Kewajiban Yuridis Menyesuaikan Anggaran Dasar Yayasan yang Menjalankan Kegiatan Pendidikan Berdasarkan PP Nomor Tahun 2013

32

BAB II
PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN YANG MENJALANKAN
KEGIATAN PENDIDIKAN BERDASARKAN PP NO 2 TAHUN 2013,
SERTA AKIBAT YANG DITIMBULKAN BAGI YAYASAN
YANG BELUM MENYESUAIKAN
A. Perkembangan Undang-undang Yayasan dan Perubahan-Perubahannya.
1.

Dasar Hukum Yayasan
Dalam sejarahnya Yayasan sudah ada pada Era Pharaoh, lebih dari seribu

tahun sebelum lahirnya nabi Isa, telah memisahkan sebagian kekayaannya untuk
tujuan keagamaan. Xenophon mendirikan Yayasan, dengan cara menyumbangkan
tanah dan bangunan untuk kuil bagi pemujaan kepada Artemis. Pada saat menjelang
kematiannya pada tahun 347 sebelum masehi, Plato memberikan hasil pertanian dari
tanah yang dimilikinya, untuk disumbangkan selama-lamanya bagi academia yang
didirikannya. Pada zaman klasik terdapat banyak Yayasan, yang walaupun ditemukan
dalam naskah dan sumber-sumber semacam “corpus iuris”, tetapi dalam “corpus
iuris” sendiri jarang disebut, sehingga diabad pertengahan kurang berpengaruh.

Yayasan yang dikenal dalam hukum Romawi sudah diatur dan dikenal dengan istilah
fundatio. Yayasan yang dikenal sebagai “konstruksi trust” istilah ini diilhami oleh
figur hukum yang dikenal dalam hukum Inggris, yaitu kekayaan yang diperuntukkan
untuk tujuan tertentu, seolah-olah milik dari orang yang diberi kuasa atas kekayaan
tersebut (trustee).39
39

Anwar Borahima, Op. Cit., hal. 11.

32

Universitas Sumatera Utara

33

“Di Belanda, yayasan (stichtingen) ini pada tahun 1956 barulah diatur dengan
Wet op Stichtingen van 31 Mei 1956, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1957, namun pada tahun 1882 Belanda telah memiliki yurisprudensi tentang
yayasan.”40
Di Indonesia Istilah Yayasan pada mulanya digunakan dari sebagai

terjemahan dari istilah “stichting” dalam Bahasa Belanda dan “foundation” dalam
Bahasa Inggris. Sebagaimana istilah Yayasan yang berasal dari penterjemahan bahasa
Belanda, lembaga Yayasan pun sebenarnya sejak zaman Hindia Belanda sudah
dikenal dan banyak digunakan dalam masyarakat. Hal ini berlaku terus sampai
Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. 41
Yayasan telah diakui sebagai badan hukum berdasarkan atas kebiasaan dan
Yurisprudensi. Yayasan saat itu berdiri dan menjalankan kegiatannya menggunakan
hukum kebiasaan yang ada dalam praktik. Yurisprudensi yang digunakan untuk
mengatur mengenai yayasan sebagai badan hukum adalah Putusan Mahkamah
Agung. Salah satu contoh yurisprudensi tentang yayasan sebagai badan hukum
adalah:
Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Juni 1973 Nomor 124 K/SIP/1973
telah mempertimbangkan kedudukan suatu yayasan sebagai badan hukum,
dimana dalam pertimbangan putusannya tersebut Mahkamah Agung telah
membenarkan putusan Judex Factie bahwa Yayasan Dana pensiun H.M.B.
didirikan di Jakarta dengan nama “Stichting Pensiunfonds H.M.B. Indonesie”
dan bertujuan untuk menjamin keuangan para anggotanya. Bahwa para
anggotanya ialah pegawai NV. H.M.B., mempunyai pengurus sendiri terlepas
dari NV. H.M.B., dan yayasan tersebut mempunyai harta sendiri, antara lain
40

41

Chatamarassjid, Op. Cit., hal. 5
Chatamarassjid, Op. Cit., hal. 5

Universitas Sumatera Utara

34

harta benda hibah dari NV. H.M.B. (Akte Hibah). Bahwa dengan demikian
yayasan tersebut merupakan suatu badan hukum.21 Keputusan lainnya adalah
Putusan Mahkamah Agung No. 476K/Sip/1975, tanggal 8 Mei 1975, tentang
kasus perubahan Wakaf Al Is Af menjadi Yayasan Al Is Af.
Karena bentuknya yang sudah melekat pada masyarakat luas di Indonesia
maka bentuk Yayasan tumbuh, hidup dan berkembang sehingga setiap kegiatan non
profit yang dilembagakan akan memakai lernbaga bentuk Yayasan. Sebagaimana
diketahui pada masa sebelum terbitnya Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan tidak terdapat aturan yang jelas yang mengatur tentang Yayasan,
sekalipun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam beberapa pasal
menyebutkan tentang Yayasan yaitu pada pasal – pasal sebagai berikut:

“Dalam segala hal, bilamana Hakim harus mengangkat seorang wali,
maka perwalian itu boleh diperintahkan kepada suatu perhimpunan
berbadan hukum yang bertempat kedudukan di Indonesia, kepada
suatu yayasan atau lembaga amal yang bertempat kedudukan disini
pula, yang mana menurut anggaran dasarnya, akta- akta pendiriannya
atau reglemennya berusaha memelihara anak-anak belum dewasa
untuk waktu yang lama”.
899: “Dengan mengindahkan akan ketentuan dalam Pasal 2 Kitab Undangundang ini, untuk dapat menikmati sesuatu dari suatu surat wasit,
seorang harus telah ada, tatkala si yang mewariskan meninggal
dunia”.
900: “Tiap-tiap pemberian hibah dengan surat wasiat untuk keuntungan
badan-badan amal, lembaga-lembaga keamanan, gereja atau rumah –
rumah sakit, tak akan mempunyai akibatnya, melainkan sekedar
kepada pengurus badan-badan tersebut, oleh Presiden atau oleh suatu
penguasa yang ditunjuk Presiden, telah diberi kekuasaan untuk
menerimanya.
1680: “Penghibahan-penghibahan kepada lembaga-lembaga umum atau
lembaga-lembaga keagamaan, tidak mempunyai akibat, selain sekedar
oleh Presiden atau penguasa-penguasa yang ditunjuk olehnya telah
diberikan kekuasaan kepada para pengurus lembaga-lembaga

tersebut, untuk menerima pemberian- pemberian itu”.

365:

Universitas Sumatera Utara

35

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan tentang keberadaan
Yayasan seperti tercantum dalam pasal-pasal tersebut diatas namun pasal – pasal
tersebut tidak mengatur tentang Yayasan secara mendetail baik meliputi pengertian,
pendirian, maksud dan tujuannya.
Menurut F. Emerson Andrews sebagaimana yang tertulis dalam bukunya
Philantopic foundations dalam menjelaskan pengertian yayasan sebagai berikut: “A
non governmental non profit organization having a principal fund of it’s own,
managed by it’s trundes or director and established to maintain or aid social,
educational, charitable, religius or other activities serving the common welfare”.42
Sebelum berlakunya Undang-undang Yayasan, tidak ada satupun peraturan
perundang-undangan yang mengatur secara khusus tentang Yayasan di Indonesia.
Selain itu, tampak di masyarakat bahwa peranan yayasan di berbagai sektor, misalnya

di sektor sosial, pendidikan dan agama sangat menonjol. Oleh karena itu lembaga
tersebut hidup dan tumbuh berdasarkan kebiasaan yang hidup didalam masyarakat.
Namun demikian, tidaklah berarti bahwa di Indonesia sama sekali tidak ada ketentuan
yang mengatur tentang yayasan.
Menyadari hal tersebut, akhirnya setelah 56 tahun Indonesia merdeka
pemerintah baru mengeluarkan Undang-undang yang mengatur tentang yayasan pada
tanggal 6 Agustus 2001, yaitu Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 Lembaran
Negara (LN) No. 112 Tahun 2001 Tambahan Lembaran Negara (TLN) 4132 yang
42

Hayati Soeroedjo, Status Hakim Yayasan Dalam Kaitannya Dengan Penataan Badan
badan Usaha di Indonesia, Makalah pada Temu kerja Yayasan : Status Badan Hukum dan Sifat
Wadahnya, Jakarta, 15 Desember 1981, hal. 4

Universitas Sumatera Utara

36

mulai berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan yaitu : tanggal 6
Agustus 2002 dan kemudian telah mengalami revisi dalam beberapa pasalnya dengan

disahkannya Undang-undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undangundang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan LN No. 115 TLN 4430. Dalam
keterangan pemerintah dihadapan paripurna Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
Rancangan Undang-undang Yayasan tanggal 26 Juni 2000, dijelaskan bahwa
penyusunan undang-undang yayasan dilandasi oleh beberapa pokok pikiran, yaitu :
1.

Untuk memenuhi kebutuhan perkembangan hukum dalam masyarakat mengenai
pengaturan tentang yayasan.

2.

Untuk menjamin kepastian serta ketertiban hukum serta berfungsinya yayasan
sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan
akuntabilitas bagi masyarakat dalam mendirikan yayasan. Disamping itu, untuk
memberikan pemahaman serta kejelasan kepada masyarakat mengenai maksud,
tujuan, dan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan
yayasan.

3.


Berkaitan dengan arahan yang terdapat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
Tahun 2004, bahwa pembangunan hukum harus mewujudkan sistem hukum
nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia
berdasarkan keadilan dan kebenaran.43

43

Ibid, hal 37 -38

Universitas Sumatera Utara

37

2.

Perkembangan Undang-undang Yayasan

a.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

Tujuan yayasan memang berbeda, ada yang bergerak di bidang sosial, agama,

atau kemanusiaan. Kegiatan sosial yang dilakukan yayasan diperkirakan muncul dari
kesadaran masyarakat kalangan mampu yang memisahkan kekayaannya untuk
membantu masyarakat yang mengalami kesusahan. Dipilihnya yayasan sebagai
wadah untuk beraktivitas sosial tentu bukan tanpa alasan.Dibanding dengan bentuk
badan hukum lain yang hanya terkonsentrasi pada bidang ekonomi dan usaha,
yayasan dinilai lebih memiliki ruang gerak untuk menyelenggarakan kegiatan sosial
seperti pendidikan, kesehatan serta keagamaan yang pada umumnya belum ditangani
oleh badan-badan hukum lain.44
Dilihat dari kedudukannya, yayasan bukanlah sebuah perusahaan karena dalam
perusahaan kegiatannya melakukan suatu usaha dengan tujuan mencari keuntungan.45
Yayasan memiliki peran yang khusus yang sangat diperlukan untuk mendukung visi dan misi
serta tujuan pembentukan negara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.46
Pada

masa

sebelum


berlakunya

Undang-Undang

Yayasan

terdapat

kecenderungan masyarakat memilih bentuk yayasan antara lain karena alasan :
1.

Proses pendiriannya sederhana

2.

Tanpa pengesahan dari Pemerintah
44

Arie Kusumastuti dan Maria Suhardiadi, Op. Cit, hal 1
Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, Tahun 2008, hlm. 1

46
Ibid., hal. 2

45

Universitas Sumatera Utara

38

3.

Adanya persepsi (yang salah) dari masyarakat bahwa yayasan bukan merupakan
subyek pajak.47 Undang-undang ini berasaskan transparansi dan akuntabilitas,
artinya maksud dan tujuan yayasan adalah untuk kepentingan sosial, keagamaan
dan kemanusiaan.
Dengan

adanya

Undang-Undang

tentang

Yayasan

pada

prinsipnya

menghendaki yayasan bersifat terbuka dan pengelolaannya bersifat profesional, maka
sudah ada kaidah hukum yang menjadi pegangan bagi mereka yang bergerak dalam
yayasan dan sebagai pegangan bagi masyarakat pada umumnya. Masyarakat dapat melihat
bagaimana kehidupan yayasan di Indonesia setelah berlakunya undang-undang yayasan. 48
Prinsip lain yang ingin diwujudkan dalam ketentuan Undang-undang Yayasan adalah
kemandirian yayasan sebagai badan hukum, keterbukaan seluruh kegiatan yang dilakukan
yayasan, dan akuntabilitas kepada masyarakat mengenai apa yang telah dilakukan oleh
yayasan, serta prinsip nirlaba yang merupakan prinsip yang fundamental bagi suatu yayasan.

Hal itu terlihat dari beberapa ketentuan dalam undang-undang tersebut.
Misalnya dengan adanya kewajiban pada setiap pendiri yayasan untuk memintakan
pengesahan badan hukum kepada Menteri Kehakiman, dan seterusnya setiap ada
perubahan mengenai nama dan kegiatan yayasan tersebut harus pula meminta izin
kepada Menteri Kehakiman. Demikian pula pemerintah kelihatannya ingin
mengetahui arus keuangan yayasan dengan mengharuskan yayasan, terutama yang
kekayaannya berasal dari negara atau memperoleh bantuan pemerintah, untuk
47

Setiawan, Op.Cit, Hal. 201
Rosniaty Siregar, Kewajiban Yuridis Menyesuaikan Akta Yayasan Pendidikan Dengan
Berlakunya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan, Tesis, Pps-Usu, Medan, 2010, Hal. 28
48

Universitas Sumatera Utara

39

membuat ikhtisar laporan tahunan yang menyangkut keuangan dan kegiatan yayasan
dalam tahun yang lampau.49
Keinginan pemerintah untuk mengatur dan mengendalikan pendirian dan
pengoperasian yayasan tentunya didasarkan kepada pengalaman masa lampau, tatkala
banyak sekali yayasan yang menyalahgunakan segala kemudahan yang diberikan
kepada yayasan, padahal sebenarnya mereka berdagang dengan membungkus
bisnisnya melalui yayasan. Secara praktis kuantitatif asumsi demikian memang perlu
dibuktikan dengan suatu penelitian khusus. Namun secara kualitatif dapat dirasakan
dan juga disaksikan berbagai yayasan yang disalahgunakan untuk kepentingan
tertentu, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan. 50
Menurut Pasal 71 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, semua Yayasan
yang telah berdiri dan didaftarkan di pengadilan negeri dan diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, atau didaftarkan di pengadilan negeri
dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait tetap diakui sebagai
badan hukum, dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak
dimulai berlakunya undang-undang tersebut wajib disesuaikan anggaran dasar.
Dengan demikian ada 4 (empat) prinsip yang harus dimiliki Yayasan sesuai dengan
harapan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, yakni:
1.

Kemandirian Yayasan sebagai badan hukum.

2.

Keterbukaan seluruh kegiatan Yayasan.
49

Rosniaty Siregar, Op.Cit, Hal. 30
Djaidir, Keberadaan Yayasan Sebagai Badan Hukum Nirlaba Dan Sifat Usahanya
Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, Tesis, PPs-USU, Medan, 2002, hal. 41
50

Universitas Sumatera Utara

40

3.

Akuntabilitas publik.

4.

Prinsip nirlaba. 51
Apabila dianggap perlu, Menteri dapat meminta pertimbangan instansi terkait

yang ruang lingkup tugasnya meliputi kegiatan Yayasan. Dalam hal permohonan
pengesahan ditolak, Menteri wajib menyampaikan penolakan secara tertulis disertai
alasannya. Adapun alasan penolakan adalah permohonan yang diajukan tidak sesuai
ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Yayasan dan atau peraturan
pelaksanaannya. 52
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tidak dikenal adanya "badan
pendiri" pada Yayasan seperti selama ini dikenal. Undang-Undang Yayasan memakai
istilah "pembina" untuk menghindari terjadinya kekosongan apabila pendirinya
berupa orang-perseorangan meninggal dunia. Hal ini karena suatu Yayasan adalah
bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang terlihat dari hal-hal berikut ini: 53
1.

Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Yayasan
Maksud dan tujuan yayasan adalah di bidang sosial, keagamaan dan

kemanusiaan. Kegiatan yayasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
maksud tujuan yayasan yang bersangkutan. Maksud dan tujuan yayasan untuk
melakukan pemberian kepada para pendiri/pembina, pengurus, pengawas atau pihak

51

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
Ibid
53
Ibid., hal. 44.
52

Universitas Sumatera Utara

41

ketiga tidak diperkenankan kecuali pemberian kepada pihak ketiga dengan tujuan
sosial.
2.

Kekayaan Yayasan
Kekayaan yayasan dipergunakan untuk mendukung kinerja yayasan yaitu

untuk mencapai maksud tujuan yayasan yang bersifat sosial. Keagamaan dan
kemanusiaan. Guna mencapai maksud dan tujuan tersebut, yayasan dapat melakukan
kegiatan usaha dengan mendirikan badan usaha yang kekayaan yayasan ditentukan
paling banyak 25% dari seluruh kekayaan yayasan. Kegiatan usaha yayasan harus
disesuaikan dengan maksud dan tujuan serta tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku 54
3.

Pengawasan Masyarakat
Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat atas kinerja yayasan, undang-

undang mewajibkan kepada pengurus yayasan untuk mengumumkan ikhtisar laporan
tahunannya pada papan pengumuman di kantor yayasan yang bersangkutan agar
dapat dibaca oleh masyarakat. Sedangkan bagi yayasan yang kekayaannya berasal
dari negara atau memperoleh bantuan pemerintah atau yayasan yang kekayaannya
dikumpulkan dari dana masyarakat melalui sumbangan, wakaf, hibah, hibah wasiat
sehingga kekayaan yayasan mencapai jumlah tertentu sebagaimana nanti diatur
54

L.Boedi Wahyono dan Suyud Margono, Hukum Yayasan Antara Fungsi Kariatif Atau
Komersial, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta,2001,Halaman 8

Universitas Sumatera Utara

42

dengan Peraturan pemerintah diwajibkan mengumumkan ikhtisar laporan tahunan
yayasan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia.55
4.

Pemeriksaan Terhadap Yayasan
Selain transparansi laporan tahunan, pihak ketiga yang berkepentingan dalam

mewakili kepentingan umum dapat mengajukan permohonan tertulis kepada
pengadilan untuk penetapan pemeriksaan terhadap yayasan. Tujuan pemeriksaan
adalah untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa
organ yayasan:
a)

Melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentangan dengan anggaran dasar

b) Lalai dalam melaksanakan tugas-tugasnya
c)

Melakukan perbuatan yang merugikan yayasan atau pihak ketiga

d) Melakukan perbuatan yang merugikan Negara 56
Adapun pihak yang melakukan pemeriksaan adalah sejumlah ahli (paling
banyak tiga orang) yang diangkat sebagai pemeriksa berdasarkan penetapan
pengadilan, dan pemeriksa dilarang mengumumkan atau memberitahukan laporan
hasil pemeriksaannya kepada pihak lain kecuali kepada Ketua Pengadilan Negeri di
tempat kedudukan yayasan.57
Dalam pengorganisasiannya terdapat pemisahan yang jelas antara pemegang
kekuasaan tertinggi dengan pelaksanaan operasional dan pengawas yang mengawasi
55

Pasal 52 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
Ibid
57
Pasal 53 dan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
56

Universitas Sumatera Utara

43

operasional yayasan. Hal ini tercermin dari pemisahan yang jelas dari organ yayasan
yang terdiri dari: pembina, pengurus dan pengawas. 58
Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak
diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-undang atau Anggaran
Dasar. Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan,
sedangkan pengawas adalah orang yayasan yang bertugas melakukan pengawasan
serta memberi nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan/atau
anggota Pengawas, demikian pula sebaliknya. Larangan perangkapan jabatan
dimaksudkan untuk menghindari benturan kewenangan dan tugas serta tanggung
jawab antara pembina, pengurus dan pengawas yang dapat merugikan kepentingan
Yayasan atau pihak lain.
Fenomena kegiatan yayasan dalam masyarakat yang dilihat oleh pembuat
undang-undang, telah berubah atau menyimpang dari hakekat, dimana yayasan
seharusnya bergerak dalam bidang sosial dan ideal ternyata berkembang memasuki
bidang ekonomi (bisnis), bahkan dipakai untuk mendapatkan dana untuk usaha dalam
bidang ekonomi. Oleh karena itu keberadaan Undang-Undang Yayasan yang selain
untuk mengakomodasi fenomena kegiatan usaha bisnis yayasan tersebut, sekaligus
juga berupaya membatasinya. Hal ini terlihat dengan dibolehkannya Yayasan dan
yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat
58

Pasal 2 54 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

Universitas Sumatera Utara

44

prospektif dengan ketentuan penyertaan tersebut paling banyak 25% (duapuluh lima
persen) dari seluruh nilai kekayaan yayasan tersebut.59
Selanjutnya pemerintah dalam lingkup tertentu menilai penting untuk
mengetahui secara benar arus keuangan yayasan khusus yayasan yang memperoleh
bantuan negara, bantuan luar negeri atau pihak lain sebesar Rp 500.000.000.00,(lima ratus juta rupiah) atau mempunyai kekayaan di luar harta wakaf sebesar Rp
20.000.000.000.00,- (dua puluh miliar rupiah) atau lebih. Yayasan wajib membuat
ikhtisar laporan tahunan yang menyangkut keuangan dan keadaan serta kegiatan
yayasan dalam tahun yang lampau. Laporan tersebut harus pula diumumkan dalam
surat kabar harian berbahasa Indonesia, dan mewajibkan audit oleh akuntan publik
terhadap yayasan.60
Menurut Chatamarrasjid Ais, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 telah
memberikan landasan hukum yang baik bagi pendirian dan perkembangan Yayasan.
Persoalannya adalah masalah penegakan hukum, dalam hal ini perlu ditegaskan
mengenai masalah pengawasan, baik bagi Yayasan yang sudah ada sebelum UndangUndang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan maupun yang akan berdiri setelah
diundangkannya undang-undang yayasan tersebut.61

59

Pasal 54 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
Pasal 52 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
61
Chatamarrasjid Ais, Op. Cit., hal. 84
60

Universitas Sumatera Utara

45

Dampak terbesar dari Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 adalah
Yayasan harus bersifat terbuka bagi masyarakat, baik dalam laporan kegiatan maupun
keuangannya. Hal ini membuka peluang bagi publik untuk mengawasi kegiatan
Yayasan. Jadi Yayasan harus memiliki pembukuan yang baik. Kemudian juga
Yayasan harus menyesuaikan kekayaan yang dipisahkan oleh pendiri dengan tujuan
yang akan dicapai, dan Yayasan harus menyesuaikan Organ Yayasan dan Anggaran
Dasar sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. 62
Meskipun keberadaan yayasan sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan tidak mendapat pengaturan yang jelas dan tegas, namun
status badan hukum yayasan tersebut tidak pernah diragukan baik di kalangan
akademisi maupun praktisi. Itulah sebabnya UU Yayasan sendiri tidak ragu-ragu
dalam memberikan pengakuan terhadap status badan hukum yayasan yang terbentuk
sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 71, berikut ini:
(1) Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yang telah :
a. didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia; atau
b. didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan
kegiatan dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum, dengan
ketentuan dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak mulai
berlakunya Undang-undang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikan
Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini.
(2) Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diberitahukan
kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan
penyesuaian.
62

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

Universitas Sumatera Utara

46

(3) Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibubarkan
berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak
yang berkepentingan.
Namun di sisi lain ternyata UU No. 16 Tahun 2001 menuai banyak persoalan
dan dinilai mengandung sejumlah kelemahan diantaranya:
a. Berpotensi mematikan yayasan karena melarang pemberian honor tetap
terhadap pembina, pengawas, dan pengurus yayasan. Selama ini, puluhan ribu
yayasan memberikan gaji dan honor tetap bagi para pengurusnya yang bekerja
penuh dan paruh waktu.
b. Ada sejumlah ketentuan yang sulit dipenuhi yayasan berskala kecil, salah
satunya adalah kewajiban audit tahunan terhadap laporan keuangan tahunan
Yayasan oleh kantor akuntan publik yang membutuhkan biaya tidak sedikit.
c. UU Yayasan justru menyediakan legitimasi bagi pemerintah untuk
mempertahankan dan mendirikan yayasan pemerintah yang telah terbukti
menjadi lahan subur bagi banyak praktik-praktik korupsi di birokrasi. Padahal,
secara normatif, hakikat keberadaan yayasan sebetulnya lebih tepat berada
didomain masyarakat madani atau non negara.
d. Pemerintah mendorong berbagai kegiatan filantropi khususnya di negaranegara maju dengan memberikan insentif pajak. Namun demikian, UU
yayasan tidak memfasilitasi faktor positif ini dengan tetap menempatkan
yayasan sebagai badan kena pajak. Hal ini akan menjadi disentif bagi
penggalangan dana yayasan untuk kepentingan filantropi.63
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Tanggal 6 Oktober 2004 melalui Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 disahkan Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang–
Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yang mulai berlaku tanggal 6
Oktober 2005. Cepatnya perubahan atas Undang–Undang yang mengatur tentang
63

Syahrul Sitorus, Tangggung Jawab Pengurus Terhadap Akta Pendirian/Anggaran Dasar
Yayasan Setelah Berlaku Uu Yayasan Dan Pp Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksana Uu Yayasan,
Usu Law Journal, Vol.3.No.3 (November 2015), Hal 126-139.

Universitas Sumatera Utara

47

Yayasan, hal ini menunjukkan bahwa masalah yayasan tidak sederhana dan badan
hukum ini memang diperlukan oleh masyarakat. 64
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 ini tidak mengganti Undang– Undang
Nomor 16 Tahun 2001, tetapi hanya melakukan perubahan dan penyisipan dari
beberapa pasal, dan hanya Pasal 25 dan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2001 yang dihapus. Perubahan ini hanya sekedar mengubah sebagian Pasal–Pasal dari
Undang–Undang Nomor 16 Tahun 2001, jadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2004 tidak mengubah seluruh Pasal yang ada didalam Undang–Undang Nomor 16
Tahun 2001. 65
Pertimbangan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 terlihat
pada konsiderannya yaitu :
a. bahwa Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan mulai berlaku
pada tanggal 6 Agustus 2002, namun Undang-undang tersebut dalam
perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan
hukum dalam masyarakat, serta terdapat beberapa substansi yang dapat
menimbulkan berbagai penafsiran, maka perlu dilakukan perubahan terhadap
Undang-undang tersebut;
b. bahwa perubahan tersebut dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan
ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar kepada
masyarakat mengenai Yayasan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu membentuk Undang-undang tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.66
64

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
65
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
66
Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

Perubahan Undang-undang tersebut ternyata masih tetap mendapat kritik dari
berbagai kalangan dan terus mengandung kelemahan diantaranya:
a. UU No.28 Tahun 2004 memperpanjang batas waktu penyesuaian anggaran
dasar seluruh yayasan hingga tanggal 06 Oktober 2007, namun pada
kenyataannya, masih cukup banyak yayasan yang belum melakukannya,
bahkan sejumlah Yayasan pemerintah pun belum memenuhinya.
b. Sejauh ini, belum ada penindakan yang diambil Kemenkumham atas
pelanggaran UU Yayasan terhadap yayasan-yayasan termasuk juga yayasan
pemerintah yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya sesuai amanat UU
Yayasan.67
Akibat dari kelemahan-kelemahan tersebut, berdampak pada yayasan sebagai
badan hukum di Indonesia tidak ditumbuhkan oleh suatu aturan undang-undang atau
diberikan legitimasi oleh suatu aturan hukum, oleh karena saat itu tidak terdapat
undang-undang atau peraturan yang secara formal mengaturnya.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan,
menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan
sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan. Undang-Undang Yayasan telah memberikan landasan
hukum bagi kehidupan Yayasan di lndonesia. Akan tetapi, undang-undang yang baru
67

Aisyah Hamid Badlowi, “UU tentang Yayasan: Pelaksanaan dan Revisinya”, Makalah
Disampaikan pada Round Table Discussion dengan topik UU Yayasan dan Permasalahannya yang
diselenggara kan oleh Koalisi Ornop untuk Yayasan di Jakarta, 12 Mei 2003

Universitas Sumatera Utara

49

ini di samping telah mengatasi berbagai masalah, tetapi juga telah menimbulkan
berbagai permasalahan baru. Undang-Undang ini menegaskan, kedudukan hukum
Yayasan, bahwa Yayasan boleh berusaha, memperoleh laba. Selain itu, UndangUndang ini menjawab pula pertanyaan siapa pemilik Yayasan, keharusan Yayasan
bersifat terbuka, dan harus mempertanggungjawabkan kegiatannnya kepada publik. 68
Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang belum jelas, umpamanya apa
yang dimaksud dengan tujuan sosial dan kemanusiaan, kesalahan dan kelalaian Organ
Yayasan, itikad baik, dan belum siapnya berbagai Peraturan Pemerintah, serta
persoalan kontra prestasi bagi Organ Yayasan. Tentu saja Undang-Undang yang baru
ini memberikan dampak tersendiri bagi Yayasan yang sudah berdiri sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor

16 Tahun 2001.Transparansi dan

akuntabilitas Yayasan, memperoleh tempat yang sangat diperhatikan dalam UndangUndang Yayasan. Organ Yayasan harus bertanggung jawab sesuai dengan fiduciary
duty, duty of skill and care, dan statutory duty. UU yayasan ini dapat ditinjau dari 3
(tiga) sisi yaitu : 69
1.

Budaya hukum (legal culture)

68

Tim Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-undangan tentang Yayasan Pusat,
Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian
Hukum Dan Ham RI, Jakarta, 2013, hal 45
69
Ibid

Universitas Sumatera Utara

50

Budaya hukum disini terkait, dengan masalah kesadaran dan ketaatan
masyarakat terhadap hukum dan lembaga-lembaganya.Sebagaimana telah disebutkan
diatas bahwa lahirnya Undang-Undang Yayasan persoalannya akan segera selesai,
namun semuanya masih jauh dari harapan.
Para pendiri yayasan baik yang lahir sebelum lahirnya UU Yayasan maupun
sesudah adanya UU Yayasan, masih belum dapat merubah pola pikir mereka, dari
sejak awal yayasan memang dibentuk untuk mencari atau mengumpulkan kekayaan,
banyak dari mereka tidak tahu atau tidak mau tahu dengan Undang-Undang Yayasan
tersebut, sebab kendatipun mereka tidak mentaati juga tidak ada tindakan dari aparatur
penegak hukum, misalnya dalam hal transparansi (keterbukaan) bahwa yayasan harus
menginformasikan laporan keuangannya pada papan pengumuman agar semua orang dapat
melihat kinerja yayasan. 70

2.

Materi Hukum (legal subtantive)
Dalam hal ini, dievaluasi mengenai Undang-Undang Yayasan dan

perubahannya, serta keterkaitannya dengan undang-undang yang lain.
a)

Undang-Undang Yayasan (UU No. 16 Tahun 2001 dan perubahannya (UU No.
28 Tahun 2004). Masih ada beberapa pasal dalam Undang-Undang tersebut perlu
dijelaskan dan dikaji ulang, misalnya : siapa pemilik yayasan yang
70

Ibid

Universitas Sumatera Utara

51

sesungguhnya; perlunya pengaturan secara tegas tentang tujuan sosial dan
kemanusiaan; serta pasal-pasal lain yang terlihat masih multi tafsir. 71
b) KeterkaitanUU No. 16 Tahun 2001 telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004,
dengan Undang-Undang yang lain :

Dalam menelusuri keterkaitan dengan

undang-undang yang lain dapat dibedakan antara Undang-Undang yang
diundangkan sebelum keluarnya Undang-Undang Yayasan dan Undang-Undang
yang dundangkan sesudah UU yayasan. Undang-undang yang lahir sebelum UU
Yayasan diundangkan semestinya sudah terakomodir dan telah dilakukan
harmonisasi, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Namun berdasarkan
analisis masih ada beberapa UU yang perlu dikaji kembali keterkaitannya dengan
undang-undang yang lain. 72
3.

Struktur Hukum(Legal Structure)
Tiadanya lembaga yang secara khusus untuk mengawasi gerak langkah

yayasan, mengakibatkan penegakan hukum tidak dapat dilaksanakan dengan
baik.Adanya perintah Undang-Undang yang mewajibkan dalam pelaksanaannya
menggunakan Peraturan Pemerintah, justru kerap mengakibatkan terhambatnya
pelaksanaan pasal-pasal Undang-Undang tersebut.73
Berdasarkan UU Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
71

Ibid
Ibid
73
Ibid
72

Universitas Sumatera Utara

52

bidang sosial, keagamaan dan kemanusian, serta tidak mempunyai anggota.74 Agar
pendirian yayasan memenuhi syarat formil, maka status badan hukumnya harus
diperoleh pada saat akta pendiriannya disyahkan oleh Menteri.75
3.

Perubahan-Perubahan Dalam Undang-Undang Yayasan Dan Peraturan
Pemerintah

a.

Perubahan-perubahan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004
terhadap Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, masih mengatur

seputar status badan hukum Yayasan. Undang-Undang ini telah mencabut
kewenangan Kanwil Hukum dan HAM dalam pengesahan badan hukum Yayasan, di
mana sebelumnya pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
menentukan:
(1) Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) memperoleh pengesahan dari
Menteri.
(2) Kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan
sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kedudukan Yayasan.
74

Tiem Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-undangan RI Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2005), hal. ii
75
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

Universitas Sumatera Utara

53

(3) Dalam

memberikan

pengesahan,

Kepala

Kantor

Wilayah

Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
meminta pertimbangan dari instansi terkait. 76
Dari ketentuan Pasal 11 UU Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 di atas, yayasan
memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan memperoleh
pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau oleh Kepala
Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Kemudian setelah diterbitkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2001 tentang Yayasan, terjadi perbaikan dalam Pasal 11 menjadi:
(1) Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), memperoleh pengesahan dari
Menteri.
(2) Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendiri
atau kuasanya mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Notaris yang
membuat akta pendirian Yayasan tersebut.
(3) Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib menyampaikan
permohonan pengesahan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 10
(sepuluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan ditandatangani.
(4) Dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Menteri dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait dalam
jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
(5) Instansi terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4), wajib menyampaikan
jawaban dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal permintaan pertimbangan diterima.
(6) Permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan dikenakan biaya yang besarnya
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
76

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

Universitas Sumatera Utara

54

Perubahan di atas telah menghapus kewenangan Kanwil dalam memberikan
pengesahan atas suatu badan hukum yayasan dan mempertegas bahwa wewenang untuk
mengesahkan suatu yayasan sebagai badan hukum berada di tangan Menteri Hukum dan
HAM. Di samping itu dinyatakan bahwa Notaris wajib menyampaikan permohonan
pengesahan kepada Menteri untuk menjadi badan hukum tersebut. 77
Kemudian terkait dengan status badan hukum Yayasan tersebut terlihat dengan
dilakukannya perubahan pada Pasal 71 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, yang
isinya setelah dilakukan perubahan adalah:
1.

2.

3.
4.

Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yang :
a. telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia; atau
b. telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan
kegiatan dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum dengan
ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak
tanggal Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan tersebut wajib
menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini.
Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat memperoleh status badan hukum dengan cara
menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini, dan
mengajukan permohonan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat I
(satu) tahun terhitung sejak tanggal Undang-undang ini mulai berlaku.
Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib diberitahukan kepada
Menteri paling lambat 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan penyesuaian.
Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), tidak dapat menggunakan kata "Yayasan" di depan namanya dan dapat
dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau
pihak yang berkepentingan.

Dari ketentuan Pasal 71 ayat (1) di atas jelas terlihat bahwa kekhawatiran dan
sekaligus upaya pemerintah dalam hal status badan hukuman dari yayasan itu sendiri,

77

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Universitas Sumatera Utara

55

karena ketika diterbitkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 telah diatur dalam
Pasal 71 ayat (1) kewajiban bagi yayasan yang belum berbadan hukum untuk
melakukan penyesuaian dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya undangundang tersebut (terhitung sejak tanggal 6 Agustus 2002 setahun sejak undangundang diterbitkan). Kemudian diterbitkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004
tentang perubahan dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang juga membahas
tentang penyesuaian badan hukum dari yayasan, yang terlihat dari dilakukannya
perubahan atas Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, sehingga
Pasal 71 ayat (1) berbunyi: kewajiban bagi yayasan yang belum berbadan hukum
untuk melakukan penyesuaian dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak berlakunya
undang-undang tersebut yaitu mulai tanggal 6 Oktober 2005 sampai dengan tanggal 6
Oktober 2008. 78
Secara tegas di dalam Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2004 disebutkan Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasar dalam jangka
waktu 3 (tiga) tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut, maka yayasan
tersebut tidak dapat lagi menggunakan kata “Yayasan” dan dapat dibubarkan dengan
putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan dan pihak yang berkepentingan.

Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
78
UU Yayasan Tahun2004

Universitas Sumatera Utara

56

Tabel 1 : Perbandingan Antara UU No 16 Tahun 2001 Dan UU No 28 Tahun
2004 Tentang Yayasan
NO

UU NO 16 THN 2001

UU NO 28 THN 2004

Pasal 5
Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang,
maupun kekayaan lain yg diperoleh, dilarang
dialihkan atau dibagikan scr langsung atau tidak
langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas,
karyawan, atau pihak lain yg mempunyai
kepentingan terhadap Yayasan.

Pasal 5
Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang,
maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan,
dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung
atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah,
maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat
dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan
Pengawas
Pasal 11
(1) Yayasan memperoleh status badan
hukum setelah akta pendirian Yayasan
memperoleh pengesahan dari Menteri.
(2) Untuk memperoleh pengesahan, pendiri
atau kuasanya mengajukan permohonan kepada
Menteri melalui Notaris yang membuat akta
pendirian Yayasan tersebut.
(3) Notaris, wajib menyampaikan
permohonan pengesahan kepada Menteri dalam
jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari
terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan
ditandatangani
(4) Dalam memberikan pengesahan akta
pendirian Yayasan, Menteri dapat meminta
pertimbangan dari instansi terkait dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal permohonan diterima secara lengkap.
(5) Instansi wajib menyampaikan jawaban
dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan
pertimbangan diterima
(6) Permohonan pengesahan akta pendirian
Yayasan dikenakan biaya yang besarnya
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.”
Pasal 12:
(1) Permohonan pengesahan diajukan secara
tertulis kepada Menteri.
(2) Pengesahan terhadap permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diberikan atau ditolak
dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap.
(3) Dalam hal diperlukan pertimbangan
pengesahan diberikan atau ditolak dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari

Pasal 11:
(1) Yayasan memperoleh status badan
hukum setelah akta pendirian Yayasan
memperoleh pengesahan dari Menteri.
(2) Kewenangan Menteri dalam
memberikan pengesahan akta pendirian
Yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan
oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas
nama Menteri, yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kedudukan Yayasan
(3) Dalam memberikan pengesahan,
Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dapat
meminta pertimbangan dari instansi terkait

Pasal 12:
(1) Pengesahan akta pendirian diajukan oleh
pendiri atau kuasanya dengan mengajukan
permohonan tertulis kepada Menteri.
(2) Pengesahan diberikan dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal permohonan diterima secara
lengkap.
(3) Dalam
hal
diperlukan
pertimbangan
pengesahan diberikan atau tidak diberikan

Universitas Sumatera Utara

57

terhitung sejak tanggal jawaban atas permintaan
dalam jangka waktu :
pertimbangan dari instansi terkait diterima.
a. paling lambat 14 (empat belas) hari
terhitung sejak tanggal jawaban (4) Dalam hal jawaban atas permintaan
pertimbangan tidak diterima, pengesahan
permintaan Pertimbangan DITERIMA
diberikan atau ditolak dalam jangka waktu paling
dari instansi terkait; atau setelah lewat
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
permintaan pertimbangan disampaikan kepada
tanggal
jawaban
permintaan
instansi terkait."
pertimbangan kepada instansi terkait
TIDAK DITERIMA.
Pasal 71 ayat 3
Pasal 71 ayat (4)
Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran
Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana
Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat dibubarkan dimaksud pada ayat (1) dan Yayasan sebagaimana
berdasarkan
putusan
Pengadilan
atas dimaksud pada ayat (2), tidak dapat
permohonan
menggunakan kata ‘Yayasan” di depan namanya dan
Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan
dapat dibubarkan berdasarkan putusan
Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak
yang berkepentingan.”

Sumber : Diolah dari UU No 16 Tahun 2001 Dan UU No 28 Tahun 2004 Tentang
Yayasan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan
Dalam pelaksanaan Undang-undang Yayasan, pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Yayasan, yang juga masih membahas tentang status badan hukum yayasan,
yaitu pada Pasal 36 disebutkan Yayasan yang dimaksud Pasal 71 ayat (2) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2004 wajib memohon pengesahan akta pendiriannya untuk
memperoleh status badan hukum seperti pendirian yayasan yang baru, dan dalam
premisse akta menyebutkan asal usul pendiriannya. Perbuatan hukum yang
dilakukanYayasan yang belum mendapat status badan hukum menjadi tanggung
jawab pribadi anggota organ Yayasan secara tanggung renteng.
Pasal 36 PP No. 63 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa:

Universitas Sumatera Utara

58

(1) Yayasan yang telah didirikan sebelum berlakunya UU dan tidak diakui sebagai
badan hukum dan tidak melaksanakan ketentuan pasal 71 ayat (2) UU, harus
mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian untuk memperoleh status
badan hukum sebagaimana dimaksud pasal 15.
(2) Akta pendirian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam premise aktanya
disebutkan asal-usul pendirian Yayasan termasuk kekayaan Yayasan yang
bersangkutan.
(3) Perbuatan hukum yang dilakukan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang belum memperoleh badan hukum menjadi tanggung jawab pribadi anggota
organ Yayasan secara tanggung renteng.”
Pihak yang bertanggung jawab pada saat prosedur pengesahan akta pendirian
yayasan menurut UU Yayasan sampai disahkannya akta tersebut oleh Kemenkumham
adalah pendiri, bukan pengurus. Sehingga batasan tanggung jawab pendiri, hanya
sampai pada batas ketika akta pendirian telah disahkan Menteri sebagai badan
hukum. Jika yayasan yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan, maka untuk
merubah akta pendirian/AD yayasan disesuaikan dengan UU Yayasan dilakukan
pengurus yayasan yang dapat dilihat dalam AD atau akta terakhir yayasan tersebut,
yang pada umumnya dilakukan oleh pengurus yang sekaligus sebagai pendiri
yayasan. 79
79

Tim Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-undangan tentang Yayasan Pusat,Op Cit ,

hal 52

Universitas Sumatera Utara

59

Menurut ketentuan Pasal 11 ayat (1) UU Yayasan, menegaskan bahwa
yayasan akan berstatus badan hukum setelah akta pendiriannya memperoleh
pengesahan dari Kemenkumham. Sejak disahkan Kemenkumham barulah yayasan
dapat dikatakan sebagai badan hukum. Sehingga dengan demikian organ-organ
yayasan akan bertanggung jawab sesuai dengan pertanggungjawaban layaknya
sebuah badan hukum. 80
Berpedoman pada ketentuan Pasal 24 ayat (2) UU Yayasan, terhadap akta
pendirian yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan AD
telah disetujui, wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
oleh pengurus. Apabila selama pengumuman belum dilakukan oleh pengurus, maka
pengurus yayasan bertanggung jawab secara renteng atas seluruh kerugian yayasan. 81
Tanggung jawab renteng dibebankan kepada setiap pengurus yayasan tanpa
terkecuali. Jika pengurus berjumlah lima orang, maka terhadap kelimanya harus
sama-sama ikut memikul tanggung jawab, bukan tanggung jawab secara pribadi yang
digantungkan kepada faktor siapa pelaku yang melakukan kesalahan, kelalaian atau
pelanggaran, maka tanggung jawab hukumnya hanya dipikulkan kepada individu
pengurus yang melakukan kesalahan. Termasuk tanggung jawab terhadap pihak
ketiga (masyarakat, negara).82 Apabila terdapat dokumen laporan tahunan ternyata
tidak benar dan menyesatkan, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 51 UU Yayasan,
80
Rita M, 2009, Resiko Hukum Bagi Pembina, Pengawas, dan Pengurus Yayasan. Jakarta,
PT Penebar Swadaya, hlm 1
81
Pasal 24 PP Nomor 63 Tahun 2008 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Yayasan
82
Anwar Borahima, Op. Cit., hal. 222

Universitas Sumatera Utara

60

maka pengurus dan pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap
pihak yang dirugikan.
Tanggung jawab renteng berlaku terhadap pengurus yayasan yang tidak
menyesuaikan akta pendirian yayasan yang diurusnya sesuai dengan ketentuan dalam
UU Yayasan.83 Maksud ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1) UU Yayasan, akta
pendirian yayasan memuat AD dan keterangan lain dianggap perlu. Makna dari Pasal
14 ayat (1) ini berubahnya akta pendirian yayasan, harus berubah pula ketentuan
dalam AD yayasan.
Apabila dirujuk pada ketentuan peralihan dalam Pasal 71 ayat (1) huruf a dan
b UU Yayasan, pada saat UU Yayasan diberlakukan, maka yayasan yang:
a. Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia; atau
b. Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan
dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan
dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak mulai berlakunya UndangUndang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
Masalahnya organ mana yang diwajibkan UU Yayasan untuk menyesuaikan
akta pendirian/AD, tidak dijelaskan dalam pasal ini. Apabila diteliti pada ketentuan
Pasal 24 ayat (1) dan (2) UU Yayasan hanya memerintahkan kepada pengurus, itu
83

Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

Universitas Sumatera Utara

61

pun dalam hal kewajiban mengumumkan akta pendirian yayasan yang telah disahkan
sebagai badan hukum atau perubahan AD yang telah disetujui oleh Kemenkumham.
Salah satu tanggung jawab pengurus yayasan menurut PP No.63 Tahun 2008
terhadap yayasan yang sudah berdiri sebelum lahirnya UU Yayasan, wajib
menyesuaikan akta pendirian/AD-nya sesuai dengan UU Yayasan. Namun, batas
akhir penyesuaian akta pendirian yayasan tersebut hingga saat ini telah berakhir yakni
tanggal 06 Oktober 2008. Hal ini ditegaskan dalam Penjelasan Pasal 39 PP No.63
Tahun 2008 dengan batas akhir adalah tanggal 06 Oktober 2008. 84
Pihak yang bertanggung jawab atas perubahan akta pendirian/AD yayasan
yang didirikan sebelum lahirnya UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008 adalah
pengurus. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat
(1), Pasal 37 ayat (1) PP No.63 Tahun 2008. Persetujuan perubahan AD maupun
perubahannya diajukan kepada Menteri (Kemenkumham) oleh pengurus yayasan atau
kuasanya melalui notaris yang membuat akta yayasan. 85
Bagi yayasan-yayasan yang belum menyesuaikan akta pendiriannya menurut
ketentuan Pasal 71 ayat (1) huruf b UU Yayasan masih tetap diakui sebagai badan
hukum, sampai dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak mulai berlakunya UU
Yayasan wajib menyesuaikan AD-nya. Namun ketentuan ini tidak diindahkan oleh

84

Bregstein, N.H., Badan Hukum Yayasan (Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu
Badan Hukum Sosial), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, Hal 24
85
PP Nomor 63 Tahun 2008 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan

Universitas Sumatera Utara

62

yayasan-yayasan yang belum menyesuaikan diri tersebut sehingga banyak saat ini
yayasan yang seharusnya sudah pada waktunya untuk dilikuidasi. 86
Dari ketentuan Pasal 71 UU Yayasan, berarti terhitung setelah UU Nomor 16
Tahun 2001 mulai efektif dan berlaku tanggal 6 Agustus 2002, maka pada tanggal 6
Agustus 2007 ketentuan ini sudah berakhir. Batas akhir ini sesuai dengan ketentuan
dalam perubahan Pasal 71 UU Yayasan ditentukan tetap diakui sebagai badan hukum
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak UU Yayasan mulai
berlaku tanggal 6 Oktober 2004 wajib menyesuai