Tugas Geo Pembangunan Final

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN KOS-KOSAN DISEKITAR
KAMPUS UNM PARANGTAMBUNG TERHADAP PENURUNAN
KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KECAMATAN
TAMALATE,KABUPATEN MAKASSAR.
Nurul Fitri
1415041002
Pendidikan Geografi
ABSTRAK
Kawasan Kost disekitar kampus UNM Parangtambung merupakan kawasan
kost yang strategis. Oleh karena itu kawasan ini membentuk pemukiman yang padat.
Kepadatan bangunan ini mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti dampak yang terjadi karena kost yang padat.
Kepadatan ini dapat diatasi dengan penataan kawasan serta peremajaan daya dukung
lingkungan layak. Jadi kost yang padat dapat mempengaruhi keadaan sosial
masyarakat, namun dapat diminimalisir dengan memperbaikan lingkungan.
Kata kunci : dampak bangunan,keadaan sosial, lingkungan layak
Latar Belakang
Saat ini tingkat pendidikan di Indonesia semakin tinggi, hal ini dibuktikan
dengan semakin banyaknya lulusan SMA yang melanjutkan sekolah ke Perguruan
Tinggi. Makassar yang memiliki julukan Kota Daeng hampir setiap tahunnya ada
kurang lebih 6000 pendatang baru yang didominasi calon-calon mahasiswa. Salah

satu perguruan tinggi yang menjadi tujuan mereka adalah Universitas Negeri
Makassar.
Besarnya

daya

tampung

universitas

menambah

jumlah

mahasiswa.

Mahasiswa baru di Universitas Negeri Makassar ini kebanyakan berasal dari luar

Kota Makassar, bahkan ada beberapa mahasiswa yang berasal dari lain provinsi.
Itulah sebabnya mahasiswa yang bersal dari lain kota ini memerlukan penginapan

atau tempat kost yang diperlukan selama jenjang perkuliahan berlangsung. Tentunya
tempat kost yang mahasiswa cari adalah yang memiliki akses terbaik untuk menuju
kampus. Sehingga banyak bermunculan kawasan kost di sekitar area kampus.
Jumlah mahasiswa yang besar menjadikan semakin padatnya dan maraknya
kost yang cenderung menggerombol di sekitar universitas. Tanpa adanya pengontrol
dan penataan kawasan kost, maka pertumbuhan ini akan semakin liar. Ditambah lagi
pada umumnya mahasiswa mencari tempat kost dengan biaya sewa yang murah.
Karena kebiasaan itu muncul tempat kost dengan harga-harga yang miring dengan
mengabaikan aspek-aspek lingkungan serta hunian layak. Kepadatan ini akan
menimbulkan masalah-masalah sosial yang akan semakin besar setiap waktunya.
Munculnya kekumuhan ini akan membawa banyak permasalahan pula, mulai dari
kesehatan, persediaan air bersih, polusi udara, serta banyak masalah lainnya.
“Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup,
termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya”. Lingkungan hidup menurut
pendapat G.Melvyn Horve (1980)
Lingkungan hidup yang ada di sekitar kawasan kost juga rusak. Karena
tercemar oleh limbah rumah tangga. Kawasan kost yang sama sekali tak
memperhitungkan tempat serapan air menjadikan penyediaan air tanah berkurang.
Ditambah pula dengan pemakaian air tanah yang berlebih oleh penduduk sekitar.

Pembuatan kakus yang terlalu dekat juga akan mencemari kandungan air tanah.
Dilihat dari jarak rumah yang terlalu dekat. Bahkan saluran pembuangan air yang
terbuka dan menggenang ditambah dengan binatang penyebar akan menyebankan
penyakit seperti demam berdarah, muntaber, diare dan penyakit lainnya. “Lingkungan
yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum

adalah lingkungan hunian dengan batas-batas fisik tertentu baik merupakan bagian
dari kawasan permukiman maupun kawasan dengan fungsi khusus yang
keberadaannya didominasi oleh rumah-rumah dan dilengkapi dengan PSU untuk
menyelenggarakan kegiatan penduduk yang tinggal didalamnya dalam lingkup
terbatas dengan penataan sesuai tata ruang dan menjamin kesehatan serta keamanan
bagi masyarakat”. ( Rakonreg Kementerian Perumahan Rakyat

2013 ). Dengan

demikian telah menunjukkan standar kelayakan lingkungan yang sangat bertolak
belakang dengan keberadaan kawasan kost sekitaran kampus UNM Parangtambung
yang tak sesuai dengan syarat lingkungan hidup yang ada.
Rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan
bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.

( Rakonreg Kementerian Perumahan Rakyat 2013 ). Menurut Silas (2008: 369),
rumah disebut layak bila memenuhi aspek sehat, aman, terjamin, dapat dicapai dan
mampu dibayar, termasuk kebutuhan dasar, bebas dikriminasi dan kepastian
kepemilikannya.
Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang terdiri dari orang – orang,
baik individual maupun kelompok yang berada di sekitar manusia ( Soerjono
Soekanto, 1982 : 339 ) Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri
yang berlawanan, yakni keinginan untuk melawan dan sikap yang apatis ( Soerjono
Soekanto, 1982 : 325 )
Kehidupan yang bebas di kawasan kost akan mengurangi rasa peduli antar
penduduk. Kepedulian sosial akan menurun, karena antar individu tak saling
mengenal. Hal ini menciptakan masyarakat yang apatis serta kehidupan yang bebas
yang dapat melanggar norma – norma kemasyakatan di kawasan tersebut. Namun hal
ini dapat dicegah apabila masyarakat di sekitar dapat bekerja sama untuk menegakkan
peraturan dan norma adat yang ada. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kelayakan kawasan kost di sekitar kampus UNM Parangtambung,

dampak kost terhadap lingkungan hidup di empat lokasi ini, pengaruh kondisi kost di
sekitar kampus UNM Parangtambung terhadap mahasiswa di daerah itu. Untuk itu
perlunya pengamatan agar tujuan itu dapat terwujud.


Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi
lapangan. Pengamatan dilakukan dikawasan sekitar UNM Parangtambung . Analisis
penelitian ini adalah lingkungan sekitar kampus, berdasarkan acuan itu maka objek
penelitian ini adalah lingkungan hidup di daerah sekitar UNM Parang Tambung
meliputi Perdos UNM Parangtambung , PU Malengkeri, Muhajirin, Dg Tata, Tabaria,
dan Mamoa Raya,. Selain itu penelitian ini juga menggunakan sumber informasi lain
berupa media cetak, internet serta buku referensi yang mendukung penelitian ini.
Hasil
Syarat Rumah Layak
Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan
sampah, jaringan pematusan air hujan, jaringan pengadaan air bersih, jaringan listrik,
telepon, gas, dan sebagainya. Jaringan primer prasarana lingkungan adalah jaringan

utama yang menghubungkan antara kawasan pemukiman atau antara kawasan
pemukiman dengan kawasan lainnya. Jaringan sekunder prasarana lingkungan adalah

jaringan cabang dari jaringan primer yang melayani kebutuhan di dalam satu satuan
lingkungan pemukiman.
Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
Contoh sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas pusat perbelanjaan, pelayanan
umum, pendidikan dan kesehatan, tempat peribadatan, rekreasi dan ola hraga,
pertamanan, pemakaman.
Selanjutnya istilah utilitas umum mengacu pada sarana penunjang untuk
pelayanan lingkungan pemukiman, meliputi jar ingan air bersih, listrik, telepon, gas,
transportasi, dan pemadam kebakaran. Utilitas umum membutuhkan pengelolaan
profesional dan berkelanjutan oleh suatu badan usaha. ( Keman, Soedjajadi. 2005.
Kesehatan Perumahan dan Kesehatan Lingkungan, 1 (2) : 4 )
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter
sebagai be rikut :
1. Lokasi
 Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran

lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya
 Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau
bekas tambang
 Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun
dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
 Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
 Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3;
 Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

 Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
3. Kebisingan dan getaran
 Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
 Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
 Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
 Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
 Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

 Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
 Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan
 Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
 Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki
dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu
penerangan jalan tidak menyilaukan mata
 Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan
 Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan
 Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan
 Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya
 Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya


 Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor penyakit
 Indeks lalat harus memenuhi syarat
 Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan
juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes
No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1. Bahan bangunan
 Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 g/m2,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m 3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300
mg/kg bahan
 Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
 Komponen dan penataan ruangan
 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
 Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air

dan mudah dibersihkan;
 Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
 Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
 Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
 Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak
menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
 Suhu udara nyaman antara 18 – 30 °C;
 Kelembaban udara 40 – 70 %;
 Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
 Pertukaran udara 5 kali3/menit/penghuni;
 Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
 Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
5. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
7. Penyediaan air
 Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/orang/hari.
 Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air
minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
8. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman .
9. Pembuangan Limbah
 Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
 Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang.

Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah
susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.
Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan
lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara
pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.
Penyelenggara pembangunan perumahan (pengembang) yang tidak memenuhi
ketentuan tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
dapat dikenai sanksi pidana dan/atau sanksi administrasi sesuai dengan UU No.
4 /1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dan UU No. 23 /1992 tentang
Kesehatan, serta peraturan pelaksanaannya.
Bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan tersebut diatas tidak
dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera dapat memenuhi persyaratan
kesehatan rumah.

( Keman, Soedjajadi. 2005. Kesehatan Perumahan dan

Kesehatan Lingkungan, 1 (2) : 36-39 ).
Kondisi Umum Wilayah Kost Sekitar UNM Parangtambung
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa bangunan kost terbilang
rapat tidak ada jarak antar bangunan hingga terlihat menyatu antar bangunan.
Saluran pembuangan limbah keluarga berupa selokan yang kecil serta tak tertutup
hingga mengakibatkan polusi udara untuk warga sekitar. Terdapatnya vektor
penyakit berupa lalat, kecoak,nyamuk ataupun tikus. Vektor penyakit berupa lalat
banyak terdapat di warung warung terbuka di pinggir jalan dan ditempat sampah.
Dikawasan UNM Parangtambung tak ada kawasan terbuka hijau yang cukup
untuk menyejukkan tempat ini. Jalan yang ada juga sangat sempit, hanya cukup
untuk satu mobil. Hingga sering terjadi kemacetan di daerah itu. Sehingga dengan
kemacetan sering terjadi ditambah bangunan yang padat rapat serta tak ada cukup
pohon untuk menyejukkan polusi udara yang parah pun terjadi. Mahasiswa daerah
sekitar UNM Parangtambung setiap hari menjalani kejadian seperti itu dan selama
bertahun-tahun.

Kondisi rumah yaang luasnya kecil namun dibangun tingkat agar dapat
dibuatkan kamar kost dalam jumlah banyak di lahan yang sempit. Namun luar
perkamar tak menyukupi standar, bahkan ada yang kurang dari 6 m2 itu didiami
oleh dua orang. Sebagaian kamar hunia tak mamiliki ventilasi udara, hanya
terdapat pintu. Kondisi airnya masih terbilang baik karena rata-rata kos-kosan di
sekitar kampus UNM Parangtambung ini menggunakan air PAM walaupun tidak
jarang yang menggunakan sumur bor. Dengan air itu pula masyarakat memenuhi
kebutuhannya.
Rumah yang sangat berdempet, hingga suara tetangga terdengar didalam
kamar. Kondisi seperti ini yang membuat mahasiswa menjadi mengabaikan
kondisi sekitar yang kurang berkepentingan oleh dirinya. Karena apabila mereka
terus mendengarkan maka ia tak ada waktu untuk beristirahat. Kondisi ini melatih
mahasiswa untuk bersikap acuh setiap harinya. Karena tak berhubungan dengan
dirinya maka ia tak akan peduli. Ketidak pedulian ini juga karena penghuni dalam
kost senantiasa berganti dengan cepat hingga tak cukup waktu untuk interaksi
secara intensif antara warga kamar satu dengan yang lain.
Pembahasan
Pemukiman adalah sebuah bagian dari lingkungan hidup yang berada di
perkotaan maupun di pedesaan. Pemukiman ini memiliki fungsi berupa sebagai
tempat tinggal ataupun hunian dan tempat kegiatan untuk mendukung
penghidupan. Pemukiman ini tak terlepas dari prasarana lingkungan pemukiman,
sarana lingkungan pemukiman, dan utilitas umum.
Rumah adalah bangunan untuk tempat berlindung, untuk mendukung jasmani
dan rohani serta dengan sosial yang baik untuk kesehatan individu maupun
keluarga. Sebuah rumah tentunya memerlukan prasyarat rumah untuk layak huni.
Hal ini perlu diperhatikan terkait individu yang tinggal dalam rumah tersebut.
Prasyarat ini meliputi tinggi rumah, keberadaan ventilasi yang cukup, sanitasi
yang baik, keberadaan sumber air yang cukup, serta jarak antar bangunan.

Kawasan kost di sekitar UNM Parangtambung merupakan kawasan kost yang
strategis bagi mahasiswa karena berada dekat kampus UNM Parangtambung
bagian sebelah barat. Karena begitu strategisnya kawasan ini, muncullah kawasan
kost yang semakin padatnya tanpa melihat keberadaan daya dukung lingkungan
hidup yang ada. Masyarakat sekitaran UNM Parangtambung membuat rumah
untuk kost tanpa melihat prasyarat rumah layak yang ada karena memerlukan
biaya yang lebih besar.Sedangkan kost di sekitar UNM bersaing harga untuk
dapat memikat mahasiswa.
Pengelolaan limbah keluarga cair kurang diperhatikan. Limbah ini hanya
dialirkan langsung ke selokan yang ada. Sehingga timbulah bau yang
mengganggu lingkungan sekitar. Hal ini ditambah pula dengan aliran
pembuangan ini tak tertutup, saluran yang ada dapat menjadi sarang vektor yang
akan menyebarkan bibit-bibit penyakit. Pengelolaan limbah disalurkan langsung
ke selokan karena pemukiman yang padat hingga tak cukupnya jarak yang sehat
untuk membuat kakus, karena kakus yang tak memenuhi jarak strandar akan
mencemari air tanah. Sehingga pengeloaan limbah di Sekitar Kampus UNM
Parangtambung tak memenuhi standar prasyarat lingkungan layak.
Bangunan rumah kost yang ada biasanya memiliki jumlah kamar yang
banyak. Karena mengejar jumlah kamar yang banyak ini menghiraukan aspek
ventilasi dan luas ruangan minimal yang ada. Sehingga terdapat rumah kost yang
kamarnya tak memiliki ventilasi permanen hanya pintu saja. Luas ruangannya pun
hanya sekitar 6 m2, itupun dihuni oleh dua orang mahasiswa. Jarak antar rumah
atau bangunan juga kurang diperhatikan, hal ini ditunjukakan dengan bangunan
yang sangat berdempet. Struktur bangunan ini sudah menyalahi strandar
kelayakan hunian.
Masalah-masalah yang ada tersebut dapat mempengaruhi aspek sosial
mahasiswa. Karena dengan tak memperhitungkan jarak antar bangunan maka
mahasiswa akan terbiasa untuk menghiraukan sesuatu. Sehingga timbulah jiwa
yang apatis, tak peduli dengan orang lain. Kehidupan dengan interaksi yang

kurang antara penghuni kost serumah mengakibatkan mahasiswa cenderung tidak
nyaman jadi lebih suka keluar kost untuk memperoleh kenyamanan. Hal ini
mendorong terjadinya pergaulan bebas. Karena itulah pentingnya kelayakan hidup
layak dengan memperhitungkan lingkungan hidup sekitar untuk prasarana, sarana
lingkungan dan utilitas umum.
Penataan kawasan kost perlu dilakukan, karena dengan bentuk pola kawasan
kost yang seperti sekarang akan menimbulkan kekumuhan. Perancangan pola
kawasan kost perlu ditegaskan, agar tercipta kawasan yang terkonsep. Hal ini
juga berpengaruh pada pembatasan pembangunan kost agar dapat mengurangi
kekumuhan di kawasan ini. Peremajaan kawasan kost di sekitar Kampus UNM
Parangtambung penting untuk dilakukan demi membangkitkan kembali daya
dukung lingkungan hidup agar kembali layak untuk ditinggali. Karena kelayakan
sebuah hunian tak terlepas oleh prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan
hidup layak.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Kawasan Kost Disekitar Kampus UNM Parangtambung membawa
dapat yaitu dengan penurunan kualitas lingkungan hidup; (2) Dengan daya
dukungang kualitas lingkungan hidup yang terus menurun, maka kelayakan huni
kawasan kost di sekitar kampus UNM Parangtambung semakin jauh; (3) Rumah
kost yang tak layak huni akan berpengaruh pada kepedulian sosial mahasiswa
penghuninya menjadi cenderung apatis.

DAFTAR PUSTAKA
Keman, Soedjajadi. 2005. Kesehatan Perumahan dan Kesehatan Lingkungan,
(online), (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf),
diakses tanggal 13 Juni 2017
Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan . (2001). Planet Kita Kesehatan
Kita Kusnanto H (Editor). Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, p. 279.
Anggara Mukti, Rizal Dampak Kawasan Kost Mahasiswa Terhadap Penurunan
Kualitas Lingkungan, (https://www .scribd.com/doc/175722974/
Dampak-Kawasan-Kost-Mahasiswa-Terhadap-Penurunan-KualitasLingkungan) diakses tanggal 13 Juni 2017