lawrence
(2007), memperkirakan setiap tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida
dan 500 orang diantaranya meninggal di Cina.
Universitas Sumatera Utara
4
Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya
kanker. Berdasarkan penelitian terbaru dalam Environmental Health Perspctive
menemukan adanya kaitan kuat antara pencemaran DDT pada masa muda dengan
menderita kanker payudara pada masa tuanya (Barbara and Mary, 2007). Menurut
NRDC (Natural Resources Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada
anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia. Penelitian terbaru yang
dilakukan oleh Harvard School of Public Health di Boston, menemukan bahwa
resiko terkena penyakit parkinson meningkat sampai 70% pada orang yang
terekspose pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah (Ascherio et al, 2006).
Sayuran atau tanaman yang terkontaminasi dengan pestisida akibat pemberian
dosis yang berlebihan pada waktu penyemprotan beberapa saat sebelum panen akan
meninggalkan residu pada hasil panen, ini merupakan suatu contoh bahwa dampak
penggunaan pestisida tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Namun masalah
pestisida tersebut dapat ditekan pada suatu keadaan yang tidak membahayakan
masyarakat dan lingkungan hidup. Keadaan tersebut dapat diperoleh bila setiap orang
bekerja yang menggunakan pestisida telah memiliki kesadaran, pengetahuan dan
keterampilan dalam penggunaan pestisida.
Petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi memang tidak menyadari bahwa
pestisida sebenarnya adalah racun. Pada umumnya petani beranggapan bahwa
pestisida yang mereka gunakan adalah obat bagi tanaman, sehingga pemakaian
pestisida sering dilakukan secara berlebihan. Petani juga sering menyemprot tanaman
Universitas Sumatera Utara
5
yang akan dipanen. Hal ini dilakukan bahwa petani takut bila hasil panennya
digerogoti hama.
Dari pengamatan awal yang dilakukan di Desa Urat II Kecamatan Palipi
masih banyak ditemukan petani menggunakan pestisida secara tidak benar. Hal ini
terlihat pada saat mencampurkan pestisida dilapangan. Cara mencampurkan pestisida
pada umumnya dengan takaran perkiraan saja, dan tidak mengikuti apa yang
tercantum dalam aturan pemakaian yang tertulis. Waktu melakukan penyemprotan
petani masih banyak tidak memakai masker, sarung tangan, sepatu bot, topi dan
pelindung muka, menyemprot sambil merokok dan intensitas penyemprotan 3 kali
dalam seminggu atau lebih jika musim hujan. Bahkan sisa atau bekas wadah pestisida
mereka buang disembarang tempat seperti dipinggiran ladang.
1.2. Perumusan Masalah
Perilaku petani di Desa Urat Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir masih
kurang baik dari segi penggunaan pestisida, dimana pola penyemprotan yang belum
aman. Sehingga hal tersebut dapat berdampak pada status kesehatan petani itu sendiri.
Peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku dan aplikasi penggunaan pestisida serta
keluhan kesehatan petani di Desa Urat II kecamatan Palipi Kabupaten Samosir.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku dan aplikasi penggunaan pestisida serta keluhan
kesehatan petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
6
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perilaku petani (pengetahuan, sikap) dalam penggunaan
pestisida di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir tahun 2014.
2. Untuk mengetahui aplikasi penggunaan pestisida di Desa Urat II Kecamatan
Palipi Kabupaten Samosir tahun 2014.
3. Untuk mengetahui keluhan kesehatan petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi
Kabupaten Samosir tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian di Kabupaten
Samosir dalam upaya pencegahan, pengurangan dan penanggulangan pencemaran
pestisida pada petani di Desa Urat II Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir.
2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian tentang keluhan kesehatan petani sebagai
akibat dari perilaku dan aplikasi penggunaan pestisida.
Universitas Sumatera Utara