Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai di Bawah Tegakan Kelapa Sawit 4 Tahun dan 8 Tahun

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Selain itu kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya
akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan. Kedelai berperan
sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi
masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan
bahan industri olahan pangan.
Perkembangan

luas

panen

kedelai

Indonesia

periode


1980-

2015berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan lajupeningkatansebesar
0,62% per tahun. Pada tahun 2015 diperkirakan luas panenkedelai meningkat
4,01%, menjadi 640,35 ribu hektar dari tahunsebelumnya sebesar 615,69 ribu
hektar. Produksi kedelai di Indonesiapada periode 1980-2015 berfluktuasi
cenderung meningkat denganrata-rata pertumbuhan sebesar 2,37% per tahun.
Berdasarkan dataBPS tahun 2015, produksi kedelai diperkirakan mencapai998,87
ribu ton atau meningkat 4,59% dibandingkan tahun 2014 sebesar 955,00 ribu ton
(BPS, 2015).
Widiastuti et al.,(2004) juga menyatakan bahwa pemberian perlakuan
naungan pada berbagai stadia pertumbuhan berpengaruh nyata terhadap jumlah
bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat biji, dan produksi biji
kering pada berbagai macam variaetas kedelai. Pemberian naungan 20% akan
memberikan hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian
polong dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbunga.

Pemanfaatan potensi lahan antara lain memanfaatkan lahan di antara
barisan kelapa sawit. Peluang intercropping tanaman kelapa sawit pada masa
TBM dengan tanaman pangan masih terbuka, misalnya dengan tanaman padi

ladang atau kedelai. Melalui intercropping ini, perkebunan kelapa sawit
diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dengan mendukung ketahanan
pangan nasional (PPKS, 2007).
Indonesia mempunyai perkebunan kelapa sawit lebih dari 6,8 juta hektar.
Sumatera Utara memiliki areal kelapa sawit terluas di Indonesia (363.095 ha)
tetapi umumnya ada lahan yang tidak digunakan secara efisien pada antar
barisannya. Sebagai upaya optimalisasi lahan dan mengatasi penyediaan pangan,
kedelai dapat menjadi tanaman sela pada perkebunan kelapa sawit. Menanam
kedelai di antara barisan dapat menyediakan nitrogen alami yang diikat oleh
rhizobiumnya, serta dapat menambah pendapatan petani (PPKS, 2007).
Salah satu bentuk respons tanaman terhadap cahaya rendah adalah adanya
perubahan morfologi pada batang karena efek naungan, sehingga batang
mengalami etiolasi (Yunita et al.,2008). Hal ini berhubungan dengan aktifitas
hormon auksin yang menyebabkan semakin tingginya tanaman kedelai dengan
meningkatnya taraf naungan (Zamski, 1996).
Sistem jarak tanam yang digunakan pada perkebunan kelapa sawit,
umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 x 9 x 9m. Dengan sistem
segitiga sama sisi, jarak Utara – Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antar
setiap tanaman adalah 9m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143
pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 x 9,5 x

9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U – S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per

hektar(Hasibuan, 2005). Sehingga ada lahan diantara kelapa sawit yang
memungkinkan untuk ditanami.
Varietas adalah sekumpulan individutanaman yang dapat dibedakan oleh
setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha
pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang yang
dapat dibedakan dari yang lainnya (Sutopo, 1998).
Dewasa ini dikenal beberapa varietas unggul yang beredar di masyarakat,
diantaranya varietas Anjasmoro, Grobogan, Wilis dan Dena 1 . Varietas Wilis
memiliki potensi hasil 1.626 kg/ha, tinggi batang sedang (40 -50 cm), batang
kokoh, bercabang dan tidak mudah rebah, warna batang hijau, bobot biji, bobot
biji (9 -10 gram/l00 biji), umur panen 88 hari (Balitkabi, 2011). Varietas
Anjasmoro memiliki potensi hasil 2,25ton ha-1, tahan rebah, polong tidak mudah
rebah dan pecah, agak tahan terhadap penyakit karat daun, ukuran biji besar (16
g/100 biji),umur panen 83-93 hari. Varietas kedelai grobogan memiliki potensi
hasil 2,77 ton ha-1, bobot biji 18 g/100 biji, umur panen 76 hari. Varietas kedelai
Dena 1 memiliki potensi hasil 2,89 ton ha-1 , bobot biji antara 11,07 - 16,06 g/100
biji), umur panen 78 hari (Balitkabi, 2015).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang

pengaruh pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai di bawah tagakan
kelapa sawit 4 tahun dan 8 tahun. Penelitian ini dilakukan di bawah tegakan
tanaman kelapa sawit sebagai pengaruh naungan. Penanaman dilakukan di plot
untuk mengetahui respons pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai di
bawah tegakan kelapa sawit 4 tahun dan 8 tahun.

Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas kedelai di bawah tegakan kelapa sawit 4 tahun dan 8 tahun.
Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh yang nyata pertumbuhan dan hasil beberapa varietas

kedelai di bawah tegakan kelapa sawit 4 tahun dan 8 tahun.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan
informasi bagi pihak yang membutuhkan.