Tradisi Kong Tek ( 公德) Pada Ritual Pemujaan Leluhur Tionghoa di Medan: Kajian Antropolinguistik Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian
Morse (dalam Denzin dkk, 2009: 279), menjelaskan bahwa perencanaan
penelitian mencakup banyak elemen (unsur), termasuk pemilihan lokasi.
Menentukan lokasi merupakan tahapan penting dalam penelitian, dan karena
biasanya melakukan negosiasi tempat menyita banyak waktu (sering kali
melibatkan para tetua dan pamong sebagai penilai apa saja dampaknya terhadap
institusi setempat).
Penelitian ini dilakukan di Vihara Maitreya Jalan Hang Tuah 16, Madras
Hulu, Medan. Merupakan salah satu Vihara dari golongan Mahayana yang hingga
saat ini masih menjadi tempat pelaksanaan ritual kong tek (

德). Dengan suasana

tradisional yang religius maka tentunya berpengaruh juga terhadap materi
keagamaan masyarakatnya dalam hal ini di khususkan untuk masyarakat etnik
Tionghoa golongan Mahayana. Disamping itu, Vihara ini juga berlokasi disebelah
sungai, dimana diakhir ritual ini diadakan acara bakar-bakaran yang di anjurkan
dilakukan di tepi sungai atau lautan.

Sebenarnya ritual kong tek (

德) dilaksanakan setelah tujuh hari pasca

kematian, namun dikarenakan ritual kong tek (

德 ) dalam pelaksanaannya

memakan biaya yang sangat besar maka ritual ini boleh dilakukan sampai
keluarga tersebut memiliki kemampuan dalam finansial. Di dalam penelitian

Universitas Sumatera Utara

ini,peneliti melakukan analisis ritual kong tek (

德) pada satu keluarga tionghoa

yang mengadakan ritual ini setelah lima tahun kematiankerabatnya.
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama, yaitu
sebagai pelaksa, pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul data. Sebagai

pelaksana, peneliti melaksanakan penelitian ini di Vihara Maitreya Medan.
Peneliti berperan sebagai pengamat untuk mengamati bagaimana ritual kong tek
(

德)dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan

orang lain merupakan alat pengumpul data utama.
Kedudukan peneliti dalam penelitian kulitatif cukup rumit karena peneliti
harus meminta izin terlebih dahulu kepada keluarga Tionghoa yang melakukan
ritual kong tek (

德). Perlu diketahui bahwa masyarakat etnik Tionghoa sangat

berhati-hati dan cenderung tertutup dengan pribumi sehingga peneliti melakukan
penelitian dengan pendekatan individual dan secara kekeluargaan sampai akhirnya
informan dengan senang hati menceritakan ritual kong tek (
cara ritual kong tek (

德),bagaimana tata


德 )dilakukan, instrumen apa saja yang digunakan,

bagaimana pemahaman masyarakat Tionghoa dikota medan mengenai tradisi (
德).
Dalam proses penelitian kualitatif peneliti secara intensif mengamati
kegiatan dan aktifitas sasaran dalam proses kegiatan yang dilakukan, sehingga
peneliti memperoleh informasi pengamatan dan wawancara yang diperlukan
mengenai kegiatan ritual kong tek(

德 )yang dilakukan di Vihara Maitreya

Medan. Hal ini sesuai dengan kutipan Mulyana dari Denzin yaitu ― pengamat
berperan serta merupakan strategi lapangan memadukan analisis dokumen,

Universitas Sumatera Utara

wawancara dengan responden dan informan, partisipasi dan observasi langsung
dan instropeksi‖.

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor(1992: 21-22), penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.
Menurut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2000) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada dalam penelitian kualitatif, metode yang
biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.
Dari kajian beberapa pendapat tersebut, Moleong menyimpulkan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Pada

dasarnya

penelitian


ini

adalah

penelitian

lapangan,

yang

dilaksanakan di Vihara Maitreya Medan Sumatera Utara. Peneliti terlibat
langsung dalam proses penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian, yang
melibatkan seorang biksu sebagai pemimpin ritual dan beberapa tokoh masyarakat
etnik Tionghoa yang masih mengerti tentang ritual kong tek (

德 ). Untuk

Universitas Sumatera Utara


mendukung penelitian ini diperlukan data-data yang berhubungan dengan situasi
umum kebudayaan tradisional etnik Tionghoa dalam hal ini dikhususkan pada
golongan Mahayana karena hanya golongan ini yang melakukan ritual kong tek
(

德).Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi secara langsung di

lapangan.

3.3 Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dari
informan

yang

memaparkan

bagaimana

performansi,


partisipasi

dan

indeksikalitas ritual kong tek( 德). Penelitian ini menggunakan data primer yang
memiliki fungsi dan kedudukan sebagai data utama (pokok) di dalam sumber
analisis.
Berkenaan dengan hal itu, yang dijadikan sumber data primer dalam
penelitian ini adalah sumber data lisan, yakni sumber data dari hasil wawancara
yang didapat langsung di lapangan yang dituturkan oleh informan. Data lisan
bersumber dari informan yang merupakan biksu danketua pembina masyarakat
Tionghoa Medan. Informan menjelaskan performansi, indeksikalitas, dan
partisipasi di dalam ritual kong tek(

德 ) . Data yang dikumpulkan tergolong

valid dan reliabel dalam menunjang analisis yang dilakukan sebab disajikan oleh
informan yang dipilih dengan kriteria tertentu.
Informan yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah:


Universitas Sumatera Utara

1.

Nama : Bapak Ho Boen Boe / He Wen Bin
Profesi : Guru
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Flores No.2B Pematangsiantar

2.

Nama : Biksu Zheng Yuan
Profesi : Biksu
Usia : 35 tahun
Agama : Buddha
Alamat : China

3.


Nama : Erbin
Profesi : Ketua Pembina Masyarakat Tionghoa Medan
Usia : 45 tahun
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Hang Tuah Medan

Data tulis diperoleh dari mantera doa, foto-foto perlengkapan ritual, dan
wawancara dari informan. Mantera doadiperoleh dari buku doa yang dibagikan
saat upacara berlangsung.Mantera doa dalam ritual kong tek



menggabungkan budaya dan agama secara universal sedangkan dialog terhadap
arwah leluhur menggambarkan sikap masyarakat Tionghoa yang masih
mempercayai keterkaitan antara dunia dan alam gaib. Foto alat-alat primer dan
sekunder yang digunakan saat ritual kong tek(

德) diperoleh dari dokumentasi


pribadi peneliti, dan data tulis dari hasil wawancara dari informan. Tujuannya
untuk melengkapi data dan data intuisi juga digunakan untuk menguji
keberterimaan yang disediakan oleh narasumber.

Universitas Sumatera Utara

3.4 Metode Pengumpulan Data
Tidak ada satu penelitian pun yang tidak melewati proses pengumpulan
data. Banyak metode yang dapat digunakan dan biasanya disesuaikan dengan
jenis penelitianya. Dalam penelitian ritual kong tek



sesuai dengan

penelitian kualitatif, maka dalam penelitian ini mengumpulkan data dengan cara :

3.4.1

Metode Partisipatoris

Metode partisipatoris adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini memerlukan kemampuan peneliti untuk terjun langsung ke lapangan
bergabung dengan masyarakat yang hendak diteliti, pada penelitian ini peneliti
langsung dan berbaur dengan masyarakat Tionghoa yang melakukan ritual kong
tek



.Peneliti mengalami kesulitan untuk berbaur dengan masyarakat

Tionghoa asli karena sifat mereka yang menutup diri terhadap masyarakat pribumi.
Dengan pendekatan secara kekeluargaan akhirnya masyarakat Tionghoa dengan
sukacita memberikan informasi. Mereka menceritakan dari awal hingga akhir
tentang ritual kong tek



prosesi ritual kong tek (

德 ). Dalam hal ini peneliti berkedudukan sebagai

audiens dalam ritual kong tek

serta mengizinkan peneliti untuk menyaksikan

(

德 ). Dengan demikian, peneliti dapat

menggambarkan dan menemukan fenomena unik ritual kong tek



sehingga peneliti dapat mengambil data sesuai dengan kehidupan masyarakat
etnik Tionghoa secara mendetail berdasarkan data yang objektif.

Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Metode Observasi
Menurut Arikunto (dalam Triswanto, 2010:32) menjelaskan bahwa
observasi disebut pengamatan atau peninjauan secara cermat. Pengamatan adalah
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan semua
kemampuan pancaindra. Biasanya observasi dapat dilakukan dengan cara melihat,
mendengar, meraba, mencium, dan merasakan.
Sedangkan menurut Poerlvanto (dalam Triswanto, 2010:32) mengatakan,
observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan
secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu
atau kelompok secara langsung. Data berupa informasi faktual secara cermat dan
terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan, dan situasi sosial sesuai dengan
konteks tempat kegiatan-kegiatan itu terjadi.
Observasi yaitu menatap kejadian, gerak dan proses. Metode ini sebagai
alat pengumpulan data dimaksud observasi yang dilakukan secara sistematis
bukan observasi secara kebetulan saja. Dalam hal ini peneliti mengamati


pelaksanaan ritual kong tek

di Vihara Maitreya Medan yaitu berupa

proses kegiatan, sikap dan perilaku yang dilakukan oleh keluarga etnik
Tionghoa.Sehingga dengan menggunakan metode ini akan diperoleh data
mengenai ritual kong tek



, tempat upacara, alat-alat yang digunakan dan


siapa saja yang terlibat dalam ritual kong tek

. Penelitian ini dianalisis

dengan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai prosesi ritual kong tek


serta mengamati semua pola tingkah laku masyarakatetnik Tionghoa

yang masih melakukan tradisi kong tek



.

Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Wawancara
Semula istilah wawancara diartikan sebagai tukar-menukar pandangan
antara dua orang atau lebih. Kemudian, istilah ini diartikan lebih lanjut, yaitu
sebagai metode pengumpulan data atau informasi dengan cara tanya jawab
sepihak, dikerjakan secara sistemik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan.
Tujuan wawancara sendiri adalah mengumpulkan data atau informasi (keadaan,
gagasan/pendapat, sikap/tanggapan, keterangan dan sebagainya) dari suatu pihak
tertentu. (Subyantoro, dkk, 2006:97)
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada
seorang biksu Mahayana, ketua pembina masyarakat Tionghoa, dan masyarakat
Tionghoa. Pada saat wawancara dilakukan, peneliti menanyakan segala hal
tentang ritual kong tek



dan tata cara pelaksanaannya (daftar pertanyaan

terlampir). Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan tiga orang informan.
Informan ini berasal dari pembina, biksu, dan tokoh masyarakat.Biasanya mereka
adalah orang-orang yang memiliki hubungan langsung dengan ritual kong tek


dan menguasai tradisi dan budaya Tionghoa, dan informan yang dipilih

memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Masyarakat asli Tionghoa.
2. Berusia antara 35-56 tahun.
3. Memahami dan mengerti tradisi Tionghoa terutama ritual kong tek


.

4. Masih menjalani tradisi kong tek

德 .

5. Sehat jasmani dan rohani.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara dilakukan pada pagi hari pukul 09.00-17.00 pada hari Jumat,
Sabtu dan Minggu. Wawancara dilakukan di Vihara tempat dilaksanakannya ritual
kong tek



. Peneliti menanyakan dan mencatat semua hal yang

berhubungan dengan ritual kong tek



. Peneliti melakukan percakapan dan

tatap muka secara langsung dengan informan. Dalam hal ini peneliti memberikan
beberapa pertanyaan dan mengarahkan topik pembicaraan sesuai dengan
kepentingan untuk memperoleh data tentang tradisi kong tek (

德).

3.4.4 Kajian Dokumen
Metode pengumpulan data selanjutnya pada penelitian ini adalah kajian
dokumen. Berbagai data baik fakta yang terkumpul yaitu (1) artikel dari
penelitian-penelitian terdahulu, (2) foto-foto peralatan yang di gunakan saat ritual
kong tek, foto-foto diperoleh dari dokumentasi pribadi peneliti, (3) buku doa yang
dibagikan oleh keluarga yang melaksanakan ritual kepada seluruh partisipan saat
ritual kong tek

德 berlangsung. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-

data yang diperlukan yang terkait dengan permasalahan penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Miles dan Hubermen (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai
dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis
meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta
Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing / verification).

Universitas Sumatera Utara

1.

Tahap Reduksi Data
Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data menurut Miles dan

Huberman adalah :
Pertama, meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan
situasi di lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan
meringkas dokumen yang relevan. Kedua, dalam analisis selama pengumpulan
data adalah pembuatan catatan obyektif.Peneliti perlu mencatat sekaligus
mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana adanya,
faktual atau obyektif-deskriptif. Ketiga, membuat catatan reflektif. Menuliskan
apa yang terangan dan terfikir oleh peneliti dalam sangkut paut dengan catatan
obyektif tersebut diatas. Keempat, mencermati penjelasan di atas, seorang peneliti
dituntut memiliki kemampuan berfikir sensitif dengan kecerdasan, keluasan serta
kedalaman wawasan yang tertinggi.
Berdasarkan kemampuan tersebut peneliti dapat melakukan aktivitas
reduksi data secara mandiri untuk mendapatkan data yang mampu menjawab
pertanyaan penelitian. Proses reduksi data dilakukan dengan mendiskusikan pada
teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut diharapkan
wawasan peneliti akan berkembang dan data hasil reduksi lebih bermakna dalam
menjawab pertanyaan penelitian.


Reduksi data dalam penelitian ritual kong tek

:

a. Peneliti mengumpulkan semua data baik sekunder maupun primer yang
berhubungan dengan

ritual kong tek



. Data primer berupa

wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan. Sebelum melakukan
wawancara peneliti membuat pedoman sesuai dengan wawancara yang

Universitas Sumatera Utara

diberikan kepada ketua pembina masyarakat Tionghoa, peneliti datang ke
vihara untuk bertanya langsung tentang religi tradisional ini. Kemudian
sang informan menjelaskan secara keseluruhan tentang religi tradisional
Tionghoa ritual kong tek



.

b. Peneliti menerjemahkan data lisan dan tulisan dalam bahasa Mandarin
yang diucapkan penutur kedalam bahasa Indonesia untuk kemudian data
tersebut dianalisis maknanya. Data ini didapat dari teks doa dan tuturan
dari biksu dan keluarga Tionghoa ketika melakukan dialog dengan arwah
leluhur pada saat ritual dijalankan.
c. Peneliti menganalisis performansi, partisipasi, dan indeksikalitas ritual
kong tek



berdasarkanTeori Antropolinguistik. kong tek (

德)

adalah ritual duka yang dipercaya sebagai perjalanan arwah dari hidup
setelah mati. Dari awal hingga akhir penelitian, peneliti terus melakukan
pengamatan ritual kong tek (

德 ). Peneliti menganalisis performansi

dengan menggunakan Teori Antropolinguistik, dari performansi diperoleh
data ritual kong tek (

德) yaitu bagaimana ritual ini dilakukan, melalui

indeksikalitas ditemukan alat-alat yang digunakan pada ritual kong tek (
德), melalui partisipasi diketahuisiapa saja yang terlibat dalan ritual kong
tek (

德).

1. Performansi
Prosesi ritual kong tek (

德) Dimulai dari prosesi ritual, peralatan apa

saja yang digunakan, dan siapa saja yang terlibat dalam ritual tradisional kong tek


.Dengan objek penelitian miniatur rumah dari kertas yang sangat megah

Universitas Sumatera Utara

dan mewah yang didalamnya terdapat berbagai macam barang elektronik, pakaian,
perabot rumah tangga dalam bentuk replika. Lengkap dengan mobil dan halaman
yang sangat indah. Di dalamnya terdapat patung dua belas pelayan dan dua
gunung perak dan emas yang diajaga oleh penjaga yang akan dianalisis fungsi dan
maknanya. Melalui performansi, peneliti akan menganalisis struktur ritual kong


tek

, bagaimana ritual berlangsung dari awal sampai akhir.

2. Partisipasi
Penelitian ini juga menganalisis siapa saja participant yang terlibat dalam
ritual kong tek



yaitu anggota keluarga Tionghoa, yakni adik, anak laki-

laki, anak perempuan, beserta cucu. Selain itu yang menjadi partisipan di dalam
ritual kong tek



ialah para biksu yang memimpin ritual dan para audiens

yang menyaksikan ritual dari awal sampai akhir.
3. Indeksikalitas
Dalam ritual kong tek
kong tek





ditemukan pula peralatan-peralatan ritual

yang akan dianalisis menggunakan indeksikalitas dalam kajian

antropolinguistik. Di dalam indeksikalitas ditemukan bentuk, tanda, dan simbol
yang akan diperoleh fungsi dan makna dari setiap peralatan sebagai berikut:
-

Rumah Kertas
Kertas dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai rumah asli

ditambah pondasi bangunan dari bambu yang kokoh. Dengan design utama
berbahan kertas rumah dibuat dengan sangat megah di hiasi dengan lampu
berwarna-warni. Di depan rumah dibuat taman yang sangat indah. Menurut
kepercayaan masyarakat Tionghoa, rumah kertas ini berfungsi sebagai tempat

Universitas Sumatera Utara

tinggal leluhur di dalam baka. Rumah kertas dalam ritual kong tek (

德)

menyimbolkan strata sosial leluhur yang meninggal. Semakin besar dan megah
rumahnya menandakan semakin sukses dan berhasil anak dan keluarga yang
ditinggalkan. Di dalam rumah kertas ini terdapat barang-barang mewah seperti
perabotan rumah tangga, di dalamnya terdapat beberapa kamar tidur dan ruang
tamu. Di ruang tamu rumah kertas ini terdapat barang-barang elektronik seperti
figura, Televisi, DVD, sofa. Barang-barang ini berfungsi sebagai alat-alat yang
dipercaya akan membuat leluhur nyaman dan senang karena barang-barang ini
juga ada di rumah leluhur sebelum leluhurnya meninggal.
-

Sesajian/Persembahan untuk leluhur
Sesajian yang yang terlihat dalam upacara ritual kong tek (

德) yaitu tiga

jenis hewan dari babi, ayam dan ikan bandeng, yang dikenal dengan sebutan Sam
Seng/San Sheng (

牲)atau dari bunyi kata dapat diartikan sebagai Kehidupan

Tiga (alam). Ketiga jenis hewan tersebut mewakili kehidupan di darat (babi),
kehidupan di air (ikan bandeng) dan kehidupan di udara (ayam, yang tergolong
unggas). Kehidupan di tiga alam menyiratkan agar di manapun berada seseorang
harus dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya sehingga dia mampu
bertahan

untuk

melangsungkan

kehidupannya.

persembahyangan dalam ritual kong tek (

Selain

makanan

pokok,

德) juga menggunakan buah-buahan

dan sayur-sayuran segar yang memiliki makna simbolik seperti. Kue Cang atau
Bacang, kue apem, buah pir, buah apel, buah pisang, jeruk dan air dalam cawan.
Apabila dikaji secara indesikalitas bermakna untuk menyampaikan harapan,
permohonan, selain pujian kepada Sang Pencipta.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan penjelasan tersebut maka performansi, indeksikalitas dan


partisipasi dalam ritual kong tek
parameter

antropolinguistik

yaitu

,

dikaji dengan menggunakan tiga
keterhubungan,

kebernilaian,

dan

keberlanjutan yang memperlihatkan keadaan objek yang diteliti yaitu bagaimana


pemahaman masyarakat Tionghoa kini tentang tradisi kong tek

serta

bagaimana pewarisan tradisi ke generasi selanjutnya sebagai pelestarian terhadap
kebudayaan lampau.
d. Peneliti menganalisis dan mendeskripsikan fungsi, makna, nilai-nilai serta
kearifan lokal yang terdapat didalam ritual kong tek
nilai-nilai luhur dalam tradisi kong tek





. Terdapat

yaitu nilai moral agar

selalu berbakti kepada kedua orangtua serta kearifan lokal sebagai bentuk
solidaritas antar sesama keluarga, kearifan lokal tentang hubungannya
dengan manusia, alam, dan mahluk gaib yang memiliki keterkaitan dan
saling membutuhkan satu sama lain, serta kearifan lokal terhadap
kepercayaan dan kesejahteraan hidup.
2. Tahap Penyajian Data/ Analisis Data Setelah Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau
penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya,
mengingat bahwa peneliti kualitatif banyak menyusun teks naratif.

Display

adalah format yang menyajikan informasi secara tematik kepada pembaca.
Penelitian kualitatif

biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan-

tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu. Konteks tersebut dapat dilihat
sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai
aspek relevan dari sistem sosial dimana seseorang berfungsi (ruang kelas, sekolah,

Universitas Sumatera Utara

departemen, keluarga, agen, masyarakat lokal), sebagai ilustrasi dapat dibaca
Miles dan Huberman (1984:133).
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun
dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja
penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang
yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki
makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan data,
membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi
dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian. Penyajian
data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis
kualitatif yang valid dan handal.
3.Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan berdasarkan
temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti buat yang
mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan
bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti
konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka
kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel.
Langkah verifikasi yang dilakukan peneliti sebaiknya masih tetap terbuka
untuk menerima masukan data, walaupun data tersebut adalah data yang tergolong
tidak bermakna. Namun demikian peneliti pada tahap ini sebaiknya telah
memutuskan anara data yang mempunyai makna dengan data yang tidak

Universitas Sumatera Utara

diperlukan atau tidak bermakna. Data yang dapat diproses dalam analisis lebih
lanjut seperti absah, berbobot, dan kuat sedang data lain yang tidak menunjang,
lemah, dan menyimpang jauh dari kebiasaan harus dipisahkan.
Kualitas suatu data dapat dinilai melalui beberapa metode, yaitu :
-

mengecek representativeness atau keterwakilan data

-

mengecek data dari pengaruh peneliti

-

mengecek melalui triangulasi

-

melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat
dipercaya

-

membuat perbandingan atau mengkontraskan data

-

menggunakan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai
data negatif

Dengan mengkonfirmasi makna setiap data yang diperoleh dengan
menggunakan satu cara atau lebih, diharapkan peneliti memperoleh informasi
yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penarikan
kesimpulan penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang belum
pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya remang-remang atau gelap menjadi jelas setelah diteliti.
Temuan tersebut berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga berupa
hipotesis atau teori.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
德 dipercaya sebagai perjalanan arwah dari hidup

Ritual kong tek

setelah mati. Keadaan arwah seperti ini perlu mendapat penghiburan, bimbingan
dan perlindungan agar arwah menjadi tenang dan pasrah menerima keadaannya.
Untuk itu dibutuhkan beberapa ritual duka yang sudah dikenal, sesuai dengan
aliran kepercayaan atau agama yang dianut oleh almarhum atau oleh keluarganya.
Banyak upacara ritual untuk arwah yang masih dilakukan oleh keluarga Tionghoa.
Seperti yang masih banyak dilakukan oleh ummat Konghucu dan Taois adalah
ritual kong tek



.

Gambar 1. Replika Rumah Kertas
Pada bab ini diuraikan secara luas mengenai ritual kong tek (

德) pada

masyarakat Tionghoa di Kota Medan. Yang menjadi fokus utama dalam
penelitian iniadalah kajian antropolinguistik yang meliputi (1) performansi, (2)
partisipasi (3) indeksikalitas ritual kong tek (

德 ),sehingga dapat diketahui

hubungan struktur teks, koteks dan konteks (budaya, ideologi, sosial, dan situasi).

Universitas Sumatera Utara

Bab ini juga akan menganalisis dan membahas makna, fungsi, nilai-nilai dan
norma yang terdapat pada ritual kong tek (

德),dan kearifan lokal yang terdapat

di dalamnya.
4.2 Hasil Penelitian
Untuk memahami budaya masyarakat Tionghoa penulis berfokus pada
kajian antropolinguistik. Kandungan yang tersirat dalam mantra dan komunikasi
dengan arwah di dalam tradisi kong tek (

德), memperlihatkan nilai-nilai yang

rapi dan terstruktur dari budaya masyarakat Tionghoa. Ideologi mampu menerka
secara mendalam maksud yang terdapat di dalam tradisi kong tek (

德), sistem

nilai, dan sistem sosial masyarakat Tionghoa serta hubungan mereka dengan
masyarakat lain.
Mengetahui tradisi masyarakat Tionghoa ini, artinya mengetahui peristiwa
budaya yang berlaku dari pemikiran mereka. Setidaknya gambaran sedemikian
diungkapkan dengan meneruskan tradisi lama. Tradisi kong tek (

德 ) juga

mengandung medium interaksi dengan alam gaib yaitu alam arwah dan sang
pencipta. Adanya hubungan alam yang ditampilkan dari konteks budaya dan
konteks situasi mempunyai makna ideologi tersendiri. Secara tersirat tradisi kong
tek (

德) mampu menyampaikan interpretasi seperti norma-norma masyarakat

Tionghoa sebagai penanda identitas sosial dan solidaritas.

4.2.1

Performansi (Performance)
Performansi berhubungan dengan aktivitas yang sedang berlangsung dan

merupakan proses kegiatan, tindakan, dan pertunjukan dari ritual kong tek (

Universitas Sumatera Utara

德).Ritual kong tek



biasanya dilakukan di kelenteng. Kelenteng atau

Vihara adalah rumah bagi orang-orang Tionghoa yang merupakan perkumpulan
klen dimana aggotanya adalah orang-orang Tionghoa yang berasal dari sub suku
bangsa mana saja asalkan mempunyai nama keluarga yang sama.
Sebelum dimulainya acara ritual ada prosesi yang dilakukan para biksu
maupun keluarga Tionghoa mempersiapkan segala kebutuhan yang akan
diperlukan selama ritual dilaksanakan. Adapun kegiatan yang dilakukan sebelum
upacara adalah: (1)sembahyang, (2)membakar dupa, (3) membakar lilin, (4)
membakar uang kertas, (5) memberikan persembahan/sesajian, (6) membaca
mantera, (7) membakar rumah replika, (8) berkomunikasi dengan arwah. Berikut
adalah pembahasan tentang tahapan-tahapan yang dilakukan dalam performansi
ritual kong tek sebagai berikut:
1. Sembahyang
Asal mula sembahyang leluhur orang Tionghoa berasal dari kepercayaan
masyarakat dahulu yang berpendapat bahwa setelah seseorang meninggal, arwah
orang tersebut dapat meninggalkan tubuhnya dan tetap terus hidup. Konsep
mengenai arwah ini menimbulkan ketakutan dalam diri mereka. Arwah yang telah
meninggalkan tubuh dapat lebih bebas untuk pergi kemanapun. Kemampuan
untuk mempengaruhi hal yang membahagiakan dan merugikan manusia lebih
besar

dibandingkan

sewaktu

dia

hidup.

Oleh

karena

itu

munculah

persembahyangan terhadap orang yang telah meninggal.
Sebelum ritual kong tek ( 德

dilaksanakan, keluarga Tionghoa melakukan

sembahyang untuk para leluhur. Bagi mereka praktik itu merupakan suatu hal

Universitas Sumatera Utara

yang penting dan wajib untuk dilakukan. Kewajiban itu tampak bukan sekedar
sebagai penerusan tradisi masa lampau, tetapi lebih merupakan bagian dari
penghayatan dan pengamalan iman mereka.Adanya aturan-aturan yang ketat dan
harus diikuti dengan benar dalam melaksanakan kegiatan sembahyang untuk
leluhur, menunjukkan bahwa sembahyang untuk leluhur bukanlah suatu kegiatan
yang bisa dilakukan secara sembarangan, dan juga bukan suatu kegiatan yang
tidak memiliki makna. Ada ketentuan-ketentuan menyangkut tempat, waktu,
perlengkapan dan cara pelaksanaannya. Upacara ini dilaksanakan secara
perorangan dan bersama-sama.
2. Membakar Hio/Dupa (香炉)
Masyarakat Tionghoa sangat mementingkan kesinambungan sukunya,
mereka selalu mengingatkan agar tidak lupa membakar dupa dan menyediakan
persembahan untuk leluhurnya. Masyarakat Tionghoa juga percaya bahwa arwah
leluhur yang berada di akhirat bergantung pada sanak saudara dan sahabat mereka
di dunia ini, sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman di alam baka.

Gambar 2. Pembakaran Hio/ Dupa

Universitas Sumatera Utara

Hio (Hokkian) atau Hsiang 香

Mandarin

artinya adalah harum. Harum

yang dimaksudkan disini adalah dupa, yaitu bahan pembakar yang dapat
mengeluarkan asap yang berbau sedap dan harum. Dupa berfungsi sebagai alat
untuk menentramkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi. Makna yang
terdapat dalam budaya membakar dupa ialah untuk menyampaikan dan
mengirimkan doa melalui asap wewangian dalam segala arah. Dupa/hio yang
digunakan dalam ritual kong tek



berjumlah ganjil menggunakan satu

atau tiga batang hio. Cara menggunakan hio yaitu dengan dibakar, tangan
mengepal lalu memberikan penghormatan untuk membalas jasa langit, bumi dan
orangtua yang telah meninggal.
3. Membakar Lilin
Lilin memiliki makna sebagai penerang dalam kegelapan. Lilin yang
dinyalakan ini adalah lambang dari kesucian, ketulusan, dan pengabdian. Dalam
kebudayaan Tionghoa selalu disebutkan ―bertindaklah sebagai lilin‖, yaitu rela
berkorban untuk menjadi penerang kepada seluruh alam dan manusia. Dalam
konteks yang lebih luas, diajarkan kepada orang Tionghoa agar selalu berlaku
dermawan dan sosial dengan cara menyantuni orang yang kurang mampu dan
semoga menjadi penerang kepada semua orang di dunia ini, bukan hanya sekedar
berguna kepada sesama agama atau religi tetapi kepada semua mahluk.
Pada saat menuju prosesi acara dalam ritual kong tek (



, ada

beberapa tahapan-tahapan ritual yang harus dilakukan yakni, 1) Membakar Uang
Kertas, 2)Memberikan Sesaji, 3)Membakar rumah replika untuk leluhur, 4)
Berdialog dengan arwah leluhur, 5) Berdoa.

Universitas Sumatera Utara

Budaya yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa memiliki unsur magis
baik dari mulai pembuatan sampai kepada pelaksanaan ritualnya. Berikut
penjelasan tahapan budaya tradisi kong tek (



:

1. Membakar UangKertas
Membakar uang kertasemas adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada
saat ritual dimulai. Keluarga yang melakukan ritual kong tek (



membakar

uang kertas emas dihalaman vihara. Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa
bahwa manusia setelah meninggal akan menuju ke alam baka. Namun bagi
manusia yang mempunyai jasa besar saat di dunia dapat pengecualian untuk
berdomisili di alam langit. Alam langit dipercaya mempunyai pemerintahan yang
mirip dengan alam manusia. Atas dasar kepercayaan inilah, uang emas dan uang
perak diciptakan. Uang emas diperuntukan kepada dewa-dewi di alam langit.
Uang perak diperuntukkan kepada roh manusia di alam baka. Uang perak juga
diperuntukan bagi roh manusia yang gentayangan di alam manusia (hantu).

Gambar 3. Pembakaran Uang Kertas

Universitas Sumatera Utara

Budaya bakar uang emas ini dilakukan atas kepercayaan bahwa dewa api
adalah penghubung antara tiga alam yaitu alam langit, alam baka, dan alam
manusia. Makna dari tradisi bakar-bakaran adalah semacam simbolisasi saja.
Yaitu, Simbolisasi atas penghormatan leluhur dan dewa-dewi. Dewa-dewi di
dalam kebudayaan Tionghoa adalah mahluk adikodrat yang dimanusiakan,
dianggap hidup dan bertindak seperti manusia.
Saat uang kertas dibakar keluarga tionghoa yang melakukan ritual kong
tek (



mengucapkan doa kepada leluhur, doa ini merupakan doa pelimpahan

jasa. Uang kertas adalah ‘uang akhirat’yang disediakan untuk digunakan oleh
orang yang telah meninggal. Oleh karena itu, dalam sembahyang leluhur sering
ditemukan pembakaran uang kertas. Mereka percaya bahwa uang kertas adalah
uang yang digunakan orang yang telah meninggal di akhirat. Hal ini menandakan
bahwa mereka masih percaya kehidupan di akhirat menyerupai kehidupan yang
mereka jalani saat ini. Kehidupan di dunia membutuhkan uang, di akhirat pun
pasti juga membutuhkan uang. Oleh karena itu mereka berharap dengan
membakar uang kertas, leluhur dapat memiliki kehidupan yang baik.
Jenis uang kertas bukan hanya ada satu, tetapi ada tiga. Yang pertama
adalah daqian (打钱), yaitu menggunakan palu dan cetakan uang yang terbuat
dari besi; cetakan uang tersebut diletakkan di atas kertas tanah lalu menggunakan
palu untuk memukulnya sehingga bentuk uang terbentuk di kertas tanah tersebut.
Yang kedua adalah jianqian (剪钱), yaitu kertas tanah yang dibentuk menjadi
kotak lalu ditempel dengan kertas foil emas dan perak; juga dibentuk menjadi
seperti batang emas atau perak berbentuk sepatu pada zaman feodal di Tiongkok.

Universitas Sumatera Utara

Yang ketiga adalah yinqian (印钱), yaitu uang kertas yang menirukan uang zaman
modern, terdapat cetakan tulisan ‘Bank Dunia Akhirat’ dan berbagai macam
angka yang menandakan jumlah uang, layaknya seperti uang kertas yang ada di
dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, uang kertas modern menjadi cukup populer.
Sedangkan kemunculan ‗Kartu Kredit Dunia Akhirat‘ dan ‗Cek Dunia Akhirat‘
dapat mencerminkan perubahan zaman.
Meskipun demikian, sebagian dari mereka juga melihat kondisi mereka
sendiri untuk melakukan tradisi kebiasaan membakar uang kertas ini. Apalagi
harga uang kertas sekarang tergolong tidak murah yang terpenting adalah terus
melakukan sembahyang leluhur meski secara sederhana tetapi dengan hati yang
ikhlas.
2. Memberikan Persembahan/Sesaji

Gambar 4. Sesajian Leluhur
Memberikan

persembahan

yang

ditujukan

bagi

leluhur

dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu persembahan yang dibakar dan tidak
dibakar. Persembahan tersebut berbentuk sajian makanan, minuman serta bendabenda yang terbuat dari kertas. Persembahan yang tidak dibakar, yang berupa

Universitas Sumatera Utara

berbagai jenis makanan dan minuman akan tetap utuh selama ritual berlangsung
dan pada akhir upacara akan menjadi santapan bagi seluruh keluarga.
Persembahan yang dibakar terdiri dari rumah tiruanbeserta isinya dan uang-uang
kertas tiruan. Kedua bentuk persembahan ini memiliki arti simbolis. Jika
ditelusuri menurut dasar pemikiran orang Tionghoa seperti yang telah diterangkan
sebelumnya, persembahan saji-sajian makanan dan minuman tersebut merupakan
tindakan pengucapan syukur yang ditujukan bagi Po (material soul) oleh karena
jenis persembahan ini tidak dibakar. Sedangkan jenis persembahan yang
menggunakan api (dibakar) ditujukan bagi qi (immaterial soul).
3. Membaca Mantra
Membacamantra dilakukan setelah semuanya sudah lengkap, biksu yang
memimpin ritual membakar kertas doa sambil bergerak dan menggoyanggoyangkan kertas doa sambil mengucapkan mantra. Budaya membaca mantra ini
untuk memanggil roh leluhur dan dewa agar memberkati ritual tersebut. Mantra
yang diucapkan adalah mantera dari sutera yang di pakai untuk memanggil arwah
para dewa dan leluhur yang bertujuan untuk melenyapkan karma buruk pada
leluhur dari masa lampau. Mantera untuk menghilangkan karma buruk yang
diucapkan pada tradisi kong tek ( 德)adalah sebagai berikut:
觀世音菩薩◦
Guan Shi Yin Pu Sa ◦
Terpujilah Avalokiteshvara Bodhisattva.
南無佛◦
Na Mo Fo◦
Terpujilah Buddha,.

Universitas Sumatera Utara

南無法◦
Na Mo Fa ◦
Terpujilah Dharma,
南無僧◦
Na Mo Seng ◦
Terpujilah Sangha

Mantra ini diucapkan sebagai bentuk puji-pujian untuk memuji Buddha
agar sang Buddha Bodhissatva datang pada ritual kong tek( 德)untuk memberkati
upacara serta arwah leluhur. Mantra ini memiliki ideologi keyakinan masyarakat
Tionghoa kepada Tuhan yang Maha Esa (Buddha) sebagai penolong mereka yang
mampu melenyapkan takdir-takdir buruk di dalam hidup.
佛國

緣, 佛法相因◦

Fo Guo You Yuan, Fo Fa Xiang Yin ◦
Bagi siapa yang ingin mencapai loka Buddha,maka Buddha Dharma akan menjadi penolongnya.
常樂

淨,

緣佛法◦

Chang Le Wo Jing, You Yuan Fo Fa ◦
Jika senantiasa senang berlaku suci dan bersih dari ―keakuan‖,pasti dapat membantu diperolehnya
Buddha Dharma.

Mantera diatas memiliki ideologi apabila orang Tionghoa beriman kepada
Buddha Darma dan ingin mencapai keimanan tertinggi (loka Buddha), mereka
harus menerapkan hidup yang suci dan bersih serta tidak sombong dan tidak
memikirkan diri sendiri. Buddha akan selalu menjadi penolong di dalam hidup
mereka.
南無摩訶般

波羅蜜, 是大神咒◦

Na Mo Mo Ho Bo Re Bo Luo Mi Shi Da Shen Zhou ◦
Namo Maha Prajnaparamita adalah Mantra Yang Maha Agung.
南無摩訶般

波羅蜜, 是大明咒◦

Universitas Sumatera Utara

Na Mo Mo He Bo Ruo Bo Luo Mi Shi Da Ming Zhou ◦
Namo Maha Prajnaparamita adalah Mantra Yang Sempurna Pengetahuannya.
南無摩訶般

波羅蜜, 是無

咒◦

Na Mo Mo He Bo Ruo Bo Luo Mi Shi Wu Shang Zhou ◦
Namo Maha Prajnaparamita adalah Mantra Yang Tertinggi.
南無摩訶般

波羅蜜, 是無等等咒◦

Na Mo Mo He Bo Ruo Bo Luo Mi Shi Wu Deng Deng Zhou ◦
Namo Maha Prajnaparamita adalah Mantra Yang Tiada Bandingnya.
南無淨光秘密佛◦
Na Mo Jing Guang Mi Mi Fo◦
Namo Cing Kuang Mi Mi Fo.
法藏佛◦Fa Zang Fo◦
Fa Cang Fo.
獅子吼神足幽王佛◦
Shi Zi Hou Shen Zu You Wang Fo ◦
She Ce Hou Shen Cu You Wang Fo.
佛告須彌燈王佛◦
Fo Gao Xu Mi Deng Wang Fo ◦
Fo Kao Si Mi Teng Wang Fo
法護佛◦
Fa Hu Fo ◦
Fa Hu Fo.
金剛藏獅子遊戲佛◦
Jin Gang Zang Shi Zi You Xi Fo ◦
Cin Kang Cang She Ce You Si Fo.
寳勝佛◦
Bao Sheng Fo ◦
Pao Sheng Fo.
神通佛◦
Shen Tong Fo ◦
Sen Thung Fo

Universitas Sumatera Utara

藥師琉璃光王佛◦
Yao Shi Liu Li Guang Wang Fo ◦
Yao She Lui Li Kuang Wang Fo.
普光功德山王佛◦
Pu Guang Gong De Shan Wang Fo ◦
Phu Kuang Kung Te Shan Wang Fo.
善住功德寳王佛◦
Shan Zhu Gong De Bao Wang Fo ◦
Shan Cu Kung Te Pao Wang Fo.
過去七佛◦
Guo Qu Qi Fo ◦
Tujuh Buddha Masa Lampau,
未來賢劫千佛◦
Wei Lai Xian Jie Qian Fo ◦
Ribuan Buddha dari Bhadra Kalpa sekarang dan yang akan datang
千五百佛◦
Qian Wu Bai Fo ◦
Seribu lima ratus Buddha
萬五千佛◦
Wan Wu Qian Fo ◦
lima belas ribu Buddha.
五百花勝佛◦
Wu Bai Hua Sheng Fo ◦
Lima ratus Buddha Kemenangan Bunga,
百億金剛藏佛◦
Bai Yi Jin Gang Zang Fo ◦
Seratus Juta Buddha Harta Vajra.
定光佛◦
Ding Guang Fo ◦
Buddha Cahaya Tetap.

Universitas Sumatera Utara





號◦

Liu Fang Liu Fo Ming Hao:
Enam Buddha dari enam penjuru, yakni:,
東方寳光

殿

妙尊音王佛◦

Dong Fang Bao Guang Yue Dian Yue Miao Zun Yin Wang Fo ◦
Buddha Pao Kuang Ye Tien Ye Miao Cun Yin Wang Fo dari Timur.
南方樹根華王佛◦
Nan Fang Shu Gen Hua Wang Fo ◦
Buddha Shu Ken Hua Wang Fo dari Selatan.
西方皂王神通燄花王佛◦
Xi Fang Zao Wang Shen Tong Yan Hua Wang Fo ◦
Buddha Cao Wang Shen Thung Yen Hua Wang Fo dari Barat.


殿情淨佛◦

Bei Fang Yue Dian Qing Jing Fo ◦
Buddha Ye Tien Ching Cing Fo dari Utara.
方無數精進寳首佛◦
Shang Fang Wu Shu Jing Jin Bao Shou Fo ◦
Buddha Wu Su Cing Cin Pao Sou Fo dari Atas.
方善寂

音王佛◦

Xia Fang Shan Ji Yue Yin Wang Fo ◦
Buddha Shan Ci Ye Yin Wang Fo dari Bawah.
無量諸佛◦
Wu Liang Zhu Fo ◦
Semua Buddha yang tak terhitung jumlahnya.
多寳佛◦
Duo Bao Fo ◦
Para Buddha Permata
釋迦牟尼佛◦
Shi Jia Mou Ni Fo ◦
Buddha Sakyamuni,

Universitas Sumatera Utara

彌勒佛◦
Mi Le Fo ◦
Buddha Maitreya,
閦佛◦
Ah Chu Fo ◦
Buddha Akhsobya,


佛◦

Mi Tuo Fo ◦
Buddha Amitabha.

Mantera diatas memiliki ideologi sebagai puji-pujian terhadap Buddha,
mantera ini dituturkan untuk memanggil leluhur dan dewa agar berkumpul pada
ritual kong tek (

德).Mantera ini dituturkan biksu dan pemuka agama untuk

melenyapkan karma buruk. Agar karma buruk yang ada pada leluhur pada
kehidupan yang lampau dapat dihilangkan atau diringankan.Mantera tersebut juga
bermaksud agar membangkitkan tekad untuk tidak berbuat jahat, perbanyak
perbuatan baik, mensucikan hati dan pikiran agar tidak terbeban kepada
penderitaan. Tujuh Buddha, ribuan Buddha, seribu lima ratus Buddha bermaksud
sebagai pemujaan kepada Buddha untuk menghapus kesalahan agar lebih sukses
di dunia.
中央一切眾生◦
Zhong Yang Yi Qie Zhong Sheng ◦
Semua makhluk di dunia tengah.
在佛世界中者◦
Zai Fo Shi Jie Zhong Zhe ◦
Dan yang berada di Tanah Suci,
行住於地

, 及在虛空中◦

Xing Zhu Yu Di Shang, Ji Zai Xu Kong Zhong ◦

Universitas Sumatera Utara

Yang berjalan di bumi maupun yang terang di angkasa.
慈憂於一切眾生◦
Ci You Yu Yi Qie Zhong Sheng ◦
Melimpahi belas kasih tak terbatas kepada semua makhluk.
各令安穩休息◦
Ge Ling An Wen Xiu Xi ◦
Menitahkan agar masing-masing diasuh dengan aman dan tenang,
晝夜修持◦
Zhou Ye Xiu Chi ◦
Setiap siang dan malam senantiasa membina diri
心常求誦此經◦
Xin Chang Qiu Song Ci Jing ◦
Dalam hati senantiasa melafalkan sutra ini.
能滅生死

, 消除諸毒害◦

Neng Mie Sheng Si Ku, Xiao Chu Zhu Du Hai ◦
Dengan berbuat demikian, dapat memadamkan api penderitaan dari kehidupan dan kematian,
南無大明觀世音◦
Na Mo Da Ming Guan Shi Yin ◦
serta memusnahkan segala marabahaya.
觀明觀世音◦
Guan Ming Guan Shi Yin ◦
Namo Avalokiteshvara yang Maha Cemerlang,
高明觀世音◦
Gao Ming Guan Shi Yin ◦
Avalokiteshvara Bodhisattva sebagai Pengawas Yang Cemerlang,
開明觀世音◦
Kai Ming Guan Shi Yin ◦
Avalokiteshvara Bodhisattva sebagai Pelindung Maha Agung Yang Cemerlang,
藥王菩薩◦
Yao Wang Pu Sa ◦
Avalokiteshvara Bodhisattva sebagai Pembuka Pintu Keselamatan,

Universitas Sumatera Utara



菩薩◦

Yao Shang Pu Sa ◦
Kebahagiaan yang Cemerlang.
文殊師利菩薩◦
Wen Shu Shi Li Pu Sa ◦
Bodhisattva Raja Pengobatan,
普賢菩薩◦
Pu Xian Pu Sa ◦
Bodhisattva Pengobatan Tertinggi,
虛空藏菩薩◦
Xu Kong Zang Pu Sa ◦
Manjushri Bodhisattva,
地藏王菩薩◦
Di Zang Wang Pu Sa ◦
Samantabhadra Bodhisattva,
清涼寶山億萬菩薩◦
Qing Liang Bao Shan Yi Wan Pu Sa ◦
Akasagarbha Bodhisattva, Ksitigarbha Bodhisattva
普光王如來

勝菩薩◦

Pu Guang Wang Ru Lai Hua Sheng Pu Sa ◦,
para Bodhisattva di Gunung Ching Liang Pao Shan,
念念誦此經◦七佛世尊, 即說咒曰◦
Nian Nian Song Ci Jing ◦

Isi teks mantra berarti mendatangkan karma yang baik yaitu bila seseorang
berhasil mencapai titik penyatuan tubuh, ucapan, dan pikiran sewaktu menuturkan
mantra atau membaca sutra. Menurut orang Tionghoa getaran dari pembacaan
sutra atau mantra itu berubah menjadi kilatan sinar putih yang berputar putar dan
memancar dari mulut, kepala, dan seluruh pori pori tubuh, semuanya bergabung
membentuk sinar yang cemerlang. Ketika sinar ini menyatu dengan sinar Buddha

Universitas Sumatera Utara

yang bersangkutan dengan mantra atau sutra yang dibaca, sang Buddha atau
Bodhisattva itu akan segera datang. Sinar putih yang berputar putar itu adalah
berputarnya roda Dharma. Seseorang yang melafal mantra atau membaca sutra
sampai pada titik terputarnya roda Dharma dapat dikatakan telah dapat
mengendalikan tubuhnya. Ia akan terlahir sebagai sekuntum teratai di surga
Sukhawati, mencapai keBudhaan atau suciwan, dan tidak perlu lagi mengalami
reinkarnasi.
Qi Fo Shi Zun, Ji Shou Zhou Yue:
離婆離婆帝, 求訶求訶帝,

羅尼帝, 你訶羅帝, 毗黎尼帝, 摩訶迦帝, 真陵乾帝, 梭哈 (7x)

Li Po Li Po Di, Qiu He Qiu He Di, Tuo Luo Ni Di, Ni He Luo Di, Pi Li Ni Di, Mo He Jia Di, Zhen
Ling Qian Di, Suo Ha. (7x)
Terus-menerus melafalkan sutra ini, tujuh Buddha Lokadjyechtha melafal mantra ini: Li Pho Li
Pho Ti, Ciu Ho Ciu Ho Ti, Thuo Lo Ni Ti, Ni Ho Lo Ti, Pi Li NI Ti, Mo Ho Chie Ti, Cen Ling
Chien Ti, Svaha.

Dengan demikian dari struktural religi dan budaya, teks mantra ritual kong
tek (

德) ini diambil dari ajaran Mahayana yaitu kitab Gao Huang Guan Shi Yin

Jing (高皇觀世音經) . Dapatlah dikatakan bahwa orang-orang Tionghoa dalam
ritual kong tek (

德 )ini mencoba membumikan ajaran Buddha dalam

kebudayaan mereka, tanpa harus menghapus unsur-unsur budaya yang ada.
Mereka mencoba meyatukan budaya dan agama secara universal.
Setelah syarat-syarat ritual kong tek ( 德)dirasa sudah cukup dilakukan
ada tahapan yang harus dilakukan oleh biksu dan anggota keluarga Tionghoa
yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Membakar Rumah Replika
Menurut sejarah dari kebudayaan Tionghoa, budaya membakar rumah
replika dimulai pada zaman pemerintahan Kaisar Lie Sie Bien (Lie She Min) dari
Kerajaan Tang di Tiongkok. Lie Sie Bien adalah seorang kaisar yang adil dan
bijaksana serta pemeluk Agama Buddha yang taat sehingga beliau dicintai oleh
rakyatnya. Dalam pandangan Kaisar sendiri, beliau puas dengan kemakmuran
yang ada disekeliling beliau. Masyarakat dikota raja semuanya hidup bahagia,
tenteram dan damai.
Suatu ketika sang raja pergi keluar kota dan melihat keadaan
masyarakatnya yang sesungguhnya. Keadaan diluar kota sungguh menyedihkan.
Mereka hanya cukup untuk makan, namun mereka tidak punya apa-apa dan hidup
dalam kemiskinan. Yang ada hanyalah pohon-pohonan bambu saja dihalaman
rumah mereka.
Sekembalinya ke kota raja, sang kaisar murung dan terus berpikir keras
bagaimana caranya untuk menyeimbangkan kesejahteraan rakyatnya baik yang
dikota maupun diluar kota raja. Akhirnya kemudian dikisahkan sang raja
mendapatkan ide untuk berpura-pura mangkat, dengan demikian maka seluruh
orang kaya di kota raja akan berkumpul untuk melayat beliau. Disebarkan kabar
bahwa Kaisar menderita sakit yang cukup parah, mendengar kabar ini rakyat
menjadi sedih. Beberapa hari kemudian secara resmi keluar pengumuman dari
Kerajaan bahwa Kaisar Lie Sie Bien meninggal dunia. Rakyat benar benar
berduka- cita karena merasa kehilangan seorang Kaisar yang dicintai, sebagai
ungkapan rasa duka cita ini penduduk memasang kain putih di depan pintu
rumahnya masing-masing tanda ikut berkabung atas mangkatnya Sang Kaisar.

Universitas Sumatera Utara

Sebagaimana tradisi pada waktu itu, jenazah Kaisar tidak langsung dikebumikan,
melainkan disemayamkan selama beberapa minggu untuk memberi kesempatan
pada para pejabat istana dan rakyat untuk memberikan penghormatan terakhir.
Alkisah, setelah beberapa hari kemudian Kaisar Lie Sie Bien hidup
kembali atau bangkit kembali dari kematiannya. Dan kemudian beliau bercerita
mengenai perjalanan panjangnya menuju alam neraka, yang dialaminya selama
saat kematiannya. Dimana salah satu cerita beliau, adalah ketika beliau dalam
perjalanan menuju alam neraka, sang Kaisar bertemu dengan ayah bunda, dan
sanak keluarga, serta teman-temannya yang telah lama meninggal dunia. Dimana
dikisahkan bahwa kebanyakan dari mereka berada dalam keadaan menderita
kelaparan, kehausan, dan serba kekurangan walaupun dulu semasa hidupnya
mereka hidup senang dan mewah.
Keadaan mereka sangat menyedihkan, walaupun saat ini anak-anak dan
keturunannya yang masih hidup berada dalam keadaan senang dan bahagia.
Makhluk-makhluk yang menderita ini berteriak memanggil Lie Sie Bien untuk
minta pertolongan dan bantuannya untuk mengurangi penderitaan mereka.
Menurut Kaisar mereka ini sangat mengharapkan bantuan dan pemberian dari
keturunan dan sanak-keluarganya

yangmasih hidup.

Lalu sang Kaisar

menghimbau dan menganjurkan agar keturunan dan sanakkeluarga yang masih
hidup jangan sampai melupakan leluhur dan keluarganya yang telah meninggal.
Bahwasannya yang masih hidup wajib mengingat dan memberikan bantuan
kepada mereka yang menderita di alam sana, sebagai balas budi kepada leluhur.
Untuk itu keluarga yang masih hidup dianjurkan untuk mengirimkan bantuan
dana/uang kepada mereka yang berada di alam penderitaan. Dan dana bantuan itu

Universitas Sumatera Utara

adalah salah satunya berupa "Rumah- rumahan" dan uang-uangan untuk dibakar
yang terbuat dari bambu-bambu (yang juga merupakan bahan dasar pembuatan
kertas saat itu).
Rumah-rumahan ini yang kemudian dibakar dan akan menjelma menjadi
rumah beserta isinya di alam sana, sehingga dapat dipergunakan oleh ayah bunda,
leluhur, dan sanak keluarga yang berada di alam sana untuk meringankan
penderitaan mereka. Karena yang berkisah ini adalah seorang Kaisar yang sangat
dihormati dan dicintai segenap rakyatnya, maka tentu saja cerita ini dipercayai,
dan himbauan kaisar langsung mendapatkan tanggapan yang baik dari para
pejabat, bangsawan, dan seluruh rakyat kerajaan Tang. Dengan demikian maka
masyarakat kota raja akan berbondong-bondong membeli bambu untuk kebutuhan
rumah-rumahan yang akan dibakar serta pembuatan kertas kepada masyarakat luar
kota raja yang hidup dalam kemiskinan.

Gambar 5. Rumah Replika Akan Dibakar
Hingga saat ini sebagian masyarakat Tionghoa masih melakukan
pembakaran rumah-rumahan, ada yang melengkapi dengan fasilitas replika
perabot rumah tangga, televisi, mobil disertai dengan pembantu rumah tangga,

Universitas Sumatera Utara

dalam upacara duka. Konon agar yang meninggal dunia itu, ‗di alam baka‘
memiliki fasilitas seperti yang dimilikinya ketika masih berada di dunia.
Umat Khonghucu dan Tao-Is yang masih mengikuti kebudayaan
membakar replika rumah mengadakan upacara pengiriman "rumah " atau apa saja
yang sifatnya keduniawian kepada arwah keluarganya yang meninggal. Seperti
rumah beserta perlengkapannya, mobil, uang bahkan ada gunung emas dan
gunung perak. Semuanya terbuat dari kertas yang kemudian dibakar dengan suatu
upacara ritual agar benda-benda tersebut dapat berwu