Kewajiban Yuridis Menyesuaikan Anggaran Dasar Yayasan yang Menjalankan Kegiatan Pendidikan Berdasarkan PP Nomor Tahun 2013 Chapter III V

122

BAB III
TANGGUNG JAWAB ORGAN-ORGAN YAYASAN BAGI YAYASAN YANG
MENJALANKAN KEGIATAN PENDIDIKAN YANG BELUM
MENYESUAIKAN ANGGARAN DASAR BERDASARKAN
PP NO 2 TAHUN 2013
A. Organ-Organ Yayasan
Sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 2 yang
menyebutkan bahwa yayasan mempunyai organ terdiri atas pembina, pengurus dan
pengawas. Organ yayasan tersebutlah yang menjadi alat yayasan untuk dapat
mengelola yayasan hal ini diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Yayasan,
yaitu yayasan yang diwakili oleh organnya dapat melakukan kegiatan usaha untuk
menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha
dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.151 Khususnya pengelolaan yayasan
secara langsung dilakukan baik didalam maupun diluar dilakukan oleh salah satu
organ yaitu pengurus. Hakekatnya antara yayasan dengan organ yayasan terdapat
hubungan yang sangat erat. Di satu sisi keberadaan organ yayasan tergantung
sepenuhnya pada keberadaan yayasan, tetapi disisi lain yayasan sangat bergantung
pada organnya untuk melakukan kegiatan mengelola yayasan dan melaksanakan
fungsinya.152

1.

Pembina

151
Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Hukum Harta Kekayaan (Menurut Sistematika KUH
Perdata dan Perkembangannya) (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hlm. 87
152
AB Susanto et.al., Op. Cit., hlm. 129.

122

Universitas Sumatera Utara

123

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 28 ayat (1) UU No. 28 tahun 2004, yang
dinamakan Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak
diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-undang ini atau Anggaran
Dasar. Sedang yang dapat diangkat sebagai anggota Pembina adalah adalah orang

perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan/atau mereka yang berdasarkan keputusan
rapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai
maksud dan tujuan Yayasan. Anggota Pembina tidak diberi gaji dan/atau tunjangan
oleh Yayasan.Masa jabatan Dewan Pembina tidak ditentukan lamanya. Anggota
Dewan Pembina tidak boleh merangkap menjadi anggota Dewan Pengurus maupun
Dewan Penasihat.153
a.

Kewenangan Pembina

Kewenangan Pembina menurut pasal 28 ayat (2) meliputi:
1) Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
2) Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;
3) Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
4) Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan;
5) Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan
Selain kewenangan tersebut, kewenangan lainnya adalah :
1) Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Yayasan
2) Pembina berwenang untuk mengubah anggaran dasar yayasan
153


Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

Universitas Sumatera Utara

124

3) Pembina bertanggung jawab melaksanakan rapat tahunan yayasan
4) Pembina berhak untuk memberhentikan Dewan Pengurus yayasan
5) Pembina berhak untuk memberhentikan Dewan Penasihat yayasan
6) Pembina berhak untuk menetapkan kebijakan umum yayasan
7) Pembina berhak melakukan pembagian tugas dan wewenang setiap anggota
Pengurus dengan berdasarkan Rapat Pembina.154
b. Tugas Pembina
Sebagaimana yang diatur didalam pasal 30 Pembina bertugas untuk
mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun. Dalam rapat
tahunan, Pembina melakukan evaluasi tentang kekayaan, hak dan kewajiban
Yayasan tahun yang lampau sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai
perkembangan Yayasan untuk tahun yang akan datang.155
2.


Pengurus
Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan

baik didalam maupun di luar yayasan. Pengurus dapat menerima gaji, upah atau
honorarium dengan catatan bahwa pengurus Yayasan tersebut bukan merupakan
pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas serta
melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh. Pengurus
mempunyai tugas dan kewenangan melaksanakan kepengurusan dan perwakilan yang
harus dijalankan semata – mata untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Adapun
154
155

Pasal 28 UU Yayasan
Ibid, Pasal 30

Universitas Sumatera Utara

125


yang dapat diangkat menjadi pengurus yayasan adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum. 156
a.

Kewenangan dari Pengurus Yayasan

Kewenangan pengurus meliputi :
1) Melaksanakan kepengurusan yayasan
2) Mewakili yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan
3) Mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan kegiatan yayasan.
4) Bersama – sama dengan anggota pengawas mengangkat anggota pembina jika
yayasan tidak lagi mempunyai pembina
5) Mengajukan perpanjangan jangka waktu pendirian, jika yayasan didirikan untuk
jangka waktu tertentu
6) Menandatangani laporan tahunan bersama – sama dengan pengawas.
7) Mengusulkan kepada pembina tentang perlunya penggabungan
8) Bertindak selaku likuidator jika tidak ditunjuk likuidator. 157
Disini nampak bahwa pengurus mempunyai tugas dan kewenangan yaitu
melaksanakan kepengurusan dan mewakili yayasan. Kewenangan para pengurus ini
juga diatur didalam pasal 35 ayat UU No. 28 Tahun 2004 Pengurus yayasan mewakili

yayasan baik didalam maupun di luar pengadilan. Undang – Undang ini pun
membedakan antara Pengurus dan Pelaksana Kegiatan Yayasan. Jika Pengurus tidak
156
157

Ibid, Pasal 31
Ibid, Pasal 35

Universitas Sumatera Utara

126

menerima gaji, upah, atau honorarium, maka terbuka kemungkinan pembayaran
kontraprestasi bagi pelaksana kegiatan Yayasan.
Sehubungan dengan tugas dan kewenanagan tersebut, Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 menegaskan
bahwa setiap anggota pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang
bersangkutan menjalankan tugasnya tidak mematuhi ketentuan anggaran dasar
yayasan sehingga mengakibatkan kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga.158
Ketentuan ini merupakan konsekwensi dari fidusiary relationship antara yayasan

dengan pengurus selaku organ yayasan.
Selain mengatur mengenai kewenangan pengurus sebuah yayasan, UndangUndang juga mengatur mengenai ketidakwenangan pengurus yayasan yang diatur
dalam pasal 36, 37 dan 38 UU No. 28 Tahun 2004. Anggota Pengurus tidak
berwenang mewakili Yayasan jika terjadi perkara didepan pengadilan antara Yayasan
dan anggota Pengurus yang bersangkutan. Juga dalam hal terdapat kepentingan yang
berbeda antara anggota Pengurus dan kepentinga yayasan. Kewenangan Pengurus
juga dibatasi dalam hal-hal yang mengikat yayasan sebagai penjamin hutang,
pengalihan kekayaan Yayasan, atau pembebanan atas kekayaan Yayasan untuk
kepentingan pihak lain. Jika pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas
nama Yayasan, anggaran dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan
menentukan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih
158

Anwar Borahima, Op. Cit, Halaman 222

Universitas Sumatera Utara

127

dahulu dari Pembina dan atau Pengawas, misalnya untuk menjaminkan kekayaan

Yayasan guna membangun sekolah atau rumah sakit.159
Undang-Undang Yayasan pasal 39 ternyata juga membuka kemungkinan
Pengurus bertanggung jawab tidak terbatas atas kerugian yang diderita oleh Yayasan.
Jika kepailitan terjadi karena kesalahan Pengurus, Pengurus dapat bertanggung jawab
secara tanggung renteng, kecuali Pengurus yang dapat membuktikan bahwa
kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, pengurus yang dinyatakan
bersalah oleh Pengadilan dalam mengurus suatu Yayasan, selama 5 (lima) tahun sejak
tanggal putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat menjadi Pengurus
Yayasan manapun.160
Pengurus hanya berhak dan berwenang bertindak atas nama dan untuk
kepentingan yayasan serta dalam batas – batas yang ditentukankan dalam Undang –
Undang Yayasan dan anggaran dasar yayasan. Setiap tindakan yang dilakukan
pengurus diluar kewenangan yang diberikan tersebut tidak akan mengikat yayasan.
Hal ini berarti, pengurus dalam melakukan tugasnya haruslah bertanggung jawab
mempergunakan wewenang yang dimilikinya berdasarkan anggaran dasar yayasan,
untuk tujuan yang patut yang sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yang
tertuang dalam anggaran dasar yayasan. Pengurus tidak boleh memperoleh
keuntungan untuk dirinya pribadi bila keuntungan tersebut diperoleh karena
kedudukannya sebagai pengurus pada yayasan itu.
159

160

Ibid
Ibid, Pasal 35

Universitas Sumatera Utara

128

b. Tugas Pengurus Yayasan
Dalam menjalankan tanggung jawab tugasnya seorang pengurus harus
berlandaskan pada prinsip:
1) Fiduciary duty adalah prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan yang
dipercaya oleh yayasan kepada pengurus.
2) Duty of skill and care adalah prinsip yang menunjuk kepada kemampuan serta
kehati-hatian tindakan Pengurus
3) Statutory duty adalah prinsip yang berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang
serta tanggung jawab Pengurus Yayasan.
Ketiga prinsip ini menuntut Pengurus untuk bertindak secara hati – hati dan
disertai dengan iktikad baik semata – semata untuk kepentingan dan tujuan Yayasan.

Berdasarkan fiduciary duty, pengurus dalam melakukan tugasnya haruslah
berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh pembina/pendiri, jadi harus berbuat
bonafide, untuk kepentingan yayasan secara keseluruhan dan bukanlah untuk
kepentingan pribadi organ Yayasan, serta harus sesuai dengan tujuan dan maksud
Yayasan. Kepatuhan dan pengabdian kepada Yayasan, juga merupakan tugas dan
kewajiban utama dari seorang pengurus, Pengurus diwajibkan untuk menggunakan
seluruh kemampuan, pengaruhnya, dan menggunakan seluruh sumber daya yang ada
untuk memberikan nilai tambah ke Yayasan.
c. Tanggung Jawab Pengurus
Pengurus bertanggung jawab sepenuhnya atas kepengurusan Yayasan, baik
untuk kepentingan maupun tujuan Yayasan serta mewakili Yayasan, baik di dalam

Universitas Sumatera Utara

129

maupun di luar pengadilan, sesuai dengan azas persona standi in judicio. Pengurus
bertanggung jawab secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan
tugasnya tidak sesuai dengan anggaran dasar. Dengan demikian Pengurus harus
mampu menghindarkan Yayasan dari tindakan – tindakan ilegal, bertentangan dengan

peraturan dan kepentingan umum serta bertentangan dengan kesepakatan yang dibuat
dengan organ yayasan lain.
Pengurus dalam yayasan yang akta pendiriannya belum disahkan menjadi
badan hukum, apabila melakukan perbuatan hukum yang dilakukannya atas nama
yayasan sebelum yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab
pengurus secara tanggung renteng, hal ini disebabkan kerena belum disahkannya
akata pendirian yayasan, berarti ketentuan tentang tata cara pengangkatan pengurus
yang diatur didalam anggaran dasarnya belum sah.
Mengenai pertanggung jawaban pengurus terhadap kegiatan usaha yayasan
berkaitan erat dengan prinsip fiduciary relationship antara yayasan dengan pengurus
selaku organ yayasan oleh karena adanya perbuatan ultra vires yang mengakibatkan
kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga. Kesalahan pengurus tersebut merupakan
kesalahan langsung karena telah menyebabkan kerugian maupun kesalahan karena
ikut menyebabkan kerugian. Untuk itu maka tanggung jawab kegiatan usaha yayasan
sangat penting dilakukan oleh setiap pengurus berdasarkan prinsip kehati - hatian dan
tanggung jawab. Pengelolaan kegiatan usaha yayasan berkaitan erat dengan
pengelolaan harta kekayaan yayasan, karena hasil kegiatan usaha merupakan salah
satu bentuk pendapatan yang menjadi harta kekayaan yayasan.

Universitas Sumatera Utara

130

Undang - Undang Yayasan pasal 39 ternyata juga membuka kemungkinan
Pengurus bertanggung jawab tidak terbatas atas kerugian yang diderita oleh Yayasan.
Jika kepailitan terjadi karena kesalahan Pengurus, Pengurus dapat bertanggung jawab
secara tanggung renteng, kecuali Pengurus yang dapat membuktikan bahwa
kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, pengurus yang dinyatakan
bersalah oleh Pengadilan dalam mengurus suatu Yayasan, selama 5 (lima) tahun sejak
tanggal putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat menjadi Pengurus
Yayasan manapun.161
Selain itu Pengurus juga tidak hanya bertanggung jawab terhadap ketidak
jujuran yang disengaja (dishonesty).Tetapi juga bertanggung jawab secara hukum
terhadap tindakan kesalahan manajemen, kelalaian, kegagalan, atau tidak melakukan
sesuatu yang penting bagi yayasan/perseroan. Dengan demikian, pengurus
bertanggung jawab penuh atas pengurusan Yayasan.
3. Pengawas
Sesuai dengan pasal 40 yang dimaksud dengan pengawas adalah Pengawas
adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat
kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.Yayasan memiliki Pengawas
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Pengawas yang wewenang, tugas, dan tanggung
jawabnya diatur dalam Anggaran Dasar.162
161
162

Ibid
Ibid, Pasal 40

Universitas Sumatera Utara

131

a.

Kewenangan Pengawas

Sesuai dengan pasal 43, kewenangan Pengawas adalah:
1) Pengawas berhak melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, keuangan,
pembukuan yayasan. Oleh karena itu selayaknya ditunjuk orang yang memiliki
keahlian dan pengalaman yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, sehingga
dapat mengawasi pelaksanaan tata kelola yayasan yang baik.
2) Pengawas berhak Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh
Pengurus.
3) Pengawas

dapat

memberhentikan

sementara

anggota

Pengurus

dengan

menyebutkan alasannya.
4) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lambat 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara, wajib dilaporkan
secara tertulis kepada Pembina.163
b. Tanggung Jawab Pengawas
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengawas dalam
melakukan tugas pengawasan dan kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutup
kerugian akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Pengawas secara tanggung renteng
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Anggota Pengawas Yayasan yang dapat
membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, tidak
bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. Setiap anggota
163

Ibid, Pasal 43

Universitas Sumatera Utara

132

Pengawas yang dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan Yayasan yang
menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat, dan/atau Negara berdasarkan
putusan Pengadilan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sejak putusan
tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi Pengawas
Yayasan manapun.
B. Tanggung Jawab Organ-Organ Yayasan Bagi Yayasan Yang Menjalankan
Kegiatan Pendidikan Yang Belum Menyesuaikan Anggaran Dasar
Berdasarkan PP No 2 Tahun 2013
Tanggung jawab Pengurus atas kepengurusan Yayasan dilakukan semata-mata
untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. Tugas wewenang dan tanggung jawab
Pengurus adalah mengurusi Yayasan (daden van beheer) untuk kepentingan Yayasan
sesuai dengan maksud dan tujuannya dalam pengurusan sehari-hari. Sebelum lahirnya
UU Yayasan, Pengurus menjalankan kepengurusan Yayasan sesuai dengan kebijakan
yang dipandang tepat dan didasarkan pada peluang yang tersedia dan kelaziman
dalam dunia Yayasan. Pada prinsipnya, sebenarnya kebijakan itu didominasi oleh
kebijakan dari Pendiri dan/atau Pembina dan/atau Pengawas pada waktu itu yang
kadang-kadang cenderung menimbulkan konflik di dalam Yayasan (conflict of
interset).164
Tentang apa yang dimaksud dengan kebijakan yang dipandang tepat menurut
Bismar Nasution, secara teoritis masuk dalam kategori “blanket norm” yang dapat
diberikan secara demonstratif (tidak limitatif) dengan kata-kata melainkan kaedah
yang didasarkan atas kelaziman dalam dunia usaha sejenis. Kelaziman dalam dunia
164

Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, (Medan: Sofmedia, 2009), hal. 71

Universitas Sumatera Utara

133

usaha sejenis ini secara teoritis sulit diberikan kriterianya atau ukurannya yang pasti.
Dalam praktik tidak tertutup kemungkinan dapat ditafsirkan secara luas atau sempit,
oleh sebab itu perlu kearifan setiap organ dalam Yayasan khususnya Pengurus yang
bertanggung jawab mengurusi Yayasan sehari-hari untuk kepentingan Yayasan.
Orientasi kepengurusan Yayasan yang demikian bersandarkan pada paham
institusional Yayasan sebagai organisasi publik. Ada kepentingan lain dalam
kepengurusan Yayasan tersebut yaitu kepentingan untuk pihak ketiga termasuk
kepentingan stakeholders, kepentingan negara dan sebagainya.165
Itulah sebabnya, organisasi yang bergerak di bidang publik misalnya Yayasan
tidak boleh mementingkan kepentingan secara kolektif melainkan mendahulukan
kepentingan publik di atas segala kepentingan individu dan/atau kelompok. Dengan
demikian, aktivitas dalam Yayasan termasuk suatu aktivitas lintas sektoral karena
mencakup berbagai aktivitas sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi
berkembangnya keterlibatan berbagai pihak stakeholders.166
Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, berarti
telah terjadi reformasi terhadap yayasan terutama yang berhubungan dengan anggaran
dasar. Reformasi yang perlu dilakukan mencakup aspek organ yayasan (pembina,
pengurus dan pengawas) serta wewenang masing – masing unsur organ yayasan,
pengelolaan kegiatan usaha yayasan menjadi jelas sehingga tidak menjadi tempat
165
Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Risiko Hukum & Bisnis Perusahaan Tanpa
CSR, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya, 2008), hal. 47
166
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho Publishing, 2007),
hal. 5-6

Universitas Sumatera Utara

134

persembunyian harta oleh para pendirinya dan pengelolaan kegiatan usaha yayasan
haruslah dikelola secara professional.167
Yayasan Perguruan Utama, dikaitkan dengan ketentuan dalam Pasal 17 UU
Yayasan disebutkan bahwa, ”Anggaran Dasar dapat diubah kecuali mengenai maksud
dan tujuan”. Dasar ketentuan Pasal 17 UU Yayasan di atas, maka perubahan akta
pendirian Yayasan membawa akibat hukum yang dipaparkan berikut ini:
1.

Terhadap Kepengurusan Pembina
Pasal 28 Ayat (1) dan Ayat (2) UU Yayasan, Pembina adalah organ yang

memegang kekuasaan tertinggi dalam Yayasan. Pembina memiliki kewenangan yang
oleh undang-undang dan AD tidak diserhkan kepada pengurus atau pengawas.
Kewenangan pembina menurut Pasal 28 Ayat (2) UU Yayasan meliputi:
1. Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;
3. Penetapan kebijakan umum Yayasan berasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
4. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan
5. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.168
Sedangkan menurut Anwar Borahima, menyebut ada 7 (tujuh) kewenangan
pembina yang dicantumkan dalam UU Yayasan. Kewenangan tersebut adalah:
a.
b.

Keputusan mengenai perubahan AD, pengangkatan dan pemberhentian anggota
pengurus dan pengawas;
Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan AD Yayasan;
167

YB, Sigit Hutomo, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum Dan Manajemen, The Jakarta
Consulting Group (Editor) 360” Approach on Foundation, Andi, Yogyakarta, 2002, halaman 144
168
Pasal 28 UU Yayasan Tahun 2004

Universitas Sumatera Utara

135

c. Mengesahkan Program Kerja dan Rancangan Anggaran Tahunan Yayasan;
d. Penetapan keputusan mengenai penggabungan dan pembubaran Yayasan;
e. Mengadakan rapat sekurang-krangya sekali dalam satu tahun untuk
melaksanakan kewenangannya;
f. Mengevaluasi kekayaan, kewajiban, tanggung jawab, dan penghasilan Yayasan
tahun lalu sebagai dasar pertimbangan bagi pengesahan Anggaran Belanja tahun
yang akan datang;
g. Mensahkan laporan tahunan yang disampaikan oleh pengurus dan pengawas.
Akibat perubahan akta pendirian Yayasan sesuai dengan perubahan dalam
Anggaran Dasar Yayasan, dapat membawa konsekuensi terhadap kepengurusan
pembina sesuai dengan kewenangan pembina sebagaimana disebutkan di atas.
2.

Mengenai Hak-Hak dan Kewenangan Pengurusan
Pengurus merupakan organ eksekutif Yayasan, karena pengurus yang

melakukan kepengurusan Yayasan baik di dalam maupun di luar Yayasan. Maka
penguruslah yang menjalankan roda Yayasan untuk mencapai maksud dan tujuan.
Mengenai siap yang disebut dengan pengurus. Pengurus sesuai dengan Pasal 31 UU
Yayasan:
1.

Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan;

2.

Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum;

3.

Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas.169
Dalam melaksanakan tugasnya, pengurus Yayasan harus bertanggung jawab

penuh, Pasal 35 menyebutkan bahwa pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh
atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak
mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Sehubungan dengan
tanggung jawab penuh pengurus tersebut, harus sesuai dengan Pasal 35 Ayat (2) UU
169

Ibid, Pasal 31

Universitas Sumatera Utara

136

Yayasan yakni menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab
untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. Pada bagian penjelasan ayat ini yang
dimaksud dengan pelaksana kegiatan adalah pengurus harian yayasan yang
melaksanakan kegiatan yayasan sehari-hari. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara
pengangkatan dan pemberhentian pelaksana kegiatan Yayasan diatur dalam Anggaran
Dasar Yayasan.170
Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi (tanggung renteng)
apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar, yang mengakibatkan kerugian Yayasan atau pihak ketiga.
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian sesuai amanah
Pasal 39 UU Yayasan dikatakan bahwa kesalahan atau kelalaian pengurus dan
kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut,
maka setiap Anggota pengurus secara tanggung renteng bertanggung jawab atas
kerugian tersebut. Anggota pengurus yang dapat membuktikan bahwa kepailitan
bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggung jawab secara tanggung
renteng atas kerugian tersebut. Anggota pengurus yang dinyatakan bersalah dalam
melakukan pengurusan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan,
masyarakat, atau Negara berdasarkan putusan pengadilan, maka dalam jangka waktu
5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum
yang tetap, tidak dapat diangkat menjadi Pengurus Yayasan manapun.171
170
171

Ibid, Pasal 35
Ibid, Pasal 39

Universitas Sumatera Utara

137

Karakteristik

utama

dari

badan

hukum

terletak

pada

perihal

pertanggungjawaban hukum, dimana organ di dalam badan hukum tidak akan
dikenakan pertanggungjawaban hukum apabila dari perbuatan hokum yang
dilaksanakannya menyebabkan timbulnya kerugian keperdataan terhadap pihak yang
lain.172 Karakteristik badan hukum diatas rentan akan penyalahgunaan oleh
pendirinya, untuk itu kebijakan legislator UU Yayasan untuk membuat ketentuan
bahwa untuk diperolehnya status badan hokum harus terlebih dahulu akta pendirian
dari suatu yayasan mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia dapat dipandang sebagai upaya menciptakan mekanisme penyaringan, agar
penyalahgunaan atas karakteristik pertanggungjawaban hukum sebuah badan hokum
sebagaimana diutarakan penulis diatas tidak terjadi.
Rezim hukum yayasan di Indonesia, terkhusus dalam hal ini mengenai
pentingnya pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam hal dapat
tidaknya status badan hukum diberikan kepada suatu yayasan, harus dipandang
sebagai landasan dasar bahwa apabila terdapat suatu yayasan hanya sekedar dibuat
akta pendiriannya saja, atau berkaitan dengan obyek penelitian terhadap yayasan yang
telah didirikan sebelum berlakunya UU Yayasan akan tetapi tidak diakui sebagai
badan hukum tetap mempertahankan keadaan tersebut walau diwajibkan oleh UU
Yayasan untuk menyesuaikan anggaran dasarnya dengan undang-undang dan
mengajukan permohonan pengesahan badan hukum, maka terhadap kondisi-kondisi
172

Rudi Prasetya, Yayasan dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2012,

hal. 42.

Universitas Sumatera Utara

138

ini para organ yang berada di dalamnya harus dianggap ”tidak beritikad baik”,
terutama sekali ketika melakukan suatu perbuatan hukum tertentu. Keadaan ”tidak
beritikad baik” ini merupakan dasar untuk meletakkan pertanggungjawaban hukum
terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus kepada seluruh organ
yayasan secara pribadi dan tanggung renteng, karena keadaan yayasan yang tidak
berbadan hukum menuntut adanya pihak yang bertanggungjawab apabila dalam
perjalanan badan yayasan ini ada menimbulkan kerugian kepada pihak lain lewat
perbuatan hukumnya.173
Secara teori, menurut Hans Kelsen, norma hukum itu mengandung arti suatu
kewajiban dikaitkan dalam hubungannya dengan orang yang berpotensi sebagai
pelaku delik, serta mengandung arti suatu tanggungjawab bagi yang berpotensi
menjadi objek sanksi.174 Sebuah badan yang sejak awal didirikannya mengambil
bentuk sebagai sebuah yayasan pasti akan memiliki susunan organ layaknya tuntutan
dalam pendirian yayasan, dengan demikian akan selalu diasumsikan bahwa terhadap
yayasan ini -yang sekalipun hanya memiliki akta pendiriannya saja- terdapat susunan
organ pengurus yang secara hukum adalah pihak yang berkewajiban melaksanakan
kepengurusan yayasan dan mewakili yayasan baik di dalam maupun di luar
pengadilan. 175
173

Pasal 71 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
174
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Bandung: Nusa Media, 2011,

hal. 101
175

Pasal 31 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

Universitas Sumatera Utara

139

Fakta bahwa yayasan yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat (2) UU
Yayasan adalah sebuah yayasan yang tetap mempertahankan keadaannya yang tidak
diakui berstatus badan hukum akan mengarahkan kita pada keyakinan bahwa pihak
yang berada dalam posisi pengurus dalam struktur organ yayasan tersebut adalah
pihak yang akan dituntut pertanggungjawabannya apabila suatu perbuatan hukum
yang dilakukan atas nama yayasan menimbulkan suatu kerugian keperdataan kepada
pihak ketiga, karena kepengurusan yayasan adalah merupakan bagian dari tanggung
jawabnya, sebagaimana undang-undang menyatakan kepengurusan yayasan adalah
merupakan bagian dari kewajibannya. Pasal 13A UU Yayasan disebutkan juga
demikian, dimana dikatakan disana bahwa, “perbuatan hukum yang dilakukan oleh
Pengurus atas nama Yayasan sebelum Yayasan memperoleh status badan hukum
menjadi tanggung jawab Pengurus secara tanggung renteng”.
Hal yang menjadi persoalan adalah ketentuan dalam Pasal 13A UU Yayasan
dimaksud tidak dapat dengan sendirinya diterapkan 29 Pasal 31 ayat (1) dan Pasal 35
ayat (1) UU Yayasan. ketentuan peralihan bagi yayasan yang telah didirikan sebelum
berlakunya UU Yayasan sendiri. Ketentuan dalam Pasal 13A UU Yayasan dimaksud
hanya cocok dan tepat untuk diterapkan bagi yayasan yang didirikan setelah
berlakunya UU Yayasan, karena permohonan pengesahan akta pendirian yayasan
yang didirikan setelah berlakunya UU Yayasan adalah seketika dan sekaligus wajib

Universitas Sumatera Utara

140

untuk dilaksanakan oleh Notaris yang membuatnya.

176

“Masa tunggu” bagi sebuah

yayasan yang didirikan setelah UU Yayasan berlaku agar dapat memperoleh status
badan hukum adalah merupakan jangka waktu yang seharusnya tidak boleh diisi
dengan perbuatan hukum oleh yayasan dimaksud, sehingga dengan demikian inisiatif
perbuatan hukum apapun yang dilakukan atas nama yayasan pantas untuk dikenakan
pertanggungjawaban hukumnya kepada organ pengurus selaku organ yayasan yang
memiliki kewajiban untuk melaksanakan kepengurusan yayasan. Persoalan mengenai
inisiatif perbuatan hukum yang dilakukan dalam “masa tunggu” pengurusan
permohonan pengesahan akta pendirian agar memperoleh status badan hukum ini
bukanlah menjadi pertimbangan penting dalam hal keberadaan yayasan yang telah
berdiri setelah berlakunya UU Yayasan, yang akan tetapi tidak diakui sebagai sebuah
badan hokum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) UU Yayasan.
Kewajiban yang ditetapkan terhadap yayasan ini untuk menyesuaikan anggaran
dasarnya dengan undang-undang, dan untuk mengajukan permohonan pengesahan
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah mengenai persoalan ‘pilihan
hukum’, apakah pendiri yayasan tersebut bersedia untuk memenuhi ketentuan
undang-undang tersebut ataupun tidak, dimana apabila pilihan pendiri yayasan
dimaksud adalah untuk tidak memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat (2) UU Yayasan
176

Dalam Pasal 11 UU Yayasan setelah diubah melalui UU No. 28 Tahun 2004, disebutkan
bahwa Notaris yang membuat akta pendirian suatu yayasan berkewajiban secara hukum untuk
menyampaikan permohonan pengesahan akta pendirian yayasan yang dibuatnya kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari terhitung sejak
akta pendirian yayasan ditandatangani. Menurut Gatot Supramono, peraturan ini merupakan cara
negara untuk “memaksa” pendiri yayasan agar yayasan yang didirikannya berstatus adan hukum,

Universitas Sumatera Utara

141

tersebut, yang akan tetapi terhadap pilihan ini tidak diikuti dengan berhentinya
kegiatan yayasan untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak lain dengan
menggunakan kata “yayasan” di depan namanya, maka dengan sendirinya terhadap
pendiri dan organ dari yayasan ini, dalam istilah penulis- “tidak memiliki itikad
baik”.
Persoalan mengenai “itikad baik” ini menjadi penting dalam suatu perbuatan
hukum, mengingat keberadaannya sangat esensial untuk menjamin terselenggaranya
suatu hubungan yang langgeng diantara kedua belah pihak dalam suatu perbuatan
hukum, termasuk juga dalam hal apabila dari perbuatan hukum yayasan -yang tidak
memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat (2) UU Yayasan- dengan pihak lain ini
menimbulkan kerugian kepada pihak dengan siapa yayasan mengikatkan diri dalam
suatu perbuatan hukum, sehingga menyebabkan timbulnya suatu tuntutan
pertanggungjawaban hukum atasnya. Mengingat bahwa UU Yayasan tidak ada
menetapkan kepada yayasan yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat (2) UU
Yayasan menjadi sebuah yayasan yang bubar demi hukum, mengingat teori Hans
Kelsen perihal bahwa dalam hukum itu terkandung tanggungjawab bagi yang
berpotensi menjadi objek sanksi, maka oleh karenanya seluruh organ dalam yayasan
sudah sepantasnya secara hukum dipandang sebagai pihak yang potensial untuk
bertanggungjawab secara tanggung renteng terhadap segala kerugian yang timbul dan
diderita oleh pihak kepada siapa yayasan mengikatkan diri dalam sebuah perbuatan
dengan jalan pinjam “tangan” notaris, dimana notaris merupakan pintu pertama yang dilewati dalam
permohonan pengesahan yayasan, op.cit., hal. 39.

Universitas Sumatera Utara

142

hukum, hingga kemudian terhadap yayasan ini melalui pendiri atau kuasanya
mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian dari yayasan tersebut
sebagaimana diwajibkan dalam Pasal 36 ayat (1) PP No. 2 Tahun 2013 tentang
Perubahan PP No. 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan.177

177

Bernard L. Tanya dkk, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
Yogyakarta: Genta, 2010, hal. 128-132

Universitas Sumatera Utara

143

BAB IV
KENDALA YANG DIHADAPI YAYASAN YANG MENJALANKAN
KEGIATAN PENDIDIKAN DALAM PROSES PENYESUAIAN ANGGARAN
DASAR BERDASARKAN PP NO 2 TAHUN 2013
A. Yayasan Kurang Paham Esensi Dari Perubahan Anggaran Dasar
Berdasarkan PP No. 2 Tahun 2013
Yayasan yang menjalankan kegiatan pendidikan, masih ada yang kurang
memahami esensi dari perubahan anggaran dasar, dengan berasumsi bahwa tanpa
melakukan perubahan anggaran dasar, sekolah yang merupakan badan usaha
yayayasan tersebut, masih bisa berjalan normal.
Dengan melakukan perubahan anggaran sesuai PP Nomor 2 Tahun 2013,
maka yayasan mempunyai status badan hukum, dengan cara didaftarkan oleh Notaris
ke departemen hukum dan Ham, sehingga yayasan tadi berhak untuk menyandang
kata “yayasan” di depan badan usahanya. Dengan mempunyai status sebagai badan
hukum, Yayasan dapat mengambil alih suatu hak dan subjek hukumyang lain dan
dapat mengalihkan haknya kepada subjek hukum yang lainnya pula.Dengan demikan
di dalam hukum suatu badan hukum mempunyai kepentingansendiri sebagaimana
halnya pada diri manusia. Kepentingan yang dilindungi olehhukum dan dilengkapi
dengan suatu aksi jika kepentingan itu terganggu. Untukmempertahankan haknya itu
badan hukum akan tampil sendiri di siding Pengadilan atau di hadapan siapapun juga,
yaitu melalui organ-organ yang mewakili badan hukum itu.
Pengesahan oleh Pemerintah merupakan pembenaran bahwa anggaran dasar
badan hukum yang bersangkutan tidak dilarang undang-undang serta tidak
143

Universitas Sumatera Utara

144

bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Disamping itu, pengesahan
juga menentukan bahwa sejak tanggal pengesahan diberikan, sejak itu pula badan
usaha yang bersangkutan memperoleh status badan hukum dan dengan demikian
memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pengurus
atau pendirinya
Esensi Yayasan sebagai badan hukum, berdasarkan pengaturannya dalam
Undang-Undang Yayasan, yaitu :
1.

Yayasan pada esensinya adalah

kekayaan yang dipisahkan oleh Undang-

Undang kemudian diberikan status badan hukum (Pasal 11 ayat (1) ;
2.

Kekayaan adalah untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan.

B. Kurang Dana Dan Waktu Yang Panjang
Dalam dunia hukum soal info dan tahu akan produk hukum (peraturan
perundang-undangan) merupakan hal utama baik dalam kegunaan kajian akademis
maupun dalam kegunaan praktek. Sebagai sebuah negara hukum, maka hukum
menjadi titik tolak dari semua aktivitas negara dan masyarakat atau acuan bagi yang
memerintah dan yang diperintah. Oleh sebab itu maka setiap orang harus tahu hukum
(undang-undang),

bahkan

dalam

disetiap

kali

undang-undang

diterbitkan

dicantumkan bahwa setiap orang dianggap mengetahuinya. Jadi ketika seseorang
melanggar hukum, maka ia tidak dapat mendalilkan bahwa dirinya tidak tahu kalau

Universitas Sumatera Utara

145

ada peraturan perundang-undangan yang mengatur suatu perbuatan yang dimintai
pertanggungjawaban hukum kepadanya.
Secara substansi, proses dan permohonan pengesahan badan hukum,
persetujuan perubahan anggaran dasar, penyampaian pemberitahuan perubahan
anggaran dasar, dan perubahan data Perseroan sebagaimana yang diatur dalam
Permenkumham No. 2/2016 adalah sama. Permohonan-permohonan tersebut diajukan
melalui sistem administrasi badan hukum (“SABH”). SABH adalah pelayanan jasa
teknologi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum. Sedangkan, yang dimaksud sebagai pemohon adalah
Notaris yang telah mengeluarkan akta pengesahan perubahan anggaran dasar
yayasan.
Permohonan pengesahan badan hukum wajib diajukan secara elektronik
kepada Menkumham paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
penandatanganan akta Perubahah anggaran dasar yayasan. Dan apabila telah
melewati waktu yang ditentukan, maka permohonan persetujuan anggaran dsara
tersebut tidak dapat diajuakan. Pemohon berkewajiban untuk membayar biaya
permohonan pengesahan badan hukum melalui bank persepsi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Sedangkan, dokumen pendukung terkait dengan
permohonan pendirian Perseroan akan disimpan oleh notaris.178 Perubahan anggara
dasar tersebut hanya bersifat pemberitahuan kepada kementerian hokum dan ham.
178

Pasal 18 Permenkumham Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengajuan Pengesahan
Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan
Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Yayasan

Universitas Sumatera Utara

146

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya diperoleh jawaban,
kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1.

Terbitnya PP 2 Tahun 2013 memberikan solusi pada yayasan yang telah telah
kehilangan status badan hukumnya agar melakukan perubahan anggaran dasar
guna memperoleh status badan Hukum kembali. Teknis pelaksanaan perubahan
anggaran dasar yayasan diatur dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016. Akibat dari tidak melakukan
penyesuaian badan hukum ini, maka yayasan tidak diperbolehkan meletakkan
kata “yayasan” pada awal kata badan usahanya, dan yayasan harus melikuidasi
harta kekayaannya.

2.

Tanggung jawab untuk melakukan perubahan anggaran dasar dilakukan oleh
pengurus, tetapi secara lebih detail diatur dalam akta anggaran dasar yayasan
tersebut. Karena yayasan tersebut belum melakukan perubahan anggaran dasar
sesuai PP Nomor 2 Tahun 2013, maka tanggung jawab dilakukan dengan itikad
baik serta dikembalikan kepada Organ Yayasan tersebut secara tanggung
renteng.

3.

Kendala yang dihadapi Yayasan yang menjalankan kegiatan pendidikan dalam
proses penyesuaian anggaran dasar berdasarkan PP No 2 Tahun 2 adalah, Yayasan

146

Universitas Sumatera Utara

147

Kurang Paham Esensi Dari Perubahan Anggaran Dasar Berdasarkan PP No. 2
Tahun 2013, kurang dana dan waktu yang panjang
B. Saran
1.

Perlu dilakukan upaya pemahaman kepada para pengelola yayasan akan esensi
dari perubahan anggaran dasar, serta upaya sosialisasi, serta ketegasan dari pihak
dinas pendidikan, karena izin operasional yayasan dikeluarkan melalui dinas ini.
Pengurus Yayasan yang tidak menyesuaikan akta pendirian/Anggaran Dasar
Yayasannya terhadap UU Yayasan dan PP No. 2 Tahun 2013, maka Pengurus
Yayasan tersebut secara tanggung renteng bertanggung jawab memanggil
likuidator untuk melikuidasi Yayasan beserta harta kekayaannya serta
membubarkan Yayasan tersebut kemudian menyerahkan harta kekayaan hasil
likuidasi kepada Yayasan lain atau badan hukum lain atau kepada Negara yang
penggunaannya disesuaikan dengan kegiatan Yayasan yang bubar, atau bilamana
Pengurus Yayasan dimaksud keberatan atas hal tersebut di atas Pengurus
Yayasan yang dikategorikan illegal menurut UU Yayasan dan PP No. 2 Tahun
2013 dapat mengajukan permohonan uji materil terhadap UU Yayasan dan PP
No.2 Tahun 2013.

2.

Kepada Notaris dapat berperan dalam mensosialisasikan keberadaan ketentuan
PP No. 2 Tahun 2013, bagi Yayasan yang menjalankan kegiatan pendidikan
terkait dengan perubahan akta pendirian/anggaran dasar. Peran aktif Notaris
sangat memegang fungsi strategis, karena Notaris yang mengeluarkan akta

Universitas Sumatera Utara

148

perubahan anggaran dasar, serta melakukan proses pengesahan ke departemen
hukum dan ham untuk memperoleh status badan hukum.
3.

Kepada Yayasan-yayasan, agar tidak menganggap ketentuan ini dinilai para
Pendiri dan Pengurus Yayasan sebagai salah satu faktor yang sangat menyulitkan
mengingat pola budaya ber Yayasan di Indonesia di samping beramal juga sarana
mata pencaharian, sehingga para Pendiri dan Pengurus Yayasan yang sudah
berdiri sebelum lahirnya UU Yayasan dan PP No.2 Tahun 2013 bersegera
menyesuaikan akta pendirian/Anggaran Dasar Yayasannya terhadap UU Yayasan
dan PP No.2 Tahun 2013, serta ditopang lagi oleh sikap Pemerintah yang masih
memberi dan memperpanjang izin operasional/kegiatan Yayasan tidak berstatus
badan hukum tersebut.

Universitas Sumatera Utara