Prevalensi Halitosis pada Pasien yang Berkunjung Ke RSGM USU Tahun 2015

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Halitosis atau juga sering disebut bau mulut merupakan masalah pribadi yang
dapat menimbulkan rasa malu dan biasa dihadapi oleh jutaan orang. Halitosis dapat
menyebabkan ketidakharmonisan sosial dan rasa malu yang telah dicatat dalam
literatur selama ribuan tahun.1 Halitosis memiliki implikasi sosial besar yang
merugikan bagi penderitanya dan secara signifikan berdampak pada norma interaksi
sosial.2 Oleh karena itu, halitosis menjadi faktor penting yang harus diperhatikan,
tidak hanya pada kondisi kesehatan tetapi juga pada kondisi psikologis yang dapat
mengalami perubahan yang lama kelamaan menyebabkan isolasi sosial dan pribadi.1
Pada literatur dinyatakan sampai dengan 30% orang dewasa dengan usia
lebih dari 60 tahun dapat menyadari sendiri halitosis yang mereka derita, ataupun
setelah diberitahu oleh orang lain. Sementara itu, sebagian orang masih tidak percaya
bahwa mereka benar-benar memiliki halitosis. Keadaan ini dapat menjadi suatu
dilema klinis yang nyata, dan tampaknya memiliki dasar psikogenik.3
Penyebab halitosis dapat multifaktorial tetapi dalam kebanyakan kasus,
penyebab halitosis berasal dari mulut itu sendiri. Ghapanchi dkk menemukan bahwa

dari 360 pasien yang berkunjung ke sekolah kedokteran gigi Shiraz di Iran,
ditemukan sebanyak 27,8% pasien pada rentang usia 10-56 tahun mengeluhkan
halitosis. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan pasien dengan genuine halitosis
(94%) dan pseudo halitosis (6%). Pada pasien dengan genuine halitosis, sebanyak
76% ditemukan menunjukkan penyebab berasal dari intra oral, sementara itu
sebanyak 18% memiliki penyebab berasal dari ekstra oral. Hasil penelitian tersebut
juga menemukan bahwa karies gigi adalah penyebab paling umum halitosis yang
berasal dari oral (62%), diikuti oleh penyakit periodontal (55%), terapi saluran akar
yang tidak hermetis (12%), xerostomia (9%), pemakaian gigitiruan (2%), diet
konsumsi protein tinggi terutama makanan laut (28%), merokok (13%), sinusitis dan

Universitas Sumatera Utara

2

polip hidung (4%), sembelit dan refluks lambung (4%), faktor hormonal (4%) dan
obat (4%). Sementara itu, penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara usia pasien, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dengan
halitosis.4
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Arora dkk, pada 250 subyek

penelitian menunjukkan prevalensi halitosis tertinggi berasal dari penyakit
periodontal (73,67%), sementara itu karies gigi (53,29%), kehilangan gigi (22.80%),
kalkulus (18.80%), gigi sensitif (49,31%), dan abses (15.20%). Penelitian tersebut
menunjukkan terdapat perbedaan prevalensi halitosis yang signifikan pada pria dan
wanita.5
Prevalensi halitosis yang sebenarnya belum diketahui dan beberapa laporan
sulit mengevaluasi prevalensi halitosis kecuali dalam menentukan klasifikasi,
terminologi, dan metodologi yang digunakan. Saat ini data epidemiologi yang
tersedia sulit untuk menggambarkan prevalensi halitosis karena didasarkan pada
estimasi subjektif dari bau tidak sedap, yang terbatas oleh ketidaktelitian dan
sensitivitas rendah.6
Salah satu metode pengukuran halitosis adalah dengan menggunakan alat
Breath Checker, yaitu monitor inovatif yang dapat mendeteksi dan mengukur tingkat
Volatile Sulphur Compounds (VSCs) pada udara yang ada di dalam rongga mulut
dengan hasil pengukuran berupa skor yang akan muncul pada layar monitor. Breath
Checker juga sudah digunakan dalam beberapa penelitian sebagai alat untuk
mengukur tingkat halitosis seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk
yaitu mengukur tingkat halitosis menggunakan Breath Checker pada orang yang
memiliki penyakit periodontal sebelum dan sesudah berkumur dengan metronidazol.
Penelitian lainnya yang juga menggunakan Breath Checker adalah penelitian yang

dilakukan oleh Putri yaitu mengukur tingkat halitosis menggunakan Breath Checker
sebelum dan sesudah mengonsumsi campuran larutan madu dan bubuk kayu manis.
Dari hasil kedua penelitian tersebut, dinyatakan bahwa Breath Checker dapat
digunakan untuk pengukuran tingkat halitosis.7,8

Universitas Sumatera Utara

3

Penelitian terdahulu mengenai prevalensi halitosis dan penyebabnya
menghasilkan suatu penelitian yang bervariasi sehingga terdapat perbedaan hasil
dalam prevalensi penyebab halitosis. Disamping itu, belum pernah dilakukan
penelitian mengenai prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung ke Rumah
Sakit Gigi dan Mulut di Universitas Sumatera Utara dan juga belum pernah
dilakukan penelitian halitosis dengan metode pengukuran menggunakan Breath
Checker. Mengacu pada hal-hal yang dikemukakan diatas, penulis merasa perlu
melakukan penelitian mengenai prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah
yaitu :
1.2.1 Umum
Berapakah prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.2.2 Khusus
1. Berapakah persentase pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas
Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin.
2. Berapakah persentase pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas
Sumatera Utara berdasarkan usia.
3. Berapakah persentase keluhan halitosis pada pasien yang berkunjung ke
RSGM Universitas Sumatera Utara.
4. Apa saja penyebab halitosis berdasarkan faktor fisiologis pada pasien yang
berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
5. Apa saja penyebab halitosis berdasarkan faktor intra oral pada pasien yang
berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
6. Apa saja penyebab halitosis berdasarkan faktor ekstra oral pada pasien yang
berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.


Universitas Sumatera Utara

4

7. Berapakah persentase halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM
Universitas Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung ke
RSGM Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui persentase pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas
Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin.
2. Untuk mengetahui persentase pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas
Sumatera Utara berdasarkan usia.
3. Untuk mengetahui persentase keluhan halitosis pada pasien yang berkunjung
ke RSGM Universitas Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui persentase penyebab halitosis berdasarkan faktor fisiologis
pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
5. Untuk mengetahui persentase penyebab halitosis berdasarkan faktor intra oral
pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
6. Untuk mengetahui persentase penyebab halitosis berdasarkan faktor ekstra
oral pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
7. Untuk mengetahui persentase halitosis pada pasien yang berkunjung ke
RSGM Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi atau masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran gigi mengenai prevalensi

Universitas Sumatera Utara


5

halitosis berdasarkan faktor penyebab intra oral dan ekstra oral pada pasien yang
berkunjung ke RSGM USU.
2.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penunjang penelitian berikutnya

yang berkaitan dengan faktor penyebab halitosis.

1.4.2 Manfaat Praktis
1.

Sebagai tambahan pengetahuan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan

edukasi tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan halitosis.
2.

Sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat bahwa halitosis dapat


disebabkan oleh faktor penyebab intra oral dan ekstra oral.

Universitas Sumatera Utara