LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK S 1 FARMA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK
PEMERIKSAAN SPERMA
“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
praktikum Kimia Klinik”
Oleh :
Kelompok 3
Agus Rahmat salam
Anggraeni
Risa Rarasaty
Tiya Resyca Yuniarti
S-1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 201
Tujuan
: Untuk mengenal struktur anatomi sperma
A. Dasar Teori
Sperma merupakan sel kelamin jantan. Sel ini terdiri atas bagian kepala,
badan, dan ekor. Ekor sperma membantu pergerakan sperma. Pada setiap kali
penyemburan sperma dalam setiap setimeter kubik, terdapat sekitar 100 juta
sel. Sperma yang menyembur ke dalam vagina pada saat berhubungan seksual
bergerak secara mandiri, masuk ke dalam tuba fallopi. Di bagian inilah terjadi
fertilisasi. Ekor sperma terputus pada saat fertilisasi (Lyndon dkk: 2008).
Spermatogenesis adalah
proses
pembentukan
dan
pemasakan
spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari
bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta
menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara
berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur
oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus
seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan
jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan
sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada
tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone
testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui
proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk
sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari
jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang
berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus
terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah
besar
sel
epitel
germinal
(sel
epitel
benih)
yang
disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak
di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian
dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan
tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi
makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Setelah pembentukn tubulus seminiferus, sperma masuk ke seminiferus
selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses pematangan.
Epididimid menyekresi cairan ynag mengandung hormone, enzim, dan gizi
yang sangat penting dalam proses pematangan sperma. Sebagian besar pada
vas deferens dan sebagian kecil di dalam epididimis (Syaifuddin: 2006).
Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh oleh testis melalui proses
yang disebur spermatogenesis. Sperma pertama kali dilepaskan pada saat
pubertas. Spermatozoid terdiri atas bagian kepala, bagian tengah, dna bagian
ekor yang berupa falgel panjang. Jumlah sperma pada setiap jenis mahluk
hidup selalu lebih banyak dibandingkan dengan sel telur. Sperma umumnya
bersifat motil. Pada manusia, volume ejakulasi yang dianggap normal adalah
kurang lebih 3.5 ml dengan kepadatan 100juta/ml. laju pergerakan sperma
bergantung pada beberapa factor antara lain jenis medium dan tipe sperma.
Pada medium yang sama misalnya vagina, laju pergerakan sperma skitar 0.5
mm/menit, sedangkan pada medium alkalis seperti pada uterus laju
pergerakan sperma berkisar 2-3 mm/menit. Umumnya sperma X kurang aktif
bila dibandingkan dengan sperma Y. lama hidup sperma manusia dalam
saluran kelamin wanita berkisar 3-4 hari (Adnan:2008).
Struktur sperma matang terdiri dari:
1. Kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan
sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari
kepala
sperma.
Bagian
enzim hydrolytic yang
terdiri
depan
disebut acrosom
(memiliki
dariacrosin dan hyaluronidase yang
dibutuhkan saat fertilisasi) dan bagian belakang dinamakan sentriol.
Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin
dalam masalah reproduksi
2. Leher
Daerah
ini
merupakan
bagian
yang
genting
dan
mengndung sentriol depan dan bagian depan filament poros.
3. Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan
sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan
ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang
menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi
oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
4. Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor
ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit
mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari.
Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh
cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi
menimbulkan gerakan ekor sperma.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Kaca benda
c. Kaca penutup
d. Tabung reaksi
e. Pipet tetes
2. Bahan
Sperma manusia
C. Prosedur
1. Makroskopik
a. volume
tumpahkan cairan semen yang diperoleh pada gelas ukur, kemudian
baca volume yang diperoleh.
b. pH
celupkan pH universal dalam cairan semen yang ada dalam gelas ukur,
ukur pH yang diperoleh samakan pada skala pH universal
c. warna
cairan semen yang ada di amati warnanya
d. bau
cairan semen yang ada di amati baunya dengan cara di angin-anginkan
e. viskositas
ambil cairan sperma yang ada dalam gelas ukur dengan pipet tetes,
kemudian keluarkan dalam pipet , catat waktu yang menetes dan
panjang sperma yang menetes.
2. Mikroskopik
teteskan sedikit pada objek glass, tutup dengan kaca objek, amati dalam
mikroskopik.
D. Data Hasil Pengamatan
1. Makroskopik
a. volume
Hipospermia : 1 mL
b. pH
Normal Basa lemah 8
c. warna
Normal putih kelabu (kanji)
d. bau
Normal khas sperma, bau apek
e. viskositas
tetesan cepat 1 detik
panjang tetesan sekitar 3 cm
2. Mikroskopik
E. Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu bertujan untuk menganalisis keadaan fisik dari
cairan semen secara makroskopik dan mikroskopik. Semen (sperma) adalah suatu
cairan yang dikeluarkan alat reproduksi pria pada saat ejakulasi berupa cairan
kental dan keruh, berisi secret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain
spermatozoa. Pemeriksaan sperma harus dari seluruh ejakulat, karena itu
pengambilannya harus dengan masturbasi atau coitus interuptus (bersetubuh dan
waktu ejakulasi persetubuhan dihentikan dan mani ditampung semua). Boleh juga
dengan memakai kondom asal kondom tersebut khusus, bebas dari spermatisida
karena kondom biasanya telah diberi spermatisida. Sebelum menjalani
pemeriksaan pasien diminta tidak melakukan kegiatan seksual selama 3 – 5 hari.
Mani langsung dikeluarkan ke dalam suatu wadah dari gelas atau plastik yang
bermulut lebar dan terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Pasien diminta
mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai menitnya. Sampel diperiksa
selambat-lambatnya 1 jam.
Dari hasil praktikum pemeriksaan yang didapatkan dari salah satu pasien
yaitu secara makroskopik diantanya volume yang dihasilkan adalah 1 ml dan
digolongkan sebagai hypospermia, volume dikatakan normal apabila jumlahnya
dari 2-6 ml. Hypospermia dapat terjadi oleh beberapa sebab diantaranya
kemungkinan sampel tumpah, gangguan patologi genetik, Vesicula seminalis tidak
ada atau tidak berfungsi, Gangguan hormonal atau radang kelenjar. Warna yang
dihasilkan yaitu putih kanji.
Warna normal ialah seperti kanji atau putih kelabu. Jika agak lama
berwarna kekuningan. Jika putih atau kuning tandanya banayak leukosit
kemungkinan oleh adanya infeksi pada genitalis. Beberapa amacam obat seperti
antibiotika dapat mempengaruhi warna semen . Pengenceran atau likuifaksi terjadi
pada semen normal 15 – 20 menit post ejakulasi, kalau semen tidak mengencer ini
berarti ada gangguan prostate yang menghasilakan zat pengencer, bisa didiagnosa
awal orang tersebut kurang subur.
Bau yang dihasilkan yaitu bau khas sperma Bau normal khas, tajam, tidak
busuk. Bau busuk itu berasal dari oksidasi sperma yang dihasilkan prostate. Jika
tak ada bau khas sperma, prostate tidak aktif atau ada gangguan, mungkin
gangguan itu pada saluran atau kelenjar sendiri atau karena infeksi.
Ph yang dihasilkan yaitu 8 (basa) PH normal adalah 7.2 – 7.8. pH > 8
menunjukan adanya radang akut kelenjar kelamin atau epididymitis. pH < 7.2
menunjukan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. Jika pH
rendah sekali menunjukan ada gangguan atau aplasi pada vesicular seminalis atau
ductusejaculatoris. pH dapat berubah 1 jam setelah ejakulasi.
Viskositas yang dihasilkan adalah dalam 1 detik yaitu 3 cm Viskositas
normal jika panjang benang 3 – 5 cm. Jika semen terlalu kental (>5 cm) berati
kurang enzim likuifaksi dari prostat. Jika terlalu encer (< 3 cm) karena zat
koagulasi yang dihasilkan vesicularseminalis terlalu sedikit atau enzim
pengenceran dari prostat teterlalu banyak.
Pemeriksaan
mikroskopik
meliputi
konsentrasi
spermatozoa
dan
pergerakan spermatozoa pada media mikroskop. Pada pemeriksaan dilihat dengan
mikroskop pembesaran 45 x atau 100 x, pada pemeriksaan ini dapat dilihat bentuk
sperma dan terdapat beberapa pergerakan sperma yaitu seperti melaju lurus
kedepan, kemudian ada yang bergerak tidak beraturan dan terdapat sperma yang
bergerak ditempat. Pada sperma yang normal adalah mempunyai pergerakan yang
lurus kedepan sehingga proses pembuahan dapat cepat terjadi.
Bentuk dan pergerakan yang abnormal disebabkan oleh beberapa faktor,
anatara lain : Penyakit alergi, Ejakulasi terlalu sering, Gangguan epididymis,
Stress psikis atau fisik, Gangguan hormonal, Gangguan syaraf. Kelainan pada
bentuk sperma, contoh : kepala terlalu besar, kecil atau memanjang, inti pecah,
ekor tidak ada, ekor pendek, mempunyai 2 ekor.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan peraktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
semen yang diperiksa mempunyai 1 mL yang menandakan Hipospermia, viskositas
yang encer dan mempunyai pergerakan yang kebanyakan tidak normal sehingga
dapat disimpulkan sperma yang diuji kurang baik dan bisa didiagnosa awal
infertil, tetapi pemeriksaan tersebut belum bisa menjadi acuan bahwa pasien benar
benar infertil karena harus dilakukan uji pemeriksaan lebih lanjut seperti
pemeriksaan jumlah spermatozoa yang aktif pada semen.
G. Daftar Pustaka
Hall and Guyton. 1991. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
N. Solihati. 2009. Pengaruh Jenis Pengenceran Terhadap Motilitas Dan
Daya Tahan Hidup Spermatozoa Semen Cair. [skripsi]. tersedia;
http// www.repository.unpad.ac.id.html
Moch. Saiful Bachri., dkk. 2008. Pengaruh Ekstrak Akar Senggani
(Melastoma Affine D.Don) Terhadap Motilitas Dan Jumlah Sperma
Tikus.
[Jurnal
Farmasi
Indonesia].
tersedia;
http//
www.jfi.iregway.com.html
PEMERIKSAAN SPERMA
“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
praktikum Kimia Klinik”
Oleh :
Kelompok 3
Agus Rahmat salam
Anggraeni
Risa Rarasaty
Tiya Resyca Yuniarti
S-1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 201
Tujuan
: Untuk mengenal struktur anatomi sperma
A. Dasar Teori
Sperma merupakan sel kelamin jantan. Sel ini terdiri atas bagian kepala,
badan, dan ekor. Ekor sperma membantu pergerakan sperma. Pada setiap kali
penyemburan sperma dalam setiap setimeter kubik, terdapat sekitar 100 juta
sel. Sperma yang menyembur ke dalam vagina pada saat berhubungan seksual
bergerak secara mandiri, masuk ke dalam tuba fallopi. Di bagian inilah terjadi
fertilisasi. Ekor sperma terputus pada saat fertilisasi (Lyndon dkk: 2008).
Spermatogenesis adalah
proses
pembentukan
dan
pemasakan
spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari
bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta
menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara
berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur
oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus
seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan
jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan
sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada
tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone
testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui
proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk
sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari
jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang
berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus
terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah
besar
sel
epitel
germinal
(sel
epitel
benih)
yang
disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak
di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian
dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan
tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi
makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Setelah pembentukn tubulus seminiferus, sperma masuk ke seminiferus
selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses pematangan.
Epididimid menyekresi cairan ynag mengandung hormone, enzim, dan gizi
yang sangat penting dalam proses pematangan sperma. Sebagian besar pada
vas deferens dan sebagian kecil di dalam epididimis (Syaifuddin: 2006).
Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh oleh testis melalui proses
yang disebur spermatogenesis. Sperma pertama kali dilepaskan pada saat
pubertas. Spermatozoid terdiri atas bagian kepala, bagian tengah, dna bagian
ekor yang berupa falgel panjang. Jumlah sperma pada setiap jenis mahluk
hidup selalu lebih banyak dibandingkan dengan sel telur. Sperma umumnya
bersifat motil. Pada manusia, volume ejakulasi yang dianggap normal adalah
kurang lebih 3.5 ml dengan kepadatan 100juta/ml. laju pergerakan sperma
bergantung pada beberapa factor antara lain jenis medium dan tipe sperma.
Pada medium yang sama misalnya vagina, laju pergerakan sperma skitar 0.5
mm/menit, sedangkan pada medium alkalis seperti pada uterus laju
pergerakan sperma berkisar 2-3 mm/menit. Umumnya sperma X kurang aktif
bila dibandingkan dengan sperma Y. lama hidup sperma manusia dalam
saluran kelamin wanita berkisar 3-4 hari (Adnan:2008).
Struktur sperma matang terdiri dari:
1. Kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan
sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari
kepala
sperma.
Bagian
enzim hydrolytic yang
terdiri
depan
disebut acrosom
(memiliki
dariacrosin dan hyaluronidase yang
dibutuhkan saat fertilisasi) dan bagian belakang dinamakan sentriol.
Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin
dalam masalah reproduksi
2. Leher
Daerah
ini
merupakan
bagian
yang
genting
dan
mengndung sentriol depan dan bagian depan filament poros.
3. Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan
sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan
ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang
menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi
oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
4. Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor
ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit
mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari.
Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh
cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi
menimbulkan gerakan ekor sperma.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Kaca benda
c. Kaca penutup
d. Tabung reaksi
e. Pipet tetes
2. Bahan
Sperma manusia
C. Prosedur
1. Makroskopik
a. volume
tumpahkan cairan semen yang diperoleh pada gelas ukur, kemudian
baca volume yang diperoleh.
b. pH
celupkan pH universal dalam cairan semen yang ada dalam gelas ukur,
ukur pH yang diperoleh samakan pada skala pH universal
c. warna
cairan semen yang ada di amati warnanya
d. bau
cairan semen yang ada di amati baunya dengan cara di angin-anginkan
e. viskositas
ambil cairan sperma yang ada dalam gelas ukur dengan pipet tetes,
kemudian keluarkan dalam pipet , catat waktu yang menetes dan
panjang sperma yang menetes.
2. Mikroskopik
teteskan sedikit pada objek glass, tutup dengan kaca objek, amati dalam
mikroskopik.
D. Data Hasil Pengamatan
1. Makroskopik
a. volume
Hipospermia : 1 mL
b. pH
Normal Basa lemah 8
c. warna
Normal putih kelabu (kanji)
d. bau
Normal khas sperma, bau apek
e. viskositas
tetesan cepat 1 detik
panjang tetesan sekitar 3 cm
2. Mikroskopik
E. Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu bertujan untuk menganalisis keadaan fisik dari
cairan semen secara makroskopik dan mikroskopik. Semen (sperma) adalah suatu
cairan yang dikeluarkan alat reproduksi pria pada saat ejakulasi berupa cairan
kental dan keruh, berisi secret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain
spermatozoa. Pemeriksaan sperma harus dari seluruh ejakulat, karena itu
pengambilannya harus dengan masturbasi atau coitus interuptus (bersetubuh dan
waktu ejakulasi persetubuhan dihentikan dan mani ditampung semua). Boleh juga
dengan memakai kondom asal kondom tersebut khusus, bebas dari spermatisida
karena kondom biasanya telah diberi spermatisida. Sebelum menjalani
pemeriksaan pasien diminta tidak melakukan kegiatan seksual selama 3 – 5 hari.
Mani langsung dikeluarkan ke dalam suatu wadah dari gelas atau plastik yang
bermulut lebar dan terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Pasien diminta
mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai menitnya. Sampel diperiksa
selambat-lambatnya 1 jam.
Dari hasil praktikum pemeriksaan yang didapatkan dari salah satu pasien
yaitu secara makroskopik diantanya volume yang dihasilkan adalah 1 ml dan
digolongkan sebagai hypospermia, volume dikatakan normal apabila jumlahnya
dari 2-6 ml. Hypospermia dapat terjadi oleh beberapa sebab diantaranya
kemungkinan sampel tumpah, gangguan patologi genetik, Vesicula seminalis tidak
ada atau tidak berfungsi, Gangguan hormonal atau radang kelenjar. Warna yang
dihasilkan yaitu putih kanji.
Warna normal ialah seperti kanji atau putih kelabu. Jika agak lama
berwarna kekuningan. Jika putih atau kuning tandanya banayak leukosit
kemungkinan oleh adanya infeksi pada genitalis. Beberapa amacam obat seperti
antibiotika dapat mempengaruhi warna semen . Pengenceran atau likuifaksi terjadi
pada semen normal 15 – 20 menit post ejakulasi, kalau semen tidak mengencer ini
berarti ada gangguan prostate yang menghasilakan zat pengencer, bisa didiagnosa
awal orang tersebut kurang subur.
Bau yang dihasilkan yaitu bau khas sperma Bau normal khas, tajam, tidak
busuk. Bau busuk itu berasal dari oksidasi sperma yang dihasilkan prostate. Jika
tak ada bau khas sperma, prostate tidak aktif atau ada gangguan, mungkin
gangguan itu pada saluran atau kelenjar sendiri atau karena infeksi.
Ph yang dihasilkan yaitu 8 (basa) PH normal adalah 7.2 – 7.8. pH > 8
menunjukan adanya radang akut kelenjar kelamin atau epididymitis. pH < 7.2
menunjukan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. Jika pH
rendah sekali menunjukan ada gangguan atau aplasi pada vesicular seminalis atau
ductusejaculatoris. pH dapat berubah 1 jam setelah ejakulasi.
Viskositas yang dihasilkan adalah dalam 1 detik yaitu 3 cm Viskositas
normal jika panjang benang 3 – 5 cm. Jika semen terlalu kental (>5 cm) berati
kurang enzim likuifaksi dari prostat. Jika terlalu encer (< 3 cm) karena zat
koagulasi yang dihasilkan vesicularseminalis terlalu sedikit atau enzim
pengenceran dari prostat teterlalu banyak.
Pemeriksaan
mikroskopik
meliputi
konsentrasi
spermatozoa
dan
pergerakan spermatozoa pada media mikroskop. Pada pemeriksaan dilihat dengan
mikroskop pembesaran 45 x atau 100 x, pada pemeriksaan ini dapat dilihat bentuk
sperma dan terdapat beberapa pergerakan sperma yaitu seperti melaju lurus
kedepan, kemudian ada yang bergerak tidak beraturan dan terdapat sperma yang
bergerak ditempat. Pada sperma yang normal adalah mempunyai pergerakan yang
lurus kedepan sehingga proses pembuahan dapat cepat terjadi.
Bentuk dan pergerakan yang abnormal disebabkan oleh beberapa faktor,
anatara lain : Penyakit alergi, Ejakulasi terlalu sering, Gangguan epididymis,
Stress psikis atau fisik, Gangguan hormonal, Gangguan syaraf. Kelainan pada
bentuk sperma, contoh : kepala terlalu besar, kecil atau memanjang, inti pecah,
ekor tidak ada, ekor pendek, mempunyai 2 ekor.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan peraktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
semen yang diperiksa mempunyai 1 mL yang menandakan Hipospermia, viskositas
yang encer dan mempunyai pergerakan yang kebanyakan tidak normal sehingga
dapat disimpulkan sperma yang diuji kurang baik dan bisa didiagnosa awal
infertil, tetapi pemeriksaan tersebut belum bisa menjadi acuan bahwa pasien benar
benar infertil karena harus dilakukan uji pemeriksaan lebih lanjut seperti
pemeriksaan jumlah spermatozoa yang aktif pada semen.
G. Daftar Pustaka
Hall and Guyton. 1991. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
N. Solihati. 2009. Pengaruh Jenis Pengenceran Terhadap Motilitas Dan
Daya Tahan Hidup Spermatozoa Semen Cair. [skripsi]. tersedia;
http// www.repository.unpad.ac.id.html
Moch. Saiful Bachri., dkk. 2008. Pengaruh Ekstrak Akar Senggani
(Melastoma Affine D.Don) Terhadap Motilitas Dan Jumlah Sperma
Tikus.
[Jurnal
Farmasi
Indonesia].
tersedia;
http//
www.jfi.iregway.com.html