Makalah sejarah indonesia 1 docx

MAKALAH
BUKTI SEJARAH AKULTURASI KEBUDAYAAN INDONESIA
DENGAN HINDU-BUDDHA

GURU PEMBIMBING:
Sugeng Widada, S.Pd

DISUSUN OLEH:
Eliska Yulianti

SMA UNGGUL NEGERI 4 LAHAT
TAHUN PELAJARAN
2017/2018

Kata pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala atas segala karunia
nikmatnya sehingga makalah pendidikan berjudul “Bukti sejarah akulturasi
kebudayaan Indonesia dengan Hindu-Buddha” ini diselesaikan dengan maksimal,
tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
pelajaran sejarah Indonesia yang diampu oleh Bapak Sugeng Widada, S.Pd.

Makalh ini berisi tentang adanya bukti dari peninggalan sejarah atas akulturasi
kebudayaan Indonesia dengan hindu-buddha. Dalam proses penyusunan makalah
ini tentunya disertai dari dukungan oleh keluarga. Tanpa mendapatkan dukungan
nya mungkin tidak akan bisa sampai menyelesaikan makalah ini, tentunya dengan
ilmu yang telah disalurkn oleh Bapak/ibu guru dan teman-teman sekalian.
Dengan pembuatan makalah ini dutujukan agar memenuhi tugas yang telah
diperintahkan, dan tentunya agar lebih mengerti adanya bukti dari sejarah
akulturasi kebudayaan Indonesia dengan Hindu-Buddha.
Saya menyadari akan kekurangan dari makalah yang saya buat, saya menerima
saran dari semua orang. Semoga bermanfaat bagi lingkungan sekitar dan tentunya
untuk diri saya sendiri.
Sekian yang bisa saya sampaikan, semoga bisa memberi manfaat untuk
masyarakat sekitar.

LAHAT, 18 November 2017

Eliska yulianti

Daftar isi


Halaman judul..................................................................................................................i
Kata pengantar................................................................................................................ii
Daftar isi..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
I.
II.
III.

Latar belakang.................................................................................................4
Rumusan masalah............................................................................................4
Tujuan pembahasan.........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
I.
II.

Pengertian sejarah akulturasi kebudayaan indonesia.......................................5
Contoh bukti sejarah secara akulturasi............................................................6
a. Seni arsitektur/bangunan.....................................................................6

b. Kalender/Penanggalan.........................................................................7
c. Seni ukir...............................................................................................8
d. Kegiatan kepercayaan........................................................................10
e. Seni rupa/seni lukis............................................................................12
f. Seni sastra..........................................................................................13

BAB III PENUTUP.......................................................................................................14
I. Kesimpulan.................................................................................................14
II. Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Budha dan Islam di Indonesia,
masyarakat Indonesia sudah mengenal/memiliki budaya cukup maju. Unsur
kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat yang disebut dengan “local genius” (kecakapan suatu bangsa untuk
menerima unsur kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian
bangsa).

Masuknya budaha Hindu-Budha dan Islam di Indonesia tidak diterima
begitu saja tapi pengaruh budaya Hindu-Budha dan Islam ke Indonesia telah
membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
II. RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui tujuan pembahasan tentang akulturasi di Indonesia, maka
sebagai perumusan dan penyusunan adalah:
a. Bidang apa saja yang mendapat pengaruh dari budaya Hindu-Budha dan
Islam?
b. Bagaimana proses percampuran antara budaya lokal, Hindu-Budha dan
Islam?
c. Bagaimana cara mengidentifikasi perpaduan tradisi lokal, Hindu-Budha dan
Islam?
III. TUJUAN PEMBAHASAN
Suatu kegiatan akan lebih bermanfaat jika dalam pembahasan ini mempunyai
tujuan antara lain:
1. Untuk menambah pengetahuan tentang bentuk kebudayaan yang mendapat
pengaruh dari Hindu-Budha dan Islam.
2. Untuk memperluas pengetahuan tentang bentuk-bentuk akulturasi budaya di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui proses interaksi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan

Hindu-Budha dan Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN SEJARAH AKULTURASI KEBUDAYAAN INDONESIA
Akulturasi merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu
acculturate yang mempunyai arti tumbuh dan berkembang bersama-sama. Secara
umum, akulturasi adalah suatu proses sosial yang muncul saat terjadi penyatuan
dua budaya yang berbeda menjadi budaya yang baru tanpa menghilangkan unsur
budaya lama.
Hal ini bisa terjadi jika terdapat suatu budaya asing yang masuk dan dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat tanpa menghilangkan budaya aslinya.
Misalnya saja kebudayaan masyarakat Bali yang menyatu dengan kebudayaan
hindu tanpa menghilangkan unsur kebudayaan Bali itu sendiri dan saat ini disebut
kebudayaan Hindu Bali.
Pengertian Akulturasi menurut Koentjaraningrat adalah suatu proses sosial yang
terjadi jika terdapat kelompok sosial dengan kebudayaan terdentu dihadapkan
dengan kebudayaan asing.
menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila

kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing
yang berbeda.

II.CONTOH BUKTI SEJARAH SECARA AKULTURASI
a. seni arsitektur/bangunan

Banyak bangunan bersejarah yang dibangun dari hasil asimilasi, seperti punden
berundak-undak. Punden berundak-undak ini merupakan bangunan dari zaman
Megalitikum yang mendapat pengaruh dari Hindu-Budha, sehingga memiliki
wujud candi, seperti Candi Borobudur.
Secara umum masuknya suatu kebudayaan luar (asing) ke dalam suatu
kebudayaan tertentu akan memunculkan tiga hal; pertama, kedua kebudayaan itu
akan berakulturasi; kedua, masing-masing kebudayaan akan berjauhan; dan
ketiga, salah satu kebudayaan akan hilang atau hancur.
Proses kehidupan masyarakat Indonesia (Nusantara) yang terus berhubungan
dengan India dan cina telah terjadi akulturasi terhadap kebudayaan Indonesia.
Akulturasi budaya yang paling mudha dilihat ialah dalam bentuk kesenian, baik
itu seni rupa atau seni sastra dan bangunan.Pengaruh kebudayaan Hindu dan
Budha dalam bidang seni bangunan di Indonesia dapat kita jumpai seperti
bangunan candi. Bangunan candi yang bercorak Hindu dengan Budha memiliki


perbedaan fungsi. Bangunan candi bercorak Hindu biasanya digunakan sebagai
tempat makam (pripih). Sementara candi bercorak Budha digunakan sebagai
tempat pemujaan atau peribadatan. Umumnya bangunan candi memiliki tiga
bagian; Kaki candi berbentuk persegi.tubuh candi terdiri atas bilik-bilik yang
berisi arca, tiap sisi memiliki arca yang berbeda bentuk.Bagian ketiga yaitu atap
candi, pada puncaknya terdapat lingga atau stupa (tempat pemujaan).Berikut
contoh-contoh candi yang bercorak kebudayaan Hindu dan Budha:Bercorak
Hindu; seperti candi Prambanan, candi Ratu Boko, candi Dieng, candi Jago, dan
lainnya.Bercorak Budha; seperti candi Borobudur, candi Mendut, candi Kalasan,
candi Sewu, candi Muara Takus, dan lainnya.Selain bangunan candi contoh
bangunan lainnya yang mendapat pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha seperti
patitiran atau pemandian seperti pemandian di Jalatunda dan Belahan, dan
bangunan Gapura, bentuk bangunannya umumnya menyerupai candi namun
memiliki pintu keluar masuk.
b. kalender/penanggalan

Adanya penanggalan India yang diadopsi oleh Indonesia menunjukkan adanya
akulturasi budaya. Penggunaan penanggalan tersebut adalah penggunaan tahun
Saka di Indonesia. Selain itu, terdapat Candra Sangkala atau konogram. Candra

Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata. Kalender
Saka adalah sebuah kalender yang berasal dari India. Kalender ini merupakan
sebuah penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar.
Era Saka dimulai pada tahun 78 Masehi. Sebelum masuknya agama Islam, para

sukubangsa di Nusantara bagian barat yang terkena pengaruh agama Hindu,
menggunakan kalender Saka. Namun kalender Saka yang dipergunakan
dimodifikasi oleh beberapa suku bangsa, terutama suku Jawa dan Bali. Di Jawa
dan Bali kalender Saka ditambahi dengan cara penanggalan lokal. Setelah agama
Islam masuk, di Mataram, oleh Sultan Agung diperkenalkan kalender Jawa Islam
yang merupakan perpaduan antara kalender Islam dan kalender Saka. Di Bali
kalender Saka yang telah ditambahi dengan unsur-unsur lokal dipakai sampai
sekarang, begitu pula di beberapa daerah di Jawa, seperti di Tengger yang banyak
penganut agama Hindu.
c. seni ukir

Kalau saja Raffles tidak berminat pada sejarah dan kebudayaan Indonesia,
mungkin Candi Borobudur masih diliputi kegelapan. Raffles adalah Gubernur
Jendral Inggris di Hindia Belanda (1811-1815). Dia berkedudukan di Jakarta tapi
banyak berkeliling Pulau Jawa. Sebagai ilmuwan, Raffles menulis buku History of

Java. Pada 1814 ketika sedang berkunjung ke Semarang, dia mendapat laporan
adanya sebuah candi di Desa Bumisegoro dekat Magelang. Karena berapresiasi,
dia segera menugaskan Cornelius untuk melakukan penyelidikan. Di sana
Cornelius menjumpai adanya sebuah bukit yang ditumbuhi pohon-pohon rindang
dan semak-semak belukar. Di antara tumbuh-tumbuhan itu tersembul sejumlah
batu berukir. Dibantu sekitar 200 penduduk desa, Cornelius menebangi pohon,
membakari semak belukar, dan menyingkirkan puing-puing bangunan. Hampir
dua bulan lamanya mereka bekerja. Namun wujud utuh bangunan masih belum
berhasil diketahui.

Pada 1817 hingga 1825 diadakan lagi pembersihan. Baru pada 1835 Borobudur
kelihatan sebagai bangunan yang berdiri megah. Hartmann, yang waktu itu
menjabat Residen Kedu, berhasil mengubah pemandangan di Desa Borobudur.
Desa yang tadinya sepi, sejak adanya Borobudur menjadi ramai. Bahkan,
masyarakat sekitar banyak mendapatkan bahan bangunan ideal dari lokasi ini.
Maka, untuk menyelamatkan candi ini, pemerintah melakukan usaha pemotretan
dan penggambaran tangan. Bahan-bahan inilah yang kemudian diterbitkan oleh
Leemans menjadi buku monografi (1873). Namun Candi Borobudur masih tetap
terlantar. Batu-batunya tetap berantakan di halaman. Maka pada 1882 ada sebuah
usulan untuk membongkar seluruh bangunan dan memindahkan semua reliefnya

ke dalam museum khusus. Tapi usulan itu tidak diterima karena dianggap terlalu
berisiko untuk kelestarian bangunan. Sebagai tindak lanjutnya, pada 1900
terbentuk Panitia Penyelamatan Candi Borobudur diketuai Th. Van Erp. Berkat
van Erp lah, Borobudur menjadi tersohor, meskipun masih ada kekurangan di sana
sini. Pemugaran Candi Borobudur pra-kemerdekaan selesai pada 1911. Banyak
pakar menilai pemugaran van Erp memiliki sejumlah kesalahan prosedur. Lagi
pula ketika itu teknik dan peralatan konstruksi, masih belum semaju tahun-tahun
pasca-kemerdekaan. Maka pasca-kemerdekaan dilakukan lagi pemugaran
terhadap Candi Borobudur. Kegiatan ini berawal tahun 1971. Ketika itu banyak
negara yang tergabung dalam UNESCO, bahu-membahu memberikan sumbangan.
Lebih dari 20 negara terlibat dalam pemugaran ini. Akhirnya purnapugar Candi
Borobudur diresmikan pada bulan Februari 1983.
Karmawibhangga
Sebagai candi terbesar, tentu saja banyak fakta dan misteri menarik tentang Candi
Borobudur. Beberapa misteri belum terungkap sampai sekarang, di antaranya
persoalan relief Karmawibhangga. Saat ini relief tersebut memang tidak bisa
dilihat secara langsung. Lokasi relief ini dikenal sebagai ’kaki tertutup’ Candi
Borobudur. Adanya relief Karmawibhangga diketahui secara tidak disengaja pada
1885. Saat itu Yzerman tengah melakukan penyelidikan. Tiba-tiba ketika sedang
membongkar batuan pada salah satu sudut di bagian bawah, Yzerman

mendapatkan relief-relief ’aneh’. Itulah yang dikenal sebagai kaki candi asli.
Selama ratusan tahun kaki candi asli tertutup oleh batuan kaki candi yang
sekarang. Dari 160 panel relief, 35 panel memiliki inskripsi yang tertera jelas.
Selebihnya mungkin sudah dihapus oleh si pemahat. Inskripsi itu ditulis dalam
aksara Jawa Kuna dan berbahasa Sansekerta, bunyinya virupa (wajah buruk). Di
bawah tulisan memang teramati ukiran sejumlah manusia yang digambarkan
berwajah buruk. Mereka sedang merenung menyesali perbuatan mereka
sebelumnya yang menyebabkan terjadinya ’hukum karma’. Inskripsi lain
bertuliskan abhidhya (suasana tidak menyenangkan), vyapada (keinginan buruk),

dan mitthyadrsti (perbuatan palsu). Kemungkinan, inskripsi-inskripsi pendek itu
tidak dipahat oleh satu orang. Berdasarkan pengamatan terhadap bentuk inskripsi,
menurut N.J. Krom, paling tidak ada tiga jenis tulisan yang dibuat oleh tiga orang
berlainan. Bahkan dari keseluruhan panel, tercermin adanya puluhan gaya
pemahatan yang berbeda. Inskripsi pendek itu kemudian dimanfaatkan untuk
meneliti garis besar cara pembuatan candi. Para pakar meyakini pengerjaan
dekorasi, seperti hiasan dan relief, dimulai dari bagian puncak bangunan terus ke
bawah. Itu sebabnya ukiran dan pahatan relief pada bagian atas Borobudur tampak
dikerjakan dengan sempurna. Sementara pada relief Karmawibhangga masih agak
’amburadul’.Mungkin itu pula sebabnya pada relief-relief di bagian atas bangunan
tidak ditemukan inskripsi tentang pedoman pemahatan. Inskripsi pendek itu
ternyata dianggap bermanfaat untuk memperkirakan saat pembangunan
Borobudur. Berdasarkan perbandingan dengan huruf-huruf Jawa Kuna yang
digunakan dalam prasasti-prasasti berangka tahun, maka para pakar menduga
bahwa inskripsi itu mirip sekali dengan prasasti-prasasti dari masa akhir abad ke-8
sampai awal abad ke-9 Masehi. Pada saat-saat itulah rupanya Borobudur
dibangun. Sampai kini masih misteri mengapa panel-panel itu ditutup oleh ’kaki
tambahan’. Ada dugaan, panel-panel itu terlalu tabu untuk diperlihatkan kepada
khalayak. Betapa tidak, pada salah satu panel tergambar adegan aborsi dan pada
panel lain tampak beberapa figur sedang direbus hidup-hidup. Dugaan lain, pada
saat proses pemahatan mencapai sisi timur laut, muncul persoalan serius dalam
teknis bangunan. Ini memaksa para perencana bangunan untuk mengorbankan
kaki candi yang sedang dipahat itu, lantas menutupnya. Setelah dikalkulasi,
banyaknya batu tambahan tidak kurang dari 13.000 meter kubik. Mungkin sekali
lantai batu tambahan diperlukan untuk menguatkan konstruksi bangunan yang
sudah memperlihatkan tanda-tanda keruntuhan.
d. kegiatan kepercayaan
Sejak masa pra aksara, masyarakat di Kepulauan Indonesia sudah mengenali
adanya simbol-simbol yang bermakna filosofis. misalnya jika terddapat orang
yang meninggal, di dalam kuburnya disertai dengan beberapa benda. Diantara
benda tersebut biasanya terdapat lukisan orang yang sedang naik perahu, yang
bermakna bahwa orang yang telah wafat, rohnya akan melanjutkan perjalanan ke
tempat tujuan yang membahagiakan yakni alam baka.
Masyarakat pada kala itu sudah percaya bahwa adanya kehidupan setelah mati
yakni sebagai roh-roh halus. Maka, roh nenek moyang mereka dipuja oleh orang
yang masih hidup.
Sesudah Masuknya pengaruh India, kepercayaan atas roh halus tidak hilang.
Contohnya bisa dilihat pada fungsi candi. Fungsi kuil atau candi di India ialah

sebagai tempat pemujaan. Sedang Di Indonesia, di samping sebagai tempat
pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja
yang sudah meninggal. Hal Ini jelas sebagai perpaduan antara fungsi candi di
India dan tradisi pemakaman serta pemujaan roh nenek moyang yang sudah ada di
Indonesia.

Bangunan candi Borobudur tercerminkan sebagai wujud percampuran antara
Budaya asli bangsa Indonesia dengan Budaya Hindu Budha. Candi Borobudur
merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan Hindu
Budha. Candi Borobudur merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu
bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Akibat
diterimanya agama Hindu Budha oleh penduduk kepulauan Indonesia terutama
Jawa, maka banyak aspek kebudayaan yang dihubungkan dengan kedua agama itu
menjadi turut berkembang pula. Hal yang dapat diamati secara nyata terjadi dalam
bidang seni arca dan seni bangun (arsitektur). Relief yang dipahatkan pada candi
Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat
relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang
menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek
moyang bangsa Indonesia pada masa itu. Bentuk kesenian lain yang turut terpacu
sehubungan dengan pesatnya kehidupan agama Hindu Budha dalam masyarakat
adalah seni budaya Hindu Budha. Banyak karya sastra dan susastra yang diubah
dalam masa Hindu Budha selalu dilandasi dengan kebudayaan Hindu atau Budha.
Juga diuraikan perihal ajaran agama yang dianyam dengan cerita-cerita yang
melibatkan para kesatria dan kerajaan-kerajaan atau kehidupan pertapaan. Pada
candi Borobudur disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang

disebut bekal kubur sehingga candi Borobudur juga berfungsi sebagai makam
bukan semata-mata sebagai rumah dewa.
e. seni rupa/seni lukis

Banyak kesenian di Indonesia yang dipengaruhii oleh kebudayaan India, seperti
seni rupa dan seni lukis. Hal ini dibuktikan dari adanya patung Budha berlanggam
Gandara di kota Bangun, Kutai dan patung Budha berlanggam Amarawati
ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan).

f.seni sastra

Prasasti-prasasti kuno yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, seperti di
Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan sebagainnya menunjukkan
adanya pengaruh dari Hindu-Budha. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam huruf
Pallawa dan dalam bahasa Sansekerta. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
akulturasi budaya pada saat itu.

BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui budaya lokal yang mendapat pengaruh dari Hindu-Budha
dan Islam.
b. Dapat membandingkan konsep kekuasaan di Kerajaan Hindu-Budha dan
bercorak Islam.
c. Dapat mendeskripsikan proses percampuran kebudayaan lokal, Hindu-Budha
dan Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia
II. SARAN
Mungkin dari kesimpulan diatas dapat dipetik salah satu yang paling penting
adalah bahwa perlunya kita menjaga warisan budaya kita agar tidak diakui oleh
negara lain karena budaya merupakan identitas dan kekayaan suatu bangsa.
Karena penulisan makalah ini jauh dari sempurna, kami mengharap kritik dan
saran. Apabila ada kesalahan dalam penulisan bahasa, penyusunan makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata dari kami mengharap semoga makalah ini berguna bagi semua orang
yang telah membaca maupun yang belum sempat, dan tentunya bagi masyarakat
semuanya. Amin…

DAFTAR PUSTAKA

Dwi L, Amurwani.2014.Sejarah
Perbukuan Balitbang,Kemdikbud

Indonesia:Jakarta:Pusat

Kurikulum

dan

Hapsari , Ratna dan M.Adil.2013.Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas
X.Jakarta:Erlangga
Wahyudi , Anton.2013:Kreasi Belajar Siswa Aktif Kurikulum 2013 Kelas
:JawaTengah:Viva Pakarindo
PUSAT INTERNET:
 http://omelto.com/proses-masuk-dan-berkembangnya-agama-serta





kebudayaan-hindu-buddha-di-indonesia/
https://mataram351.wordpress.com/agama-dan-kebudayaan-hindu-budha/
http://5-besar.blogspot.co.id/2012/11/5-besar-jenis-kalender-diindonesia.html
http://peradabanhindubudha.blogspot.co.id/2015/09/kerajaan-tarumanegara.html
https://sambelpedas.wordpress.com/2014/10/15/misteri-reliefkarmawibhangga-dan-stupa-induk-borobudur/
https://edusejarah.blogspot.co.id/2013/11/pengaruh-kebudayaan-hindubudha.html