FUNGSI BANK SYARIAH di bank

FUNGSI BANK SYARIAH
Bank Syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank konvensional, fungsi bank syariah
juga merupakan karakteristik bank syariah. Dengan diketahui fungsi bank syariah yang jelas
akan membawa dampak dalam pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah. Banyak para pengelola
bank syariah yang tidak memahami dan menyadari fungsi bank syariah ini yang menyamakan
fungsi bank syariah dengan fungsi bank konvensional sehingga membawa dampak dalam
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah yang bersangkutan.
FUNGSI BANK SYARIAH dalam paradigma akuntansi Islam, secara garis besar terdiri atas 4
fungsi utama, yaitu fungsi bank syariah sebagai manager investasi, fungsi bank syariah sebagai
investasi, fungsi bank syariah sebagai jasa keuangan, dan fungsi bank syariah sebagai sosial.
1. Fungsi Manager Investasi
Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manager investasi.
Bank syariah merupakan manager investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dari dana yang
dihimpun (dalam perbankan lazim disebut dengan deposan atau penabung), karena besarkecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana tersebut sangat tergantung
pada pendapatan yang diterima oleh bank syariah dalam mengelola dana mudharabah
sehingga sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank
syariah. Fungsi ini tidak banyak diketahui, dimengerti, dan dipahami oleh para bankir yang
bekerja di bank syaria (bukan Bankir syariah), yang kebanyakan masih mempergunakan
paradigma pola kerja bank konvensional. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah
yang diharapkan mendapatkan hasil, mempunyai implikasi langsung kepada pemilik dana.
Jika investasi yang dilakukan bank syariah mengalami pembayaran yang tidak lancar bahkan

sampai macet, dapat mengakibatkan pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan yang
diterima oleh pemilik dana yang dihimpun menjadi kecil pula. Besarnya dana atau investasi
yang dilakukan oleh bank syariah bukanlah otomatis pendapatan bagi hasil besar yang
diterima oleh pemilik dana yang dihimpun.

2. Fungsi Investor
Dalam penyaluran dana baik dalam prinsip bagi hasil (mudharabah dan
musyarakah), prinsip ujroh (murabahah, salam dan salam parallel, istishna dan istishna
paralel) bank syariah berfungsi sebagai investor sebagai pemilik dana. Oleh karena sebagai
pemilik dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada sector-sektor produktif dan
mempunyai risiko yang sangat minim. Keahlian profesionalisme sangat diperlukan dalam
menangani penyaluran dana ini. Penerimaan pendapatan dan kualitas aktiva produktif yang
sangat baik menjadi tujuan yang penting dalam penyaluran dana, karena pendapatan yang
diterima dalam penyaluran dana inilah yang akan dibagikan kepada pemilik dana (deposan
atau penabung mudharabah). Jadi, fungsi ini sangat terkait dengan fungsi syariah sebagai
manager investasi.

3. Fungsi Jasa Keuangan
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank non

syariah, seperti misalnya memberikan pelayanan kliring, transfer,inkaso, pembayaran gaji
dan sebagainya hanya saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip-prinsip syariah yang
tidak boleh dilanggar. Bank-bank islam juga menawarkan berbagai jasa-jasa keuangan
lainnya untuk memperoleh imbalan atas dasar agency contract atau sewa. Contohnya
meliputi Letter of guarantee,wire transfer, letter of credit,dll

4. Fungsi Sosial
Fungsi ini merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah. Ada dua instrumen
yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen
zakat,

infak,

sedekah,

dan

wakaf

(Ziswaf)


dan

instrumen qardhul

hasan.

InstrumenZiswafberfungsi untuk menghimpun ziswaf dari masyarakat, pegawai bank, serta

bank sendiri sebagai lembaga milik para investor. Instrumen qardhul hasan berfungsi
menghimpun dana dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infak dan
sadaqah yang tidak ditentukan peruntukannya secara spesifik oleh yang memberi.
Disamping itu, konsep perbankan islam juga mengahruskan bank-bank islam untuk
memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber daya manusianya dan
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial.
(sumber: Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2005)

JENIS BANK SYARIAH
Pada UU no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah

Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah. Menurut jenisnya Bank
Syariah terdiri atas Unit Usaha Syariah (UUS), Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
1. Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank
yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah. Contohnya: UUS CIMB Niaga Syariah, BPD DIY Syariah, Bank Danamon Syariah,
dan lain-lain.
Unit Usaha Syariah (UUS) tersebut merupakan unit kerja dikantor pusat yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah yang
mempunyai tugas :
1. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah dan atau unit syariah.
2. Menempatkan dan mengelola dana yang bersumber dari kantor cabang syariah dan atau

unit syariah.

3. Menerima dan menatausahakan laporan keuangan dari kantor cabang syariah dan atau


unit syariah.
4. Melakukan kegiatan lain sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit
syariah.

2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan
perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip–prinsip syariah ataupun
muamalah islam.
BPRS berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada
pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur
menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12
Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini,
secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR
konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil.

Contohnya: BPRS As Salaam, BPRS Harta Insan Karimah, dan lain-lain.
KEGIATAN USAHA BPRS
Berdasarkan UU Perbankan No. 10 tahun 1998, kegiatan usaha BPRS melingkupi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

3. Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sementara yang membedakan pengertiannya dengan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Istilah lain yang juga berkaitan dengan ini
adalah Unit Usaha Syariah (UUS) yakni unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank

yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah. Contohnya: Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dll.
Kegiatan Bank Umum Syariah
Untuk mengenal jenis dan kegiatan usaha Bank Umum Syariah (BUS), hal ini telah
dijelaskan dalam undang - undan perbankan syariah sebagaimana tertuang dalam UndangUndang RI No.21 Tahun 2008 Pasal 19. Berdasarkan Pasal 19 Kegiatan Bank Umum
Syariah mencakup:
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi'ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah
2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah,
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akda istishna, atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinisp syariah

5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah

6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak berdasarkan
akad ijarah dan / atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinisp syariah
7. Melakukan pengambil alihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah
8. Melakukan usaha kartu debit dan / atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
9. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri surat berharga pihak ke-tiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinisp syariah, antara lain, seperti akad
ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah.
10. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan
/ atau Bank Indonesia
11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah
12. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang
berdasarkan prinsip syariah
13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip
syariah
14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah
berdasarkan prinsip syariah.
15. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah

16. Melakukan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah, dan
17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan sosial sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan