TEORY KEBIJAKAN MONETER dan (1)

TEORY KEBIJAKAN MONETER
MAKALAH
Disusun untuk memenuhui tugas mata kulia ekonomi moneter
Yang dbina oleh ibu oleh Dra. Yulit.P.Kes

Kelompok 5
Nama kelompok
1. Yuliska Reren
2. Maria Imaculata Nena
3. Margaretha Yanista

(2141000420080)
(2141000420094)
(2141000420089)

IKIP BUDI UOMO MALANG
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
2016

KATA PENGANTAR


Puji dan Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Rahmat-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kulia EKONOMI MONETER dengan judul TEORY KEBIJAKAN
MONETER Kami penyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kami mengarapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian yang
dapat membangun makalah kami ini, agar dalam penulisan makalah selanjutnya
akan dapat lebih baik lagi.
Dalam penulisan makalah ini banyak pihak yang melibatkan diri untuk
membantu kelompok kami. Oleh sebab itu kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing selaku dosen pengampu mata kulia EKONOMI
MONETER yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat
makalah ini sehingga wawasan kami semakin bertambah, dan kami jga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat lansung dalam
penyusunan makalah ini sampai akhir.
Sekian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.

Malang, 28 maret 2016


Penyusun

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Teory Ekonomi Moneter.........................................................
2.2. Jenis-Jenis Teory Kebijakan Moneter..........................................................
2.3. Tujuan Teory Kebijaka Moneter................................................................
2.4. Instrumen Teory Kebijakan Moneter.........................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
kebijakan modern secara umum adalah langkah-langkah yang diambil
penguasa moneter (Bank Sentral atau Bank Indonesia) untuk memengaruhi
jumlah uang yang beredar dan daya beli uang. Kebijakan berasal dari kata bijak,
ditambah dengan imbuhan ke-an. Kebijakan artinya kepandaian atau kemahiran.
Moneter artinya keuangan atau mengenai keuangan. Jadi, menurut artinya katanya
kebijakan moneter adalah kepandaian mengenai keuangan.
Caranya dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter
seperti operasi pasar terbuka, kebijakan diskonto, rasio cadangan minimum, batas
maksimum pemberian kredit, dan moral suasion. Melalui instrumen-instrumen
tersebut akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar. Perubahan jumlah uang
ini pada akhirnya akan memengaruhi kestabilan moneter agar lebih kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Keberhasilan kebijakan moneter biasanya
diukur dari peningkatan kesempatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan

kestabilan tingkat harga.
Perdagangan antar negara maju pesat sejak pertengahan abad 19 sampai
dengan permulaan abad 20. Keamanan serta kedamaian dunia ( sebelum perang
dunia I ) memberikan saham yang besar bagi perkembangan perdagangan
internasional yang pesat. Teori klasik nampaknya mampu memberikan dasar serta
penjelasan bagi kelangsungan jalannya perdagangan dunia. Hal itu terlihat dari
usaha masing-masing negara yang ikut didalamnya untuk melakukan spesialisasi
dalam produksi, serta berusaha mengekspor barang-barang yang paling sesuai /
menguntungkan bagi mereka. Negara-negara / daerah- daerah tropik berusaha
untuk menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta ekspor barang-barang
yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan pertambangan, sedangkan Negaranegara / daerah-daerah sedang, yang relatif kaya akan modal, berusaha untuk
menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta ekspor barang-barang
industri.

1

1.2

Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Yang Di Maksud Dengan Kebijakan Teori Ekonomi Moneter..?
1.2.2 Apa Saja Jenis-Jenis Kebijakan Teori Ekonomi Moneter..?
1.2.3 Apa Saja Tujuan Dalam Kebijakan Teori Ekonomi Moneter..?
1.2.4 Instrumen Apa Saja Dalam Kebijakan Teori Ekonomi Moneter..?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Maksud Dari Kebijakan Teori Ekonomi Moneter
1.3.2 Untuk Mengetahui Jenis Kebijakam Moneter
1.3.3 Untuk Mengetahui Tujuan Kebijakan Moneter
1.3.4 Untuk Megetahu Instrumen Yang Terdapat Dalam Kebijakan Moneter

2

BAB II
PEMAHASAN
2.1.

SASARAN: TINGKAT BUNGA DAN UANG BEREDAR?
Sasaran akhir jangka pendek baik kebijaksanan moneter maupun finacial

adalah menjaga keseimbangan makro dari perekonomian, yaitu agar tercapai laju

inflasi yang rendah, tingkat kegitan ekonomi(produksi) yang tinggi serta neraca
pembayaran yang seimbang. Sasaran-antara diperlukan umtuk memonitoring jarak
waktu(log) antara tindakan kebijaksanan moneter dengan pengaruhnya pada
ketiga aspek sasaran akhir yang panjang, sehingga dapat mengakibatkan
keterlambatan apabila terjadi kesalahan kebijaksanaan.
Untuk tujuan tersebut sasaran-antara harus memenuhi dua syarat, yaitu:
a) Akurat dan andal(riliable) sebagai indikator awal dari akhir akhir
kebijaksanaan tersebut, artinya apa yang diharapkan dapat terjadi pada
sasaran akhir sudah dapat tercermin dengan baik pada sasaran-antara
tersebut.
b) Bisa di awasi dan dimonitor, sehingga segara bisa ditentukan apakah
kebijakasanaan yang dijalankan sudah benar atau belum.
Dua sasaran-antara yang memenuhi dua syarat tersebut adalah tingkat bunga
dan tingkat uang beredar. Informasi atau data mengenai kedua sasaran ini
biasanya bisa diperoleh dengan cepat ( bahkan tingkat bunga bisa langsung
diamati dari pasar uang saat itu juga, tetapi data mengenai unag beredar mungkin
harus menunggu beberapa hari atau minggu).
Tingkat bunga yang “stabil” menunjukan bahwa situasi pasar uang adalah
tenang dan ada keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Apabila situasi
diluar sektor moneter normal, sasaran –akhir(harga, output dan nerac pembayaran)

juga akan berada pada posisi “kestabilan” atau keseimbangan. Dlam praktek
memelihara kestabilan tingkat bunga bukanlah berarti mempertahankan tingkat
bunga pada tingkat tertentu, tetapi mengendalikan agar tingkat bunga dipasar
berada dalam batas-batas( tingkat bunga minimum atau maksimum) yang
diinginkan

atau

ditentukan

oleh

otorita

3

moneter.

Bahkan


inteval

minimum/maksimum itu bisa berubah/diubah dari waktu kewaktu, sesuai dengan
kondisi perekonomiann.
Sasaran-antara yang lain adalah jumlah uang beredar itu sendiri (M1 dan
M2). Asumsi yang melandasi ini adalah bahwa jumlah uang beredar
mempengaruhi

prilaku masyarakat dalam pengeluaran dan pembelanjaannya

untuk barang dan jasa( permintaan agregrat). Naik turunnnya pengeluaran
masyarakat mempengaruhi perkembangan harga dan output (GPD). Perhatikan
“Nada” Klasik dari asumsi ini, yaitu bahwa uang fungsi utama uang adalah
sebagai alat tukar oleh sebab itu apabila masyarakat menjumpai bahwa mereka
memegang uang terlalu banyak

mereka akan membelnjakan kelebihan uang

tersebut untuk membeli. Kelompok ekomom yang mendukung jumlah uang
beredar sebagai sasaran-antara disebut sebagai kelompok monetarist. Sebaliknya

yang mendukung tingkt bunga sebagai sasaran-antara adalah kelompok yang
dipengaruhi teori Keynes.
Yang lebih baik sebagai sasaran-antara kebijaksanaan moneter: tingkat
bunga atau jumlah uang beredar berdasarkan pertimbangan:
a) Pertimbangan pertama menyangkut struktur dan tahap perkembangan
perekonomian yang bersangkutan. Bagi negara-negara yang belum
memiliki pasar uang yang cukup berkembang. “mekanisme moneterist”
mungkin lebih mencerminnkan keadaan. Dalam perekonomian seperti
ini instrumen keuangan belum banyak tersedia, untuk perekonomian
seperti ini jumlah uang beredar mungkin merupakan sasaran-antara yang
cocok digunakan.
b) Pertimabangan kedua adalah memilih sasaran berdasarkan pada macam
atau sumber gangguan ketidakstabilan itu sendiri. Untuk menjelaskan ini
kita menggunakan diagram IS-LM bahwa tujuan akhir kebijaksanaan
moneter adalah untuk menstabilkan output (GPD) pada tingkat yang
mendekti full employment.

Contoh pertama:

4


Apabila kita menghadapi permasalahan yang bersumber dari ketidaksabilan kurva
IS(yang selanjutnya mengekibatkan ketidakstabilan dalam GPD). Gambar berikut
menunjukan bahwa kurva IS bisa bergeser antara IS 1 dan IS2 (misalnya, karena
ketidakstabilan kurva MEC) dan kita dapat menguji dua sasaran-antara sebagai
alternatif.
Anggaplah bahwa tingkat GPD yang ditargetkan (GPD full employment)
adalah Y*. Apabila kita mengambil tingkat bunga R* sebagai sasaran-antara bagi
kebijaksanaan moneter kita, maka kurva LM kita adalah LM (R*) yang horisontal,
karena tingkat bunga akan dipertahankan pada R*. Dengan sasaran ini tingkat
GPD yang akan terjadi berkisar antara interval Y’1 dan Y’2 (perpotongan antara
IS1, IS2 dan LM (R*)). Kita tuhu bahwa ini adalah interval maksimum yang
membatasi posisi GPD yang terjadi meskipun kita tidak tahu dimana posisi GPD
tepatnya nanti.

Tingkat bunga
R
LM(M*)

B

R*

LM (R*)
A

IS2
IS1

Y1’ Y1 Y* Y2 Y2’

Y(=GDP)

Seandainya kita mengambil juumlah uang beredar M* sebagai sasaranantara kita, dalam hal ini kurva LM kita adalah LM(M*), dan GPD yang
diharapkan terjadi adalah antara Y’1 dan Y’2. Perhatikan bahwa dengan

5

menggunakan M sebagai sasaran-antara, maka interval ketidakstabialan sasaran
akhir kita (Y) bisa kurangi dari Y’ 1 Y’2 menjadi Y1 Y2. Jadi kita memperoleh
kesimpulan bahwa apabila sumber ketistabilan GPD adalah kurva IS yang sering
bergeser ( misalnya, karena ketidakpastian dibidang investasi, sehingga kurva
investasi atau kurva MEC yang dihadapi para investor bersifat labil), maka
segoyahnya kita mengambil jumlah uang beredar (M1 atau M2) sebgai sasaranantara moneter kita.

2.2.

UANG MANA YANG DIKENDALIKAN
Ada 2 hal utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan besaran atau

konsep uang beredar yang cocok yaitu:
a) Berapa jauhkah otorita moneter bisa mempengaruhi besaran tersebut?
Semakin mudah dikendalikan tentu semakin baik.
b) Bagaimana keandalan (reliabilitas) dari besaran tersebut dalam
mencerminkan apa yang terjadi dalam sasaran akhir? Semakin andal atau
semakin akurat, atau semakin dekat korelasi antara besaraan yang dipilih
dengan sasaran akhir maka semakin baik.
Atas dasar pertimbangan (a) maka yang paling baik adalah uang inti (B)
karena B secara langsung bisa dikendalikan oleh otorita moneter. Kita ingat
bahwa uang inti adalah hutang moneter dari Otorita Moneter kepada masyarakat
dan lembaga keuangan. Namun tidak seluruh B bisa ditentukan langsung oleh
otorita moneter, uang inti yang berasal dari percetakan uang baru atau dari kredit
Bank Sentral kepada masyarakat atau lembaga keuangan memang pada asasnya
bisa dikendalikan langsung oleh otorita moneter, tetapi uang inti yang berasal dari
neraca pembayaran tidak begitu saja bisa dikendalikan. Atsa dasar pertimbangan
(a) kita dapat langsung mengatakan bahwa M1 lebih baik dari M2 dan M2 lebih
baik dari M3 dan L adalah yang terburuk. Konsep-konsep yang semakin jauh dari
B semakin banyak faktor –faktor yang mempegaruhinya selain tindakan otorita
moneter itu sendiri.
Berdasarkan pertimbangan (b) yang harus ditentukan adalah berapa dekat
hubungan atau korelasi antara sasaran-antaratersebut dengan sasaran akhir. Ini

6

adalah masalah empiris, yang hanya bisa dijawab dengan mengujinya secara
empiris (yaitu dengan menggunakan data kongkrit), dalam pertimbangan (b), uang
inti (B) mempunyai hubungan yang relatif lebih jauh dengan harga atau output,
dibandingkan dengan M1, M2, M3. Harga atau output lebih langsung dipengaruhi
oleh pengeluaran massyarakat untuk barang dan jasa (permintaan agregat). Secara
teoritis maupun secara empiris, permintaan agregrat lebih ditentukan oleh “daya
beli” yang ada ditangan masyarakat, dan untuk ukuran day a beli ini M1, M2 atau
M3 lebih cocok daripada B. Dari segi ini B kurang baik sebagai sasaran.
Tetapi kita harus ingat bahwa ada 3 sasaran akhir, yaitu harga, output dan
neraca pembayaran. Sasaran akhir yang disebutkan ini tidak jarang merupakan
problema yang mendesak bagi suatu negara. Hubungan antara B dan sasaran akhir
yaitu neraca pembayaran, dalam persamaan yang menunjukan sumber-sumber
terciptanya B:
B

=

DC + NFA

(1)

Persamaan ini dapat kita tulis sebagai:
NFA

=

Atau dalam Δ
ΔNFA

B

- DC

(2)

(perubahan)
= ΔB - ΔDC

(3)

NFA (Net Foreign Assets) yaitu jumlah cadangan devisa( netto) yang
dipegang oleh otorita moneter, jadi ΔNFA tidak lain adalah besarnya defisit (-)
atau surplus (+) yang terjadi dalam neraca pembayaran. Apabila demikina maka
jelas hubungan antara sasaran akhir neraca pembayaran dan unag inti (B) adalah
sangat dekat, khususnya apabila kita juga mempunyai informasi mengenai
perkembangan unsur DC(Dosmetic Credit) dalam uang inti B. Dengan mengambil
B dan DC sebagai sasaran akhir, maka sebenarnya kita mengendalikan sasaran
akhir (NFA) secara tepat dan andal.
Cara melihat hubungan antara B deng an NFA diatas merupakan pendekatan
yang disebut the monetary approach to the balance of payment, yang banyak

7

dikaitkan dengan nama Moneter Internasional (IMF). Pendekatan ini pada intinya
mengatakan bahwa surplus dan defisit dalam neraca pembayaran adalah gejala
moneter. Artinya surplus dan defisit tersebut adalah pencerminan dari
ketimpangan antara permintaan dan penawaran uang inti; kelebihan permintaan
menimbulkan surplus, dan sebaliknya.
Dalam pemilihan sasaran total liquidity (L) merupakan sasaran-antara yang
paling lemah landasan empirisnya karena konsep ini biasanya sulit dituangkan
dalam angka, teruma bagi negara yang sedang berkembang yang memiliki statistik
moneter yang belum lengkap. Oleh sebab itu konsep ini jarang digunakan dalam
praktek.
Dalam praktek B, M1 dan M2 adalah sasaran-antara yang sering digunakan
dan tidak jarang ketiganya digunakan secara bersama-sama. Apabila koefisien
pelipat uang stabil (konstan), maka ketiganya akan bergerak sejalan satu sama
lain, sehingga salah satu bisa mewakili yang lain. Tetapi dalam jangka yang lebih
panjang, koefisien pelipat biasanya tidak konstan, karena para pelaku dalam pasar
uang menyesuaikan prilakunya dengan perubahan keadaan. Penggunaan ketiga
sasaran tersebut
perubahan

secara bersama-sama bisa memberikan informasi mengenai

prilaku

tersebut,

kemudian

bisa

diambil

langkah-langkah

kebijaksanaan yang tepat.

2.3.

KETIDAKPASTIAN DAN JARAK WAKTU (LAG)
Unsur ketidakpastian selalu ada dalam setiap usaha dalam merumuskan dan

melaksanakan suatu kebijakan moneter dan kebijakn ekonomi pada umumnya.
Masalah kebijaksanaan lain, yang masih berkaitan dengan ketidakpastian adalah
jarak waktu atau lag dari kebijaksanaan. Ada dua macam lag yang dikenal dalam
kepustakaan kebijaksanaan ekonomi yaitu: inside lag dan outside lag.
Inside lag adalah jarak waktu yang timbul akibat permasalahan didalam
perekonomian

sampai dengan dimulainya tindakan kebijaksanaan untuk

mengatasinya, inside lag terdiri dari 3 macam lag yang berurutan. Pertama adalah
jarak waktu mulai dari timbulnya masalah sampai dengan saat pra pembuat
kebijaksanaan yang menyadaribahwa memang ada masalah, ini disebut

8

recognition lag. Kedua, decision lag adalah jarak waktu antara aat disadarinya
bahwa ada masalah dan saat diputuskannyasuatu tindakan.. Dan yang ketiga
actian lag adalah jarak waktu antara pada saat keputusan kebijaksanaan diambil
saat keputusan mulai dilaksanakan. Inside lag sangat tergantung pada kecepatan
kerja atau efisien dari lembaga pembuat kebijaksanaan.
Outside lag adalah jarak waktu antara saat mulai dilaksanakannya langkah
kebijakan dan saat timbulnya akibat pada perekonomian. Kebanyakan ekomom
berpandapat bahwa outside dari kebijakan moneter lebih panjang: pengaruhnya
datang lambat dan dapat terjadi selama beberapa tahun. Sebaliknya kebijaksanaan
fiskal biasanya mempunyai outside lag yang lebih pendek, karena tindakan ini
langsung mempengaruhi pengeluaran masyarakat. Namun dilain pihak , karena
struktur administrasinya, kebijaksanaan fiskal biasanya mempunyai inside lag
yang lebih panjang, sebaliknya ekonomi moneter menpunyai inside lag yang lebih
pendek.
2.4.

HARAPAN REGIONAL (RATIONAL EPECTATIONS)
Harapan ini sangat penting karena menentukan tindakan atau reaksi

masyarakat terhadap kebijaksanaan itu sendiri. Berhasil tidaknya suatu langkah
kebijaksanaan dalam praktek sangat bergantung pada harapan macam apa yang
terbentuk dalam masyarakat, misalnya: suatu kebijaksanaan atau perubahan
keadaan yang (menurut mereka) hanya bersifat sementara sangatlah berbeda
dengan reaksi mereka terhadap kebijaksanaan atau perkembangan keadaan yang
diduga akan bersifat permanen.
Para ekomom kemudian mencoba menemukan faktor pembentuk harapan ini
kedalam suatu pendekatan baru dalam ekonomi makro disebut pendekatan
harapan rasional atau the rational expectations approach. Inti dri pendekatan ini
adalah bahwa masyarakat tidaklah “bodoh” dalam arti mereka akan menggunakan
segala informasi yang ada pada mereka sebaik-baiknya dalam menentukan reaksi
terhadap perubahan keadaan atau terhadap suatu langkah kebijaksanaan.
Implikasi pendekatan ini bagi teori ekonomi makro dan kebijaksanaan
makro cukup fundamental. Pertama, dengan diberikannya peranan penting dalam
pembentukan “harapan” masyarakat dalam proses bekerjanya kebijaksanaan dan
perekonomian makro secara umum, maka banyak bagian-bagian dari teori makro
konvensional yang sampai saat ini dipelajari, perlu dirombak untuk memasukan

9

faktor harapan rasional ini. Kedua, menyangkut masalah kebijaksanaan,
pendekatan ini menekankan bahwa suatu langkah kebijaksanaan pertama kali
harus dinilai dari segi pegaruhnya terhadap harapan masyarakat dan selanjutnya
memperkirakan apakah dengan timbulnya harapan tersebut kebijaksanaan itu
akhirnya bisa mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.

2.5. KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara
untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh
atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga
pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak
sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi
dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan
moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas
Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan
persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh
dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut

10

yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan
sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami
kesulitan likuiditas.
2.6.

JENIS-JENIS KEBIJAKA MONETER
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara

menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:


Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya
beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami
resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy
money policy)


Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain :


Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.


Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang11

kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga
bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.


Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.


Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.
2.7. TUJUAN KEBIJAKAN MONETER
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal
7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan
kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan
moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar
yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting
dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas
nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level
tertentu.
12

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti
uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaransasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi
pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat
diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian
moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
2.8. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER
Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra menggunakan
instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut...


Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) : Operasi
pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral untuk
mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan
dengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat
berharga di pasar modal.



Kebijakan Diskonto (Discount Policy): Diskonto adalah pemerintah
mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan cara mengubah
diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang
beredar

telah

mengeluarkan

melebihi

kebutuhan

keputusan untuk

(gejala

inflasi),

bank

sentral

menaikkan suku bunga. Dengan

menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk
menabung.


Kebijakan Cadangan Kas : Bank sentral dapat membuat peraturan untuk
menaikkan atau menurunkan cadangan kas (cas ratio). Bank umum,
menerima uang dari nasabah dalam bentuk giro, tabungan, deposito,
sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya. Ada persentase tertentu dari
uang yang disetorkan nasabah yang tidak boleh dipinjamkan.

13



Kebijakan Kredit Ketat : Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi
pemberiannya harus benar-benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu
Character, Capability, Collateral, Capital, dan Condition of Economy.
Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang beredar dapat diawasi.
Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami
gejala inflasi.



Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : Bank sentral dapat juga
memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman, pidato,
dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya.
Isi pengumuman, pidato dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan
untuk menahan pinjaman tabungan ataupun melepaskan pinjama

BAB III

14

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada kesimpuln ini bahwa teori ekonomi moneter sangat penting bagi kita.
Kita juga mengetahui pengertia kebijakan moneter,jenis,tujuan, dan instrumennya.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan pengajaran kita mempunyai
beberapa metode yang dapat kita gunakan di pembelajaran. Sehingga kita dapat
mempelajari metode- metode tersebut dan kita sesuaikan dengan meteri yang
kami sampaikan kepada kita semua.
3.2 Saran
Dengan demikian siswa akan tertarik dan dapat merekam dan
memahami materi yang kita sampaikan. Dalam pembelajaran ini, terdapat
beberapa tujuan yang dapat kita gunakan sebagai motivasi untuk diri kita dalam
menyampaikan pesan yang terkandung dalam materi.

DAFTAR PUSTAKA

15

Boediono .Bulaksumur. 1985.Oktober. Media Pembe

16

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24