Hubungan Faktor Resiko pada Wanita Hamil dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Masa Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kenangan , Kecamatan Percut Sei Tuan , Kabupaten Deli Serdang Chapter III V
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kenangan, di
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Selain di
Puskemas Kenangan, penelitian juga dilaksanakan di Puskesmas Pembantu
(Pustu) Tembung dan Pustu Ampelas.
Penelitian berlangsung selama 4 (empat) bulan, dari Januari hingga April
2017.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Peralatan Wawancara dan Pengisian Kuesioner
Peralatan yang digunakan saat wawancara dan pengisian kuesioner adalah
lembar kuesioner, alat tulis, timbangan badan, microtoise, dan rekam medis.
3.2.2Peralatan Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen Urin
Peralatan yang dipakai dalam pengambilan spesimen urin adalah botol
penampung urin (bermulut lebar, bertutup, dan steril), rak untuk meletakkan botol
berisi specimen urin, sabun cuci tangan atau larutan antiseptik, lap tangan atau
tisu. Peralatan yang dipakai dalam pemeriksaan mikroskopis urin adalah gelas
objek dan cover glass, handscoon, alat sentrifugasi, dan mikroskop.
3.2.3PeralatanPemeriksaan Kultur Urin
Peralatan yang diperlukan dalam pemeriksaan kultur urin adalah incubator,
sarung tangan steril, wire loop, media pertumbuhan (blood agar, MacConkey
agar, cysteine-lactose-electrolyte-deficient agar), mediatriple sugar iron (TSI),
mediaIMViC (Indole test, Methyl Red test, Voges Proskauer test and Citrate
utilization), danSemi solid agar untuk uji motilitas, tabung reaksi dan ose bulat,
rak tabung reaksi, gram stains kit.
18
Universitas Sumatera Utara
19
3.3Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional (potong
lintang)untuk mengetahuihubungan faktor resiko pada wanita hamil dengan
kejadian ISK selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kenangan,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua wanita hamil dan bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kenangan, Kabupaten Deli Serdang.
3.4.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini merupakan bagian dari populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
1. Wanita hamil (Trimester I, II, III) yang datang untuk pemeriksaan
antenatal ke Puskesmas Kenangan, Pustu Ampelas, dan Pustu Tembung
2. Pemeriksaan mikroskopis urin menunjukkan kondisi piuria (jumlah
leukosit >10/lpb)
3. Bersedia ikut serta dalam penelitian dengan mengisi informed consent
Kriteria ekslusi:
1. Wanita hamil yang pernah menderita ISK dalam 2-4 minggu terakhir
2. Wanita hamil yang sedang dalam pengobatan dengan antibiotik dalam
2-4 minggu terakhir
Universitas Sumatera Utara
20
3.5Besar Sampel
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus(Budijanto, 2015):
Keterangan:
n
besar sampel minimal pada penelitian
Z1-α/2
nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 5% = 1,96
Z1-ß/2
nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada ß = 0,842
P0
proporsi bakteriuria signifikanpada kelompok wanita hamil denganpiuria =
83,1%
Pa
perkiraan proporsi bakteriuria signifikanpada kelompok wanita hamil
dengan piuria= 98,1%
Pa-P0
perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi
Proporsi wanita hamil dengan ISK berdasarkan penelitian Bukitwetan, 2004
Dari rumus di atas dapat dihitung perkiraan besar sampel pada penelitian ini:
n= (1,96 x
0,83 x 0,17 + 0,842 √ 0,98 x 0,02)2= (0,73 + 0,12)2 = 32,1
(0,98-0,83)2
(0,15)2
Maka besar sampel minimal pada penelitian ini sebesar 32 subjek.
Universitas Sumatera Utara
21
3.6 Pelaksanaan Penelitian
3.6.1 Kerangka Kerja
Alur pelaksanaan penelitian terlampir pada kerangka kerja berikut ini:
83 wanita hamil (trimester I, II, III) datang
untuk pemeriksaan antenatal
Informed consent
83 wanita hamil bersedia ikut serta dalam
penelitian
77 subjek memenuhi kriteria
penelitian
Dilakukan penapisan
subjek
Memenuhi kriteria ekslusi:
6 subjek (2 subjek dengan
riwayat ISK, 4 subjek
dengan riwayat pemakaian
antibiotik)
Dilakukan pemeriksaan
mikroskopis urin
36 subjek dengan piuria (+)
Dilakukan pemeriksaan
kultur urin
(22 spesimen dengan
bakteriuria tidak signifikan)
14 spesimen dengan
bakteriuria signifikan
Gambar 3.1 Alur Kerangka Kerja Penelitian
Universitas Sumatera Utara
22
3.6.2 Cara Kerja
Cara Pengumpulan Data
Semua wanita hamil yang datang memeriksakan dirinya ke
Puskesmas Kenangan, Pustu Tembung, dan Pustu Ampelas diberikan
penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian. Setelah menyetujui
untuk ikut serta dalam penelitian, subjek mengisi informed consent.
Setelah
mengisi informed consent, subjek diberikan kuesioner untuk diisi.
Pengambilan spesimen urin dilakukan setelah subjek mengumpulkan
kembali kuesioner dan diberi penjelasan mengenai prosedur pengambilan
urin porsi tengah secara bersih dan steril.
Cara pengambilan spesimen urin porsi tengah secara bersih dan
steril(Ocviyanti and Fernando, 2012):
1. Cuci tangan dengan air dan sabun.
2. Buka tutup wadah steril dan tidak menyentuh bagian dalam dari
wadah.
3. Duduk atau jongkok di toilet dengan posisi kaki mengangkang, buka
labia dengan dua jari.
4. Gunakan kapas, kasa, atau tisu yang sudah dibasahi dengan air steril,
kemudian diusapkan satu kali saja dari arah orifisium uretra ke arah
vagina.
5. Keluarkan sedikit kemih tanpa ditampung, lalu lanjutkan berkemih ke
dalam wadah urin yang diletakkan sedekat mungkin dengan muara
uretra tanpa menyentuh daerah genitalia. Pastikan wadah urin minimal
terisi separuhnya ( ± 20 cc)
6. Setelah wadah urin terisi, sisihkan wadah dan selesaikan berkemih.
7. Tutup rapat wadah berisi urin.
8. Cuci tangan dengan air dan sabun.
9. Serahkan wadah berisi urin kepada petugas
Universitas Sumatera Utara
23
Setelah subjek mengumpulkan urin, pot steril diserahkan kepada
petugas laboratorium
untuk dilakukan pemeriksaan urin secara
mikroskopis.
Pemeriksaan Mikroskopis Urin
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat adanya leukosit di
spesimen urin. Prosedur kerja pemeriksaan mikroskopis urin dilakukan
dengan meneteskan 1 tetes urin segar yang telah disentrifugasi di atas
gelas objek, kemudian tutup dengan coverglass. Preparat kemudian
diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 40x untuk lapangan
pandang besar (LBP).Dikatakan piuria apabila ditemukan jumlah leukosit
>10/lpb(Haylen et al., 2012). Semua sampel yang menunjukkan hasil
piuria dimasukkan sebagai sampel penelitian untuk dilanjutkan dengan
pemeriksaan kultur urin.
Kultur Urin
Semua spesimen urin yang dibawa ke laboratorium mikrobiologi
harus diperiksa segera, atau disimpan di lemari pendingin pada suhu 40 C
sampai saat diperiksa. Penilaian biakan kuantitatif dan identifikasi bakteri
dilakukan dengan teknik calibrated loop sesuai dengan prosedur standar
laboratorium mikrobiologi.
Prosedur teknik calibrated loop untuk membiakkan bakteri (Derese
et al., 2016) dilakukan dengan urin dikocok secara perlahan lalu sentuh
permukaannya dengan loop wire untuk menyedot sebanyak 1 µl, kemudian
letakkan spesimen urin tersebut pada lempeng blood agar, dengan
membuat guratan membelah berbentuk garis lurus di tengah, diikuti
dengan guratan-guratan rapat tegak lurus dengan guratan pertama, diakhiri
dengan guratan-guratan miring yang memotong kedua kelompok guratan
sebelumnya. Lakukan langkah yang sama kembali untuk menginokulasi
spesimen urin pada lempeng MacConkey agar dan cysteine-lactoseelectrolyte-deficient (CLED) aga. Inkubasi lempeng-lempeng tersebut
Universitas Sumatera Utara
24
pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, periksa lempeng-lempeng
tersebut untuk melihat adanya pertumbuhan bakteri.
Dikatakan
bakteriuria
signifikan
bila
jumlah
koloni
>100.000cfu/mL. Semua kultur urin dengan bakteriuria signifikan akan
dilanjutkan untuk identifikasi bakteri dengan melihat karakteristik koloni
seperti morfologi, bau, berkelompok atau tidak, motilitas, serta ada atau
tidaknya hemolisis pada media pertumbuhan. Selanjutnya identifikasi akan
dikonfirmasi dengan melakukan rangkaian tes biokimia sesuai standar
prosedur laboratorium mikrobiologi (Derese et al., 2016) .
Hasil kultur urin didapat dalam waktu 48-72 jam setelah koloni
bakteri diinkubasi. Hasil kultur urin diberikan kembali kepada subjek
dalam amplop tertutup.
Universitas Sumatera Utara
25
3.7Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian dan definisinya disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil ukur
Skala Ukur
1
2
3
4
5
Infeksi saluran
Ditemukannya bakteriuria signifikan dan piuria pada
Anamnesis
kemih
pemeriksaan urin secara mikrobiologis.
Pemeriksaan
bakteriuria
Sering disertai gejala ISK.
mikroskopis urin
signifikan
Gejala ISK: sering berkemih, nyeri saat berkemih, nyeri
Kultur urin
Piuria
Ya: piuria dan
Tidak: piuria dan
perut bagian bawah, demam, namun dapat tidak bergejala
bakteriuria tidak
(asimptomatik)
signifikan
Ditemukannya jumlah leukosit >10/lpb pada pemeriksaan
Pemeriksaan
mikroskopis urin
mikroskopis urin
Nominal
Positif: jumlah
Nominal
leukosit > 10/lpb
Negatif: jumlah
leukosit ≤ 10/lpb
Universitas Sumatera Utara
26
1
2
Bakteriuria
Ditemukannya jumlah koloni bakteri >100.000 cfu/ml di
signifikan
media pertumbuhan pada kultur urin
3
Kultur urin
4
5
Ya: ditemukan jumlah
Nominal
koloni >100.000 cfu/ml
Tidak: ditemukan
jumlah koloni ≤100.000
cfu/ml
Bakteri penyebab
Semua bakteri yang ditemukan saat identifikasi koloni
ISK pada masa
bakteri menggunakan berbagai tes biokimia yang sesuai
kehamilan
standar laboratorium mikrobiologis
Usia
Satuan waktu untuk mengukur lama hidup seseorang dari
Kultur urin
Spesies bakteri
Nominal
Kalender
Terbagi menjadi 3 kategori:
Interval
21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
lahir hingga saat usia dihitung.
Tingkat pendidikan
Pendidikan tertinggi yang berhasil ditamatkan
Kuesioner
Terbagi menjadi 5 kategori:
Ordinal
Tidak tamat SD
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
D3/S1/S2/S3
Universitas Sumatera Utara
27
1
2
Penghasilan
Jumlah penghasilan keluarga dalam satu bulan (dalam
bulanan
Rupiah)
3
Kuesioner
4
5
Terbagi menjadi 3 kategori:
Nominal
Rp 0 – Rp 1.000.000
≥ Rp 1.000.000- Rp
2.000.000
≥ Rp 2.000.000-Rp
3.000.000
Usia kehamilan
Ukuran lama waktu janin berada dalam rahim hingga saat
penelitian dilaksanakan, dihitung dari hari pertama haid
terakhir
Kalender
Terbagi menjadi 3 kategori:
Nominal
Trimester I: usia
kehamilan < 13 minggu
Trimester II: usia
kehamilan 13-26
minggu
Trimester III: usia
kehamilan > 26 minggu
Universitas Sumatera Utara
28
1
Paritas
2
Banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh subjek pada
3
Kuesioner
4
5
Terbagi menjadi 3 kategori:
Nominal
Nulipara: belum pernah
saat waktu penelitian
melahirkan
Primipara: pernah
melahirkan seorang
anak, yang cukup besar
untuk hidup di dunia
luar
Multipara: telah
melahirkan seorang
anak lebih dari satu kali
Aktifitas seksual
Tindakan senggama yang dilakukan oleh subjek dalam 2
minggu terakhir
Kuesioner
Ya: melakukan
Nominal
senggama dalam 2
minggu terakhir,
setidaknya 1 kali
Tidak: tidak senggama
dalam 2 minggu
terakhir
Universitas Sumatera Utara
29
3.8 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dengan teknik consecutive sampling;
semua wanita hamil yang memenuhi kriteria penelitian dapat ikut serta dalam
hingga tercapai jumlah sampel minimal. Pada penelitian ini terkumpul jumlah
sampel sebanyak 36 subjek.
3.9 Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak statistik
Statistical Package for The Social Science (SPSS) versi 21.0. Data deskriptif
disajikan dalam bentuk tabel. Analisis lanjutan untuk melihat hubungan faktor
resikodengan kejadian ISK pada masa kehamilan menggunakan metode Chi
square dan Fisher’s exact testdengan tingkat kemaknaan p < 0,05 dan interval
kepercayaan 95%.
3.10 Etika Penelitian
Sebelum dilakukan pengumpulan data kepada subjek penelitian, peneliti
melakukan ethical clearance terlebih dahulu kepada Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Faktor Resiko ISK Pada Masa
Kehamilan
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Faktor Resiko ISK
Pada Masa Kehamilan
Faktor Resiko
Usia (tahun)
21-25
26-30
31-35
Pendidikan
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
D3/S1
Penghasilan bulanan (Rp)
0 –1.000.000
≥ 1.000.000 - 2.000.000
≥ 2.000.000 - 3.000.000
Usia Kehamilan
Trimester I
Trimester II
Trimester III
Paritas
Nullipara
Primipara
Multipara
Aktivitas seksual dalam 2 minggu
terakhir, minimal 1 kali
Ya
Tidak
Jumlah (n= 36)
Persentase (%)
19
14
3
52,8
38,9
8,3
1
3
5
24
3
2,8
8,3
13,9
66,7
8,3
20
13
3
55,6
36,1
8,3
15
11
10
41,7
30,6
27,8
13
17
6
36,1
47,2
16,7
16
20
44,4
55,6
Universitas Sumatera Utara
31
Sejumlah 19 orang subjek (52,8%) berusia diantara 21-25 tahun,subjek
dengan tingkat pendidikan SMA sejumlah 24 orang (66,7%), dan sejumlah 20
orang subjek (55,6%) memiliki penghasilan bulanan kurang dari satu juta rupiah.
Sebanyak 15 orang subjek (41,7%) berada pada trimester I kehamilan, sebanyak
17 orang subjek (47,2%) merupakan primipara, dan sebanyak 16 orang subjek
(44,4%) melakukan aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu terakhir.
4.2ISK pada Masa Kehamilan
Tabel 4.2.1Profil Bakteri Pada Hasil Kultur Urin
Profil Bakteri
Morfologi
Batang gram negatif
Kokus gram positif
Jenis bakteri
E. coli
K. pneumonia
S. aureus
S. epidermidis
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
6
8
42,9
57,1
3
19
13,6
86,4
5
1
4
4
35,7
7,1
28,6
28,6
2
1
10
9
9,1
4,5
45,5
40,9
Dari hasil kultur urin, ditemukan sejumlah 14 orang subjek (38,9%)
dengan bakteriuria signifikan. Bakteri dominan penyebab ISK adalah Escherichia
coliyang ditemukan pada 5 orang subjek (35,7%) dengan bakteriuria signifikan.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 4.2.2Karakteristik Gejala yang Dialami Subjek
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria signifikan
Bakteriuria Tidak
(n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
Gejala ISK
Gejala ISK
Ada
Tidak
Keluhan Utama Subjek
Sering berkemih
Nyeri berkemih
Nyeri perut bawah
10
4
71,4
28,6
6
16
27,3
72,7
6
2
2
42,9
14,3
14,3
5
1
0
22,7
4,5
0
Sejumlah 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan
mengalami gejala ISK. Keluhan utama yang paling sering dialami subjek dengan
bakteriuria signifikan adalah sering berkemih pada 6 (42,9%) orang subjek.
4.3 Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian ISK Pada Masa Kehamilan
Tabel 4.3.1 Hubungan Usia Subjek dengan Kejadian ISK Pada Masa
Kehamilan
Faktor Resiko
Usia (tahun)
21-25
26-30
31-35
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
3
10
1
21,4
71,4
7,1
16
4
2
72,7
18,2
9,1
p
0,005
Sejumlah 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan berusia
diantara 26-30 tahun. Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi square dijumpai
Universitas Sumatera Utara
33
hubungan signifikan antara usia subjek dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan.
Tabel 4.3.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Subjek dengan Kejadian ISK
Pada Masa Kehamilan
Faktor Resiko
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
p
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
D3/S1
0
1
1
10
2
0
7,1
7,1
71,4
14,3
1
2
4
14
1
4,5
9,1
18,2
63,6
4,5
0,649
Sejumlah 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan
mencapaitingkat pendidikan hingga jenjang SMA. Tidak dijumpai hubungan
signifikan antara tingkat pendidikan subjek dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan.
Tabel 4.3.3 Hubungan Penghasilan Bulanan Subjek dengan Kejadian ISK
Pada Masa Kehamilan
Subjek dalam penelitian (n=36)
Faktor Resiko
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
p
(n=22)
n
%
n
%
0 – 1.000.000
7
50
14
63,6
≥ 1.000.000 - 2.000.000
5
35,7
7
31,8
≥ 2.000.000 - 3.000.000
2
14,3
1
4,5
Penghasilan bulanan (Rp)
0,381
Universitas Sumatera Utara
34
Sejumlah 7 orang subjek (50%) memiliki penghasilan di bawah satu juta
rupiah. Tidak dijumpai hubungan signifikan antara penghasilan bulanan subjek
dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Tabel 4.3.4 Hubungan Usia Kehamilan Subjek dengan Kejadian ISK Pada
Masa Kehamilan
Subjek dalam penelitian (n=36)
Faktor Resiko
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
p
(n=22)
n
%
n
%
Trimester I
2
14,3
13
59,1
Trimester II
8
57,1
3
13,6
Trimester III
4
28,6
6
27,3
Usia Kehamilan
0,009
Sejumlah 8 orang subjek (57,1%) dengan bakteriuria signifikan berada
pada trimester II kehamilan. Dari hasil analisis statistik dijumpai hubungan
signifikan antara usia kehamilan dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Tabel 4.3.5 Hubungan Paritas dengan Kejadian ISK Pada Masa Kehamilan
Faktor Resiko
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
p
Paritas
Nullipara
4
28,6
9
40,9
Primipara
7
50
10
45,5
Multipara
3
21,4
3
13,6
0,701
Universitas Sumatera Utara
35
Sejumlah 7 orang subjek (50%) dengan bakteriuria signifikan merupakan
primipara. Tidak dijumpai hubungan signifikan antara paritas dengan kejadian
ISK pada masa kehamilan.
Tabel 4.3.6 Hubungan Aktivitas Seksual dengan Kejadian ISK Pada Masa
Kehamilan
Faktor Resiko
Aktivitas seksual dalam
2 minggu terakhir,
minimal 1 kali
Ya
Tidak
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
10
71,4
6
27,3
4
28,6
16
72,7
p
0,012
Sebanyak 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan memiliki
riwayat melakukan aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu terakhir.
Dari hasil statistik dengan uji Fisher’s exact dijumpai hubungan signifikan antara
aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu terakhir dengan kejadian ISK
pada masa kehamilan.
4.4. Pembahasan
4.4.1 Profil Bakteri Penyebab ISK
Pada penelitian ini, insidensi ISK pada masa kehamilan dijumpai sebesar
38,9%.Proporsi ini lebih besar daripada studi di negara-negara lain yaitu di
Ethiopia sebesar 14% (Derese et al., 2016), di Tanzania sebesar 15,5%
(Dielubanza and Schaeffer, 2011), di India sebesar 7,7% (Ahmed et al., 2016),
dan di Saudi Arabia sebesar 20% (Faidah et al., 2013). Hasil studi ini juga lebih
tinggi daripada beberapa studi yang pernah dilakukan di Indonesia yaitu di Jakarta
sebesar 35,3% (Bukitwetan et al., 2004), di Medan sebesar 35% (Munthe, 2014)
Universitas Sumatera Utara
36
dan di Malang sebesar 30,2% (Zahroh et al., 2016). Namun hasil studi ini lebih
rendah dari studi oleh Okonko et, al yang menemukan insidensi ISK pada masa
kehamilan sebesar 47,5% (Okonko et al., 2009).
Bervariasinya hasil penelitian dari beberapa studi sejenis kemungkinan
disebabkan oleh perbedaan metode penelitian dan lokasi geografis. Pada studistudi sebelumnya, ISK didefinisikan dengan ditemukannya bakteriuria signifikan
(jumlah koloni bakteri > 100.000 cfu/mL), tanpa melihat hasil mikroskopis urin
pada subjek. Pada studi ini, ISK didefinisikan dengan ditemukannya piuria
(jumlah leukosit >10/lpb) dan adanya bakteriuria signifikan pada kultur urin
(Haylen et al., 2012).
Terdapat empat jenis bakteri yang ditemukan pada kultur urin, yaitu
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan
Klebsiella pneumonia. Pada subjek dengan bakteriuria signifikan, ditemukan
bakteri terbanyak adalah Escherichia coli (35,7%), diikuti oleh Staphylococcus
aureus (28,6%), Staphylococcus epidermidis (28,6%), dan Klebsiella pneumonia
(7,1%).
Beberapa studi yang menunjukkan hasil serupa, seperti di Ethiopia oleh
Derese et, al (2016) dan Okonko et al (2009) yang juga menemukan bakteri
dominan penyebab ISK pada masa kehamilan adalahEscherichia coli(Okonko et
al., 2009, Derese et al., 2016). Berbagai penelitian di Indonesia juga menunjukkan
profil bakteri yang mirip. Studi di Jakarta oleh Boekitwetan (2000) menemukan
100% isolat E.coli pada subjek dengan ISK. Endriani et al dari bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau (2012) juga menemukan 76%
ISK disebabkan oleh gram negatif, dengan prevalensi Escherichia coli (28%),
Klebsiella sp (26%), Pseudomonas sp (18%).
Hasil berbeda didapatkan dari studi di Nigeria oleh Adabara et, al (2016)
yang menemukan Klebsiella spp sebagai bakteri paling dominan penyebab ISK
(39,1%), diikuti dengan Escherichia coli (28,2%),Staphylococcus aureus (20,9%),
Proteus vulgaris (10%), Pseudomonas aeruginosa (0,9%)danSalmonella spp
(0,9%).Studi lain yang menunjukkan hasil berbeda oleh Ahmed di India (2016),
yang menemukan proporsi Staphylococcus aureus lebih tinggi sebagai penyebab
ISK pada masa kehamilan (43,53%), diikuti oleh Escherichia coli (35,89 %),
Universitas Sumatera Utara
37
Klebsiella pneumonia (10,25%),Pseudomonas aeruginosa (7,69%), dan Proteus
spp (2,56%).Perbedaan hasil studi ini dibandingkan dengan studi yang lain
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan, sosio-ekonomi,
tingkat pendidikan subjek, dan kebiasaan menjaga kebersihan diri yang berbedabeda di setiap wilayah.
Pada penelitian ini ditemukan bakteri dominan penyebab ISK pada masa
kehamilan adalah Escherichia coli. Escherichia coli merupakan salah satu flora
normal di usus besar yang dapat berkolonisasi di saluran kemih (Cunningham,
2014). Escherichia coli memiliki kemampuan untuk berkoloni di saluran kemih
dengan bantuan faktor adherens yang disebut adhesin. Adhesin merupakan protein
permukaan sel (cell-surface protein) yang dapat berupa pili dan fimbriae (Jawetz,
2013). Adhesin akan meningkatkan kemampuan melekatnya Escherichia coli ke
mukosa saluran kemih dan juga meningkatkan virulensinya (Cunningham, 2014).
Ukuran uretra wanita yang pendek menyebabkan koloni bakteri di muara uretra
kemudian naik ke atas (ascending infection) menuju kandung kemih, ureter,
kemudian parenkim ginjal (Foxman, 2014).Perubahan fisiologis selama masa
kehamilan, kurangnya higiene diri yang baik, dan kebiasaan berkemih, dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi oleh bakteri pada masa kehamilan
(Wamalwa et al., 2013).
4.4.2. Karakteristik Gejala yang Dialami Subjek
Sejumlah 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan
mengalami gejala ISK. Gejala terbanyak yang dialami subjek dengan bakteriuria
signifikan adalah sering berkemih pada 6 (42,9%) orang subjek, diikuti oleh nyeri
berkemih dan nyeri perut bawah masing-masing pada 2 (14,3%) subjek. ISK dapat
disertai dengan gejala terdesak berkemih, sering berkemih, dan/ atau nyeri di
saluran kemih bagian bawah (Haylen et al., 2012).Perubahan fisiologis selama
kehamilan diantaranya peningkatan GFR sebesar 25% yang terjadi 2 minggu
setelah konsepsi dan sebesar 50% pada awal trimester II menyebabkan frekuensi
berkemih yang lebih sering (Cunningham, 2014). Suatu studi di India
menunjukkan kebiasaan berkemih yang sering (lebih dari 6 kali dalam sehari)
meningkatkan resiko terjadinya ISK sebesar 5 kali lipat (Thakre et al., 2015).
Universitas Sumatera Utara
38
4.4.3 Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian ISK Pada Masa Kehamilan
4.4.3.1 Usia
Pada tabel 4.3.1 terlihat sebanyak 10 orang subjek (71,4%) dengan
bakteriuria signifikan berusia diantara 26-30 tahun. Dari hasil analisis statistik
dengan uji Chi square dijumpai hubungan signifikan antara usia subjek dengan
kejadian ISK pada masa kehamilan.
Hasil sejalan didapat dari studi lain di Ethiopiayang menyatakan ada
hubungan signifikan antara usia subjek dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan(Haider et al., 2010, Derese et al., 2016). Pada satu studi disebutkan,
kelompok usia 25-34 tahun beresiko 3 kali lipat menderita ISK(Derese et al.,
2016).
Hasil berbeda didapatkan dari beberapa studi lain yang menemukan tidak
ada hubungan signifikan antara usia dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan(Emiru et al., 2013, Hamdan et al., 2011, Zahroh et al., 2016, Haider et
al., 2010).
Usia 26-30 tahun merupakan kelompok usia produktif, terlihat dari
besarnya proporsi subjek penelitian ini yang berada pada rentang usia tersebut.
Pada rentang usia inisubjek masih aktif secara seksual sehingga kemungkinan
muara uretra terpapar dengan bakteri penyebab ISK saat melakukan aktivitas
seksual juga semakin besar.
4.4.3.2 Tingkat Pendidikan
Pada tabel 4.3.2 terlihatsebanyak 10 orang subjek (71,4%) dengan
bakteriuria signifikan mencapai tingkat pendidikan hingga jenjang SMA. Dari
hasil uji statistiktidak dijumpai hubungan signifikan antara tingkat pendidikan
subjek dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Hasil ini sejalan dengan studi lain di Ethiopia Barat dan Pakistan yang
menyatakan tingkat pendidikan tidak berhubungan signifikan dengan kejadian
ISK pada masa kehamilan(Emiru et al., 2013, Sheikh, 2000).
Universitas Sumatera Utara
39
Hal ini berbeda dengan beberapa studi lain yang menemukan hubungan
signifikan antara level pendidikan kejadian ISK pada masa kehamilan (Derese et
al., 2016, Haider et al., 2010). Pada satu studi, ditemukan subjek dengan level
pendidikan hanya mampu baca-tulis lebih beresiko menderita ISK 2 kali lipat
daripada subjek dengan tingkat pendidikan lebih tinggi(Derese et al., 2016).
Tingkat pendidikan menunjukkan tingkat pemahaman subjek tentang
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan kemampuan subjek untuk menjaga
higiene diri. Subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diyakini terpapar
lebih banyak informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat, terutama terkait
dengan higiene diri yang berkaitan dengan kegiatan berkemih. Namun pada
penelitian ini, tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kejadian ISK pada
kehamilan.
4.4.3.3 Penghasilan Bulanan
Pada tabel 4.3.3 terlihat sebanyak 7 orang subjek (50%) memiliki
penghasilan di bawah satu juta rupiah. Namun tidak ditemukan hubungan
signifikan antara penghasilan bulanan dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Penghasilan bulanan dalam keluarga mencerminkan kondisi sosio-ekonomi
subjek.
Hasil studi di Pakistan juga menunjukkan tidak ditemukannya hubungan
antara kondisi sosio-ekonomi dengan kejadian ISK pada masa kehamilan (Sheikh,
2000).
Hasil berbeda didapatkan dari beberapa studi lain yang menemukan
hubungan signifikan antara penghasilan bulanan dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan (Haider et al., 2010, Emiru et al., 2013, Derese et al., 2016). Pada satu
studi, subjek yang memiliki penghasilan di bawah 1.000 birr (Rp 600.000,-)
beresiko 15 kali lipat menderita ISK daripada subjek dengan penghasilan lebih
tinggi(Derese et al., 2016).
Beberapa studi di atas menunjukkan proporsi ISK lebih besar pada subjek
dengan kondisi sosio-ekonomi yang rendah. Kondisi sosio-ekonomi berhubungan
dengan status nutrisi dan imunitas selama kehamilan. Beberapa studi di atas
meyakini bahwa kondisi sosio-ekonomi yang rendah menunjukkan rendahnya
Universitas Sumatera Utara
40
kemampuan wanita hamil untuk mendapatkan nutrisi yang baik selama
kehamilan, dan dengan rendahnya imunitas selama masa kehamilan. Namun pada
studi ini kondisi sosio-ekonomi tidak mempengaruhi kejadian ISK pada masa
kehamilan.
4.4.3.4 Usia Kehamilan
Pada tabel 4.3.4 terlihat sebanyak 8 orang subjek (57,1%) dengan
bakteriuria signifikan berada pada trimester II kehamilan. Dari hasil analisis
statistik dijumpai hubungan signifikan antara usia kehamilan dengan kejadian ISK
pada masa kehamilan.
Studi oleh Bukitwetan yang menemukan proporsi terbesar ISK terjadi
pada usia kehamilan > 28 minggu. Studi lain juga menyatakan bahwa insiden
tertinggi ISK terjadi pada usia kehamilan 30-32 minggu (Emiru et al., 2013).
Hasil berbeda dijumpai pada beberpa studi lain di Pakistan, Ethiopia, dan
Sudan yang tidak menemukan hubungan signifikan antara usia kehamilan dengan
kejadian ISK pada masa kehamilan (Sheikh, 2000, Hamdan et al., 2011, Emiru et
al., 2013).
Dijumpai peningkatan insidensi bakteriuria signifikan seiring dengan
peningkatan usia kehamilan. Pada trimester I dijumpai kejadian bakteriuria
signifikan sebesar 14,3% dan melonjak menjadi 57,1% pada trimester II. Hal ini
menunjukkan kejadian bakteriuria meningkat seiring dengan usia kehamilan.
Peningkatan prevalensi ISK seiring dengan meningkatnya usia kehamilan
disebabkan oleh perubahan fisiologis selama kehamilan. Tekanan kepala janin
yang semakin membesar terhadap kandung kemih menyebabkan terjadinya
refluks vesikoureteral (Dielubanza and Schaeffer, 2011, Cunningham, 2014).
Hormon progesteron juga berperan dalam melemahnya kontraksi kandung kemih
sehingga sering terjadi retensi urin yang memudahkan pertumbuhan bakteri
(Cunningham, 2014, Dielubanza, 2011).
4.4.3.5 Paritas
Universitas Sumatera Utara
41
Pada tabel 4.3.5 dijumpai sebanyak 7 orang subjek (50%) dengan
bakteriuria signifikan merupakan primipara. Tidak dijumpai hubungan signifikan
antara paritas dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Hasil studi yang sejalan dengan penelitian ini antara lain di Ethiopia dan
Sudan yang menyatakan jumlah paritas tidak mempengaruhi kejadian ISK pada
masa kehamilan (Hamdan et al., 2011, Emiru et al., 2013).
Hal ini berbeda dengan hasil studi di Indonesia, Pakistan, dan India yang
menemukan hubungan signifikan antara paritas dengan kejadian ISK pada
kehamilan(Bukitwetan et al., 2004, Haider et al., 2010, Nigam et al., 2016, Zahroh
et al., 2016). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh metode penelitian dan
jumlah sampel yang berbeda.
4.4.3.6 Aktivitas Seksual
Pada tabel 4.3.6 terlihatsebanyak 10 orang subjek (71,4%) dengan
bakteriuria signifikan dengan riwayat melakukan aktivitas seksual setidaknya 1
kali dalam 2 minggu terakhir. Dari hasil statistik dengan uji Fisher’s exact
dijumpai hubungan signifikan antara aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2
minggu terakhir dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Hal ini sejalan dengan studi lain yang juga menyatakan aktivitas seksual
berhubungan signifikan dengan kejadian ISK pada kehamilan (Foxman, 2014,
Emiru et al., 2013, Haider et al., 2010, Bukitwetan et al., 2004). Studi di Pakistan
menunjukkan aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu merupakan
faktor resiko yang berhubungan signifikan dengan terjadinya ISK pada masa
kehamilan (Haider et al., 2010). Studi lain di Indonesia oleh Bukitwetan (2004),
menemukan peningkatan resiko sebesar 3 kali lipat untuk menderita ISK pada
subjek dengan aktifitas seksual lebih dari 3 kali dalam seminggu.
Aktivitas seksual meningkatkan resiko untuk terjadi iritasi pada muara
uretra sehingga meningkatkan resiko masuknya bakteri ke dalam saluran kemih
(Haider, 2010).
Universitas Sumatera Utara
42
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Insidensi ISK pada masa kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kenangan
sebesar 38,9%.
2.
Profil bakteri penyebab ISK pada masa kehamilan antara lainEscherichia
coli (35,7%), Staphylococcus aureus (28,6%), Staphylococcus epidermidis
(28,6%), dan Klebsiella pneumonia (7,1%).
3.
Faktor resiko yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISK pada
masa kehamilan antara lain: usia(26-30 tahun), usia kehamilan di trimester
II, dan adanya aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu terakhir.
5.2 Saran
1.
Kejadian ISK meningkat seiring dengan usia kehamilan, sehingga
diperlukan penapisan awal (skrining) terhadap kejadian ISK. Penapisan ini
sebaiknya dilakukan sejak trimester I usia kehamilan.
2.
Penapisan dengan pemeriksaan mikroskopis urin cukup mudah dilakukan
di pusat kesehatan primer yang tidak memiliki fasilitas kultur urin.
3.
Pada pemeriksaan mikroskopis urin yang menunjukkan piuria, sebaiknya
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urin.
4.
Perlu disosialisasikan suatu upaya pencegahan ISK terkait dengan aktivitas
seksual selama masa kehamilan, misalnya dengan mencuci alat kelamin
sebelum berhubungan seksual, penggunaan kondom, atau menggunakan
kain bersih dan tisu untuk membersihkan alat kelamin setelah
berhubungan seksual.
43
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kenangan, di
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Selain di
Puskemas Kenangan, penelitian juga dilaksanakan di Puskesmas Pembantu
(Pustu) Tembung dan Pustu Ampelas.
Penelitian berlangsung selama 4 (empat) bulan, dari Januari hingga April
2017.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Peralatan Wawancara dan Pengisian Kuesioner
Peralatan yang digunakan saat wawancara dan pengisian kuesioner adalah
lembar kuesioner, alat tulis, timbangan badan, microtoise, dan rekam medis.
3.2.2Peralatan Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen Urin
Peralatan yang dipakai dalam pengambilan spesimen urin adalah botol
penampung urin (bermulut lebar, bertutup, dan steril), rak untuk meletakkan botol
berisi specimen urin, sabun cuci tangan atau larutan antiseptik, lap tangan atau
tisu. Peralatan yang dipakai dalam pemeriksaan mikroskopis urin adalah gelas
objek dan cover glass, handscoon, alat sentrifugasi, dan mikroskop.
3.2.3PeralatanPemeriksaan Kultur Urin
Peralatan yang diperlukan dalam pemeriksaan kultur urin adalah incubator,
sarung tangan steril, wire loop, media pertumbuhan (blood agar, MacConkey
agar, cysteine-lactose-electrolyte-deficient agar), mediatriple sugar iron (TSI),
mediaIMViC (Indole test, Methyl Red test, Voges Proskauer test and Citrate
utilization), danSemi solid agar untuk uji motilitas, tabung reaksi dan ose bulat,
rak tabung reaksi, gram stains kit.
18
Universitas Sumatera Utara
19
3.3Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional (potong
lintang)untuk mengetahuihubungan faktor resiko pada wanita hamil dengan
kejadian ISK selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kenangan,
Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua wanita hamil dan bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kenangan, Kabupaten Deli Serdang.
3.4.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini merupakan bagian dari populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
1. Wanita hamil (Trimester I, II, III) yang datang untuk pemeriksaan
antenatal ke Puskesmas Kenangan, Pustu Ampelas, dan Pustu Tembung
2. Pemeriksaan mikroskopis urin menunjukkan kondisi piuria (jumlah
leukosit >10/lpb)
3. Bersedia ikut serta dalam penelitian dengan mengisi informed consent
Kriteria ekslusi:
1. Wanita hamil yang pernah menderita ISK dalam 2-4 minggu terakhir
2. Wanita hamil yang sedang dalam pengobatan dengan antibiotik dalam
2-4 minggu terakhir
Universitas Sumatera Utara
20
3.5Besar Sampel
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
rumus(Budijanto, 2015):
Keterangan:
n
besar sampel minimal pada penelitian
Z1-α/2
nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 5% = 1,96
Z1-ß/2
nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada ß = 0,842
P0
proporsi bakteriuria signifikanpada kelompok wanita hamil denganpiuria =
83,1%
Pa
perkiraan proporsi bakteriuria signifikanpada kelompok wanita hamil
dengan piuria= 98,1%
Pa-P0
perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi
Proporsi wanita hamil dengan ISK berdasarkan penelitian Bukitwetan, 2004
Dari rumus di atas dapat dihitung perkiraan besar sampel pada penelitian ini:
n= (1,96 x
0,83 x 0,17 + 0,842 √ 0,98 x 0,02)2= (0,73 + 0,12)2 = 32,1
(0,98-0,83)2
(0,15)2
Maka besar sampel minimal pada penelitian ini sebesar 32 subjek.
Universitas Sumatera Utara
21
3.6 Pelaksanaan Penelitian
3.6.1 Kerangka Kerja
Alur pelaksanaan penelitian terlampir pada kerangka kerja berikut ini:
83 wanita hamil (trimester I, II, III) datang
untuk pemeriksaan antenatal
Informed consent
83 wanita hamil bersedia ikut serta dalam
penelitian
77 subjek memenuhi kriteria
penelitian
Dilakukan penapisan
subjek
Memenuhi kriteria ekslusi:
6 subjek (2 subjek dengan
riwayat ISK, 4 subjek
dengan riwayat pemakaian
antibiotik)
Dilakukan pemeriksaan
mikroskopis urin
36 subjek dengan piuria (+)
Dilakukan pemeriksaan
kultur urin
(22 spesimen dengan
bakteriuria tidak signifikan)
14 spesimen dengan
bakteriuria signifikan
Gambar 3.1 Alur Kerangka Kerja Penelitian
Universitas Sumatera Utara
22
3.6.2 Cara Kerja
Cara Pengumpulan Data
Semua wanita hamil yang datang memeriksakan dirinya ke
Puskesmas Kenangan, Pustu Tembung, dan Pustu Ampelas diberikan
penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian. Setelah menyetujui
untuk ikut serta dalam penelitian, subjek mengisi informed consent.
Setelah
mengisi informed consent, subjek diberikan kuesioner untuk diisi.
Pengambilan spesimen urin dilakukan setelah subjek mengumpulkan
kembali kuesioner dan diberi penjelasan mengenai prosedur pengambilan
urin porsi tengah secara bersih dan steril.
Cara pengambilan spesimen urin porsi tengah secara bersih dan
steril(Ocviyanti and Fernando, 2012):
1. Cuci tangan dengan air dan sabun.
2. Buka tutup wadah steril dan tidak menyentuh bagian dalam dari
wadah.
3. Duduk atau jongkok di toilet dengan posisi kaki mengangkang, buka
labia dengan dua jari.
4. Gunakan kapas, kasa, atau tisu yang sudah dibasahi dengan air steril,
kemudian diusapkan satu kali saja dari arah orifisium uretra ke arah
vagina.
5. Keluarkan sedikit kemih tanpa ditampung, lalu lanjutkan berkemih ke
dalam wadah urin yang diletakkan sedekat mungkin dengan muara
uretra tanpa menyentuh daerah genitalia. Pastikan wadah urin minimal
terisi separuhnya ( ± 20 cc)
6. Setelah wadah urin terisi, sisihkan wadah dan selesaikan berkemih.
7. Tutup rapat wadah berisi urin.
8. Cuci tangan dengan air dan sabun.
9. Serahkan wadah berisi urin kepada petugas
Universitas Sumatera Utara
23
Setelah subjek mengumpulkan urin, pot steril diserahkan kepada
petugas laboratorium
untuk dilakukan pemeriksaan urin secara
mikroskopis.
Pemeriksaan Mikroskopis Urin
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat adanya leukosit di
spesimen urin. Prosedur kerja pemeriksaan mikroskopis urin dilakukan
dengan meneteskan 1 tetes urin segar yang telah disentrifugasi di atas
gelas objek, kemudian tutup dengan coverglass. Preparat kemudian
diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 40x untuk lapangan
pandang besar (LBP).Dikatakan piuria apabila ditemukan jumlah leukosit
>10/lpb(Haylen et al., 2012). Semua sampel yang menunjukkan hasil
piuria dimasukkan sebagai sampel penelitian untuk dilanjutkan dengan
pemeriksaan kultur urin.
Kultur Urin
Semua spesimen urin yang dibawa ke laboratorium mikrobiologi
harus diperiksa segera, atau disimpan di lemari pendingin pada suhu 40 C
sampai saat diperiksa. Penilaian biakan kuantitatif dan identifikasi bakteri
dilakukan dengan teknik calibrated loop sesuai dengan prosedur standar
laboratorium mikrobiologi.
Prosedur teknik calibrated loop untuk membiakkan bakteri (Derese
et al., 2016) dilakukan dengan urin dikocok secara perlahan lalu sentuh
permukaannya dengan loop wire untuk menyedot sebanyak 1 µl, kemudian
letakkan spesimen urin tersebut pada lempeng blood agar, dengan
membuat guratan membelah berbentuk garis lurus di tengah, diikuti
dengan guratan-guratan rapat tegak lurus dengan guratan pertama, diakhiri
dengan guratan-guratan miring yang memotong kedua kelompok guratan
sebelumnya. Lakukan langkah yang sama kembali untuk menginokulasi
spesimen urin pada lempeng MacConkey agar dan cysteine-lactoseelectrolyte-deficient (CLED) aga. Inkubasi lempeng-lempeng tersebut
Universitas Sumatera Utara
24
pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, periksa lempeng-lempeng
tersebut untuk melihat adanya pertumbuhan bakteri.
Dikatakan
bakteriuria
signifikan
bila
jumlah
koloni
>100.000cfu/mL. Semua kultur urin dengan bakteriuria signifikan akan
dilanjutkan untuk identifikasi bakteri dengan melihat karakteristik koloni
seperti morfologi, bau, berkelompok atau tidak, motilitas, serta ada atau
tidaknya hemolisis pada media pertumbuhan. Selanjutnya identifikasi akan
dikonfirmasi dengan melakukan rangkaian tes biokimia sesuai standar
prosedur laboratorium mikrobiologi (Derese et al., 2016) .
Hasil kultur urin didapat dalam waktu 48-72 jam setelah koloni
bakteri diinkubasi. Hasil kultur urin diberikan kembali kepada subjek
dalam amplop tertutup.
Universitas Sumatera Utara
25
3.7Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian dan definisinya disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil ukur
Skala Ukur
1
2
3
4
5
Infeksi saluran
Ditemukannya bakteriuria signifikan dan piuria pada
Anamnesis
kemih
pemeriksaan urin secara mikrobiologis.
Pemeriksaan
bakteriuria
Sering disertai gejala ISK.
mikroskopis urin
signifikan
Gejala ISK: sering berkemih, nyeri saat berkemih, nyeri
Kultur urin
Piuria
Ya: piuria dan
Tidak: piuria dan
perut bagian bawah, demam, namun dapat tidak bergejala
bakteriuria tidak
(asimptomatik)
signifikan
Ditemukannya jumlah leukosit >10/lpb pada pemeriksaan
Pemeriksaan
mikroskopis urin
mikroskopis urin
Nominal
Positif: jumlah
Nominal
leukosit > 10/lpb
Negatif: jumlah
leukosit ≤ 10/lpb
Universitas Sumatera Utara
26
1
2
Bakteriuria
Ditemukannya jumlah koloni bakteri >100.000 cfu/ml di
signifikan
media pertumbuhan pada kultur urin
3
Kultur urin
4
5
Ya: ditemukan jumlah
Nominal
koloni >100.000 cfu/ml
Tidak: ditemukan
jumlah koloni ≤100.000
cfu/ml
Bakteri penyebab
Semua bakteri yang ditemukan saat identifikasi koloni
ISK pada masa
bakteri menggunakan berbagai tes biokimia yang sesuai
kehamilan
standar laboratorium mikrobiologis
Usia
Satuan waktu untuk mengukur lama hidup seseorang dari
Kultur urin
Spesies bakteri
Nominal
Kalender
Terbagi menjadi 3 kategori:
Interval
21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
lahir hingga saat usia dihitung.
Tingkat pendidikan
Pendidikan tertinggi yang berhasil ditamatkan
Kuesioner
Terbagi menjadi 5 kategori:
Ordinal
Tidak tamat SD
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
D3/S1/S2/S3
Universitas Sumatera Utara
27
1
2
Penghasilan
Jumlah penghasilan keluarga dalam satu bulan (dalam
bulanan
Rupiah)
3
Kuesioner
4
5
Terbagi menjadi 3 kategori:
Nominal
Rp 0 – Rp 1.000.000
≥ Rp 1.000.000- Rp
2.000.000
≥ Rp 2.000.000-Rp
3.000.000
Usia kehamilan
Ukuran lama waktu janin berada dalam rahim hingga saat
penelitian dilaksanakan, dihitung dari hari pertama haid
terakhir
Kalender
Terbagi menjadi 3 kategori:
Nominal
Trimester I: usia
kehamilan < 13 minggu
Trimester II: usia
kehamilan 13-26
minggu
Trimester III: usia
kehamilan > 26 minggu
Universitas Sumatera Utara
28
1
Paritas
2
Banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh subjek pada
3
Kuesioner
4
5
Terbagi menjadi 3 kategori:
Nominal
Nulipara: belum pernah
saat waktu penelitian
melahirkan
Primipara: pernah
melahirkan seorang
anak, yang cukup besar
untuk hidup di dunia
luar
Multipara: telah
melahirkan seorang
anak lebih dari satu kali
Aktifitas seksual
Tindakan senggama yang dilakukan oleh subjek dalam 2
minggu terakhir
Kuesioner
Ya: melakukan
Nominal
senggama dalam 2
minggu terakhir,
setidaknya 1 kali
Tidak: tidak senggama
dalam 2 minggu
terakhir
Universitas Sumatera Utara
29
3.8 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dengan teknik consecutive sampling;
semua wanita hamil yang memenuhi kriteria penelitian dapat ikut serta dalam
hingga tercapai jumlah sampel minimal. Pada penelitian ini terkumpul jumlah
sampel sebanyak 36 subjek.
3.9 Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak statistik
Statistical Package for The Social Science (SPSS) versi 21.0. Data deskriptif
disajikan dalam bentuk tabel. Analisis lanjutan untuk melihat hubungan faktor
resikodengan kejadian ISK pada masa kehamilan menggunakan metode Chi
square dan Fisher’s exact testdengan tingkat kemaknaan p < 0,05 dan interval
kepercayaan 95%.
3.10 Etika Penelitian
Sebelum dilakukan pengumpulan data kepada subjek penelitian, peneliti
melakukan ethical clearance terlebih dahulu kepada Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Faktor Resiko ISK Pada Masa
Kehamilan
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Faktor Resiko ISK
Pada Masa Kehamilan
Faktor Resiko
Usia (tahun)
21-25
26-30
31-35
Pendidikan
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
D3/S1
Penghasilan bulanan (Rp)
0 –1.000.000
≥ 1.000.000 - 2.000.000
≥ 2.000.000 - 3.000.000
Usia Kehamilan
Trimester I
Trimester II
Trimester III
Paritas
Nullipara
Primipara
Multipara
Aktivitas seksual dalam 2 minggu
terakhir, minimal 1 kali
Ya
Tidak
Jumlah (n= 36)
Persentase (%)
19
14
3
52,8
38,9
8,3
1
3
5
24
3
2,8
8,3
13,9
66,7
8,3
20
13
3
55,6
36,1
8,3
15
11
10
41,7
30,6
27,8
13
17
6
36,1
47,2
16,7
16
20
44,4
55,6
Universitas Sumatera Utara
31
Sejumlah 19 orang subjek (52,8%) berusia diantara 21-25 tahun,subjek
dengan tingkat pendidikan SMA sejumlah 24 orang (66,7%), dan sejumlah 20
orang subjek (55,6%) memiliki penghasilan bulanan kurang dari satu juta rupiah.
Sebanyak 15 orang subjek (41,7%) berada pada trimester I kehamilan, sebanyak
17 orang subjek (47,2%) merupakan primipara, dan sebanyak 16 orang subjek
(44,4%) melakukan aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu terakhir.
4.2ISK pada Masa Kehamilan
Tabel 4.2.1Profil Bakteri Pada Hasil Kultur Urin
Profil Bakteri
Morfologi
Batang gram negatif
Kokus gram positif
Jenis bakteri
E. coli
K. pneumonia
S. aureus
S. epidermidis
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
6
8
42,9
57,1
3
19
13,6
86,4
5
1
4
4
35,7
7,1
28,6
28,6
2
1
10
9
9,1
4,5
45,5
40,9
Dari hasil kultur urin, ditemukan sejumlah 14 orang subjek (38,9%)
dengan bakteriuria signifikan. Bakteri dominan penyebab ISK adalah Escherichia
coliyang ditemukan pada 5 orang subjek (35,7%) dengan bakteriuria signifikan.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 4.2.2Karakteristik Gejala yang Dialami Subjek
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria signifikan
Bakteriuria Tidak
(n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
Gejala ISK
Gejala ISK
Ada
Tidak
Keluhan Utama Subjek
Sering berkemih
Nyeri berkemih
Nyeri perut bawah
10
4
71,4
28,6
6
16
27,3
72,7
6
2
2
42,9
14,3
14,3
5
1
0
22,7
4,5
0
Sejumlah 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan
mengalami gejala ISK. Keluhan utama yang paling sering dialami subjek dengan
bakteriuria signifikan adalah sering berkemih pada 6 (42,9%) orang subjek.
4.3 Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian ISK Pada Masa Kehamilan
Tabel 4.3.1 Hubungan Usia Subjek dengan Kejadian ISK Pada Masa
Kehamilan
Faktor Resiko
Usia (tahun)
21-25
26-30
31-35
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
3
10
1
21,4
71,4
7,1
16
4
2
72,7
18,2
9,1
p
0,005
Sejumlah 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan berusia
diantara 26-30 tahun. Dari hasil analisis statistik dengan uji Chi square dijumpai
Universitas Sumatera Utara
33
hubungan signifikan antara usia subjek dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan.
Tabel 4.3.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Subjek dengan Kejadian ISK
Pada Masa Kehamilan
Faktor Resiko
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
p
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
D3/S1
0
1
1
10
2
0
7,1
7,1
71,4
14,3
1
2
4
14
1
4,5
9,1
18,2
63,6
4,5
0,649
Sejumlah 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan
mencapaitingkat pendidikan hingga jenjang SMA. Tidak dijumpai hubungan
signifikan antara tingkat pendidikan subjek dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan.
Tabel 4.3.3 Hubungan Penghasilan Bulanan Subjek dengan Kejadian ISK
Pada Masa Kehamilan
Subjek dalam penelitian (n=36)
Faktor Resiko
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
p
(n=22)
n
%
n
%
0 – 1.000.000
7
50
14
63,6
≥ 1.000.000 - 2.000.000
5
35,7
7
31,8
≥ 2.000.000 - 3.000.000
2
14,3
1
4,5
Penghasilan bulanan (Rp)
0,381
Universitas Sumatera Utara
34
Sejumlah 7 orang subjek (50%) memiliki penghasilan di bawah satu juta
rupiah. Tidak dijumpai hubungan signifikan antara penghasilan bulanan subjek
dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Tabel 4.3.4 Hubungan Usia Kehamilan Subjek dengan Kejadian ISK Pada
Masa Kehamilan
Subjek dalam penelitian (n=36)
Faktor Resiko
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
p
(n=22)
n
%
n
%
Trimester I
2
14,3
13
59,1
Trimester II
8
57,1
3
13,6
Trimester III
4
28,6
6
27,3
Usia Kehamilan
0,009
Sejumlah 8 orang subjek (57,1%) dengan bakteriuria signifikan berada
pada trimester II kehamilan. Dari hasil analisis statistik dijumpai hubungan
signifikan antara usia kehamilan dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Tabel 4.3.5 Hubungan Paritas dengan Kejadian ISK Pada Masa Kehamilan
Faktor Resiko
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
p
Paritas
Nullipara
4
28,6
9
40,9
Primipara
7
50
10
45,5
Multipara
3
21,4
3
13,6
0,701
Universitas Sumatera Utara
35
Sejumlah 7 orang subjek (50%) dengan bakteriuria signifikan merupakan
primipara. Tidak dijumpai hubungan signifikan antara paritas dengan kejadian
ISK pada masa kehamilan.
Tabel 4.3.6 Hubungan Aktivitas Seksual dengan Kejadian ISK Pada Masa
Kehamilan
Faktor Resiko
Aktivitas seksual dalam
2 minggu terakhir,
minimal 1 kali
Ya
Tidak
Subjek dalam penelitian (n=36)
Subjek dengan
Subjek dengan
Bakteriuria
Bakteriuria Tidak
signifikan (n=14)
Signifikan
(n=22)
n
%
n
%
10
71,4
6
27,3
4
28,6
16
72,7
p
0,012
Sebanyak 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan memiliki
riwayat melakukan aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu terakhir.
Dari hasil statistik dengan uji Fisher’s exact dijumpai hubungan signifikan antara
aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu terakhir dengan kejadian ISK
pada masa kehamilan.
4.4. Pembahasan
4.4.1 Profil Bakteri Penyebab ISK
Pada penelitian ini, insidensi ISK pada masa kehamilan dijumpai sebesar
38,9%.Proporsi ini lebih besar daripada studi di negara-negara lain yaitu di
Ethiopia sebesar 14% (Derese et al., 2016), di Tanzania sebesar 15,5%
(Dielubanza and Schaeffer, 2011), di India sebesar 7,7% (Ahmed et al., 2016),
dan di Saudi Arabia sebesar 20% (Faidah et al., 2013). Hasil studi ini juga lebih
tinggi daripada beberapa studi yang pernah dilakukan di Indonesia yaitu di Jakarta
sebesar 35,3% (Bukitwetan et al., 2004), di Medan sebesar 35% (Munthe, 2014)
Universitas Sumatera Utara
36
dan di Malang sebesar 30,2% (Zahroh et al., 2016). Namun hasil studi ini lebih
rendah dari studi oleh Okonko et, al yang menemukan insidensi ISK pada masa
kehamilan sebesar 47,5% (Okonko et al., 2009).
Bervariasinya hasil penelitian dari beberapa studi sejenis kemungkinan
disebabkan oleh perbedaan metode penelitian dan lokasi geografis. Pada studistudi sebelumnya, ISK didefinisikan dengan ditemukannya bakteriuria signifikan
(jumlah koloni bakteri > 100.000 cfu/mL), tanpa melihat hasil mikroskopis urin
pada subjek. Pada studi ini, ISK didefinisikan dengan ditemukannya piuria
(jumlah leukosit >10/lpb) dan adanya bakteriuria signifikan pada kultur urin
(Haylen et al., 2012).
Terdapat empat jenis bakteri yang ditemukan pada kultur urin, yaitu
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan
Klebsiella pneumonia. Pada subjek dengan bakteriuria signifikan, ditemukan
bakteri terbanyak adalah Escherichia coli (35,7%), diikuti oleh Staphylococcus
aureus (28,6%), Staphylococcus epidermidis (28,6%), dan Klebsiella pneumonia
(7,1%).
Beberapa studi yang menunjukkan hasil serupa, seperti di Ethiopia oleh
Derese et, al (2016) dan Okonko et al (2009) yang juga menemukan bakteri
dominan penyebab ISK pada masa kehamilan adalahEscherichia coli(Okonko et
al., 2009, Derese et al., 2016). Berbagai penelitian di Indonesia juga menunjukkan
profil bakteri yang mirip. Studi di Jakarta oleh Boekitwetan (2000) menemukan
100% isolat E.coli pada subjek dengan ISK. Endriani et al dari bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau (2012) juga menemukan 76%
ISK disebabkan oleh gram negatif, dengan prevalensi Escherichia coli (28%),
Klebsiella sp (26%), Pseudomonas sp (18%).
Hasil berbeda didapatkan dari studi di Nigeria oleh Adabara et, al (2016)
yang menemukan Klebsiella spp sebagai bakteri paling dominan penyebab ISK
(39,1%), diikuti dengan Escherichia coli (28,2%),Staphylococcus aureus (20,9%),
Proteus vulgaris (10%), Pseudomonas aeruginosa (0,9%)danSalmonella spp
(0,9%).Studi lain yang menunjukkan hasil berbeda oleh Ahmed di India (2016),
yang menemukan proporsi Staphylococcus aureus lebih tinggi sebagai penyebab
ISK pada masa kehamilan (43,53%), diikuti oleh Escherichia coli (35,89 %),
Universitas Sumatera Utara
37
Klebsiella pneumonia (10,25%),Pseudomonas aeruginosa (7,69%), dan Proteus
spp (2,56%).Perbedaan hasil studi ini dibandingkan dengan studi yang lain
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan, sosio-ekonomi,
tingkat pendidikan subjek, dan kebiasaan menjaga kebersihan diri yang berbedabeda di setiap wilayah.
Pada penelitian ini ditemukan bakteri dominan penyebab ISK pada masa
kehamilan adalah Escherichia coli. Escherichia coli merupakan salah satu flora
normal di usus besar yang dapat berkolonisasi di saluran kemih (Cunningham,
2014). Escherichia coli memiliki kemampuan untuk berkoloni di saluran kemih
dengan bantuan faktor adherens yang disebut adhesin. Adhesin merupakan protein
permukaan sel (cell-surface protein) yang dapat berupa pili dan fimbriae (Jawetz,
2013). Adhesin akan meningkatkan kemampuan melekatnya Escherichia coli ke
mukosa saluran kemih dan juga meningkatkan virulensinya (Cunningham, 2014).
Ukuran uretra wanita yang pendek menyebabkan koloni bakteri di muara uretra
kemudian naik ke atas (ascending infection) menuju kandung kemih, ureter,
kemudian parenkim ginjal (Foxman, 2014).Perubahan fisiologis selama masa
kehamilan, kurangnya higiene diri yang baik, dan kebiasaan berkemih, dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi oleh bakteri pada masa kehamilan
(Wamalwa et al., 2013).
4.4.2. Karakteristik Gejala yang Dialami Subjek
Sejumlah 10 orang subjek (71,4%) dengan bakteriuria signifikan
mengalami gejala ISK. Gejala terbanyak yang dialami subjek dengan bakteriuria
signifikan adalah sering berkemih pada 6 (42,9%) orang subjek, diikuti oleh nyeri
berkemih dan nyeri perut bawah masing-masing pada 2 (14,3%) subjek. ISK dapat
disertai dengan gejala terdesak berkemih, sering berkemih, dan/ atau nyeri di
saluran kemih bagian bawah (Haylen et al., 2012).Perubahan fisiologis selama
kehamilan diantaranya peningkatan GFR sebesar 25% yang terjadi 2 minggu
setelah konsepsi dan sebesar 50% pada awal trimester II menyebabkan frekuensi
berkemih yang lebih sering (Cunningham, 2014). Suatu studi di India
menunjukkan kebiasaan berkemih yang sering (lebih dari 6 kali dalam sehari)
meningkatkan resiko terjadinya ISK sebesar 5 kali lipat (Thakre et al., 2015).
Universitas Sumatera Utara
38
4.4.3 Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian ISK Pada Masa Kehamilan
4.4.3.1 Usia
Pada tabel 4.3.1 terlihat sebanyak 10 orang subjek (71,4%) dengan
bakteriuria signifikan berusia diantara 26-30 tahun. Dari hasil analisis statistik
dengan uji Chi square dijumpai hubungan signifikan antara usia subjek dengan
kejadian ISK pada masa kehamilan.
Hasil sejalan didapat dari studi lain di Ethiopiayang menyatakan ada
hubungan signifikan antara usia subjek dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan(Haider et al., 2010, Derese et al., 2016). Pada satu studi disebutkan,
kelompok usia 25-34 tahun beresiko 3 kali lipat menderita ISK(Derese et al.,
2016).
Hasil berbeda didapatkan dari beberapa studi lain yang menemukan tidak
ada hubungan signifikan antara usia dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan(Emiru et al., 2013, Hamdan et al., 2011, Zahroh et al., 2016, Haider et
al., 2010).
Usia 26-30 tahun merupakan kelompok usia produktif, terlihat dari
besarnya proporsi subjek penelitian ini yang berada pada rentang usia tersebut.
Pada rentang usia inisubjek masih aktif secara seksual sehingga kemungkinan
muara uretra terpapar dengan bakteri penyebab ISK saat melakukan aktivitas
seksual juga semakin besar.
4.4.3.2 Tingkat Pendidikan
Pada tabel 4.3.2 terlihatsebanyak 10 orang subjek (71,4%) dengan
bakteriuria signifikan mencapai tingkat pendidikan hingga jenjang SMA. Dari
hasil uji statistiktidak dijumpai hubungan signifikan antara tingkat pendidikan
subjek dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Hasil ini sejalan dengan studi lain di Ethiopia Barat dan Pakistan yang
menyatakan tingkat pendidikan tidak berhubungan signifikan dengan kejadian
ISK pada masa kehamilan(Emiru et al., 2013, Sheikh, 2000).
Universitas Sumatera Utara
39
Hal ini berbeda dengan beberapa studi lain yang menemukan hubungan
signifikan antara level pendidikan kejadian ISK pada masa kehamilan (Derese et
al., 2016, Haider et al., 2010). Pada satu studi, ditemukan subjek dengan level
pendidikan hanya mampu baca-tulis lebih beresiko menderita ISK 2 kali lipat
daripada subjek dengan tingkat pendidikan lebih tinggi(Derese et al., 2016).
Tingkat pendidikan menunjukkan tingkat pemahaman subjek tentang
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan kemampuan subjek untuk menjaga
higiene diri. Subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diyakini terpapar
lebih banyak informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat, terutama terkait
dengan higiene diri yang berkaitan dengan kegiatan berkemih. Namun pada
penelitian ini, tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kejadian ISK pada
kehamilan.
4.4.3.3 Penghasilan Bulanan
Pada tabel 4.3.3 terlihat sebanyak 7 orang subjek (50%) memiliki
penghasilan di bawah satu juta rupiah. Namun tidak ditemukan hubungan
signifikan antara penghasilan bulanan dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Penghasilan bulanan dalam keluarga mencerminkan kondisi sosio-ekonomi
subjek.
Hasil studi di Pakistan juga menunjukkan tidak ditemukannya hubungan
antara kondisi sosio-ekonomi dengan kejadian ISK pada masa kehamilan (Sheikh,
2000).
Hasil berbeda didapatkan dari beberapa studi lain yang menemukan
hubungan signifikan antara penghasilan bulanan dengan kejadian ISK pada masa
kehamilan (Haider et al., 2010, Emiru et al., 2013, Derese et al., 2016). Pada satu
studi, subjek yang memiliki penghasilan di bawah 1.000 birr (Rp 600.000,-)
beresiko 15 kali lipat menderita ISK daripada subjek dengan penghasilan lebih
tinggi(Derese et al., 2016).
Beberapa studi di atas menunjukkan proporsi ISK lebih besar pada subjek
dengan kondisi sosio-ekonomi yang rendah. Kondisi sosio-ekonomi berhubungan
dengan status nutrisi dan imunitas selama kehamilan. Beberapa studi di atas
meyakini bahwa kondisi sosio-ekonomi yang rendah menunjukkan rendahnya
Universitas Sumatera Utara
40
kemampuan wanita hamil untuk mendapatkan nutrisi yang baik selama
kehamilan, dan dengan rendahnya imunitas selama masa kehamilan. Namun pada
studi ini kondisi sosio-ekonomi tidak mempengaruhi kejadian ISK pada masa
kehamilan.
4.4.3.4 Usia Kehamilan
Pada tabel 4.3.4 terlihat sebanyak 8 orang subjek (57,1%) dengan
bakteriuria signifikan berada pada trimester II kehamilan. Dari hasil analisis
statistik dijumpai hubungan signifikan antara usia kehamilan dengan kejadian ISK
pada masa kehamilan.
Studi oleh Bukitwetan yang menemukan proporsi terbesar ISK terjadi
pada usia kehamilan > 28 minggu. Studi lain juga menyatakan bahwa insiden
tertinggi ISK terjadi pada usia kehamilan 30-32 minggu (Emiru et al., 2013).
Hasil berbeda dijumpai pada beberpa studi lain di Pakistan, Ethiopia, dan
Sudan yang tidak menemukan hubungan signifikan antara usia kehamilan dengan
kejadian ISK pada masa kehamilan (Sheikh, 2000, Hamdan et al., 2011, Emiru et
al., 2013).
Dijumpai peningkatan insidensi bakteriuria signifikan seiring dengan
peningkatan usia kehamilan. Pada trimester I dijumpai kejadian bakteriuria
signifikan sebesar 14,3% dan melonjak menjadi 57,1% pada trimester II. Hal ini
menunjukkan kejadian bakteriuria meningkat seiring dengan usia kehamilan.
Peningkatan prevalensi ISK seiring dengan meningkatnya usia kehamilan
disebabkan oleh perubahan fisiologis selama kehamilan. Tekanan kepala janin
yang semakin membesar terhadap kandung kemih menyebabkan terjadinya
refluks vesikoureteral (Dielubanza and Schaeffer, 2011, Cunningham, 2014).
Hormon progesteron juga berperan dalam melemahnya kontraksi kandung kemih
sehingga sering terjadi retensi urin yang memudahkan pertumbuhan bakteri
(Cunningham, 2014, Dielubanza, 2011).
4.4.3.5 Paritas
Universitas Sumatera Utara
41
Pada tabel 4.3.5 dijumpai sebanyak 7 orang subjek (50%) dengan
bakteriuria signifikan merupakan primipara. Tidak dijumpai hubungan signifikan
antara paritas dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Hasil studi yang sejalan dengan penelitian ini antara lain di Ethiopia dan
Sudan yang menyatakan jumlah paritas tidak mempengaruhi kejadian ISK pada
masa kehamilan (Hamdan et al., 2011, Emiru et al., 2013).
Hal ini berbeda dengan hasil studi di Indonesia, Pakistan, dan India yang
menemukan hubungan signifikan antara paritas dengan kejadian ISK pada
kehamilan(Bukitwetan et al., 2004, Haider et al., 2010, Nigam et al., 2016, Zahroh
et al., 2016). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh metode penelitian dan
jumlah sampel yang berbeda.
4.4.3.6 Aktivitas Seksual
Pada tabel 4.3.6 terlihatsebanyak 10 orang subjek (71,4%) dengan
bakteriuria signifikan dengan riwayat melakukan aktivitas seksual setidaknya 1
kali dalam 2 minggu terakhir. Dari hasil statistik dengan uji Fisher’s exact
dijumpai hubungan signifikan antara aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2
minggu terakhir dengan kejadian ISK pada masa kehamilan.
Hal ini sejalan dengan studi lain yang juga menyatakan aktivitas seksual
berhubungan signifikan dengan kejadian ISK pada kehamilan (Foxman, 2014,
Emiru et al., 2013, Haider et al., 2010, Bukitwetan et al., 2004). Studi di Pakistan
menunjukkan aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu merupakan
faktor resiko yang berhubungan signifikan dengan terjadinya ISK pada masa
kehamilan (Haider et al., 2010). Studi lain di Indonesia oleh Bukitwetan (2004),
menemukan peningkatan resiko sebesar 3 kali lipat untuk menderita ISK pada
subjek dengan aktifitas seksual lebih dari 3 kali dalam seminggu.
Aktivitas seksual meningkatkan resiko untuk terjadi iritasi pada muara
uretra sehingga meningkatkan resiko masuknya bakteri ke dalam saluran kemih
(Haider, 2010).
Universitas Sumatera Utara
42
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Insidensi ISK pada masa kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kenangan
sebesar 38,9%.
2.
Profil bakteri penyebab ISK pada masa kehamilan antara lainEscherichia
coli (35,7%), Staphylococcus aureus (28,6%), Staphylococcus epidermidis
(28,6%), dan Klebsiella pneumonia (7,1%).
3.
Faktor resiko yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISK pada
masa kehamilan antara lain: usia(26-30 tahun), usia kehamilan di trimester
II, dan adanya aktivitas seksual setidaknya 1 kali dalam 2 minggu terakhir.
5.2 Saran
1.
Kejadian ISK meningkat seiring dengan usia kehamilan, sehingga
diperlukan penapisan awal (skrining) terhadap kejadian ISK. Penapisan ini
sebaiknya dilakukan sejak trimester I usia kehamilan.
2.
Penapisan dengan pemeriksaan mikroskopis urin cukup mudah dilakukan
di pusat kesehatan primer yang tidak memiliki fasilitas kultur urin.
3.
Pada pemeriksaan mikroskopis urin yang menunjukkan piuria, sebaiknya
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urin.
4.
Perlu disosialisasikan suatu upaya pencegahan ISK terkait dengan aktivitas
seksual selama masa kehamilan, misalnya dengan mencuci alat kelamin
sebelum berhubungan seksual, penggunaan kondom, atau menggunakan
kain bersih dan tisu untuk membersihkan alat kelamin setelah
berhubungan seksual.
43
Universitas Sumatera Utara