Ketahanan Energi Indonesia (Studi Analisis : Optimalisasi Pemanfaatan Panas Bumi sebagai Alternatif Energi Baru dan Terbarukan di Sumatera Utara)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Energi merupakan suatu hal yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan
manusia. Untuk melakukan aktivitas, setiap manusia tentu membutuhkan yang
namanya energi. Pesatnya perkembangan teknologi dan semakin bertambahnya
populasi penduduk membuat kebutuhan energi di dunia semakin meningkat.
Berbagai aktifitas manusia sangat tergantung terhadap ketersediaan sumber daya
energi, yaitu untuk keperluan transportasi, mendukung administrasi perkantoran,
penerangan, perhotelan, mendukung keperluan pendidikan, mendukung jalannya
administrasi pemerintahan, penggerak mesin-mesin di industri, dan pemenuhan
bahan baku industri.
Selama ini, kebanyakan kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan bakar
fosil. Sementara persediaan energi dari bahan bakar fosil yang selama ini menjadi
sumber utama energi yang diandalkan jumlahnya semakin terbatas. Kondisi diatas
sangat memprihatinkan karena bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam
yang tak dapat diperbaharui dan suatu saat akan habis. Apabila terus menerus
dilakukan eksploitasi secara besar besaran, diperkirakan sumber energi fosil akan
habis dalam beberapa dekade mendatang. Energi merupakan salah satu hal
penting bagi masyarakat di dunia, bisa dibayangkan bagaimana keadaan


1

Universitas Sumatera Utara

masyarakat di dunia apabila sumber energi utama yaitu bahan bakar fosil habis
begitu saja.
Dalam satu dekade terakhir , keamanan atau ketahanan energy telah
menjadi isu global dan agenda politik luar negri negara-negara dunia.
International Energy Agency (IEA) mendefinisikan ketahanan energi sebagai
ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga yang terjangkau.
Lebih lanjut, ukuran yang dipakai untuk menilai suatu negara dikatakan memiliki
ketahanan energi apabila memiliki pasokan energi untuk 90 hari kebutuhan impor
setara minyak. Ketahanan energi dianggap penting karena energi merupakan
komponen penting dalam produksi barang dan jasa1.
Sedangkan APERC (Asian Pasific Research Centre) mendefenisikan
keamanan energi berdasarkan konsep The 4 A’s of Energy Security, yaitu energi
resourch Availability, Accessibility barriers, enviromental acceptability dan
investment cost Affordability. Indikator dari keamanan energi menurut kajian
APERC , dilihat dari diversifikasi sumber pasokan energi (diversification of

energy supply sources), kebergantungan pada impor energi (net energy impor
dependency), rencana pengembangan bahan bakar nonkarbon (non-carbon based
fuel portofolion) , kebergantungan pada impor minyak dan impor minyak dari

1

Riza Azmi dan Hidayat Amir. Ketahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan bagi Indonesia.

Diambil dari website kementrian keuangan RI http://www.kemenkeu.go.id/sites/
default/files/Energy%20Security.pdf pada 24 Januari 2017 pada pukul 22.18 WIB

2

Universitas Sumatera Utara

Timur-Tengah (net oil import dependency and middle east oil import
dependency)2.
Dengan demikian secara sederhana Ketahanan energi (energy security)
dapat digambarkan dengan : bagaimana ketersediaan fisiknya (availability),
bagaimana kemudahan mendapatkannya (accessibility), bagaimana keterjangkuan

harganya (affordability), serta bagaimana/seberapa kualitasnya dapat diterima
(acceptability). Secara umum ketahanan energi juga digambarkan melalui elemen
bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan (sustainability) dari sistem
penyediaan-permintaan energi yang ada3.
Di Indonesia sendiri penggunaan energi meningkat pesat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Energi mempunyai peranan
penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk
pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi
nasional. Kesinambungan keberhasilan ekonomi, politik dan sosial sangat
bergantung pada kemampuan Indonesia dalam memastikan penyediaan energi
yang

berkelanjutan

dan

cukup

bagi


kebutuhan

konsumen.

Memenuhi

pertumbuhan kebutuhan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan dari pasokan
energi menjadi pilar utama dari kebijakan dan strategi ekonomi serta investasi.4

2

Atiqah Nur Alami dan Nanto Sriyanto. Politik Luar Negri Indonesia dan isu keamanan energi : Maissink

Link dalam sektor energi Indonesia. LIPI . Hal 7
3

Hanan Nugroho. 2014. Ketahanan Energi Indonesia : Gambaran Permasalahan dan Strategi

Memperbaikinya. BAPPENAS Hal 3
4


Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia. Loc cit

3

Universitas Sumatera Utara

Walaupun Indonesia masih dikenal sebagai negara pengekspor energi,
namun kita juga telah berkembang menjadi pengimpor energi yang cukup besar.
Meningkatnya permintaan/konsumsi serta menurunnya kapasitas produksi energi
seperti disebutkan tadi telah menyebabkan impor energi Indonesia meningkat
cepat. Ini perkembangan yang mengkhawatirkan. Dulu Indonesia termasuk negara
pengekspor minyak bumi utama, satu-satunya wakil OPEC dari Asia. Namun
tahun 2006 mulai menjadi pengimpor neto minyak bumi, bahkan melepaskan
keanggautaan di OPEC tahun 20085.
Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan dalam mencapai
target pembangunan bidang energi, karena indonesia masih sangat bergantung
kepada energi fosil. Ketergantungan terhadap energi fosil terutama minyak bumi
dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih tinggi yaitu sebesar 96%
(minyak bumi 48%, gas 18% dan batubara 30%) dari total konsumsi. Tingginya

konsumsi energi fosil tersebut diakibatkan oleh subsidi sehingga harga energi
menjadi murah (jika dibandingkan dengan harga minyak di negara lain) dan
masyarakat cenderung boros dalam menggunakan energi6.
Penggunaan BBM meningkat pesat, terutama untuk transportasi, yang sulit
digantikan oleh jenis energi lainnya. Kebutuhan energi dalam negeri selama ini
dipasok dari produksi dalam negeri dan sebagian dari impor, yang pangsanya
cenderung meningkat. Komponen terbesar dari impor energi adalah minyak bumi

5

Hanan Nugroho. 2014. Ketahanan Energi Indonesia : Gambaran Permasalahan dan Strategi

Memperbaikinya. BAPPENAS Hal 5
6

Dewan Energi Nasional RI. 2014. Outlook Energi Indonesia 2014. Jakarta

4

Universitas Sumatera Utara


dan BBM. Kemampuan produksi lapangan minyak bumi semakin menurun
sehingga membatasi tingkat produksinya. Dalam satu dekade terakhir, kapasitas
produksi kilang BBM dalam negeri tidak bertambah, sedangkan permintaan BBM
di dalam negeri meningkat dengan cepat. Ekspor minyak dan kondensat
cenderung semakin menurun sejalan dengan produksi minyak dalam negeri yang
cenderung terus menurun karena penuaan sumur yang ada dan juga keterlambatan
investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber minyak baru. Bilamana tidak
segera ditemukan sumber minyak baru, Indonesia akan semakin menjadi negara
“net oil importer country” seperti yang sudah terjadi saat ini7. Suatu gejala yang
cukup merisaukan bagi keberlanjutan penyediaan energi jangka panjang, apalagi
di tengah harga minyak internasional yang semakin tinggi seperti sekarang ini.
Di sisi lain, Indonesia menghadapi penurunan cadangan energi fosil yang
terus terjadi. Sedangkan keterbatasan infrastruktur energi yang tersedia juga
membatasi akses masyarakat terhadap energi. Kondisi ini menyebabkan Indonesia
rentan terhadap gangguan yang terjadi di pasar energi global karena sebagian dari
konsumsi tersebut, terutama produk minyak bumi, dipenuhi dari impor8.
Tanpa ketahanan energi yang baik, pertumbuhan ekonomi bahkan
ketahanan nasional dapat terganggu. Kondisi ketahanan energi Indonesia yang
kondisinya masih “rentan/kurang” sebagaimana digambarkan di atas masi sangat

perlu diperbaiki. Kebutuhan akan energi yang terus meningkat dan semakin
7

Kementrian Negara Riset dan Teknologi. 2006 . Buku Putih Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan

Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Energi Baru Dan Terbarukan Untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan
Energi Tahun 2005 - 2025 . Jakarta. Hal 3
8

Dewan Energi Nasional RI. Op cit

5

Universitas Sumatera Utara

menipisnya cadangan minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumbersumber energi alternatif. Negara-negara maju juga telah bersaing dan berlomba
membuat terobosan-terobosan baru untuk mencari dan menggali serta
menciptakan teknologi baru yang dapat menggantikan minyak bumi sebagai
sumber energi. Sumber energi baru yang dimaksud sebaiknya memenuhi
persyaratan menghasilkan jumlah energi yang cukup besar, ekonomis dan tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan. Kita tentunya harus bersyukur karena
negara kita dikaruniai dengan berbagai jenis sumber energi. Karena apabila
diperhatikan dan dimanfaatkan dengan sebaiknya maka sumber energi tersebut
dapat memberikan manfaat cukup besar. Oleh karena itu kita harus cermat dalam
mengelola sumber energi tersebut.
Menimbang bahwa cadangan sumber daya energi tak terbarukan terbatas,
maka perlu adanya kegiatan diversifikasi atau keanekaragaman sumber daya
energi agar ketersediaan energi terjamin. Diversifikasi energi dilakukan melalui
upaya pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT), seperti Panas Bumi, Energi
Air, Energi Surya, Energi Angin, Bioenergi, dan Energi Nuklir. Dengan
memanfaatkan EBT, ketergantungan akan penggunaan bahan bakar fosil di dalam
sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain itu, isi pemanasan
global yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil merupakan salah
alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar fosil.
Bagaimanapun, ketersediaan energi yang berkelanjutan memerlukan upaya
diversifikasi konsisten dan ter arah. Upaya-upaya ini memerlukan dana investasi

6

Universitas Sumatera Utara


yang besar, teknologi yang menunjang dan sumber daya manusia yang terampil
dan berpengetahuan tinggi. Arah yang jelas dan kebijakan yang konsisten amat
diperlukan agar upaya berbagai pihak tersebut dapat efektif. Dalam konteks energi
baru dan terbarukan , pengembangan energi lokal setempat penting di imbangi
dengan keberpihakan bagi pengembangan kapasitas industri dalam negri dengan
pengembangan pola kemitraan antara pemerintah dan swasta, serta antara sumber
daya dalam negeri dengan dana, teknologi dan keahlian dari luar negeri9.
Selama ini peranan energi fosil masih mendominasi dalam pemanfaatan
energi, sedangkan peran energi baru dan terbarukan hanya sebagai alternatif. Oleh
karena itu, diperlukan adanya perubahan paradigma pengelolaan energi yang
mengedepankan diversifikasi energi dan konservasi energi sehingga peran energi
baru terbarukan akan lebih maksimal dan energi fosil hanya berperan sebagai
penyeimbang. Salah satu upaya untuk mewujudkan paradigma baru di sektor
energi tersebut adalah dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi.
Mengacu pada hal tersebut pemerintah menetapkan regulasi tentang
kewajiban pelaku energi untuk menggunakan energi terbarukan (renewable
energy obligation) dalam jumlah tertentu10. Bahkan dalam konsiderannya Kepmen
ESDM nomor 082 tahun 2004 menyebutkan bahwa untuk mendorong kegiatan

konsumsi energi serta meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk
penyediaan tenaga listrik dan non listrik perlu menetapkan kebijakan
9

Kementrian ESDM, 2014. Potensi dan Peluang Investasi : Energi Baru dan Terbarukan. Hal 1

10

Peraturan Mentri ESDM No 82 Tahun 2004

7

Universitas Sumatera Utara

pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi11. Ada banyak alasan
mengapa energi terbarukan menjadi pilihan, diantaranya; relatif tidak mahal,
bersifat netral karbon, kebanyakan tidak menimbulkan polusi untuk menggantikan
solusi energi tidak terbarukan berbasis bahan bakar minyak.
Pemanfaatan energi baru dan terbarukan sebagaimana paradigma
pengelolaan energi ke depan merupakan penopang penyediaan energi nasional,
sementara energi fosil hanya sebagai faktor penyeimbang. Berdasarkan UU No. 30
Tahun 2007 tentang Energi yang dimaksud energi baru adalah energi yang berasal
dari sumber enrgi baru dan yang dimaksud dengan energi terbarukan adalah energi
yang berasal dari sumber energi terbarukan.
Sumber energi baaru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan oleh
teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun energi tak
terbarukan, antara lain nuklir , hidrogen, gas metana batu bara, gas alam yang
berasal dari serpihan bebatuan, dan batu bara tergaskan (UU No. 30 Tahun 2007
tentang Energi). Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan
dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain
panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan
dan perbedaan suhu lapisan laut. (UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi)12.
Sumber energi terbarukan adalah sumber energi ramah lingkungan yang
tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan
iklim dan pemanasan global seperti pada sumber-sumber tradisional lain. Ini
11

Departemen ESDM, 2003. Pengembangan Energi Hijau

12

Kementrian ESDM, Opcit 2

8

Universitas Sumatera Utara

adalah alasan utama mengapa energi terbarukan sangat terkait dengan masalah
lingkungan dan ekologi di mata banyak orang. Selain dapat dipulihkan kembali,
energi terbarukan diyakini lebih bersih (ramah lingkungan), aman, dan terjangkau
masyarakat. Penggunaan energi terbarukan lebih ramah lingkungan karena
mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan di
banding energi non-terbarukan.
Adapun contoh dari energi terbarukan ini adalah sebagai berikut:
1. Angin
2. Matahari
3. Air Laut Pasang
4. Panas Bumi
5. Tumbuhan
6. Biofuel
7. Air Selain air laut pasang
8. Biomassa13
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan
untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Energi panas bumi
merupakan energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Energi
panas bumi ini sebenarnya mempunyai banyak kelebihan antara lain bersifat
13

Diambil dari website http://benergi.com/macam-macam-sumber-energi-terbarukan-dan-tak-terbarukan

diakses pada 26/01/2017 pada 14.27 wib

9

Universitas Sumatera Utara

ramah lingkungan bila dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang
berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel), emisi gas CO2 yang
dihasilkan dari panas bumi jauh lebih kecil, sehingga bila dikembangkan akan
mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global14.
Sumber energi panas bumi ini juga cenderung tidak akan habis, karena
proses pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya
(geologi dan hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas
bumi ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencukupi
kebutuhan energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi
energi alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan
Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat memberikan
nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi
di Indonesia15.
Sumatera Utara merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang
dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah. Provinsi ini adalah daerah agraris yang
menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus
merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata
di Indonesia melalui selat Malaka. Pertumbuhan ekonomi juga terjadi di beberapa
sektor potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan,

14

Kasbani. Tipe Sistem Panas Bumi Di Indonesia Dan Estimasi Potensi Energinya. Kelompok Program

Penelian Panas Bumi, PMG –Badan Geologi. Jurnal Badan Geologi. Hal 64
15

Kasbani. Loc it

10

Universitas Sumatera Utara

kehutanan dan peternakan. Selain itu juga, salah satu sektor yang mendukung laju
pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertambangan
Di Provinsi Sumatera Utara sendiri penggunaan listrik mengalami
pertumbuhan sejalan dengan pertumbuhan ekonominya. Pertambahan jumlah
penduduk dan meningkatnya industrialisasi di daerah Sumatera Utara akan diikuti
dengan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap energi listrik yang sangat
besar. Kota Medan merupakan pusat beban terbesar di Sumatera Utara (hampir
60% dari seluruh demand di Provinsi ini) dengan tingkat pertumbuhan beban yang
tinggi16. Hal ini menyebabkan Sumatera Utara masih mengalami defisit energi
yang tinggi. Untuk itu, perlu adanya pembangkit pembangkit listrik guna
memenuhi energi listrik bagi masyarakat yang saat ini hanya bergantung pada
suplai dari PLN. Energi listrik merupakan energi sekunder yang sangat diperlukan
oleh masyarakat. Namun pasokan tenaga listrik (pembangkitan) mengalami
penurunan daya mampu ( derating capacity ) karena umur pembangkit yang
semakin tua dan penambahan kapasitas pembangkit baru yang relatif kecil.
Penyediaan Energi merupakan prasarana yang sangan mutlak bagi
penyelenggaraan pembangunan dalam rangka menggerakkan perekonomian di
Provinsi Sumatera Utara guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Oleh karena itu, ketersediaan energi dalam jumlh yang cukup perlu terus
di penuhi. Disamping peningkatan jumlah yang cukup, juga perlu dijaga
16

Adhietya Saputra, Studi Awal: Penggunaan Dan Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Di Provinsi Sumatera

Utara Sampai Dengan Tahun 2019. Di ambil dari
https://www.academia.edu/10483379/studi_awal_penggunaan_dan_proyeksi_kebutuhke_energi_listrik_di_pr
ovinsi_sumatera_utara_sampai_dengan_tahun_2019 pada 07 februari 2017 pukul 10:52 wib

11

Universitas Sumatera Utara

penyebarannya secara merata, serta dengan tingkat harga yang bisa dijangkau oleh
masyarakat.
Sesuai dengan Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “ Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sehingga berdasarkan
pasal tersebut, penggunaan sumber daya yang ada harus dimanfaatkan sebaik
mungkin dan tidak ada yang dapat memilikinya secara perseorangan.
Sumatera Utara adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiki banyak
sekali potensi dari energi baru dan terbarukan. Sumber energi yang cukup besar
tersedia di Sumatera Utara untuk membangkitkan energi listrik adalah tenaga air
dan panas bumi. Potensi panas bumi di Sumatera Utara sebesar 2076 MW17. Hal
ini tentunya sangat bermanfaat bagi kita semua apabila potensi tersebut
dimanfaatkan dengan sebaik baiknya mengingat energi panas bumi merupakan
energi yang tidak dapat di ekspor.
Walaupun

Sumatera

Utara

kaya

akan

sumber

energi,

tetapi

pemanfaatannya perlu diseimbangkan sehingga ketergantungan terhadap salah
satu sumber energi seperti hasil olahan minyak bumi secara berangsur-angsur
dapat dikurangi. Dalam kaitan ini, ketergantungan akan sumber energi tak
terbarukan yang suatu saat pasti akan habis tidak dapat dibiarkan secara terus

17

Materi Acara Sosialisasi Rencana Umum Energi Nasional (Ruen) 2016 oleh Dinas Pertambangan dan

Energi Provinsi Sumatera Utara . diambil dari
http://bahanrapat.den.go.id/index.php/kegiatan/downloaddokumen/20 pada 07 februari 2017 pukul 11:05 wib

12

Universitas Sumatera Utara

menerus, dan sedikit demi sedikit dapat dialihkan ke sumber energi potensial lain
seperti tenaga air, panas bumi, biomassa, tenaga surya dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka
penulis meberikan judul “Ketahanan Energi Indonesia (Studi Analisis :
Optimalisasi Pemanfaatan Panas Bumi Sebagai Alternatif Energi Baru Dan
Terbarukan di Sumatera Utara)

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka
muncul pertanyaan utama dalam penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Panas Bumi
Sebagai Alternatif Energi Baru dan Terbarukan dalam Menyokong Ketahanan
Energi di Sumatera Utara?”

1.3. Batasan Masalah
Dari latar belakang serta rumusan masalah yang telah peneliti uraikan
sebelumnya, maka batasan masalah dari penelitian ini hanya sebatas seberapa
besar pemanfaatan panas bumi sebagai penyolong ketahanan energi di Sumatera
Utara.

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun

tujuan

dari

dilakukannya

penelitian

ini

adalah

Untuk

mendeskripsikan pemanfaatan Panas Bumi dan untuk melihat seberapa besar
peran panas bumi sebagai penyokong ketahanan energi di Sumatera Utara.

13

Universitas Sumatera Utara

1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu politik
yang membahas mengenai energi baru dan terbarukan sebagai penopang
ketahanan energi Indonesia, sehingga dapat memberi kontribusi terhadap
kajian Politik Lingkungan.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan dalam bidang Ilmu Politik serta menambahkan
referensi kepustakaan terhadap departemen Ilmu Politik Fisip USU.
3. Secara praksis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
masyarakat

umum

yang

memiliki

ketertarikan

mengenai

politik

lingkungan serta panas bumi sebagai salah satu energi baru dan terbarukan
sebagai penopang ketahanan energi di Indonesia.

1.6. Kerangka Teori
1.6.1. Teori Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi
keuletan dan ketangguhan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan dan ancaman, hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan

14

Universitas Sumatera Utara

integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
nasional18.
Unsur – unsur atau aspek aspek dalam ketahanan nasional :
Aspek alamiah adalah :
a) Posisi dan lokasi geografi negara
b) Keadaan dan kekayaan alam
c) Keadaan dan kemampuan penduduk
Aspek sosial/kemasyarakatan adalah :
a) Ideologi
b) Politik
c) Sosial
d) Budaya
e) Pertahanan dan Keamanan
Aspek alamiah bersifat statis dan sering disebut dengan istilah Trigatra,
sedangkan aspek sosial/kemasyarakatan bersifat dinamis disebut juga dengan
istilah Pancagatra. Kedua aspek itu biasanya disebut dengan Astagatra. Aspekaspek di atas mempunyai hubungan timbal balik antargatra yang sangat erat yang
disebut

dengan

istilah

keterhubungan

(korelasi)

dan

ketergantungan

(interdependensi)19.

18

Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd. Ketahanan Nasional. Diambil dari file.upi.edu pada 08 februari

2017 wib
19

Gatot. Ketahanan Nasional .hal 3-4 dikutip dari http://gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id pada 08 februari

2017 wib

15

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketahanan Nasional di bidang
ekonomi
a) bumi dan sumber alam
b) jumlah dan kemampuan penduduk
c) modal
d) teknologi
e) hubungan luar negeri
f) infera struktur (prasarana)
g) manajemen
Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketahanan Nasional di bidang
pertahanan dan keamanan
a) Doktrin
b) Wawasan nasional
c) Sistem hankam
d) Kondisi geografis negara
e) Manusia
Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan dan kekayaan alam sebagai
ketahanan nasional
a) Distribusi dan lokasi kekayaan alam tidak merata
b) Sifat kekayaan alam saling bergantung dan saling mempengaruhi

16

Universitas Sumatera Utara

c) Untuk mendapatkannya diperlukan modal, ilmu pengetahuan atau
teknnologi dan tenaga kerja yang terampil20

a. Konsep Ketahanan Energi
International Energy Agency (IEA) mendefinisikan ketahanan energi
sebagai ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga yang
terjangkau. Lebih lanjut, ukuran yang dipakai untuk menilai suatu negara
dikatakan memiliki ketahanan energi apabila memiliki pasokan energi untuk 90
hari kebutuhan impor setara minyak. Ketahanan energi dianggap penting karena
energi merupakan komponen penting dalam produksi barang dan jasa. Segala
bentuk gangguan yang dapat menghambat ketersediaan pasokan energi dalam
bentuk bahan bakar primer (BBM, gas dan batubara) maupun kelistrikan dapat
menurunkan produktivitas ekonomi suatu wilayah dan jika magnitude gangguan
sampai pada tingkat nasional dapat membuat target pertumbuhan ekonomi meleset
dari yang ditetapkan21.
Dasar pemikiran ketahanan energi / energy security sudah dicantumkan di
dalam Undang-Undang No.30 Tahun 2007 tentang energi. Di dalam UU No. 30
Tahun 2007, pada pasal 2 menyatakan bahwa “energi dikelola berdasarkan asas
kemanfaatan, rasionalitas, efisiensi, berkeadilan, peningkatan nilai tambah,
keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup,

20

Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, op cit

21

Riza Azmi dan Hidayat Amir . 2014. Ketahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan bagi Indonesia

. Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. Hal 1

17

Universitas Sumatera Utara

ketahanan nasional dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan
nasional”. Kemudian dalam UU No. 30 Tahun 2007, pada pasal 3 ayat 2
menyatakan bahwa “dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara
berkelanjutan

dan

meningkatkan

ketahanan

nasional,

tujuan

pengelolaan energi antara lain untuk kemandirian, penyediaan, pengelolaan,
pemanfaatan energi, efisiensi, akses masyarakat, industri energi dan lingkungan
hidup”. Dari kedua pasal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketahanan
energi bukan hanya meliputi upaya pemenuhan kebutuhan energi saja tetapi juga
merupakan kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan energi
serta mempertimbangkan aspek pengelolaan energi termasuk aspek lingkungan
hidup22.
APERC (Asian Pasific Research Centre) mendefenisikan keamanan energi
berdasarkan konsep The 4 A’s of Energy Security, yaitu energi resourch
Availability, Accessibility barriers, enviromental acceptability dan investment
cost Affordability. Indikator dari keamanan energi menurut kajian APERC , dilihat
dari diversifikasi sumber pasokan energi (diversification of energy supply
sources), kebergantungan pada impor energi (net energy impor dependency),
rencana pengembangan bahan bakar nonkarbon (non-carbon based fuel
portofolion) , kebergantungan pada impor minyak dan impor minyak dari TimurTengah (net oil import dependency and middle east oil import dependency)23.

22

Sopana. Definisi Ketahanan Energi . diambil dari http://www.ketahananenergi.com/2016/05/definisi-

ketahanan-energi/ pada 07 Maret 2017 pada 20:05
23

Atiqah Nur Alami dan Nanto Sriyanto. Op Cit. Hal 7

18

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian secara sederhana Ketahanan energi (energy security)
dapat digambarkan dengan : bagaimana ketersediaan fisiknya (availability),
bagaimana kemudahan mendapatkannya (accessibility), bagaimana keterjangkuan
harganya (aff ordability), serta bagaimana/seberapa kualitasnya dapat diterima
(acceptability). Secara umum ketahanan energi juga digambarkan melalui elemen
bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan (sustainability) dari sistem
penyediaan-permintaan energi yang ada24

1.6.2.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Perbincangan tentang “Pembangunan Berkelanjutan” atau “suistainable
development” sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru baik lihat secara global
maupun nasional. Namun dalam pelaksanaannya masih belum dipahami dengan
baik dan oleh karenanya masih menunjukkan banyak kerancuan pada tingkat
kebijakan dan pengaturan dan mempunyai banyak gejala pada tatanan
implementasi atau pelaksana. Sebagai sebuah konsep, pembangunan yang
berkelanjutan yang mengandung pengertian sebagai pembangunan yang
“memperhatikan” dan “mempertimbangkan” dimensi lingkungan hidup dalam
pelaksanaannya sudah menjadi topik pembicaraan dalam konferensi Stockholm
(UN Conference on the Human Environment) tahun 1972 yang menganjurkan
agar pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor lingkungan25.

24

Hanan Nugroho. Op Cit Hal 3

25

Moehamad Soerjani, 1977. Pembangunan dan Lingkungan : Meniti gagasan dan pelaksanaan Suistinable

Development . Jakarta:IPPL Hal 66

19

Universitas Sumatera Utara

Konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah lama menjadi
perhatian para ahli. Namun istilah keberlajutan (sustainability) sendiri baru
muncul sejak beberapa dekade yang lalu, walaupun perhatian terhadap
keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun 1798. Tujuan
pembangunan pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Sedangkan “Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk
mencapai tujuan tersebut dibutuhkan strategi pelaksanaannya, diantaranya ada
empat

hal

yang

perlu

diperhatikan

yaitu;

pemerataan,

partisipasi,

keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang yang diikuti pendekatan
secara ideal. Pembangunan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan
yaitu; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan
dan keamanan.
Pembangunan

berkelanjutan

(Emil

Salim,1990)

bertujuan

untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk
mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa
mendatang. Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih
berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria
yaitu :

20

Universitas Sumatera Utara

1. Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau
depletion of natural resources;
2. Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya;
3. Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun
replaceable resource
Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran
pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:
a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi
(intergenaration
sumberdaya

equity)

alam

untuk

yang

berarti

kepentingan

bahwa

pemanfaatan

pertumbuhan

perlu

memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem
atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam
yang replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi
sumber daya alam yang unreplaceable.
b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi
gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan
yang tetap baik bagi generasi yang akan datang.
c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk
kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan
pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan
antar generasi.

21

Universitas Sumatera Utara

d. Mempertahankan

kesejahteraan

rakyat

(masyarakat)

yang

berkelanjutan baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter
temporal).
e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak
manfaat jangka panjang ataupun lestari antar generasi.
f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi
sesuai dengan habitatnya 26.
Menurut Emil Salim yang dimaksud dengan pembangunan
berkelanjutan atau suistainable development adalah suatu proses
pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam
sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia
dalam pembangunan27.
Pada tulisannya yang lain, Emil Salim mengemukakan ada
beberapa asumsi dasar serta ide pokok yang mendasari konsep
pembangunan berlanjut ini, yaitu :


Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara
berlanjut, terus menerus di topang oleh sumber alam, kualitas
lingkungan dan manusia yang berkembang secara berlanjut,

26

Askar Jaya, 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Diambil dari

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031ACE_SURYADI/askar_jaya.pdf pada 11 Juli 2017 14.31 WIB
27

Yayasan SPES.1992. Pembangunan berkelanjutan : mencari format politik . PT.Gramedia Pustaka Utama.

Hal 3

22

Universitas Sumatera Utara



Kedua, sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki
ambang batas, diatas mana penggunaannya akan menciutkan
kualitas dan kuantitasnya. Penciutan itu berarti berkurangnya
kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan
secara berlanjut, sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian
sumber alam dengan daya manusia.



Ketiga, kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas
hidup. Semakin baik kualitas lingkungan, semakin posistif
pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada
meningkatnya kualitas fisik, pada harapan usia hidup, pada
turunnya tingkat kematian dan lain sebagainya. Oleh karena itu
pembangunan berkelanjutan, supaya memberi pengaruh positif
terhadap kualitas hidup.



Keempat, pembangunan berkelanjutan mengadaikan solidaritas
transgenerasi, dimana pembangunan ini memungkinkan generasi
sekarang untuk meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi
kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan
kesejahteraannya28.

28

Abdurrahman. 2003. Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolahan Sumber Daya Alam Indonesia

(dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional Viii Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan
Berkelanjutan) .
Diambil dari http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/pembangunan%20berkelanjutan%20%20Abdurrahman.pdf pada 11 Juni 2017 14.55 wib

23

Universitas Sumatera Utara

1.7.

Metodologi Penelitian
Berdasarkan uraian dan penjelasan dari sub bab sebelumnya, maka

penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif
mengenai kata kata lisan maupun tertuliss, dan tingkah laku yang dapat diamati
dari orang orang yang diteliti29.

1.7.1. Metode Penelitian
Dalam hal melakukan penelitian , peneliti menggunakan metode
deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata kata
menurut responden , apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya,
kemudian dianalisis dengan kata –kata apa yang melatarbelakangi responden
berperilaku (berpikir,berperasaan,dan bertindak)30.
Penelitian

deskriptif

(descriptive

research)

dimaksudkan

untuk

mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual
secara sistematis dan akurat. Penelitian desriptif dapat pula diartikan sebagai
penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau
kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. Penelitian deskriptif juga berarti
penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik
individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat. Dengan kata lain, tujuan
29

Bagong suyanto, Sutinah. 2005. Metode penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta:Prenamedia Group. Hal 166
30

Husaini usman, Purnomo Setiadi Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi Aksara. Hal

130

24

Universitas Sumatera Utara

penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi
populasi saat ini31.

1.7.2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi yang menjadi sumber penelitan ini adalah di
kota Medan Provinsi Sumatera Utara

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam
melakukan penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik
pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data Primer merupakan data utama yang di peroleh dari narasumbernarasumber yang memiliki keterkaitan dengan panas bumi sebagai salah satu dari
energi baru dan terbarukan dalam menopang ketahanan energi di Sumatera Utara.
Dalam penelitian ini data primer dilakukan melalu metode wawancara yang akan
dilakukan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara.
b. Data Skunder
Data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka
(library research) . Studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan cara

31

Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Penelitian Kualitatif:Ancangan metodologi, presentasi, dan publikasi

hasil penelitian untuk mahasiswa dan peneliti pemula bidang ilmu-ilmu sosial, pendidikan dan humaniora.
Bandung:CV.Pustaka Setia. Hal 41

25

Universitas Sumatera Utara

mengumpulkan segala bentuk informasi tertulis seperti buku-buku, jurnal, suratsurat, catatan, website, dan sebagainya mengenai ketahanan energi sumatera utara
dan panas bumi sebagai salah satu energi baru dan terbarukan.

1.7.4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis penulis menggunakan teknik analisis kualitatifvMiles
dan Hubernas. Dalam hal ini, data kualitatif dianalisis dengan cara reduksi data,
display data, dan conclusion drawing (verifikasi). Reduksi data adalah proses
pemilihan,

pemusatan

perhatian,

penyederhanaan,

pengabstrakan,

dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Setelah mereduksi kata, dilanjutkan dengan display data yaitu dengan
mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang
diawali dengan pengkodean pada setiap sub pokok permasalahan. Lalu, untuk
penarikan kesimpulan (conclusion)

atau verifikasi data kualitatif dilakukan

dengan cara trigulasi. Trigulasi dalam penelitian adalah dengan membandingkan
informasi dari informan yang satu dengan yang lain. Kemudian selanjutnya
dengan cara member check yang berguna untuk memeriksa keabsahan data32

1.8. Sistematika Penulisan
Sistematika

penulisan merupakan penjabaran dari rencana penelitian

untuk membuat penyusunan skripsi ini menjadi lebih terarah. Agar mendapatkan
32

Matthew B Milles & A.Michael Huberman. 1994. Qualitative Data Analisys, dalam Barrowi & Suwandi.

2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT.Rinneka Cipta Hal 209-210.

26

Universitas Sumatera Utara

gambaran yang jelas dan terperinci, peneliti membagi penyusunan skripsi ini ke
dalam empat bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab satu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian , kerangka penelitian, metodologi penelitian,
dan sistematikan penulisan

BAB II PROFIL ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Bab dua terdiri dari penjelasan mengenai Profil energi dan Sumber Daya Mineral
di Sumatera Utara serta penjelasan mengenai Energi Baru dan Terbarukan
khususnya Panas Bumi

BAB

III

ANALISIS

PEMANFAATAN

PANAS

BUMI

SEBAGAI

PENOPANG KETAHANAN ENERGI DI SUMATERA UTARA
Bab tiga akan menguraikan mengenai pengelolaan serta pemanfaatan panas bumi
sebagai penopang ketahanan energi di Indonesia khususnya di Sumatera Utara .

BAB IV PENUTUP
Bab ini akan berisi mengenai kesimpulan dan saran saran yang diperoleh dari
penelitian ini

27

Universitas Sumatera Utara