Analisis Determinan Minat Wirausaha Pemuda di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian ter dahulu
Indarti et al (2008) meneliti minat kewirausahaan mahasiswa Indonesia, Jepang dan
Norwegia selama 2002 – 2006 dengan judul “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi
Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia”. Sampel penelitian berjumlah 332
orang mahasiswa dengan rincian 130 orang mahasiswa Indonesia, 81 orang mahasiswa
Jepang dan 121 orang mahasiswa Norwegia. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa sarjana
(S-1) dari Universitas Gadjah Mada-Indonesia, Agder University College-Norwegia dan
Hiroshima University of Economics (HUE)-Jepang. Lebih dari 50% responden dari ketiga
negara adalah laki-laki (66% responden Indonesia, 79% responden Jepang, 62,8% responden
Norwegia). Dari segi usia, lebih dari 50% responden berusia di bawah 25 tahun (84%
responden Indonesia, 97,5% responden Jepang, 50,4% responden Norwegia). Lebih dari 50%
responden Indonesia belum pernah memiliki pengalaman kerja, 96,3% mahasiswa Jepang
tidak memiliki pengalaman kerja, hanya 19,8% mahasiswa Norweiga yang belum pernah
bekerja. Sampel diambil dengan teknik judgement atau purposive sampling. Seluruh butir
pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Likert 7-poin. Data dikumpulkan dengan
wawancara dan daftar pertanyaan (kuesioner). Metode analisis data menggunakan analisis
regresi berganda. Dari hasil penelitian Indarti et al (2008) diperoleh kesimpulan bahwa 1)

kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa pada
mahasiswa ketiga Negara, 2) efikasi diri mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa
Indonesia dan Norwegia tetapi tidak mempunyai pengaruh pada mahasiswa Jepang, 3)
kesiapan instrumen atau lingkungan hanya mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa
Norwegia dan tidak mempengaruhi pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa
Indonesia dan Jepang, 4) jender dan usia yang lebih muda tidak mempunyai pengaruh
12

Universitas Sumatera Utara

13

terhadap minat kewirausahaan mahasiswa ketiga negara, 5) latar belakang pendidikan
ekonomi dan bisnis tidak mempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa
Indonesia dan Jepang, sebaliknya minat kewirausahaan pada mahasiswa Indonesia dengan
latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi malah lebih rendah, 6) pengalaman kerja
mempengaruhi minat kewirausahaan pada mahasiswa Norwegia, tetapi tidak mempunyai
pengaruh terhadap mahasiswa Indonesia dan Jepang.
Setiyorini (2009) meneliti minat berwirausaha mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan judul “Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan terhadap Keinginan

Berwirausaha” dengan jumlah responden 100 orang. Responden berusia di antara 20-23 tahun
dengan usia mayoritas antara 21-22 tahun. 22 orang responden adalah laki-laki dan sisanya
78 orang responden adalah perempuan. 19 orang responden memiliki pengalaman kerja dan
sisanya 81 orang responden tidak memiliki pengalaman kerja. Pengambilan sampel dilakukan
secara proportional randomsampling, data dikumpulkan dengan kuesioner skala Likert 4
poin. Metode analisisdata yang digunakan adalah regresi berganda. Dari hasil penelitian
Setiyorini ini didapat kesimpulan bahwa 1) efikasi diri mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta adalah moderat, 2) mahasiswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan locus

of control yang moderat, 3) akses terhadap modal yang rendah 4) kemampuan mengakses
informasi yang moderat dan 5) kepemilikan hubungansosial yang moderat. Dari uji R

2

diperoleh kesimpulan bahwa faktor personal dan lingkungan dapat menjelaskan minat
kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret sebesar 44%, sisanya sebesar 56%
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Secara umum minat kewirausahaan mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diteliti adalah moderat.
2.2. Teori tentang Kepr ibadian
Fromm dalamAlma (2005) menyatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan

kualitas psikis seseorang yang diwarisinya dan membuat orang tersebut menjadi unik dan

Universitas Sumatera Utara

14

berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten sehingga dapat
digunakan untuk membedakan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Keunikan
inilah yang menjadikan kepribadian sebagai variabel yang sering digunakan untuk
menggambarkan diri individu yang berbeda dengan individu lainnya.
Alisyahbana dalam Alma (2005: 64) menyatakan bahwa kepribadian adalah
keseluruhan karakteristik diri seseorang, bisa berbentuk pikiran, perasaan, kata hati,
temperamen dan watak. Seorang wirausaha yang sukses memiliki karakteristik kepribadian
yang khusus yang membedakannya dari orang lain. Scarborough dan Zimmerer
dalamSuryana (2006: 24) mengemukakan delapan karakteristik kepribadian dari seorang
wirausaha sukses yakni:
1. Desire for responsibility yakni memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usahayang
dilakukannya.
2. Preference for moderate risk yakni memilih resiko yang moderat dan telahdiperhitungkan
dan tidak mengambil resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.

3. Confidence in their ability to succees yakni percaya bahwa dirinya bisa meraihkesuksesan
yang diinginkannya.
4. Desire for immediate feedback yakni memiliki keinginan untuk segeramendapatkan
umpan balik.
5. High level of energy yakni memiliki semangat dan energi yang tinggi untukbekerja keras
mencapai tujuannya.
6. Future orientation yakni berorientasi pada masa depan dan jangka panjang.
7. Skill of organizing yakni mempunyai ketrampilan mengorganisir sumber-sumberdaya
8. Value of achievement over money yakni lebih menghargai prestasi dibandingkanuang,
karena uang akan mengalir masuk dengan sendirinya jika seorang wirausaha berprestasi.

Universitas Sumatera Utara

15

Suryana (2006) menyatakan bahwa wirausaha sukses adalah mereka yang memiliki
ilmu pengetahuan, ketrampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai
pribadi serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Cuningham dalam Riyanti (2003: 30) yang melakukan wawancara terhadap 178
wirausaha dan manajer profesional Singapura menyatakan bahwa kepribadian merupakan

salah satu faktor penyebab keberhasilan usaha. Pentingnya kepribadian bagi seorang
wirausaha juga didukung oleh Miner dalam Riyanti (2003: 13) yang menyatakan bahwa tipe
kepribadian sangat menentukan bidang usaha apa yang bakal mendatangkan kesuksesan
dalam kewirausahaan. Stoltz dalamRiyanti (2003: 14) menyatakan ada tiga tipe kepribadian
yakni the climber , the champer dan the quitter .The climber adalah orang yang memiliki
ketahanan tinggi dalam menghadapirintangan, ia tidak mudah menyerah dan terus bertahan
meskipun gagal berkali-kali.The champer adalah orang yang mendaki pada ketinggian
tertentu dan berhentikarena ia merasa sudah puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak
mau berusaha. lagi agar bisa lebih berhasil. Tipe quitter adalah orang yang mudah menyerah
bila menghadapi kegagalan, ia penakut dan tidak mau mengambil resiko untuk mulai
berusaha lagi. Rintangan membuatnya tidak mau mencoba lagi.
Penelitian oleh Mazzarol et aldalam Saud et al (2009) yang meneliti 93 responden
wirausaha di Australia Barat, menemukan bahwa faktor kepribadian (sikap pribadi dan latar
belakang responden) mempengaruhi dorongan untuk mendirikan usaha.
2.2.1 Kebutuhan Akan Pr estasi
Konsep kebutuhan akan prestasi pertama-tama dikemukan oleh McClelland
dalamAlma (2006: 81). Kebutuhan akan prestasi merujuk pada keinginan seseorangterhadap
prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau standar yang tinggi. McClelland
dalam Alma (2006: 81) menyatakan bahwa ada tiga motif sosial yang mempengaruhi tingkah
laku seseorang jika ia berhubungan dengan orang lain di dalam suatu lingkungan yakni:


Universitas Sumatera Utara

16

1) Motif afiliasi (affiliation motive)
Keinginan untuk bergaul dengan orang lain secara harmonis, penuh keakraban, dan
disenangi. Orang ini akan berbahagia jika ia bisa diterima lingkungannya dan mampu
membina hubungan yang harmonis dengan lingkungannya. Orang seperti ini biasanya
merupakan teman yang baik dan menyenangkan.
2) Motif Kekuasaan (power motive)
Orang yang memiliki motivasi berkuasa tinggi suka menguasai dan mempengaruhi
orang lain, ia mau orang lain melakukan apa yang diminta /diperintahkannya, ia cenderung
tidak mempedulikan perasaan orang lain, baginya keharmonisan bukanlah hal yang utama, ia
memberikan bantuan kepada orang lain bukan atas dasar belas kasihan akan tetapi supaya
orang yang dibantunya menghormati dan kagum kepadanya sehingga ia bisa menunjukkan
kelebihannya kepada orang lain dan agar orang lain mau terpengaruh.
3) Motif berprestasi (achievement motive)
Orang yang memiliki motif berprestasi fokus pada cara-cara untuk mencapai prestasi
yang lebih tinggi. McClelland melakukan penelitian terhadap mahasiswa Harvard University

dan membuktikan adanya korelasi antara tinggi rendahnya kebutuhan berprestasi pada
mahasiswa yang diukur semasa kuliah dengan pemilihan karier/pekerjaan setelah mereka
lulus kuliah dan terjun ke masyarakat. Dari hasil penelitian itu ditunjukkan bahwa mereka
yang memiliki motif berprestasi tinggi sekitar 66% memilih karier sebagai pengusaha,
sementara 34% lainnya memilih pekerjaan di bidang lain. Pada mahasiswa yang memiliki
motif berprestasi rendah, hanya 10% yang memiliki pekerjaan sebagai pengusaha dan 90%
memilih pekerjaan di bidang lain.

Universitas Sumatera Utara

17

Oosterbeek (2008) menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki nilai/ skor
yang tinggi pada uji terhadap kebutuhan akan prestasi karena mereka akan berjuang untuk
memperoleh prestasi yang tinggi, mereka mendirikan perusahaannya secara profesional dan
menentukan target yang tinggi dan berusaha mencapai target tersebut. Oosterbeek juga
menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki kebutuhan akan kekuasaan/the need of

power yang tinggi untuk mengendalikan orang lain yang mengindikasikan bahwa mereka
tahu apa yang mereka inginkan dan cara mempengaruhi orang lain untuk mencapai

tujuannya.
McClelland dalam Zarkasyi (2006) menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki
kebutuhan berprestasi (n-Ach) yang tinggi mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Memilih untuk menghindari tujuan prestasi yang terlalu mudah dan terlalu sulit, mereka
memilih tujuan yang moderat yang mampu mereka capai.
2. Memilih dan menyukai umpan balik sehingga mereka dapat menggunakan umpan balik
itu untuk menemukan cara-cara yang kreatif dan inovatif agar dapat mencapai prestasi
yang mereka inginkan.
3.

Menyukai tanggung jawab untuk memecahkan permasalahan. Mereka akan bertanggung
jawab atas kegagalan dan kesuksesan yang mereka raih tanpa suka menyalahkan pihak
lainnya.
Lebih lanjut McClelland menyatakan bahwa orang yang memiliki kebutuhan prestasi

yang tinggi berbeda dengan para penjudi/gambler s atau pengambil resiko/ risk takers. Orangorang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi menetapkan tujuanyang bisa dicapai yang dapat
mereka pengaruhi dengan usahanya sendiri.
Faisol dalamMudjiarto (2006: 28) menyatakan bahwa orang-orang yang berprestasi
tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


Universitas Sumatera Utara

18

1) Berani mengambil resiko.
2) Kreatif dan inovatif.
3) Mempunyai visi.
4) Mempunyai tujuan yang berkelanjutan.
5) Percaya diri.
6) Mandiri.
7) Aktif, Enerjik, dan menghargai waktu
8) Memiliki konsep diri yang positif
9) Berpikir positif
10) Bertanggungjawab secara pribadi
11) Selalu belajar dan menggunakan umpan balik
Penelitian Scapinello dalam Indarti et al (2008) menunjukkan bahwa seseorang
dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan
daripada mereka dengan kebutuhan akan prestasi yang rendah. Sengupta dan Debnath
dalamIndarti et al (2008) dalam penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan
prestasi berpengaruh besar terhadap tingkat kesuksesan seorang wirausaha.

2.2.2. Efikasi Dir i
Bandura dalam Chowdhury (2009) menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan
seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan
mendapatkan prestasi tertentu. Lebih lanjut Bandura menyatakan bahwa efikasi diri akan
menentukan cara seseorang untuk berpikir, bertindak dan memotivasi diri mereka
menghadapi kesulitan dan permasalahan. Sukses atau gagalnya seseorang ketika melakukan
tugas tertentu ditentukan oleh efikasi dirinya. Orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi
akan bisa menghadapi kegagalan dan hambatan yang mereka hadapi, stabil emosinya,
bersikap dan memiliki internal locusof control yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

19

Cromie dalamIndarti et al (2008) menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi
kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan. Lebih
lanjut Cromie menyatakan bahwa efikasi diri yang positif adalah keyakinan seseorang bahwa
ia mampu mencapai pekerjaan atau prestasi yang diinginkannya. Tanpa adanya efikasi diri
seseorang tidak akan memiliki keinginan untuk melakukan perilaku tertentu. Penelitian yang
dilakukan Boyd dan Vozikis dalam Chowdhury (2009) menemukan adanya hubungan antara

efikasi diri wirausahadengan kegiatan menjalankan usaha.
Betz dan Hacket dalamIndarti et al (2008) menyatakan bahwa efikasi diri akan karir
seseorang dapat menjadi faktor penting dalam penentuan apakah minat kewirausahaan
seseorang sudah terbentuk pada tahapan awal seseorang memulai karirnya. Lebih lanjut Betz
dan Hacket menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat efikasi diri seseorang pada
kewirausahaan di masa-masa awal seseorang dalam berkarir, semakin kuat minat
kewirausahaan yang dimilikinya.
Oosterbeek (2008) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang
akan kemampuan dirinya. Wirausaha sukses selalu yakin bahwa mereka mampu membuat
semua kegiatannya menjadi berhasil. Mereka juga merasa mampu mengendalikan kesuksesan
mereka yang tidak tergantung kepada orang lain. Wirausaha sukses memiliki ketahanan yang
tinggi, kemampuan mengambil resiko dan menanggung kerugian dan menangani
ketidakpastian.
Bandura menjelaskan bahwa ada empat cara untuk mencapai efikasi diri yakni:
1) Pengalaman sukses atau kegagalan yang terjadi berulang kali.
Pengalaman sukses akan memperkuat kepercayaan seseorang bahwa dirinya memang
mempunyai kemampuan untuk mencapai prestasi yang baik, sebaliknya pengalaman
gagal berulang kali dapat membuat seseorang meragukan kemampuan dirinya sehingga
menurunkan kepercayaan pada dirinya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

20

2) Melihat orang lain melakukan perilaku tersebut, kemudian mencontoh atau belajar dari
pengalaman tersebut. Jadi, ada suatu model yang menjadi panutan seseorang, model ini
memiliki kemampuan yang mirip dengan dirinya. Melihat model bisa sukses dengan
melakukan usaha tertentu, maka seseorang menjadi yakin bisa berhasil seperti model
tersebut.
3) Persuasi verbal yakni memberikan semangat atau menjatuhkan performa seseorang agar
seseorang berperilaku tertentu.
4) Apa perasaan seseorang tentang perilaku yang dimaksud (reaksi emosional).
2.3. Teori tentang Lingkungan
Minat seseorang terhadap suatu obyek diawali dari perhatian seseorangterhadap
obyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang
sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Minat dapat berubah-ubah tergantung
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya di antaranya adalah faktor lingkungan. Indarti et al
(2008) menyatakan ada tiga faktor lingkungan yang mempengaruhi wirausaha sukses yakni
ketersediaan informasi, akses kepada modal dan kepemilikan jaringan sosial.
Dewanti (2008: 11) menyatakan bahwa kewirausahaan dipicu oleh faktor pribadi,
lingkungan dan sosiologi. Faktor lingkungan yang berpengaruh menurut Dewanti adalah
peluang yaitu situasi yang menguntungkan, model peranan, aktivitas, pesaing dengan industri
yang sama, inkubator sebagai sumber ide, sumber daya alam dan manusia, teknologi dan
kebijakan pemerintah.
Penelitian oleh Mazzarol et aldalamSaud et al (2009) menemukan bahwa faktor
lingkungan (faktor sosial, ekonomi, politik dan perkembangan infrastruktur) mempengaruhi
dorongan untuk mendirikan usaha.
Zimmerer (2004) menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti faktor ekonomi dan
kependudukan, pergeseran dari ekonomi industri ke ekonomi jasa, kemajuan teknologi,

Universitas Sumatera Utara

21

perkembangan e-Commerce dan the world wide web, terbuka lebarnya peluang internasional
dan perubahan gaya hidup masyarakat mempengaruhi minat kewirausahaan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat kewirausahaan secara
garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang timbul karena pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri seperti
kebutuhan akan pendapatan, harga diri, perasaan senang, dan lain-lain. Faktor eksternal
adalah faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh dari luar dirinya sendiri yang
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan internasional, perubahan
teknologi, kondisi ekonomi, budaya dan sosial.
Jadi pengertian lingkungan dalam penelitian ini adalah faktor luar/eksternal yang
menimbulkan dan mendorong minat kewirausahaan seseorang yang meliputi kepemilikan
jaringan sosial, akses kepada modal dan ketersediaan informasi kewirausahaan.

2.3.1. Keter sediaan Infor masi Kewir ausahaan
Informasi adalah data yang telah dibentuk ke dalam format yang bermanfaat bagi
manusia. Informasi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kewirausahaan
sebagaimana pentingnya informasi dalam bidang-bidang lainnya. Minat kewirausahaan bisa
muncul dan berkembang jika terdapat informasi yang memadai yakni keberhasilan sebuah
usaha, peluang usaha, pasar yang tersedia, dukungan pemerintah dan badan-badan yang
berhubungan dengan kewirausahaan, dukungan dari perguruan tinggi berupa pelatihan dan
pendidikan tentang kewirausahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna dalamIndarti et al (2008) di India
membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu
karakter utama seorang wirausaha.
Muhyi (2007) menyatakan ada banyak cara untuk mendapatkan informasi untuk
memulai kegiatan kewirausahaan, yakni:

Universitas Sumatera Utara

22

a. Melalui pendidikan formal.
b. Melalui seminar-seminar kewirausahaan.
c. Melalui pelatihan.
d. Otodidak.
Pengertian ketersediaan informasi kewirausahaan dalam penelitian ini adalah
tersedianya informasi yang dibutuhkan dan mendukung kegiatan kewirausahaan secara
memadai.

2.3.2. Akses Kepada Modal
Modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk memulai usaha.
Penelitian oleh beberapa peneliti seperti Marsden, Meier dan Pilgrim, Steel dalamIndarti et al
(2008) menyatakan bahwa kesulitan dalam mendapatkan akses modal, skema kredit dan
kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan usaha
menurut calon-calon wirausaha di negara-negara berkembang. Kristiansen dalamIndarti et al
(2008) menyatakan bahwa akses kepada modal menjadi salah satu penentu kesuksesan suatu
usaha. Menurut Indarti et al (2008) akses kepada modal merupakan hambatan klasik terutama
dalam memulai usaha-usaha baru, setidaknya terjadi di negara-negara berkembang dengan
dukungan lembaga-lembaga penyedia keuangan yang tidak begitu kuat.
Kasmir (2007: 85) menyatakan bahwa ada dua jenis modal yang dibutuhkan seorang
wirausaha, yakni:
1. Modal investasi
Modal investasi bersifat jangka panjang dan dapat digunakan secara berulang-ulang
dan umumnya berumur lebih dari satu tahun. Modal investasi dipakai untuk membeli aktiva
tetap seperti tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan, dan lain-lain. Modal ini
biasanya diperoleh dari perbankan selain modal sendiri.

Universitas Sumatera Utara

23

2.

Modal Kerja
Modal kerja merupakan modal yang dipakai untuk membiayai operasional perusahaan

pada saat perusahaan beroperasi. Modal ini bersifat jangka pendek dan biasanya hanya
dipakai sekali atau beberapa kali dalam proses produksi, membeli bahan baku, membayar gaji
karyawan, biaya pemeliharaan, dan lain-lain.
Kasmir lebih lanjut menyatakan sumber-sumber modal untuk kegiatan usaha dapat
berupa:
1. Modal sendiri
Modal sendiri diperoleh dari pemilik usaha karena pemilik usaha bisa mengeluarkan
saham sebagai modal sendiri.
2. Modal asing (pinjaman)
Modal asing/pinjaman adalah modal yang diperoleh dari luar perusahaan.
Manurung (2008: 13) menyatakan bahwa modal usaha adalah dana yang digunakan
untuk menjalankan usaha agar dapat berlangsungnya usaha tersebut. Lebih lanjut Manurung
menyatakan ada beberapa sumber modal, yakni:
1. Dana milik sendiri.
2. Menggadaikan barang yang dimiliki ke lembaga formal atau non-formal.
3. Meminjam dari lembaga formal atau non-formal.
4. Menggunakan modal dari pemasok.
5. Bermitra dengan mitra kerja agar modal kerja yang dibutuhkan dapat dibagi bersama.
6. Melakukan pinjaman dari bank.
7. Mendapatkan modal dari pasar modal dengan menerbitkan obligasi, saham, dll.
8. Mendapatkan bantuan dari pemerintah, perusahaan baik swasta maupun BUMN,
universitas, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

24

2.3.3. Kepemilikan J ar ingan Sosial
Membentuk jaringan sosial dapat diartikan sebagai proses dua arah di mana di antara
dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dan sumber daya untuk saling
mendukung kegiatan masing-masing. Dengan membentuk jaringan sosial maka semua
kesempatan bisnis yang ada, permasalahan modal kerja, teknologi produksi, informasi bisnis,
investasi, perubahan kebijakan dan peraturan, dan lain-lain dapat dibagi sehingga usaha akan
lebih efektif dan efisien dan mengurangi resiko usaha.
Mazzarol dalam Indarti et al (2008) menyatakan bahwa jaringan sosial mempengaruhi
minat kewirausahaan. Gregoire et aldalamGadar dan Yunus (2009) menyatakan jaringan
sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh pada wirausaha wanita. Penelitian oleh
Gadar dan Yunus (2009) menemukan bahwa jaringan sosial merupakan faktor kelima
terpenting pada wirausaha wanita di Malaysia. Gadar dan Yunus juga menemukan bahwa
hubungan dengan elit politik yang kuat dan dengan pemimpin bisnis, dukungan suami
merupakan faktor yang mendukung para wirausaha wanita di Malaysia. Kristiansen
dalamIndarti et al (2008) menjelaskan bahwa jaringan sosial terdiri dari hubungan formal dan
informal antara pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan
menggambarkan jalur bagi wirausaha untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang
diperlukan dalam pendirian, perkembangan dan kesuksesan usaha.
Menurut Rosenblatt, de Mik, Anderson dan Johnson dalam Greve (2003) anggota
keluarga memainkan peranan yang penting ketika seorang calon wirausahamerencanakan
dan mendirikan usaha karena anggota keluarga dan jaringannya selalu dilibatkan untuk
dimintai bantuan dan dukungan. Penelitian yang dilakukan olehMcClelland dalamMuhandri
(2002) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel yang
diambil secara acak dalam penelitiannya berasal dari keluarga pengusaha dan faktor
lingkungan keluarga mempengaruhi minat kewirausahaan. Penelitian McClelland didukung

Universitas Sumatera Utara

25

oleh penelitian Crant dalam Saud et al(2009) yang menemukan fakta bahwa minat
kewirausahaan dipengaruhi olehfaktor kepemilikan bisnis oleh orang tua. Mathews dan
Moser dalamCotleur (2009) juga menyatakan bahwa pengaruh keluarga sangat signifikan
dalam mengembangkan minat kewirausahaan, hal ini terutama berlaku untuk laki-laki.
Adanya role model juga merupakan faktor yang menentukan minat kewirausahaan.
Davidsson and Honig dalam Marshall (2005) menemukan hubungan yang kuat antara
kewirausahaan dan kepemilikan orang tua yang mempunyai bisnis. Dalam studi itu
ditemukan bahwa dukungan teman dekat atau tetangga di dalam usaha juga mempunyai
pengaruh positif pada minat kewirausahaan seseorang.
Riyanti (2003: 38) menemukan bukti kuat adanya hubungan antara minat
kewirausahaan dengan profesi orang tua yang bekerja mandiri atau sebagai wirausaha.
Kemandirian dan fleksibilitas dapat ditularkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini dan
menjadi sifat yang melekat kepada anak-anaknya. Pendapat Staw didukung oleh Duchesneau
dalamRiyanti (2003: 38) yang menemukan bahwa wirausaha yang berhasil adalah mereka
yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha. Aldrich dan Zimmer dalam Greve
(2003) menyatakan bahwa wirausaha membutuhkan jaringan sosial yang kuat selain
informasi, modal, ketrampilan, tenaga kerja untuk memulai usaha. Menurut Hansen
dalamGreve (2003) jaringan sosial ini bisa berupa jaringan profesional, teman-teman, rekanrekan kerja sebelumnya mulai dari dalam organisasi, kumpulan perusahaan, atau orang-orang
yang membantu menjalankan dan mendirikan usaha.
Marshall (2005) menyatakan bahwa kegiatan kewirausahaan membutuhkan modal
sosial/social capitalselain modal manusia/human capital dan modal keuangan/financial

capital. Marshall membagi modal sosial menjadi dua jenis yakni jaringan keluarga dan
jaringan yang dibentuk dari pertemanan atau kenalan.

Universitas Sumatera Utara

26

2.4. Teor i tentang Demogr afi
Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yakni ’demos’ yang berarti rakyat atau
penduduk dan ’grafein’ yaitu menulis. Jadi demografi adalah tulisan atau karangan mengenai
rakyat atau penduduk. Boguedalam Yasin (2007: 1) menyatakan bahwa demografi adalah
ilmu yang mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar, komposisi, dan
distribusi penduduk serta perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5
komponen demografi yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
Barclay dalamYasin (2007: 2) menyatakan bahwa demografi adalah ilmu yang memberikan
gambaran yang menarik dari penduduk yang digambarkan secara statistika. Demografi
mempelajari tingkah laku keseluruhan dan bukan tingkah laku perorangan.
Riyanti (2003: 33) menyatakan bahwa demografi sangat penting dikaji karena
demografi adalah faktor yang melekat pada wirausaha dan mempengaruhi keberhasilan
seorang wirausaha. Mazzarol dalam Indarti et al (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor
demografi seperti jender, umur, pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang berpengaruh
terhadap keinginan seseorang untuk menjadi seorang wirausaha. Crant dalamSaud et al
(2009) menyatakan bahwa sikap kewirausahaan dipengaruhi oleh jender, tingkat pendidikan
dan orang tua yang memiliki bisnis.
Penelitian oleh Mazzarol et aldalamSaud et al (2009) menemukan bahwa faktor
demografi (etnisitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, ukuran keluarga, status dan
pengalaman kerja, usia, jender, status sosio-ekonomi, agama dan sifat kepribadian)
mempengaruhi minat mendirikan usaha. Penelitian Indarti et al (2008) pada mahasiswa
Indonesia, Jepang dan Norwegia menemukan bahwa jender dan usia yang lebih muda tidak
mempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa, pengalaman kerja
mempengaruhi minat kewirausahaan pada mahasiswa Norwegia, tetapi tidak mempunyai
pengaruh pada mahasiswa Indonesia dan Jepang. Shapero dalam Basu et al (2009)

Universitas Sumatera Utara

27

menyatakan bahwa minat terhadap kewirausahaan tergantung pada faktor-faktor bebas seperti
demografi, karakter, ketrampilan, budaya, sosial dan dukungan keuangan.
Demografi dalam penelitian ini hanya meneliti variabel latar belakang pendidikan,
dan pengalaman kerja yang mempengaruhi minat kewirausahaan. Hisrich (2008: 75)
menyatakan bahwa pendidikan sangatlah penting dalam perjalanan wirausaha. Pentingnya
pendidikan tidak hanya tercermin dalam tingkat pendidikan yang dicapai, tetapi juga dalam
kenyataan bahwa pendidikan memainkan peranan penting untuk membantu para wirausaha
mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi. Studi di India oleh Sinha dalam Indarti
(2008) membuktikan bahwa latar belakang pendidikan menjadi salah satu penentu penting
minat kewirausahaan dan kesuksesan usaha yang dijalankan. Situmorang (2007) menyatakan
bahwa tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah mengembangkan masyarakat
berkewirausahaan (entreprising people) dan menanamkan sikap percaya pada diri sendiri
melalui proses belajar yang sesuai. Pendidikan kewirausahaan dan program pendidikan dan
pelatihan kewirausahaan bertujuan untuk mendirikan usaha kecil yang independen.
Jones (2009) lebih spesifik menekankan pentingnya pendidikan kewirausahaan. Jones
lebih lanjut menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah proses menyiapkan
individu dengan kemampuan untuk mengenali kesempatan komersial, meningkatkan
penghargaan diri, pengetahuan dan ketrampilan untuk bertindak terhadap kesempatan
komersial tersebut. Kourilsky dalam Jones (2009) mendefinisikan pendidikan kewirausahaan
sebagai kesempatan untuk mengenali, menyusun sumber-sumber daya dengan kehadiran
resiko, dan membangun sebuah perusahaan bisnis. Bechard and Toulouse dalamJones (2009)
mendefinisikan pendidikan kewirausahaan sebagai kumpulan dari pengajaran formal yang
memberikan informasi, melatih dan mendidik siapapun yang tertarik untuk mendirikan bisnis
atau mengembangkan bisnis kecil. Pendidikan kewirausahaan dapat memberikan kesempatan
untuk melakukan simulasi kegiatan bisnis dan mengamati model peran.

Universitas Sumatera Utara

28

Charney (2000) pada penelitiannya membandingkan para lulusan yang mendapatkan
pendidikan kewirausahaan dengan para lulusan yang tidak mendapatkan pendidikan
kewirausahaan menyimpulkan beberapa hal penting berikut ini:
(1) Pendidikan kewirausahaan terbukti meningkatkan minat pendirian perusahaan baru.
Lulusan yang mendapatkan pendidikan kewirausahaan tiga kali lebih banyak yang
mendirikan perusahaan baru dibandingkan para lulusan yang tidak mendapatkan
pendidikan kewirausahaan.
(2) Pendidikan kewirausahaan meningkatkan minat para lulusan tiga kali lebih besar untuk
menjadi pekerja mandiri (self - employed) dibandingkan para lulusan yang tidak
mendapatkan pendidikan kewirausahaan.
(3) Pendidikan kewirausahaan meningkatkan pendapatan para lulusan yang mendapatkan
pendidikan kewirausahaan sebanyak 27 persen lebih tinggi.
Pendidikan kewirausahaan meningkatkan pertumbuhan perusahaan terutama pada
perusahaan kecil, pada perusahaan besar pengaruh pendidikan kewirausahaan lebih sulit
diukur. Tetapi perusahaan besar memberikan gaji yang lebih besar kepada para lulusan
yang memiliki pendidikan kewirausahaan. Perusahaan yangdidirikan para lulusan yang
memiliki pendidikan kewirausahaan juga lebih besar.
(5) Pendidikan kewirausahaan mempromosikan perpindahan teknologi dari universitas
kepada sektor swasta dan mempromosikan perusahaan dan produk berbasis teknologi.
Para lulusan dengan pendidikan kewirausahaan lebih cenderung bekerja para perusahaan
dengan teknologi yang lebih tinggi.
Bandura, Hollenbeck dan Hall, Wilson et aldalam Basu et al (2009) menemukan
bahwa pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan tingkat efikasi diri seseorang. Noel
dalam Basu et al (2009) menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan minat kewirausahaan terutama untuk mahasiswi. Wilson

Universitas Sumatera Utara

29

et aldalam Basu et al (2009) menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan meningkatkan
minat mahasiswa terhadap kewirausahan sebagai karier.
Pengalaman kerja menyatakan jenis dan jumlah pekerjaan, lamanya bekerja di sebuah
atau beberapa bidang yang dialami oleh seseorang di dalam karirnya. Setiap orang
mempunyai pengalaman kerja yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi kehidupan dan
karirnya selama hidupnya. Evan dan Leighton dalam Colambato dan Melnik (2009)
menyatakan bahwa pengalaman kerja biasanya di industri yang sama merupakan prasyarat
alami untuk menjadi seorang wirausaha. Colambato (2009) pada penelitiannya terhadap para
pengusaha di Italia menemukan bahwa dibutuhkan pengalaman kerja rata-rata selama 8 tahun
sebagai pekerja sebelum seseorang memutuskan menjadi seorang wirausaha. Drennan
dalamBasu et al (2009) menyatakan bahwa pandangan yang positip terhadap pengalaman
bisnis keluarga dan pengalaman langsung memulai bisnis baru akan mempengaruhi sikap dan
persepsi tentang kewirausahaan sebagai karier.
Timmons dalam Din (1992) menyatakan bahwa ada bukti yang semakin meningkat
bahwa wirausaha sukses berasal dari kombinasi pengalaman kerja, studi dan pengembangan
ketrampilan yang sesuai. Din (1992) dalam penelitiannya pada populasi mahasiswa sekolah
bisnis di Malaysia menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki pengalaman kerja tetap
yang lebih banyak memiliki kecenderungan melakukan kegiatan kewirausahaan yang lebih
besar dibandingkan mereka yang pengalaman kerjanya lebih sedikit, hal ini berlaku untuk
pengalaman kerja di perusahaan bisnis yang besar dan tidak berlaku untuk pengalaman kerja
di sektor publik.
Peterman dan Kennedy dalam Frazier (2009) menemukan bahwa pengalaman yang
positif dalam kegiatan kewirausahaan pada bisnis kecil mempunyai pengaruh terhadap minat
kewirausahaan. Penelitian Reitan dalam Frazier (2009) menemukan bahwa pengalaman kerja
pada bisnis keluarga mempunyai pengaruh positif pada minat kewirausahaan.

Universitas Sumatera Utara

30

Penelitian Rotefoss dan Kolvereid dalamKautonen et al (2008) menunjukkan bahwa
pengalaman

kewirausahaan

sebelumnya

yang

positif

mempengaruhi

kemungkinan

mendirikan bisnis dan ada perbedaan antara wirausaha yang baru pertama kali berbisnis
(novice entrepreneurs) dengan wirausaha yang sudah memiliki bisnis sebelumnya (serial

entrepreneurs). Menurut Ucbasaran et aldalamKautonen et al(2008) serial entrepreneurs
menikmati pengalaman dan manfaat kewirausahaandibandingan novice entrepreneurs karena
serial entrepreneurs memiliki kesempatan untuk mendapatkan sumber-sumber daya dan
belajar dari karir wirausaha sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan Indarti et al (2008) membuktikan bahwa mahasiswa
Norwegia yang memiliki pengalaman kerja akan memiliki minat kewirausahaan yang lebih
tinggi dibandingkan yang tidak, akan tetapi pendapat ini tidak berlaku untuk mahasiswa
Indonesia dan Jepang.
2.5. Teor i tentang Minat Kewir ausahaan
Tarmudji (2006) menyatakan bahwa minat adalah perasaan tertarik atau berkaitan
pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang meminta/menyuruh. Lebih lanjut Tarmudji
menyatakan bahwa minat seseorang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang
menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek lain dan melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Super dan Crites dalamSukardi (1988: 109) menyatakan bahwa seseorang
yang mempunyai minat pada obyek tertentu dapat diketahui dari pengungkapan/ucapan,
tindakan/perbuatan dan dengan menjawab sejumlah pertanyaan.
Hurlock dalam Riyanti (2003) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi
yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan bila seseorang bebas
memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan terbentuk
minat yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun
maka minatnya juga akan menurun.

Universitas Sumatera Utara

31

Crow & Crow dalam Yuwono dkk (2008) menyebutkan ada tiga aspek minat pada
diri seseorang, yaitu:
a. Dorongan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan diri sebagai sumber penggerak
untuk melakukan sesuatu.
b. Kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang akan menentukan
posisi individu dalam lingkungannya.
c. Perasaan individu terhadap suatu pekerjaan yang dilakukannya.
Kartono dalam Yuwono et al (2008) menyatakan bahwa minat merupakan momen
kecenderungan yang terarah secara intensif kepada sesuatu objek yang dianggap penting.
Fryer dalam Yuwono (2008) menyatakan bahwa minat adalah gejala psikis yang berkaitan
dengan objek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.
Kewirausahaan

atau

entrepreneurship

berasal

dari

bahasa

Perancis “entre-

prende” yang artinyato undertakeyakni menjalankan, melakukan danberusaha. Istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh Richard Cantillon dan semakin popular ketika dipakai oleh
ahli ekonomi Jean Baptise Say dalam Riyanti (2003: 23) untuk menggambarkan para
pengusaha yang mampu memindahkan sumber-sumber daya ekonomi dari tingkat
produktivitas rendah ke tingkat produktivitas yang lebih tinggi dan menghasilkan lebih
banyak lagi atau lebih produktif. Dalam Bahasa Indonesia kata entrepreneur diartikan
sebagai wirausaha yang merupakan gabungan dari dua kata yakni kata wira yang artinya
gagah berani, perkasa dan usaha . Jadi wirausaha berarti orang yang gagah berani atau
perkasa dalam usaha.
Yuwono (2008) menyatakan bahwa minat kewirausahaan adalah rasa ketertarikan
seseorang untuk melakukan kegiatan usaha yang mandiri dengan keberanian mengambil
resiko. Steinhoff dan Burgess dalam Suryana (2006: 55) menyatakan bahwa ada tujuh alasan
mengapa seseorang berminat terhadap kegiatan kewirausahaan, yakni:

Universitas Sumatera Utara

32

1. Ingin memiliki penghasilan yang tinggi.
2. Ingin memiliki karier yang memuaskan.
3. Ingin bisa mengarahkan diri sendiri/tidak diatur oleh orang lain.
4. Ingin meningkatkan prestise diri sebagai pemilik bisnis.
5. Ingin menjalankan ide atau konsep yang dimiliki secara bebas.
6. Ingin memiliki kesejahteraan hidup dalam jangka panjang.
7. Ingin menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
Dalam Enterpreneur ’s Handbook seperti yang dikutip oleh Wirasasmita dalam
Suryana (2006: 55) dikemukakan beberapa alasan yang menumbuhkan minatseseorang
menjadi wirausaha yakni:
1. Alasan keuangan
Untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan dan sebagai jaminan
stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial
Memperoleh gengsi/status agar dikenal dan dihormati banyak orang, menjadi teladan
untuk ditiru orang lain dan agar dapat bertemu banyak orang.
3. Alasan pelayanan.
Agar bisa membuka lapangan pekerjaan dan membantu meningkatkan perekonomian
masyarakat.
4. Alasan pemenuhan diri.
Untuk bisa menjadi seorang atasan, mencapai sesuatu yang diinginkan, menghindari
ketergantungan kepada orang lain, menjadi lebih produktif dan menggunakan potensi
pribadi secara maksimum.
Mudjiarto et al (2005: 42) menyatakan bahwa bahwa umumnya orang berminat
membuka usaha sendiri karena beberapa alasan berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

33

1) Mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
2) Memenuhi minat dan keinginan pribadi
3) Membuka diri untuk berkesempatan menjadi bos bagi diri sendiri.
4) Adanya kebebasan dalam manajemen.
Megginson dan Byrd dalamYohnson (2003) menyatakan alasan seseorang memulai
kewirausahaan kecil adalah sebagai berikut:
1. Memuaskan Tujuan Pribadi
a. Kemandirian dalam hidup.
b. Menerima pendapatan yang lebih besar.
c. Membantu keluarga.
d. Menemukan produk baru.
2. Mencapai Tujuan Bisnis
a. Melayani kebutuhan masyarakat baik produk maupun jasa.
b. Mendapatkan keuntungan.
c. Peduli terhadap kehidupan sosial masyarakat.
d. Mendapatkan pertumbuhan.
e. Tujuan bisnis dihubungkan dengan tujuan pribadi.
Menurut Geoffrey G. Meredith (Suryana, 2003:14) mengemukakan ciri-ciri dan watak
kewirausahaan pada Tabel 2.1.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar pribadi sehingga kedudukan minat tidaklah stabil karena dalam kondisikondisi tertentu minat bisa berubah-ubah, tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya,
yang mempengaruhi minat secara garis besar ada tiga yaitu faktor fisik, kepribadian, dan
lingkungan :

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 2.1 Ciri-ciri dan Watak Kewirausahan
Ciri-ciri
1) Percaya Diri
2) Berorientasi pada tugas dan hasil

3) Pengambilan resiko dan suka tantangan
4) Kepemimpinan
5) Keorisinilan
6) Berorientasi masa depan

Watak
Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimism
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
jeras, mempunyai dorongan luat, energik dan
inisiatif
Kemampuan untuk mengambil resiko yang
wajar
Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan
orang lain, menanggapi saran dan kritik
Inovatif dan kreatif serta fleksibel
Pandangan ke depan, futuristic

a. Faktor Fisik.
Kondisi fisik individu sangat berperan dalam menentukan minat, misalnya saja individu
memilih berwirausaha maka kondisi fisiknya harus benar-benar kuat karena berwirausaha
adalah pekerjaan yang penuh dengan tantangan. Faktor fisik merupakan pendukung utama
setiap aktivitas yang dilakukan individu.
b. Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian yang mempengaruhi minat adalah motif, perhatian dan perasaan.
1). Motif
Motif adalah dorongan yang akan datang dari dalam diri manusia untuk berbuat sesuatu.
Menurut Walgito (2003:149) motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri
organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Dorongan ini tertuju
kepada suatu tujuan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat timbul jika ada motif, dan
motif bersifat alami sebagai akibat perkembangan individu sesuai dengan norma yang ada.
2). Perhatian Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu
yang ditujukan kepada sesuatu atau kelompok obyek (Walgito,2003:56). Perhatian akan
menimbulkan minat seseorang jika subyek mengalami keterlibatan dalam obyek.

Universitas Sumatera Utara

35

3). Perasaan
Perasaan adalah aktivitas psikis yang didalamnya subyek menghayati nilai-nilai suatu obyek
(Winkel,2001:30). Hubungan perasaan dalam mencapai minat adalah perasaan senang akan
menimbulkan minat yang akan diperkuat adanya sikap positif, sebab perasaan senang
merupakan suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa yang datang pada subyek
bersangkutan.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi minat adalah lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
1). Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan satu kesatuan antara ayah, ibu, anak dan keluarga lainnya.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan anak untuk mencapai masa
depan yang baik bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Keluarga merupakan peletak
dasar bagi pola tingkah laku, karakter, intelegensi, bakat, minat dan potensi anak yang
dimiliki untuk dapat berkembang secara optimal.
2). Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar merupakan lingkungan yang sangat potensial untuk mendorong
seseorang dalam perkembangan minat, misalnya di lingkungan kampus yang memberi
motivasi kepada mahasiswanya untuk mandiri maka kemungkinan mahasiswa tersebut juga
akan punya minat untuk mandiri.
3). Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan ketiga yang turut mempengaruhi perkembangan minat.
Misalnya lingkungan yang mayoritas berwirausaha maka kemungkinan besar individu yang
ada di lingkungan tersebut juga akan berminat terhadap wirausaha.

Universitas Sumatera Utara

36

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan minat kewirausahaan adalah
kecenderungan atau ketertarikan seseorang untuk melakukan kegiatan kewirausahaan dengan
senang hati dan keberanian mengambil resiko.
2.6. Pemuda
Darmansyah (1986) menyatakan bahwa Pemuda menjadi penting bukan saja karena
bagian terbesar pendudukIndonesia, tetapi penting karena berbagai alasan antaralain,
Pertama, pemuda adalah generasi penerus yang akan melanjutkan citacita perjuangan bangsa.
Kedua, kelangsungan sejarah dan budaya bangsa, corak dan warna masa depan suatu bangsa
akan sangat ditentukan oleh arah persiapan atau pembinaan dan pengembangan generasi
muda pada saat ini.Ketiga, terjaminnya proses kesinambungan nilai-nilai dasar negara. Yaitu
dipandang dari sudut semangat kepemudaan yakni sumpah pemuda 1928, proklamasi 1945,
Pancasila dan UUD 1945.
Pemuda merupakan konsep yang selaludikaitkan dengan “Nilai”.Hal ini lebih
merupakan pengertian ideologis dan cultural daripada pengertian ilmiah, misalnya “Pemuda
harapan bangsa” dan “pemuda pemilik masa depan” dan lain sebagainya yang kesemuanya
itu merupakan beban moral bagi pemuda untuk memberikan konstribusi pada masa depan
masyarakat bangsa Indonesia. Tetapi, dilain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan
yang akut seperti narkoba, kenakalan remaja, dan terbatasnya lapangan kerja.
Dalam pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa yang
dimaksud pemuda adalah;
a. Dilihat Dari Segi Biologis
Bayi : 0-1 tahun
Anak : 1-12 tahun
Remaja : 12-15
Pemuda : 15-30 tahun

Universitas Sumatera Utara

37

b. Dilihat dari segi budaya
Anak : 0-12 tahun
Remaja : 13-18 tahun
Dewasa : 18-21 tahun ke atas
c. Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah tenaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah
calon-calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang diambi antara 18-22 tahun.
d. Dilihat dari ideologis politis, maka generasi muda adalah calon pengganti dari generasi
terdahulu, dalam hal ini berumur antara 18-30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40
tahun.
e. Dilihat dari umur, lembaga dan ruang lingkup tempat diperoleh ada 3 kategori:
1) Siswa, usia antara 6-18 tahun, masih ada di bangku sekolah.
2) Mahasiswa, usia antara 18-25 tahun, masih ada di Universitas atau perguruan tinggi.
3) Pemuda, di luar lingkungan sekolah ataupun perguruan tinggi, usia antara 15-30 tahun.
f. Menurut Undang-Undangno. 40 tahun 2009, Pemuda adalah manusia yang berusia 15 – 30
tahun.
Berdasarkan pengelompokan diatas, maka yang dimaksud pemuda dalam penelitian
ini adalah golongan manusia berusia muda antara 15-30 tahun.
2.7 Kaitan dengan Pembangunan Wilayah
Kepribadian, Lingkungan dan Demografis diduga merupakan determinan dan
berpengaruhterhadap minat berwirausaha pemuda. Dengan terwujudnya pemuda dengan
minat wirausaha tinggi, diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru serta terjadinya
peningkatan pendapatan. Oleh karena itu, apabila jumlah para wirausaha pemudabertambah,
maka berdampak kepada pembangunan wilayah yaitu terjadinya perkembangan kesejahteraan
atau kemajuan ekonomi secara perlahan.
2.8Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara

38

Sehubungan dengan landasan teoritis, terdapat kerangka berpikir yang dapat
menggambarkan ruang lingkup penelitian, sebagai berikut

Kepribadian

Kebutuhan akan Prestasi (X1)

Efikasi Diri (X2)

Lingkungan

Minat Wirausaha (Y)

Ketersediaan Informasi (X3)

Akses Modal (X4)

Jaringan Sosial (X5)

Demografi (X6)

2.1 Kerangka Berpikir
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir pada Gambar 2.1, maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, ketersediaan informasi, akses modal,
kepemilikan jaringan, dan demografi baik secara simultan maupun parsialberpengaruh
positif terhadap minat wirausaha pemuda di Kecamatan Percut Sei Tuan

Universitas Sumatera Utara