BOOK Amalia Djuwita Peranan Public Relations

Peranan Public Relations pada Lembaga
Pemerintahan dalam Program Pembakuan
Nama Rupabumi yang Bernuansa Tradisional
dan Kebangsaan (Studi Kasus di Kawasan Bumi
Serpong Damai)
Dra. Amalia Djuwita, M.M
Dosen Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom
(Prodi Digital Public Relations)
[email protected]

Pendahuluan :
Istilah pembakuan nama rupa bumi hingga saat ini belum
populer di telinga masyarakat Indonesia. Oleh karena itu perlu
upaya mempercepat pembakuan nama rupabumi di daerah dengan
mempertahankan nama lokal sebagai cerminan jati diri dan kedaulatan
bangsa.Akhir akhir ini banyak bermunculan penamaan rupabumi
yang tidak mengikuti aturan seperti penamaan perumahan dan
tempat-tempat perbelanjaan, disamping banyak yang tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia, juga masih banyak yang
menggunakan bahasa asing. Apabila hal ini tidak segera ditangani, tentu
akan dapat mengancam keberadaan Bahasa Indonesia dan sekaligus

dapat mereduksi budaya daerah. Salah satu penyebab terjadinya
kendala adalah masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terkait
hal ihwal penamaan unsur rupabumi, bahkan, istilah rupabumi pun
masih banyak dikalangan masyarakat yang belum mengetahui arti dan
pentingnya pembakuan nama rupabumi.
Salah satu contoh kasus penggunaan nama rupa bumi adalah
yang terletak di kawasan BSD City, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten yang merupakan sebuah kawasan baru yang saat ini tengah
dikembangkan oleh PT Sinar Mas Group.Kawasan tersebut ketika
peluncuran pertamanya dikenal dengan nama Kota Mandiri Bumi
Serpong Damai yang luasnya mencapai 6000 hektare.
Rencana pengembangan kawasan tersebut,saat ini sudah hampir
mencapai target, dengan mengubah fungsi bekas perkebunan karet,

287

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

tanah darat, tegalan,pesawahan,situ dan sebagainya menjadi kawasan

perkotaan. Kondisi sosial budaya masyarakat tradisional pada daerah
tersebut pada awalnya terdiri dari tiga pengelompokan yaitu yang
menggunakan dialek bahasa Betawi ora, bahasa Sunda dialek Pasundan
dan bahasa Sunda dialek Banten
Secara turun temurun,masyarakat tradisional
melekatkan
penamaan kawasan dengan istilah yang berbau kedaerahan, seperti
halnya Rawa Buntu,Rawa Mekar,Lengkong Gudang,Pagedangan,Ciater,
Cilenggang,Dadap dan nama-nama lainnya yang hingga saat
ini nama nama tersebut masih dapat dijumpai pada kawasan
perkampungan yang telah terkurung oleh perumahan baru
modern. Kondisi perkampungan tradisional tersebut sangat
berbeda dengan perumahan modern yang sangat teratur dan
terintegrasi dimana antara bangunan rumah dengan bangunan
lainnya sangat tertata dan pada setiap lingkungan perumahan
pada umumnya dilengkapi dengan taman, halaman bahkan ada
yang disertai dengan kolam renang.
Demikian juga apabila dilihat dari kondisi strata
sosial ekonomi para penghuninya, dapat dikatakan adanya
faktor kesenjangan. Perubahan kondisi di kawasan BSD ini

mengakibatkan kesenjangan interaksi antara komunitas
perkampungan dengan komunitas perumahan modern karena
dibatasi dengan pembuatan tembok pemisah antara perumahan
warga asli dengan perumahan modern yang secara perlahanlahan telah melahirkan konflik budaya..
Sementara itu pembakuan nama rupabumi, ketika kawasan Kota
Mandiri Bumi Serpong Damai di kelola oleh group Ir Ciputra, namanama kawasan masih menggunakan yang berbau bahasa Indonesia
seperti halnya Giri Loka, Taman Giri Loka, Grya Loka,Puspita Loka,Tirta
Loka,Kencana Loka,Anggrek Loka,Nusa Loka dan sebagainya.
Demikian juga penggunaan nama ruas jalan yang dibangun pada
kawasan tersebut hampir semuanya menerapkan istilah yang berbau
Indonesia seperti halnya Jalan Kereta Kencana,Jalan Angsana,Jalan
Sulawesi,Jalan Dahlia dan sebagainya. Sedangkan sekarang setelah
Kota Mandiri Bumi Serpong Damai pengelolaannya diambil alih dari
group Ciputra oleh group Sinar Mas pada tahun 2003 maka kawasan

288

Sa’adatina & Rouli Manalu, Pencarian Informasi,...

tersebut berubah nama menjadi BSD City yang berbau bahasa asing..

Kawasan hunian yang dibangun kemudian oleh PT Sinar Mas
Group , diberi nama yang terasa asing di telinga masyarakat lokal.
Misalnya saja kawasan yang diberi nama oleh pengembang dengan
penggunaan nama “De Latinos” dengan berbagai cluster yang memakai
nama bernuansa latin, diantaranya cluster Bahamas, Carribean Islands,
Mexicano, Centro Havana, Santiago, he Rio, Vintage, dan Virgin Island.
Kemudian pada bagian kawasan lainnya, dibangun komplek hunian
baru yang dipasarkan dengan menerapkan nama asing yaitu Greenwich
Park,Alegria Park  , Vanya Park, Cluster  Asatti Garden house, he
Eminent, New Vivacia, Kireina Park , Azura House, Assana House, Anila
House, Anartha Guest House, Asatti Garden House, Acolla Park ,Alesha
Guest House.Green BSD,,  Foresta Cluster Collinare, Cluster Ritzone,
Cluster Mayield , Cluster Prestigia , Cluster Illustria, he Avani, Cluster
Lakewood Navara park  , Cluster Fidelia  ,Whelford, Hyland, Sheield,
Whitsand, Luxmore, Ingenia, Regentown, Precia, Vivacia, he Icon,
Cluster Cajuputi De Park , Mozia, he Green Blossom Ville, Lakewood ,
West Park, Neo Catalonia,Apartemen Marigold ,Condominium
Navapark  , Green Living Casa de Parco  dan nama lainnya yang
tidak akrab dengan telinga bangsa Indonesia.Belum lagi nama pusat
pertokoan yang menggunakan nama asing seperti BSD Junction,

Ruko Piazzadi  , Horizon Broadway, AEON Mall, QBIG, Courts BSD,
Gramedia, Foresta Business Lot, the Breeze, ICE , Giant dan sebagainya.
Kemudian berbagai fasilitas pendidikan yang menggunakan nama
asing seperti Stella Maris, Sint.Jhons, Santa Ursula, Swiss German
University, Montana University, Nanyang Jakarta School dan sebagainya.
Penerapan nama kawasan yang berbau asing mengakibatkan
masyarakat lokal menjadi asing di tanahnya sendiri.Masyarakat
tradisional yang turun temurun menetap di kawasan Bumi Serpong
Damai menjadi tidak merasa nyaman dan kedamaiannya terenggut
oleh pergeseran budaya baru. Apakah Pemerintah Kota Tangerang
Selatan melakukan pembiaran terhadap permasalahan ini ? Dengan
memperhatikan latar belakang persoalan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan kajian tentang masalah Pembakuan Nama Rupa
Bumi di kawasan Bumi Serpong Damai.

289

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi di Indonesia


Kajian Teori
Kajian ini menggunakan kajian teori dengan menelah buku
rujukan dan dokumen resmi lainnya,disertai kajian empirik melalui
pendekatan kualitatif untuk menggali informasi dari narasumber.serta
melakukan observasi di lapangan.
Simon Fisher, dkk. (2001) mengemukakan teori tentang penyebab
konlik diantaranya yaitu teori identitas yang berasumsi bahwa konlik
disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada
hilangnya sesuatu.  Kemudian teori kesalahpahaman antar-budaya
yang berasumsi bahwa konlik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam
cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda dan yang
terakhir yang berkaitan dengan kasus ini adalah teori transformasi
konlik yang berasumsi bahwa konlik disebabkan oleh masalahmasalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.Menurut Kriesberg
(1973), pengertian konlik sosial yaitu hubungan dua atau lebih pihak
yang memiliki keyakinan bahwa mereka masing-masing mempunyai
tujuan berbeda. Konlik antarbudaya terjadi akibat adanya pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya berasal dari latar belakang budaya berbeda.
Sedangkan berkaitan tentang fungsi public relations, maka
menurut  International Public Relations Association  (IPRA) dalam

Rumanti (2005:11), Public Relations merupakan fungsi manajemen dari
sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan
oleh organisasi-organisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi
dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian,
simpati dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan
ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan
sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan,
guna mencapai kerja sama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi
kepentingan bersama yang lebih eisien, dengan kegiatan penerangan
yang terencana dan tersebar luas
Cutlip, Center dan Bloom (2007: 6), mendeinisikan bahwa
Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara
organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi tersebut.Dikatakan bahwa proses public relations
290

Sa’adatina & Rouli Manalu, Pencarian Informasi,...

bersifat dinamis dan berkesinambungan yang terdiri dari empat

proses yaitu 1) Research (penelitian) dimana pelaku public relations
harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan. Untuk itu maka
seorang pelaku public relations harus melibatkan dirinya dalam
proses penelitian dalam pengumpulan fakta. Ia perlu memantau dan
membaca tentang pengertian, opini, sikap, dan perilaku orang-orang
yang berkepentingan dan terpengaruhi oleh tindakan organisasi .
“What’s happening now?” merupakan kata-kata yang menjelaskan
tahap ini. Seorang petugas public relations harus cermat dalam
melihat data dan fakta yang erat sangkut pautnya dengan pekerjaan
yang akan digarap. Segala keterangan harus diperoleh selengkap
mungkin. Dalam tahap mendeinisikan penelitian, ia harus mengolah
data faktual yang telah ada, mengadakan perbandingan, melakukan
pertimbangan, dan menghasilkan penilaian, sehingga dapat diperoleh
kesimpulan dan ketelitian dari data faktual yang telah didapat. Proses
public relations tidak semudah pengumpulan data dan fakta, tapi
harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasiikasian, dan
penyusunan data sedemikian rupa sehingga memudahkan pemecahan
masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data ini dapat dilakukan
dengan cara-cara: survei dan polling, wawancara, focus group discussion,
wawancara mendalam, dan  walking around research. 2. Planning

(perencanaan),setelah tahap penelitian dan pencarian data, petugas
public relations melanjutkan ke tahap perencanaan. Dalam tahap ini,
praktisi public relations melakukan penyusunan masalah. Ia melakukan
pemikiran untuk mengatasi masalah dan menentukan orang-orang
yang akan menggarap masalah nantinya. Perencanaan ini tidak boleh
diabaikan, namun harus dipikirkan secara matang karena turut
menentukan suksesnya pekerjaan public relations secara keseluruhan.
Perencanaan disusun atas data dan fakta yang telah diperoleh, bukan
berdasarkan keinginan public relations.  Berdasarkan pada rumusan
masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan
untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang
juga disesuaikan dengan kepentingan publik. Kata kunci dari tahap ini
adalah, “What should we do and why?”;3). Action and Communication
(Aksi dan Komunikasi), dalam hal ini komunikasi sering kali dilakukan
berdasarkan asumsi pribadi oleh seorang pelaku public relations.
Akibatnya, tindakan tersebut kadang-kadang membawa hasil yang
291

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi di Indonesia


buruk dan hal itu tidak disarankan karena akan berisiko pada image
lembaga . Tahap ini dilewati untuk mendapatkan jawaban pertanyaan,
“How do we do it and say it”. Tujuan dan objektivitas yang spesiik harus
dikaitkan untuk mencapai aksi dan komunikasi yang akan dilakukan
maka pelaku public relations harus mampu mengkomunikasikan
pelaksanaan program sehingga dapat mempengaruhi opini publiknya
yang kemudian mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan
program tersebut. Selain itu, ia juga harus melakukan aksi dan
melakukan kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Kegiatan aksi ini
merupakan kegiatan komunikasi, selayaknya komunikasi kelompok,
komunikasi massa, dan komunikasi organisasi;sedangkan langkah
terakhir adalah 4). Evaluation (Evaluasi), Untuk mengetahui apakah
prosesnya sudah selesai atau belum , maka dilakukan evaluasi terhadap
langkah-langkah yang telah diambil. Tujuan utama dari evaluasi adalah
untuk mengukur keefektiitasan proses secara keseluruhan. Pada tahap
ini, ia pun dituntut untuk teliti dan seksama demi keakuratan data dan
fakta yang telah ada. Akan tetapi, perlu diingat bahwa setelah selesai
satu permasalahan, tidak menutup kemungkinan akan menghadapi
masalah baru lagi. Dengan demikian, tahap ini juga sebagai acuan

perencanaan di masa mendatang. Singkat kata, “How did we do?”
menjadi acuan dalam tahap ini.Langkah terakhir ini maka dilakukan
kaji ulang terhadap langkah-langkah sebelumnya apakah sudah efektif
atau belum.
Pembakuan Nama Rupabumi dan Peran Public Relations Pemerintah
Kota Tangerang Selatan untuk mensosialisasikan istilah ke Indonesiaan.
Pembakuan nama nama kawasan yang berbau asing dan sangat
tidak kental dengan telinga masyarakat Indonesia telah menyulitkan
masyarakat lokal di Bumi Serpong Damai untuk membantu
menunjukan lokasi,ketika kedatangan orang-orang yang mencari
sebuah alamat. Disamping itu penerapan nama kawasan yang berbau
asing mengakibatkan masyarakat lokal merasa menjadi orang asing
di tanah leluhurnya .Masyarakat tradisional yang turun temurun
menetap di sana yang semula merasa nyaman dan damai sekarang
telah direnggut oleh kehadiran budaya asing.
Di kawasan tersebut masyarakat warga lokal sudah tidak leluasa
melintasi zona-zona perumahan modern yang menempati bekas lahan
292

Sa’adatina & Rouli Manalu, Pencarian Informasi,...

garapannya.Para penggarap dan bekas pemilik lahan pertanian telah
kehilangan garapannya dan beralih profesi menjadi pekerja harian
lepas yang bertugas untuk membersihkan rumput,menjaga keamanan
lingkungan dan melayani kepentingan para pendatang dan keluarganya
yang menjadi pemilik dan penghuni baru pada lahan-lahan bekas
garapan/ miliknya.Lokasi itu telah terserabut dari akar budayanya
dan kenikmatan atas tanah leluhur telah terebut oleh mereka yang
mengantongi uang.Hal itu telah menyebabkan terjadinya masalah
kesenjangan sosial,kesenjangan ekonomi dan kesenjangan budaya.
Perubahan wajah lingkungan disertai dengan penerapan nama
zona perumahan yang berabau asing telah menyebabkan munculnya
pertentangan bathin bagi masyarakat lokal yang ingin memelihara
nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya tradisional warisan
leluhurnya yang terpaksa harus berhadapan dengan kehadiran budaya
baru yang terasa asing akibat kepentingan komersial para pemilik
modal yang telah menguasai kawasan tersebut.
Padahal dilain pihak , kesenjangan sosial, pergeseran budaya dan
pengalihan fungsi lahan apabila tidak dikelola secara bijaksana maka
akan menjadi faktor pemicu yang menimbulkan kesalahpahaman,
pertentangan, perselisihan, pertikaian, bahkan tidak mustahil dapat
juga menjadi pemicu bagi munculnya konlik antarbudaya .
Sementara itu, Kepala Badan Informasi Geospasial ( BIG ) Asep
Karsidi dalam
http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/
nama-rupabumi-merupakan-jati-diri-dan-identitas-bangsa-indonesia
,mengatakan bahwa dalam memberi nama atau mengganti nama
geograis secara sembarangan tanpa memperhatikan kaitan dengan
masyarakat setempat akan berakibat hilangnya identitas dan jati diri
masyarakat tersebut.Pemberian nama tempat atau nama geograis
mencerminkan doa dan keterikatan batin antara manusia dengan alam
sekitarnya.. Dibalik nama tempat ini terdapat makna tertentu yang
berhubungan dengan masyarakat yang bermukim di sekitarnya..
Pemerintah era Susilo Bambang Yudhoyono ,ketika itu telah
menetapkan kebijakan dengan mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama
Rupabumi dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
2008 Tentang Pedoman Umum Pembakuan Nama Rupabumi, yang
293

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

dikeluarkan atas dasar pertimbangan bahwa untuk kepentingan
terjaminnya penyelenggaraan tertib administrasi maka diperlukan
adanya pengaturan pembakuan nama rupa bumi. Yang dimaksud
pembakuan adalah proses penetapan nama rupabumi yang baku oleh
lembaga yang berwenang baik secara nasional maupun internasional,
sedangkan istilah rupabumi adalah bagian dari permukaan bumi
yang dapat dikenal identitasnya sebagai unsur alam dan unsur
buatan manusia, misalnya sungai, danau, gunung, tanjung, desa dan
bendungan.Kemudian nama rupabumi adalah nama yang diberikan
pada unsur rupabumi.
Unsur yang terkandung dalam rupabumi disebutkan ada yang
disebut unsur alami yang terbentuk secara alami, antara lain pulau,
kepulauan, gunung, pegunungan, bukit, dataran tinggi, gua, lembah,
tanjung, semenanjung, samudera, laut, gunung bawah laut, palung,
selat, teluk, danau, sungai, dan muara.Kemudian unsur rupabumi
berikutnya adalah unsur yang terjadi akibat buatan manusia yang
dibuat oleh manusia, antara lain bandara, bendungan, waduk,
jembatan, terowongan, mercu suar, kawasan permukiman, kawasan
industri, kawasan pengelolaan darat/laut, candi, dan tugu, serta wilayah
administrasi.
Nama unsur rupabumi yang dibakukan menurut peraturan
tersebut, meliputi elemen generik yang menerangkan dan/atau
menggambarkan bentuk umum suatu unsur rupabumi dalam bahasa
lndonesia atau bahasa daerah, antara lain sungai (dalam Bahasa
lndonesia), krueng (sungai dalam bahasa Aceh), bulu (gunung dalam
bahasa Bugis), dolok (gunung dalam bahasa Batak) serta ada lagi
elemen yang disebut elemen spesiik yang menerangkan nama diri dari
elemen generik yang sudah disebutkan sebelumnya, antara lain Merapi
nama spesiik dari elemen generik yang berupa gunung, Malang nama
spesiik dari elemen generik yang berupa wilayah administrasi kota.
Dalam peraturan tersebut telah ditetapkan berbagai ketentuan
yang mengatur tentang pembakuan nama nama rupa bumi yang harus
berpedoman pada beberapa prinsip yaitu prinsip penggunaan abjad
romawi dengan tujuan untuk mempermudah komunikasi,prinsip
satu unsur rupabumi satu nama dalam upaya memberi kepastian dan
kejelasan nama rupabumi di suatu desa/ kelurahan atau sebutan lain,

294

Sa’adatina & Rouli Manalu, Pencarian Informasi,...

prinsip penggunaan nama lokal yang bertujuan untuk melestarikan
dan menghormati masyarakat setempat,prinsip berdasarkan peraturan
perundang-undangan dimaksudkan untuk pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang dalam implementasi pembakuan nama
rupabumi harus ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, prinsip
menghormati keberadaan suku, agama, ras, dan golongan dengan tujuan
untuk menjaga kerukunan, menghindari konlik, dan keterslnggungan
di masyarakat.
Kemudian disebutkan adanya prinsip menghindari penggunaan
nama diri atau nama orang yang masih hidup dalam rangka untuk
menghindari pengkultusan individu atau lembaga swasta/pemerintah.
Nama orang yang sudah meninggal dunia paling singkat 5 (lima)
tahun dan sangat berjasa bagi negara dan/atau penduduk setempat
dapat digunakan sebagai nama rupabumi, prinsip menggunakan
bahasa lndonesia dan/atau bahasa daerah untuk menghormati
keanekaragaman budaya serta persatuan dan kesatuan nasional dan
yang terakhir adalah prinsip penggunaan nama lokal yaitu untuk
melestarikan dan menghormati masyarakat setempat.Dengan adanya
prinsip prinsip tersebut terkandung pengertian tentang nama unsur
rupabumi lebih mengutamakan bahasa nasional dan penggunaan
nama lokal ketimbang menggunakan nama yang berbahasa asing .
Ketika itu walaupun belum semua daerah belum
menyelengggarakannya ,maka
untuk mengimplementasikan
peraturan tersebut, diisyaratkan bahwa di tingkat nasional dibentuk
Tim Pembakuan Nama Rupabumi yang dibentuk oleh Presiden dan
selanjutnya diikuti dengan pembentukan Panitia Pembakuan Nama
Rupabumi di tingkat Provinsi yang dibentuk oleh Gubernur dan di
tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Panitia Pembakuan Nama Rupabumi
Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Bupati/Walikota.
Hanya yang jadi masalah sekarang, Pemerintah era Joko Widodo
telah menerapkan kebijakan lain dimana lembaga yang dibentuk untuk
kepentingan pengendalian pembakuan nama rupa bumi tersebut, maka
berdasarkan Peraturan Presiden No 116 Tahun 2016 telah dinyatakan
dibubarkan bersama-sama dengan delapan lembaga non structural
lainnya ,atas dasar pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas dan
eisiensi pelaksanaan tugas pemerintahan negara.Tugas dan fungsi Tim

295

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

Nasional Pembakuan Nama Rupabumi untuk selanjutnya dilaksanakan
oleh lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan
tugas pemerintahan di bidang geospasial;Dengan keputusan pemerintah
tersebut maka Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim
Nasional Pembakuan Nama Rupabumi dan semua ketenuan peraturan
turunannya dinyatakan dicabut ;
Padahal kalau dilihat dari proses aplikasi di lapangan, ternyata
masih banyak penamaan rupa bumi terutama yang berkaitan dengan
elemen buatan manusia seperti halnya area perumahan, bangunan
hotel,apartemen dan pusat perbelanjaan yang belum ditertibkan
berdasarkan prinsip prinsip yang terkandung dalam peraturan tersebut.
Pembakuan nama rupabumi kalau berdasarkan peraturan diatas
,melibatkan unsur pemerintahan kewilayahan yang mengetahui lebih
dekat tentang situasi dan kondisi maupun perkembangan yang terjadi
di daerah garapannya.Dimana dalam hal ini para Camat setempat
melakukan pendataan tentang unsur rupabumi yang belum bernama
dan yang sudah bernama. Apabila diketemukan unsur rupabumi
yang belum bernama maupun yang sudah bernama tapi ternyata
tidak sesuai dengan prinsip penamaan rupabumi, maka dilakukan
penamaan yang diusulkan oleh Kepala Desa/Lurah kepada Camat
setelah memperhatikan usulan nama dari masyarakat setempat.Hasil
inventarisasi nama-nama unsur rupabumi disampaikan oleh Camat
kepada Panitia Kabupaten/ Kota. Unsur rupabumi yang belum bernama
secara bertahap harus diberi nama sesuai dengan prinsip penamaan
rupabumi dan nama unsur rupabumi yang tidak sesuai dengan prinsip
penamaan rupabumi dapat dilakukan perubahan nama.
Selanjutnya dengan adanya kebijakan pemerintah tentang
pencabutan ketentuan perundangan yang berkaitan dengan
pembakuan nama rupabumi sekaligus dengan pembubaran lembaga
penyelenggaranya, maka bagaimana dengan semakin maraknya
penamaan area kawasan perumahan yang menggunakan bahasa
asing dan melupakan budaya tradisional setempat ? Apakah lembaga
kementerian yang diberikan pelimpahan fungsi dan tugas pembakuan
nama rupa bumi memilki jaringan yang dapat menjangkau hingga ke
tataran wilayah terdepan ? Hal itu yang harus dipertimbangkan secara
matang demi memelihara identitas dan jati diri masyarakat.

296

Sa’adatina & Rouli Manalu, Pencarian Informasi,...

Untuk menyikapi menjamurnya pembakuan nama rupabumi
yang kurang sesuai dengan nilai nilai kebangsaan, pasca pencabutan
Peraturan Presiden RI No 112 Tahun 2016 Tentang Tim Nasional
Pembakuan Nama Rupabumi dan berbagai turunan peraturannya
maka perlu adanya upaya dari Pemerintah Kabupaten/Kota yang
telah memiliki wewenang untuk menyelenggarakan otonomi daerah,
sebaiknya segera mengatasi masalah tersebut.Hal itu dikarenakan kalau
dilakukan pembiaran akan mengakibatkan tergerusnya niklai-nilai
budaya lokal dan kebangsaan di negerinya sendiri.Dampak berikutnya
adalah membiarkan masyarakat pribumi lokal untuk merasa asing di
rumah sendiri dan secara tidak sengaja telah menghapus jejak sejarah
tofograi serta secara tidak langsung memberikan pendidikan yang
negatif bagi generasi penerus untuk mengabaikan kelestarian budaya
bangsa.
Pemerintah Kabupaten Kota seyogianya melibatkan berbagai
unsur yang ada di lingkungan lembaganya maupun anggota
masyarakat di daerahnya untuk bersama-sama secara sinergi mengatasi
permasalahan dan membangkitkan semangat untuk menjunjung nilai
nilai budaya lokal dan nasional yang menjadi harta kekayaan bangsa
yang tidak ternilai harganya.Untuk itu peran lembaga terkait kiranya
perlu didorong untuk ikut terlibat dalam program peng- Indonesia-an
nama rupabumi yang telah dilumuri oleh kehadiran nama yang berbau
asing, di tanah ibu pertiwi.
Salah satu lembaga yang perlu diikut sertakan dalam
membangkitkan semangat kebangsaan bagi pembakuan nama
rupabumi adalah Public Relations pada Pemerintah Kabupaten/Kota
setempat. Fungsi public relations menurut Harlow dalam Ruslan
(2010:16) dikatakan bahwa public relations adalah fungsi manajemen
yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama
antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi,
pengertian, penerimaan dan kerja sama; melibatkan manajemen dalam
menghadapi persoalan/permasalahan, membantu manajemen dalam
mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak
sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan
penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis
sebagai sarana utama.Dengan demikian apabila mengacu pada pendapat
Harlow diatas maka lembaga yang membidangi public relations dapat
297

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

memberikan konstribusi positif untuk mendorong masyarakat agar
senantiasa menjunjung dan melestarikan nilai-nilai bidaya lokal dan
nasional, khususnya dalam hal pembakuan nama rupabumi.
Sedangkan Meiden  dalam Rumanti (2005 : 204) mengatakan bahwa
fungsi utama dari public relations adalah menumbuhkan, mengembangkan
hubungan baik antara organisasi dengan publiknya baik internal maupun
eksternal,menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan
meningkatkan partisipasi public dan menciptakan   opini publik   yang
menguntungkan organisasi dan publiknya. 
Sesungguhnya esensi semangat yang terkandung dalam Peraturan
Presiden Nomor 112 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Tim Nasional
Pembakuan Nama Rupabumi adalah untuk memelihara keutuhan
persatuan dan kesatuan bangsa dengan cara melekatkan peristilahan
yang bersifat lokal dan nasional dalam gesture rupabumi yang berada
diatas tanah ,lautan dan udara yang ada di wilayah Indonesia.Alasan
latar belakang diterbitkannya peraturan tersebut adalah bahwa
sebagian besar unsur rupabumi yang merupakan bagian isik alami
dari rupabumi kepulauan Indonesia maupun unsur rupabumi buatan
yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
masih belum bernama dan unsur rupabumi kepulauan Indonesia yang
sudah bernama masih memerlukan pembakuan. Contoh kasus yang
mengemuka dalam hal ini misalnya tentang nama laut yang berada di
Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Negara tertangga yaitu yang
disebut dengan Laut China Selatan, padahal posisinya membentang
di wilayah Indonesia. Dengan merujuk nama tersebut, tanpa sungkan
Negara lain yaitu Republik Rakyat China mengklaim bahwa Pulau
Natuna dan beberapa gugus pulau di sekitarnya adalah merupakan
wilayah terotorialnya. Hal ini dibuktikan dengan pencantuman peta
wilayah Negara itu yang mencakup Pulau Natuna.Sadar akan ancaman
tersebut, maka muncul wacana untuk mengubah nama Laut China
Selatan di wilayah perairan Indonesia menjadi nama Laut Natuna Utara
dan perubahan nama itupun telah memancing reaksi dari Pemerintah
Republik Rakyat China.Sehingga mungkin untuk menjaga hubungan
antara kedua negara, maka Pemerintah melalui Menko Maritim
Luhut Panjaitan belum lama ini membantah tentang adanya rencana
perubahan nama Laut China Selatan tersebut.

298

Sa’adatina & Rouli Manalu, Pencarian Informasi,...

Menurut Roberto Simoes Dalam Rumanti (2005 : 7)  dikatakan
bahwa Public Relations  merupakan proses interaksi,menciptakan opini
publik sebagai input yang menguntungkan kedua belah pihak.fungsi
manajemen,merupakan aktivitas diberbagai bidang ilmu,merupakan
profesi profesional dalam bidangnya, juga merupakan faktor yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi secara tepat dan
merupakan penerapan kebijaksanaan dan pelaksanaanya melalui
interprestasi yang peka atas berbagai peristiwa. 
W. Emerson Reck, Public Relations Director of  Colgate University,
mengatakan bahwa Public Relations adalah kelanjutan dari proses penetapan
kebijaksanaan, pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan
orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan
dan jasa baik dari mereka, sedangkan pelaksanaan kebijaksanaan,
pelayanan dan sikap itu adalah untuk menjamin adanya pengertian dan
penghargaan yang sebaik-baiknya.  Dalam kaitan itu apabila Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat membuat suatu kebijakan yang berkaitan dengan
penertiban atau pembakuan nama rupabumi di wilayahnya maka bagian
yang menangani public relarions dapat memberikan dukungan dengan
cara melakukan sosialiasasi yang gencar bagi masyarakat untuk melakukan
re-Indonesia-sasi penamaan rupa bumi di wilayahnya, sehingga semua
anggota masyarakat dapat memahami tujuan yang terkandung di
dalamnya serta akan tercapainya suatu kepuasan bersama bagi semua
anggota masyarakat , yang dapat dicermati dengan dukungan hadirnya
Pemerintah dalam membangkitkan semangat nasionalisme khususnya
dalam pembakuan nama rupabumi.
Bagaimanakah pejabat public relations melakukan langkahlangkah yang bisa mendukung program pembakuan nama rupabumi
bernuansa tradisional dan kebangsaan maka kiranya dapat dilakukan
dengan mengutip pendapat Cutlip, Center dan Blomm (2006) maka
proses public relations bersifat dinamis dan berkesinambungan.
Untuk itu maka pelaku public relations pada lembaga Pemerintahan
Daerah setelah mendapatkan arahan kebijakan pimpinan maka
ia harus melakukan observasi lapangan dengan mengumpulkan
keterangan tentang data kondisi yang terjadi pada lokasi garapan serta
harus melihat dari dekat kondisi yang sesungguhnya di lapangan.
Pendekatan yang intens dengan masyarakat lokal sangat diperlukan

299

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

sehingga akan diperoleh berbagai informasi, pendapat dan keinginan
atau aspirasi yang mereka kehendaki dalam hubungan dengan
penamaan suatu obyek lokasi.Bantuan dari aparat kewilayahan seperti
Camat dan Lurah hingga tokoh masyarakat di tingkat RT/RW maupun
pemuka masyarakat/agama/adat/lingkungan sangat dibutuhkan
guna melengkapi data yang lebih akurat..Selanjutnya sesudah tahap
penelitian dan pencarian data, maka dilanjutkan ke tahap perencanaan.
Dalam tahap ini, dilakukan penyusunan masalah. Untuk itu maka
harus dilakukan pemikiran guna mengatasi masalah dan menentukan
orang-orang yang akan menggarap masalah nantinya. Perencanaan ini
tidak boleh diabaikan, namun harus dipikirkan secara matang karena
turut menentukan suksesnya bidang garapan public relations secara
keseluruhan. Perencanaan disusun atas data dan fakta yang telah
diperoleh, bukan berdasarkan keinginan pribadi tapi harus berdasarkan
pada rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan
keputusan. Untuk membuat program kerja tentunya harus berdasarkan
kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan publik.
yang telah ditempuh dengan melakukan observasi terhadap pendapat
dan keinginan masyarakat tentang penamaan obyek rupabumi dengan
memperhatikan kondisi dan sutuasi yang ada di lapangan. Dalam tahap
Aksi dan Komunikasi maka harus melakukan kegiatan dengan sebaikbaiknya. Kegiatan aksi yang berupa kegiatan komunikasi, seperti halnya
komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi organisasi;
Berdasarkan hasil penelitian dan penetapan kebijakan pimpinan
tentang penamaan rupabumi maka setelah dirumuskan langkah rencana
aksi, untuk itu pelaku public relations secara intens menyelenggarakan
langkah sosialisasi program pembakuan nama rupabumi secara
simultan lintas instansi ,kepada masyarakat secara luas dengan
menggunakan fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia, seperti
halnya media cetak,media elektronik,media sosial, tatap muka dan
sebagainya.Sedangkan langkah terakhir yaitu evaluasi, dilakukan agar
dapat diketahui apakah proses implementasi kebijakan sudah berjalan
efektif atau belum maka melalui kaji ulang terhadap langkah-langkah
sebelumnya dapat diketahui tentang efektiitas program ,penyerapan
makna dari kebijakan yang ditetapkan Pemerintah oleh masyarakat
serta bagaimanakah tanggapan mereka terhadap penyelenggaraan
program pembakuan nama rupa bumi yang telah dilakukan.
300

Sa’adatina & Rouli Manalu, Pencarian Informasi,...

Penutup
Simpulan dan Saran
Pembakuan nama rupabumi yang bernuansa tradisional
dan kebangsaan adalah merupakan tanggung jawab bersama,
untuk menghindari berbagai dampak negatif yang akan muncul
di kemudian hari apabila penerapan nama rupabumi yang tidak
sesuai dengan kearifan lokal dibiarkan. Sehingga untuk itu perlu
mendapatkan perhatian semua pihak untuk turut mengambil bagian
dan mengambil langkah mengatasi permasalahan tersebut.Public
relations mempunyai peranan dalam menyerap pendapat, menampung
keinginan masyarakat,mengkomunikasikan aspirasi masyarakat
dengan pengambil keputusan serta mensosialisasikan kebijakan yang
ditetapkan.

301

Mediamorfosa :
Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

Datar Pustaka :
Cutlif,Scott M,Centre Allen H,Broom Glenn M,2006, Efektive Public
Relations 9 th Edition,San Diego University
Ruslan, Rosady. 2010. Manajemen  Public Relations  dan Media
Komunikasi. Jakarta : Rajawali Pers
Efendy, Onong Uchjana. 2006. Hubungan Masyarakat : Suatu Studi
Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
----------------------------- 2009.  Human Relations  &  Public Relations.
Bandung : Mandar Maju,
Mulyana,Deddy dan Rakhmat Jalaludin ,2005. Komunikasi
Antarbudaya (Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang
Berbeda  Budaya), PT Remaja Rosdakarya
Rumanti, Maria Assumpta. 2005. Dasar-dasar Public Relations : Teori
dan Praktik. Jakarta : Grasindo
Jekins, Frank. 2003. Public Relations. Jakarta : Erlangga
Sitepu, Edy Sahputra dan Faulina. 2011.  Profesional Public Relations.
Medan: USU Pers
Simon Fisher, dkk. (2001) Mengelola Konlik: Keterampilan & Strategi
untuk Bertindak (www.tempo.co.id)
Susan, Novri. 2010.  Pengantar Sosiologi Konlik dan Isu-isu
Kotemporer. Jakarta: Kencana
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Umum Pembakuan Nama Rupabumi.
Peraturan Presiden RI Nomor 112 Tahun 2006 Tentang Tim Nasional
Pemabkuan Nama Rupabumi
Peraturan Presiden RI Nomor 116 Tahun 2016 Tentang Pembubaran
Badan Benih Nasional, Badan Pengendalian Bimbingan Massal,
Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi Dan Keuangan,
Komite Pengarah Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Di
Pulau Batam, Pulau Bintan, Dan Pulau Karimun, Tim Nasional
Pembakuan Nama Rupabumi, Dewan Kelautan Indonesia,
Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan
Bebas, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, Dan Komisi
Nasional Pengendalian Zoonosis
http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/nama-rupabumimerupakan-jati-diri-dan-identitas-bangsa-indonesia

302