Pola Kerusakan Tulang Alveolar Pada Pasien Yang Datang Ke Instalasiperiodonsia Menggunakan Radiografi BitewingDi Rsgm Fkg Usu

(1)

(2)

(3)

Lampiran 2

NO NAMA UMUR ELEMEN POLA KEHILANGAN TULANG

MESIAL DISTAL

1. Mahlidar 38 tahun

24 horizontal horizontal

25 horizontal vertikal

26 vertikal horizontal

34 horizontal horizontal

35 horizontal vertikal

2. Anisah A 56 tahun

16 horizontal horizontal 17 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal

3. Kartini 55 tahun

15 horizontal horizontal 16 horizontal horizontal 17 horizontal horizontal

45 horizontal vertikal

4. Juriah 60 tahun

24 normal horizontal

25 horizontal horizontal 26 horizontal horizontal

27 horizontal normal

34 normal horizontal

35 vertikal vertikal

36 horizontal horizontal

37 vertikal normal

5. Joko 42 tahun 15 horizontal horizontal

16 horizontal horizontal

6. Eva roslaida 23 tahun

16 normal vertikal

17 horizontal normal

46 vertikal horizontal

47 vertikal normal


(4)

17 horizontal horizontal

8. Samsul bahri 37 tahun 17 horizontal horizontal

46 vertikal horizontal

9. Suriah 57 tahun

16 normal vertikal

17 horizontal horizontal 18 horizontal horizontal

46 vertikal horizontal

47 horizontal normal

10. Asniar harahap 61 tahun 46 horizontal horizontal

11. Heni purwanti 33 tahun 26 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal

12 Johor 73 tahun

16 horizontal horizontal

46 normla horizontal

47 vertikal horizontal

13 Nurbaiti 61 tahun 26 horizontal horizontal

14 Mastiana 56 tahun

25 vertikal vertikal

26 horizontal horizontal

35 normal horizontal

15 Tajuddin lubis 53 tahun 37 horizontal vertikal

16. Sugiono 38 tahun

26 horizontal horizontal 27 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal 37 horizontal horizontal

17. Dasni asnal 50 tahun 17 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal

18. Y andasari 24 tahun

25 horizontal vertikal

26 horizontal horizontal

35 normal vertikal

36 horizontal vertikal

37 horizontal normal

19. Iwan 45 tahun 36 vertikal horizontal

37 vertikal horizontal

20. Nurhayati 29 tahun 26 horizontal horizontal


(5)

21. Wahyu 50 tahun

26 horizontal horizontal

22. Arwat 56 tahun 46 horizontal horizontal

47 horizontal vertikal

23 Tiolin 48 ahun 44 horizontal horizontal

45 vertikal vertikal

24 Deliana 58 tahun

44 normal horizontal

45 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal

25 Tumiati 51 tahun

24 horizontal vertikal

25 horizontal horizontal 26 horizontal horizontal

tabel 2. Rahang atas dan rahang bawah

No .

Rahang Atas Rahang Bawah

Elemen Mesial Distal Eleme

n Mesial Distal

1 24 horizontal horizontal 34 horizontal horizontal

2 25 horizontal vertikal 35 horizontal vertikal

3 26 vertikal horizontal 46 horizontal horizontal

4 16 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal

5 17 horizontal horizontal 45 horizontal vertikal

6 15 horizontal horizontal 34 Normal horizontal

7 16 horizontal horizontal 35 vertikal vertikal

8 17 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal

9 24 normal horizontal 37 vertikal normal

10 25 horizontal horizontal 46 vertikal horizontal

11 26 horizontal horizontal 47 vertikal normal

12 27 horizontal normal 46 vertikal horizontal

13 15 horizontal horizontal 46 vertikal horizontal

14 16 horizontal horizontal 47 horizontal normal

15 16 normal vertikal 46 horizontal horizontal


(6)

17 16 horizontal horizontal 46 normal horizontal

18 17 horizontal horizontal 47 vertikal horizontal

19 17 horizontal horizontal 35 normal horizontal

20 16 normal vertikal 37 horizontal vertikal

21 17 horizontal horizontal 36 horizontal horizontal

22 18 horizontal horizontal 37 horizontal horizontal

23 26 horizontal horizontal 47 horizontal horizontal

24 16 horizontal horizontal 35 normal vertikal

25 26 horizontal horizontal 36 horizontal vertikal

26 25 vertikal vertikal 37 horizontal normal

27 26 horizontal horizontal 36 vertikal horizontal

28 26 horizontal horizontal 37 vertikal horizontal

29 27 horizontal horizontal 37 horizontal vertikal

30 17 horizontal horizontal 46 horizontal horizontal

31 25 horizontal vertikal 47 horizontal vertikal

32 26 horizontal horizontal 44 horizontal horizontal

33 26 horizontal horizontal 45 vertikal vertikal

34 25 horizontal horizontal 44 normal horizontal

35 26 horizontal horizontal 45 horizontal horizontal

36 24 horizontal vertikal 46 horizontal horizontal

37 25 horizontal horizontal

38 26 horizontal horizontal

Tabel 3. Prevalensi premolar dan molar

No. premolar Molar

1 24 26

2 25 16

3 15 17

4 24 16

5 25 17

6 15 26

7 34 27


(7)

10 34 36

11 35 37

12 25 46

13 25 47

14 25 46

15 24 46

16 25 47

17 26 16

18 35 16

19 35 17

20 44 16

21 45 17

22 44 17

23 45 16

24 17

25 18

26 26

27 16

28 26

29 26

30 26

31 27

32 17

33 26

34 26

35 26

36 46

37 36

38 46

39 47

40 37

41 36


(8)

43 47

44 36

45 37

46 36

47 37

48 37

49 46

51 47

51 46

Tabel 4. Rasio kehilangan tulang

No. Elemen Mesial Distal

1 24 Sedang Sedang

2 25 ringan Ringan

3 26 ringan Ringan

4 34 Sedang Sedang

5 35 Sedang sedang

6 16 normal Normal

7 17 Normal normal

8 46 Ringan Ringan

9 47 Ringan Ringan

10 15 Ringan Ringan

11 16 sedang Ringan

12 17 Ringan Ringan

13 45 Ringan Sedang

14 24 Normal Sedang

15 25 Ssedang Ringan

16 26 Sedang Sedang

17 27 Sedang Normal

18 34 Normal Sedang

19 35 Ringan Sedang

20 36 Sedang Sedang


(9)

23 16 Ringan Ringan

24 16 normal Ringan

25 17 Ringan Normal

26 46 Ringan Ringan

27 47 Ringan Normal

28 16 Sedang Sedang

29 17 Ringan Ringan

30 17 Sedang Berat

31 46 Sedang Sedang

32 16 Normal ringan

33 17 Sedang Ringan

34 18 Ringan Ringan

35 46 Ringan Ringan

36 47 Ringan Normal

37 46 Sedang Sedang

38 26 ringan Sedang

39 36 Ringan ringan

40 16 Ringan Ringan

41 46 Normal Ringan

42 47 Ringan Sedang

43 26 Ringan Ringan

44 25 Sedang Sedang

45 26 Ringan ringan

46 35 normal Ringan

47 37 Sedang Ringan

48 26 Sedang sedang

49 27 Ringan Ringan

50 36 Sedang Sedang

51 37 Ringan Sedang

52 17 Ringan Ringan

53 47 Ringan Ringan

54 25 Ringan Ringan


(10)

56 35 Normal Ringan

57 36 Sedang Berat

58 37 Ringan Normal

59 36 ringan Ringan

60 37 Ringan Sedang

61 26 Normal Normal

62 37 Normal Normal

63 25 Ringan Berat

64 26 Sedang Berat

65 46 Ringan Sedang

66 47 Sedang Sedang

67 44 Sedang Sedang

68 45 Sedang Ringan

69 44 Normal Sedang

70 45 Ringan Ringan

71 46 Ringan Ringan

72 24 Ringan ringan

73 25 Ringan Sedang


(11)

Lampiran 3

Frequency Table

mesial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 6 11.8 11.8 11.8

Horizontal 36 70.6 70.6 82.4

Vertikal 9 17.6 17.6 100.0

Total 51 100.0 100.0

Mesial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 12 16.2 16.2 16.2

Ringan 38 51.4 51.4 67.6

Sedang 24 32.4 32.4 100.0

Total 74 100.0 100.0

Distal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 5 9.8 9.8 9.8

Horizontal 38 74.5 74.5 84.3

Vertikal 8 15.7 15.7 100.0

Total 51 100.0 100.0


(12)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 10 13.5 13.5 13.5

Ringan 35 47.3 47.3 60.8

Sedang 24 32.4 32.4 93.2

Berat 5 6.8 6.8 100.0

Total 74 100.0 100.0

Frequency Table (rahang atas)

Mesial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 3 7.9 7.9 7.9

Horizontal 33 86.8 86.8 94.7

Vertikal 2 5.3 5.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Distal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 2 5.3 5.3 5.3

Horizontal 30 78.9 78.9 84.2

Vertikal 6 15.8 15.8 100.0

Total 38 100.0 100.0


(13)

Mesial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 5 13.9 13.9 13.9

Horizontal 21 58.3 58.3 72.2

Vertikal 10 27.8 27.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

distal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 4 11.1 11.1 11.1

Horizontal 23 63.9 63.9 75.0

Vertikal 9 25.0 25.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

premolar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15 2 8.7 8.7 8.7

24 3 13.0 13.0 21.7

25 6 26.1 26.1 47.8

26 1 4.3 4.3 52.2

34 2 8.7 8.7 60.9

35 4 17.4 17.4 78.3

44 2 8.7 8.7 87.0

45 3 13.0 13.0 100.0


(14)

molar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16 7 13.7 13.7 13.7

17 7 13.7 13.7 27.5

18 1 2.0 2.0 29.4

26 9 17.6 17.6 47.1

27 2 3.9 3.9 51.0

36 5 9.8 9.8 60.8

37 6 11.8 11.8 72.5

46 8 15.7 15.7 88.2

47 6 11.8 11.8 100.0


(15)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Saudara.

Perkenalkan, nama saya Khansa Mahdiyah Rofifah. Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang malakukan penelitian di Unit Radiologi Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU dengan judul “Prevalensi Kerusakan Tulang Alveolar pada Pasien Penyakit Periodontal Menggunakan Radiografi Bitewing di RSGM FKG USU”.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui prevalensi perbandingan pola kerusakan tulang horizontal atau vertikal yang lebih sering dijumpai pada penderita penyakit periodontal. Manfaat penelitian ini adalah Dapat memberikan informasi kepada dokter gigi tentang kondisi kerusakan tulang alveolar dapat dilihat menggunakan radiografi bitewing

Penelitian ini menggunakan radiografi bitewing dengan dosis radiasi 0,001-0,008 mSv. Dosis radiasi sangat kecil sehingga tidak akan menimbulkan efek negatif terhadap saudara. Pengambilan radiografi panoramik di lakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU dengan waktu kira-kira 3-4 menit.

Pada penelitian ini Saudara tidak dikenakan biaya apapun dan jika saudara bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada saya sebagai peneliti. Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitiaan ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Apabila terdapat keluhan yang diduga berhubungan dengan penelitian ini, dapat menghubungi saya:

Khansa Mahdiyah Rofifah (082304685018). Alamat Jl. Dr. Mansyur Baru no 24. Kos Muslimah 24

Mudah-mudahan keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, januari 2016 Khansa Mahdiyah Rofifah


(16)

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan mendengar semua keterangan tentang keuntungan, risiko dan hak-hak saya sebagai sujek penelitian yang berjudul:

“Prevalensi Pola Kerusakan Tulang Alveolar pada Pasien Penyakit Periodontal Menggunakan Radiografi Bitewing di RSGM FKG USU”

maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ... Alamat : ... No. Telepon/HP : ...

dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian tersebut diatas. Saya berhak mengundurkan diri dari penelitian apabila saya merasa dirugikan.

Medan, ...2016

Menyetujui, Subjek Penelitian


(17)

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Agustus 2015 September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2015

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Proposal 3. Revisi Proposal 4. Pengurusan Surat

Izin

5. Pengumpulan Data

6. Pengolahan dan Analisis data 7. Penyusunan


(18)

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 April 2016 Mei 2016

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1. Penyusunan Proposal 2. Seminar

Poposal 3. Revisi

Proposal 4. Pengurusan

Surat Izin 5. Pengumpulan

data

6.

Pengolahan dan Analisis Data

7. Penyusunan Laporan


(19)

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

PREVALENSI POLA KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR PADA PASIEN PENYAKIT PERIODONTAL MENGGUNAKAN RADIOGRAFI BITEWING

DI RSGM FKG USU

Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar satu juta tujuh ratus dua puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:

Alat-alat : Rp 200.000,00

Foto radiogafi bitewing : Rp650.000,00

Biaya fotocopy kuesioner : Rp 20.000,00 Biaya penjilitan dan penggandaan laporan : Rp 150.000,00

Biaya Transportasi : Rp 100.000,00

Biaya logistik Sample : Rp 600.000,00

+

Jumlah : Rp 1.720.000,00


(20)

Lampiran 8

DATA PERSONALIA PENELITI

Riwayat Peneliti

Nama : Khansa Mahdiyah Rofifah

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 6 maret 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara

Alamat : Komplek Sawangan Permai Blok D2 No 2. Sawangan, Depok. Jawa Barat.

No. Telp : 082304685018

Alamat e-mail

Riwayat Pendidikan

2000-2006 : SD IT Al - Muhajirin

2006-2009 : SMP IT Pesantren Nururrahman 2009-2012 : SMA IT Pesantren Nururrahman

2012- sekarang : Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara


(21)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum yang diperoleh dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik yang diperoleh.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah pada bulan Januari hingga Maret 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat di RSGM FKG USU yang datang kepada instalasi periodonsia.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien pada bagian periodonsia baik pria maupun wanita yang datang dengan kondisi periodontitis. Pengambilan sampel berdasarkan simpel random sampling.

1. Kriteria inklusi a. Pasien kooperatif.

b. Telah terjadi kehilangan perlekatan. c. Terlihat adanya resesi gingiva. d. Mengalami penyakit periodontal. 2. Kriteria eksklusi

a. Tidak memiliki gigi tetangga. b. Gigi mobiliti derajat 3. 3. Besar sampel


(22)

� =�� 2

�2

Keterangan :

n = Besar sample

Z� = deviasi baku alfa = 1,96

P = proporsi penelitian sebelumnya = 0,104 = 10,4% (Hansel, dkk) Q = 1- P= 1-0,104 = 0,896

D = absolute precision = 15% = 0,15 Sehingga,

n

=

(1,96)

2 . 0,104 .0,896

(0,15)2

n = 0,35797

0,0225

n = 16 ≈ 20

Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus besar sampel di peroleh jumlah minimal sampel adalah 20 orang. Namun pada penelitian ini diambil 25 orang sampel.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Pola kerusakan tulang alveolar pada pasien penyakit periodontal di RSGM FKG USU.


(23)

Definisi dari variabel – variabel tersebut adalah : VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL

SKALA ALAT

UKUR HASIL PENGUKURAN Penyakit periodontal Kondisi patologi pada daerah gingiva yang terlihat pada keadaan klinis adanya penurunan gingiva serta adanya kehilangan

perlekatan.

Pemeriksaan klinis

Kondisi patologis pada gingiva serta adanya resesi dengan kehilangan perlekatan. Pola kerusakan tulang horizontal secara radiografi Kondisi patologis yang terjadi pada puncak alveolar dimana, terjadi penurunan tulang namun tepi tulang masih sejajar dengan gigi dan dilihat secara radiografi

Ordinal Pemeriksaan ronsen foto bitewing Terlihat adanya radiolusen pada tulang alveolar secara mendatar. Pola kerusakan tulang vertikal Kondisi patologis yang terjadi pada puncak tulang alveolar dimana terjadi kerusakan dengan pola miring atau membentuk seperti sumur pada tulang sekeliling akar gigi.

ordinal Pemeriksaan ronsen foto bitewing. Terlihat adanya gambaran radiolusen pada tulang alveolar yang membentuk seperti kawah .


(24)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat

Alat – alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a) Pesawat radiografi bitewing dengan merk Planmeca b) Laptop merk Asus

c) Kamera digital d) Viewer Box

e) Bite Tab

Bahan

Bahan – bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a) Film dengan merk Kodak

b) Bahan Prosesing (Fixer dan Developer) dengan merk kodak

3.6 Prosedur Penelitian

a) Melakukan seleksi terhadap pasien periodonsia yang akan menjalani perawatan dengan melakukan probing yang akan dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik dengan pengawasan dari dokter gigi spesialis periodonsia.

b) Memberikan inform consent kepada subjek penelitian untuk dimintai persetujuan untuk pengambilan foto ronsen bitewing.


(25)

Gambar 7. Hasil penelitian gambaran radiografi bitewing pada penyakit periodontal. A dan B) pola kerusakan tulang secara horizontal (panah merah). C) pola kerusakan tulang secara vertikal (panah kuning). D) pola kerusakan tulang secara horizontal (panah merah) dan pola kerusakan tulang secara vertikal (panah kuning). (dokumentasi pribadi)

d) Melakukan analisa terhadap radiograf berupa pola kerusakan tulang yang terjadi pada sampel.

D C


(26)

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan program komputer dan selanjutnya data di analisa sesuai dengan tujuan penelitian deskriptif.

3.7.2 Analisis Data

Untuk melihat analisis dari hasil radiograf tersebut, maka dilakukan analisis dengan uji statistik deskriptif.

3.8 Etika Penelitian 3.8.1 Informed Consent

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

3.8.2 Ethical Clearence

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat 49/KOMET/FK USU/2016.


(27)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 25 orang pasien periodontitis di RSGM fakultas kedokteran gigi, dengan total 74 elemen gigi yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis. Penelitian dilakukan pada radiograf bitewing yang berpusat pada elemen gigi yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis.

4.1 Pola kerusakan tulang

Secara keseluruhan pola kerusakan tulang yang paling sering terjadi adalah pola kerusakan horizontal, dimana pola kerusakan ini terlihat di mesial dan distal juga mengalami hal yang sama – sama besar.

Tabel 2. Pola kerusakan tulang yang terjadi secara keseluruhan

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 108 72,97%

Vertikal 27 18,25%

Normal 13 8,78%

Total 148 100%

Tabel 3. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian mesial

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 56 75,67%

Vertikal 12 16,22%

Normal 6 8,11%


(28)

Tabel 4. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian distal.

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 53 71,62 %

Vertikal 15 20,27 %

Normal 6 8,11 %

Total 74 100 %

4.2 Pola kerusakan tulang pada rahang atas dan rahang bawah

Kerusakan tulang alveolar pada rahang atas dan rahang bawah yang paling tinggi terlihat pada rahang atas dan pola kerusakan yang sering terjadi adalah horizontal. Tabel 5. Pola kerusakan tulang pada rahang atas

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 63 82,85 %

Vertikal 8 10,55 %

Normal 5 6,6 %

Total 76 100 %

Tabel 6. Pola kerusakan tulang pada rahang bawah

Kategori Jumlah Persentase

Horizontal 44 61,11 %

Vertikal 19 26,39 %

Normal 9 12,5 %

Total 72 100 %


(29)

Kategori Jumlah Persentase

Premolar 23 29,73%

Molar 51 70,27%

Total 83 100 %

4.4 Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi

Tabel 8. Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi

Kategori Jumlah Persentase

Normal 31 20,94%

Ringan 64 43,24%

Sedang 48 32,43%

Berat 5 3,39%


(30)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil radiografi bitewing pada pasien penderita penyakit periodontitis di instalasi periodonsia RSGM FKG USU. Pengamatan dilakukan untuk melihat pola kerusakan horizontal ataukah vertikal yang paling sering terjadi pada pasien penyakit periodontal di instalasi periodonsia RSGM FKG USU. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moradi et al, hasil yang didapatkan adalah hasil dari perhitungan jarak antara CEJ dan ABC pada radiografi bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika dibandingkan dengan radiografi periapikal.14

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh prevalensi pola kerusakan tulang secara keseluruhan adalah untuk pola horizontal diperoleh 72,97% (tabel 2) , pola vertikal didapatkan sebesar 18,25%, sedang kondisi tulang alveolar yang masih normal terjadi sebesar 8,87%. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Correa et al yang melihat prevalensi kehilangan tulang alveolar pada suku Brazilian yang terkena kerusakan tulang akibat penyakit periodontal terlihat pola kerusakan tulang horizontal adalah yang paling banyak terjadi, yaitu 8,9% sedangkan pola kerusakan tulang vertikal yang terlihat hanya sebesar 1.5%.4 Hal ini juga serupa dengan yang ditemukan oleh penelitian Hansen et al memperlihatkan pola kerusakan horizontal adalah yang paling besar 8,85%, dibandingkan dengan pola vertikal 1,35%. Proporsi tersebut juga didukung oleh penelitian Gjermo et al yang dilakukan oleh sampel dengan kondisi ekonomi kebawah bahwa prevalensi pola kerusakan tulang secara horizontal juga terjadi paling besar yaitu 51,8% dan pola kerusakan vertikal sebesar 16,2%.4 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar

et al mengatakan bahwa pola kerusakan tulang secara horizontal ini lebih banyak ditemukan pada perokok ketimbang yang tidak merokok, demikian juga pola


(31)

yang tidak merokok. Kesimpulan penelitian tersebut juga mengatakan pola horizontal lebih sering terjadi dibandingkan dengan pola vertikal.11 Hal ini membuktikan bahwa kerusakan tulang alveolar pada penelitian ini berjalan kronis. Pola horizontal biasa dijumpai pada kondisi periodontitis kronis karena akibat kerusakan tulang yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dan tanpa perawatan.16Pola kerusakan vertikal pada penelitian ini dijumpai lebih sedikit karena masih merupakan periodontitis agresif (early periodontitis) kemungkinan disebabkan oleh faktor usia.16 Pola kehilangan tulang ini berhubungan dengan terjadinya poket periodontal. Poket infraboni merupakan tipe saku dimana dasar sakunya berada apikal dari level tulang alveolar yang berbatasan dengan kata lain dinding lateral saku berada antara permukaan gigi dengan tulang alveolar. Kerusakan tulang yang terjadi pada saku infraboni ini adalah vertikal. Sedangkan poket supraboni yang dasar sakunya berada di koronal dari tulang alveolar kerusakan tulang yang terjadi selalu horizontal.21

Pada hasil penelitian ini didapatkan prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian mesial didapatkan sebesar 75,67% (tabel 3) untuk pola horizontal, 16,22% untuk pola vertikal. Sedangkan untuk prevalensi pola kerusakan tulang pada bagian distal ditemukan 71,62% untuk pola horizontal, 20,27% untuk pola vertikal ( tabel 4). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Fukuda et al yang menyatakan bahwa rata-rata kehilangan tulang terbesar berada pada bagian distal lalu pada bagian mesial namun perbandingan tersebut tidak signifikan. Suomi et al juga menemukan tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada kerusakan tulang yang terjadi pada bagian proximal. Fakta bahwa bagian distal lebih tinggi kerusakan tulangnya juga dapat dijelaskan dengan contoh fakta pada gigi kaninus bawah bagian distalnya lebih rendah dan berbentuk lebih konkav dan pada molar pertama memiliki bagian yang lebih kecil dan akar yang lebih pendek pada bagian distal .22 Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan persentase kerusakan tulang yang terjadi pada rahang atas dan rahang bawah 82,85% (tabel 5 dan tabel 6) pola horizontal pada rahang atas, 61,11% pola horizontal pada rahang bawah. 10,53% pola vertikal pada rahang atas, 26,39% pola vertikal pada rahang bawah. Hal ini membuktikan bahwa pada rahang atas lebih besar terjadi kerusakan tulangnya, meskipun untuk pola vertikal lebih besar


(32)

dijumpai pada rahang bawah. Hal ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Fukuda et al yang pada penelitiannya didapatkan bahwa kerusakan tulang alveolar lebih tinggi didapatkan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah namun dengan hasil yang tidak begitu signifikan setelah membandingkan kehilangan tulang yang terjadi di rahang atas maupun rahang bawah pada 733 pasien.22 Hou et al

menjelaskan tentang analisis kehilangan tulang alveolar pada suku china di Taiwan menyatakan bahwa tingkat terjadinya kerusakan tulang akibat penyakit periodontitis lebih besar terjadi pada gigi molar dan premolar rahang atas ketimbang gigi molar dan premolar rahang bawah.13 Gigi molar pada rahang atas ini memiliki jumlah akar yang lebih banyak, dan memungkinkan terjadinya keterlibatan furkasi pada penyakit periodontal ini sangat tinggi. Pada penelitian ini juga didapatkan hasil perbandingan elemen gigi premolar dan molar yang yang sering terkena kerusakan tulang alveolar. Hasil yang didapat berupa 29,73% (tabel 7) elemen gigi premolar yang terkena akibat penyakit periodontitis, dan 70,27% elemen gigi molar yang terkena kerusakan tulang alveolar. Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian Fukuda et al bahwa dari 733 sampel yang dilakukan analisis radiografi didapatkan prevalensi gigi molar yang terkena kerusakan tulang lebih besar dibandingkan dengan prevalensi gigi premolar yang terkena kerusakan tulang. 22 Khoroni et al menjelaskan pada hasil yang ditemukan dari penelitiannya yang dilihat dari sisi coronal prevalensi gigi premolar yang terjadi kerusakan tulang sebesar 28% dan prevalensi gigi molar yang terkena adalah 21,5%. Jika dilihat dari sisi sagital prevalensi kerusakan tulang pada gigi premolar terjadi sebesar 5,75% dan 8,12% pada gigi molar.23 Hal ini dapat disimpulkan bahwa gigi molar menjadi yang paling banyak terjadi kerusakan tulang dibandingkan dengan gigi premolar adalah karena faktor dari tekanan pengunyahan, dimana pada gigi molar tekanan pengunyahan lebih besar dibandingkan dengan gigi premolar.16

Pada hasil perhitungan besar kehilangan tulang pada penelitian ini (tabel 8) dengan kriteria kategori ringan kehilangan tulang yang terjadi 1- 2 mm, sedang 3- 4 mm, dan berat lebih besar dari 5 mm, didapatkan bahwa kategori ringan sebesar 43,24%, sedang 34,43%, berat 3.39% sedangkan normal 20,94%. Hal ini


(33)

(34)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1.

Pola kerusakan tulang pada pasien penyakit periodontitis di RSGM FKG USU yang paling sering terjadi adalah pola horizontal (72,97%) , sedangkan persentase pola vertikal sebanyak 18,25% .

6.2 SARAN

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya, dapat memasukkan tipe – tipe penyakit periodontal pada prevalensi pola kerusakan tulang agar dapat mengetahui prevalensi pola kerusakan yang terjadi pada masing – masing penyakit periodontal.

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan dengan kelompok – kelompok umur dan gender agar lebih terlihat perbedaan yang signifikan. 3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan radiografi


(35)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tulang Alveolar

Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian tubuh lainnya. Tulang ini mempunyai bidang fasial dan lingual dari tulang kompak yang dipisahkan oleh trabekulasi kanselus. Tulang konselus ini terorientasi di sekitar gigi untuk membentuk dinding soket gigi atau lamina kribosa. Lamina kribosa ini terperforasi seperti saringan sehingga sejumlah besar hubungan pembuluh vaskular dan saraf dapat terbentuk di antara ligamen periodontal dan ruang trabekula..6

Tulang alveolar terus menerus mengalami remodeling sebagai respons terhadap stress mekanis dan kebutuhan metabolisme terhadap ion fosfor dan kalsium. Pada keadaan sehat, remodeling prosesus berfungsi untuk mempertahankan volume keseluruhan dari tulang dan anatomi keseluruhan relatif stabil.6

Gambar 1. Gambaran radiografi normal puncak


(36)

Tinggi puncak alveolar terbentang kira-kira 0,5-2 mm di bawah CEJ (cemento enamel junction) gigi yang bersebelahan.7,8 Pada gigi posterior letak puncak alveolar sejajar dengan garis yang penghubung CEJ yang berdekatan, sedangkan pada gigi anterior, puncak alveolar biasanya berupa titik dan memiliki korteks yang baik. Batas kortikal puncak tulang alveolar yang masih memiliki mineralisasi yang baik mengindikasikan tidak terjadi aktifitas penyakit periodontal. Bagaimanapun, kurangnya mineralisasi puncak alveolar, bisa juga ditemukan pada pasien yang memiliki periodontitis atau tanpa periodontitis.7 Gambaran normal puncak tulang alveolar secara radiografi terllihat bagian apikal berada pada cemento enamel junction

dari gigi dengan bentuk membulat kemudian datar pada ujungnya. Pada daerah insisal, puncak tulang alveolar terlihat tajam dan secara keseluruhan bersambung dengan lamina dura.9

2.2 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal yang sering terjadi berupa kondisi inflamasi kronis yang berpengaruh terhadap jaringan pendukung gigi.10,11 Penyakit periodontal mudah terjadi pada perokok, orang tua, individu dengan tingkat pendidikan yang rendah, kesehatan gigi yang buruk, destruksi periodontal sebelumnya, dan penyakit sistemik seperti diabetes dan inveksi HIV.7 Etologi dari penyakit periodontal ini terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor – faktor primer dan faktor – faktor sekunder. Faktor primer dari penyakit periodontal ini adalah iritasi bakteri, sedangkan faktor sekunder dari penyakit periodontal terbagi lagi menjadi lokal dan sistemik. Pada faktor lokal yaitu lingkungan gingiva yang merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Sedangkan pada faktor sistemik berupa hospes yang dapat memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal.6

Klasifikasi dari penyakit periodontal ini terdiri dari gingivitis yang diinduksi oleh plak dan gingivitis yang tidak diinduksi oleh plak, periodontitis kronis lokalisata dan periodontitis kronis generalisata, periodontitis agresif lokalisata dan periodontitis agresif generalisata, periodontitis yang dimanifestasikan oleh penyakit sistemik yang berupa periodontitis nekrosis, abses pada jaringan periontal, periodontitis yang disebabkan oleh lesi endodontik.11,12


(37)

Tabel 1. Rekomendasi Pemeriksaan Radiografi pada Status Periodontal

Kasus Rekomendasi

Pasien yang diperiksa secara klinis dengan indikasi yang memang dibutuhkan untuk pemeriksaan seluruh gigi dan

jaringan pendukung periodontal.

Pemeriksaan seluruh gigi dan status tulang alveolar dapat menggunakan :

• Hanya mengoptimalkan kualitas radiografi panoramik.

• Mengoptimalkan kualitas radiografi panoramik dengan tambahan radiografi periapikal melihat keadaan status klinis.

• Menggunakan radiografi periapikal.

Menentukan teknik yang digunakan, bergantung pada situasi klinis, kualitas gambar, dan berlandaskan pada dosis yang akan diterima.

Dicurigai adanya lesi periodontal/ endodontik.

Indikasi menggunakan radiografi periapikal

Kasus spesifik periodontal : pasien dengan kedalaman saat probing kurang dari 3-4 mm

Kedalaman tingkat probing mengindikasikan bahwa periodontal dalam keadaan sehat. Penggunaan radiografi tidak dianjurkan untuk melihat status tulang alveolar pada situasi ini.

Kasus spesifik periodontal : pasien dengan tingkat kedalaman probing 4 – 5 mm.

Pemeriksaan tingkat kerusakan tulang akan lebih akurat dengan radiografi horizontal bitewing untuk prosedur pemeriksaan karies, ditambah oleh radiografi periapikal pada gigi tertentu yang dilihat pada situasi klinis.

Kasus spesifik periodontal: pasien dengan tingkat kedalaman probing 6 mm

Menggunakan radiografi vertikal bitewing, ditambah dengan radiografi periapikal untuk gigi anterior.

Penyakit periodontal ini secara radiografi akan terlihat adanya lesi inflamasi pada tulang alveolar. Perubahan yang terjadi ini dapat dibagi menjadi perubahan


(38)

secara morfologi jaringan pendukung tulang alveolar dan kepadatan (densitas) internal dan bentuk trabekula dari tulang alveolar.7

Penyakit periodontal ini dapat mengubah gambaran morfologi tulang dengan terjadinya pengurangan ketebalan tulang. Pengurangan ketebalan tulang ini berupa kerusakan tulang alveolar dan badan tulang dievaluasi melalui besarnya tulang alveolar dan ketebalan tulang yang tersisa.12 Pengukuran penurunan tulang alveolar ini dimulai dari puncak tulang alveolar atau ABC (alveolar bone crest) ke cemento enamel junction kemudian dikurangi 1 – 2 mm untuk menunjukkan adanya kehilangan tulang. Metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran penurunan tulang alveolar adalah metode Proksimal RABL (resorbtion of alveolar bone loss)

yang didefinisikan sebagai cacat tulang sekurangnya 2 mm dari CEJ dan puncak alveolar.13

Gambar 2. Diagram dari radiografi kehilangan tulang alveolar.13

Hasil dari perhitungan jarak antara CEJ dan ABC ( Alveolar Bone Crest )

pada radiografi bitewing lebih mendekati perhitungan klinis jika dibandingkan dengan radiografi periapikal. Pada radiografi periapikal perhitungan jarak antara ABC dan CEJ kekurangannya dari perhitungan kehilangan tulang secara klinis sekitar 10% dan pada radiografi bitewing kekurangannya dari perhitungan kehilangan tulang secara klinis sekitar 6%.14 Penelitian Gedik et al juga memperlihatkan bahwa

A

B

C


(39)

radiografi periapikal.5 Tingkat kerusakan tulang terbagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Untuk kategori ringan kehilangan tulang pendukung terjadi sekitar 1 – 2 mm . kategori sedang terjadi kehilangan lebih dari 2 mm bahkan dapat terjadi kehilangan tulang sebesar setengah dari tulang pendukung normal, dan untuk kategori berat yang terjadi adalah kehilangan tulang sudah melebihi dari kategori ringan dan sedang.7 Pada pemeriksaan klinis untuk kehilangan tulang dengan kategori ringan kehilangan tulang yang terjadi 1- 2 mm, sedang 3- 4 mm, dan berat lebih besar dari 5 mm.12

2.2.1 Pola kerusakan tulang secara horizontal

Pola kerusakan tulang secara horizontal ini merupakan pola yang paling sering muncul pada penyakit periodontal. Pada pola ini mengalami penurunan terhadap tinggi tulang, namun margin dari tulang tersebut kira – kira tetap tegak lurus pada permukaan gigi.7,15 Namun, pada tulang bagian interdental, labial/facial, dan lingual derajat kerusakannya tidak sama pada setiap bagian.7,16 Kehilangan tulang secara horizontal ini dapat diklasifikasikan dengan ringan, sedang, atau berat tergantung dengan luasnya kerusakan yang terjadi.7

Pada klasifikasi kehilangan tulang horizontal ringan, kehilangan tulang yang terjadi sekitar 1-2 mm pada tulang pendukung, untuk klasifikasi sedang kehilangan tulang yang terjadi lebih besar dari 2 mm sampai dengan hilangnya setengah tinggi tulang pendukung, dan untuk klasifikasi berat kehilangan tulang yang terjadi melebihi dari klasifikasi ringan dan sedang.7


(40)

Gambar 3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio anterior (A) pada regio posterior (B)7

2.2.2 Pola kerusakan tulang secara vertikal

Kehilangan tulang secara vertikal merupakan sebuah lesi tunggal yang terlokalisir pada satu gigi. Bentuk tulang yang tersisa pada pola kerusakan tulang secara vertikal ini biasanya menampilkan angulasi miring ke garis khayal yang menghubungkan CEJ gigi yang rusak ke gigi tetangganya. Pada awal terbentuknya pola kerusakan secara vertikal ini, akan terlihat pelebaran abnormal dari ruang ligamen periodontal di puncak tulang alveolar. Seringkali kerusakan vertikal sulit atau tidak mungkin untuk dikenali pada gambaran radiografi karena satu atau kedua lapisan tulang kortikal superimpose dengan kerusakan.7


(41)

Gambar 4.A dan B merupakan gambaran

kerusakan tulang alveolar secara vertikal.7

2.3 Tatalaksana Kerusakan Tulang

Perawatan penyakit periodontal secara tradisional yaitu menjaga oral hygine, scalling, root planing pada permukaan gigi dan menghilangkan faktor – faktor lain yang dapat mengakibatkan penyakit periodontal secara perlahan.17

Tujuan dari perawatan kerusakan tulang ini adalah untuk menghilangkan lesi periodontal, untuk mendapat bentuk jaringan yang memungkinkan penderita melakukan kontrol plak yang efisien, dan untuk mendapat pembentukan tulang, menambah perlekatan gigi dan memperbaiki dukungan terhadap gigi. Terdapat tiga pilihan perawatan yang dapat dilakukan :6

1. Membentuk tulang sehingga setelah pemulihan dan remodeliing, bentuk tulang alveolar yang terjadi memungkinkan dilakukannya tindakan pembersihan mulut yang efektif.

2. Upayakan mengisi daerah tulang yang cacat. Ini dapat diperoleh dengan atau tanpa bonegraft.

3. Usahakan agar mendapat perlekatan jaringan ikat yang baru. Namun, upaya ini hanya dapat diperoleh melalui teknik regenerasi jaringan yang terarah.

Osteoplasti merupakan istilah yang digunakan untuk memperbaiki bentuk tulang yang tidak langsung melekat pada gigi. Osteotomi adalah pemotongan tulang yang langsung berperan sebagai pendukung gigi. Pada banyak kasus, osteoplasti dan

osteotomi ini dilakukan secara bersama – sama. Hal ini dapat dilakukan dengan


(42)

carapemotongan tulang, lalu fragmen tulang tersebut dapat digunakan untuk mengisi cacat tulang.6

Kuretase untuk mengisi tulang merupakan sebuah langkah berupa pembersihan seluruh jaringan inflamasi dari daerah kerusakan tulang. Prosedur yang paling sering dilakukan saat kuretase ini adalah penghilangan daerah kerusakan tulang dengan cara memperbaiki bentuknya , oleh karena itu pada situasi dimana ada keraguan tentang cara perawatan yang cocok untuk cacat tulang, posisi lesi dapat digunakan untuk menentukan cara perawatan yang dilakukan.6

Bonegraft merupakan usaha untuk mengisi daerah cacat tulang dan mendapat perlekatan kembali dengan kuretase sederhana dari daerah kerusakan tulang merupakan prosedur yang kurang dapat diandalkan dan sudah cukup banyak tipe bahan bonegraft. Bahan dari bonegraft dapat dikelompokkan menjadi empat tipe umum yaitu, autograft dimana tulang diambil dari individu yang sama, alograft

dimana tulang diambil dari individu dengan jenis spesies yang sama, xenograft

dimana tulang diambil dari spesies yang berbeda, diawetkan dengan etilen diamin

untuk menghilangkan fraksi organik dan antigenetik, lalu graft dari bahan pengganti tulang dan bahan sintesis, bahan yang paling sering digunakan untuk tujuan ini adalah

hidroksiapatit sintesis seperti periograft atau darapatite.6

2.4 Radiografi Intra Oral

Pemeriksaan radiografi intraoral merupakan radiografi yang sering digunakan oleh dokter gigi. Radiografi intraoral ini dibagi menjadi 3 kategori: proyeksi periapikal, proyeksi bitewing, dan proyeksi oklusal. Radiografi periapikal menunjukkan semua bagian pada gigi termasuk tulang pendukungnya. Radiografi

bitewing hanya menunjukkan bagian mahkota pada gigi dan batasan puncak tulang alveolar. Radiografi oklusal menunjukkan area gigi dan lebar tulang melebihi radiografi periapikal.18


(43)

melihat gigi secara individual dan jaringan disekitar apikal. Gambaran yang dihasilkan memperlihatkan dua sampai empat gigi dan menyajikan informasi mendetail tentang gigi dan sekeliling tulang alveolar.17 Indikasi klinis untuk radiografi periapikal termasuk diantaranya adalah :17

• Mendeteksi infeksi/inflamasi apikal. • Pemeriksaan status periodontal.

• Sesudah trauma pada gigi dan kepadatan tulang alveolar. • Pemeriksaan keberadaan dan posisi gigi yang belum erupsi. • Pemeriksaan morfologi akar sebelum ekstraksi.

• Selama endodontik. 2.4.2 Radiografi Bitewing

Radiografi bitewing diambil namanya dari teknik yang digunakan kepada pasien yaitu menggigit atau bite pada sayap kecil (small wing) yang melekat pada film intraoral .17 Pada teknik radiografi, film digunakan untuk mendata bagian coronal dari gigi maxillaris dan mandibularis serta beberapa bagian dari akar gigi pada film yang sama.19 Pada orang dewasa menggunakan film ukuran 2 sedangkan untuk anak – anak menggunakan film ukuran 1. Radiografi bitewing ini juga disebut sebagai teknik interproximal.19

Indikasi dari penggunaan radiografi bitewing diantaranya adalah untuk mendeteksi karies proximal, memonitoring perkembangan karies gigi, mendeteksi karies sekunder atau reccurent caries, pemeriksaan kepadatan restorasi, dan pemeriksaan jaringan periodontal: sangat penting untuk mengetahui tinggi tulang alveolar dan perubahan yang terjadi, mendeteksi kalkulus yang menumpuk didaerah interproximal, melihat jarak dari restorasi dengan kamar pulpa.17,19

Radiografi bitewing memasukkan mahkota gigi dari maxila dan mandibula serta puncak tulang alveolar dalam satu film. Reseptor bitewing ini biasa digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal yang baru akan terjadi sebelum dapat didiagnosis menggunakan pemeriksaan klinis. Proyeksi dari radiografi bitewing ini juga digunakan untuk mengevaluasi kondisi periodontal. Radiografi ini cukup baik


(44)

untuk melihat puncak tulang alveolar, perubahan tinggi tulang, dan membandingkannya dengan gigi sebelahnya. 18

Prinsip – prinsip pada teknik bitewing( gambar 5 ) :20

1. Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan crown gigi –gigi di maksila dan mandibula.

2. Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bite wing film holder.

3. Central x-rays diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +10° Keuntungan dari radiografi bitewing ini antara lain adalah relatif sederhana dan mudah, reseptor gambar tetap dalam posisi dan tidak bisa diubah posisinya oleh lidah, posisi tabung x-rays menentukan arah sinar sehingga mempermudah operator dalam memastikan bahwa sinar x-rays selalu sudut kanan ke reseptor gambar, dapat menghindari conning off atau cone cutting pada daerah anterior dari reseptor gambar, holder dapat berupa autoclavable atau berupa sekali pakai.Namun, radiografi bitewing ini juga terdapat kerugiannya diantaranya adalah beberapa holder relatif memiliki harga yang mahal, dan terakhir, holder tersebut kurang nyaman jika digunakan oleh anak-anak.17


(45)

Gambar 5. Prinsip dan teknik Radiografi bitewing18

Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil perawatan.7 Ukuran film yang digunakan pada bitewing ini berbeda – beda, seperti size 0 digunakan untuk mempelajari gigi posterior pada anak – anak (22x35 mm), size 1 memeriksa gigi posterior pada masa gigi bercampur (24x40 mm), size 2 memeriksa gigi posterior pada dewasa (32x41 mm), size 3 lebih sempit dan lebih panjang dan hanya digunakan untuk radiografi bitewing.

Menjangkau secara horizontal dari premolar ke molar, tapi tidak direkomendasikan karena hasil yang didapat berupa overlapping dari mahkota premolar dan molar (27x54).19


(46)

Gambar 6. Letak posisi film pada radiografi bitewing. A) letak film Secara Horizontal, B) letak film secara vertikal.17


(47)

2.6 Kerangka Teori

Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Radiografi Penyakit Periodontal

Vertikal Horizontal Radiografi Bitewing


(48)

Radiografi Bitewing

Perawatan Tulang Alveolar

Penyakit Periodontal

Kerusakan Tulang


(49)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada ligamen periodontal. Tulang alveolar dapat dibagi menjadi daerah yang terpisah dari basis anatomi, tetapi fungsinya merupakan satu kesatuan dengan semua bagian yang saling berhubungan diantara jaringan pendukung. Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). Periodontium terdiri dari gingiva, sementum, tulang alveolar, dan ligamen periodontal.1

Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi bakteri yang menempel pada permukaan gigi terutama pada daerah dibawah gusi dengan manifestasi klinis pada ligamen periodontal dan kepadatan tulang alveolar.1,2 Bakteri subgingival berkoloni membentuk poket periodontal dan menyebabkan inflamasi lanjut pada jaringan gingiva, serta pada penyakit periodontitis kronis akan terjadi kehilangan tulang alveolar yang progresif dan apabila tidak dilakukan perawatan akan mengakibatkan kehilangan gigi.1

Kehilangan tulang yang terjadi pada penyakit periodontitis kronis ini memiliki pola berupa horizontal dan Oblique atau yang biasa disebut kehilangan tulang secara vertikal. Pada pola vertikal, proses kerusakan tulang yang terjadi tidak simetris. Keparahan variasi kerusakan tulang ini berbeda pada setiap bagian yang mengelilingi gigi, oleh karena itu, puncak tulang alveolar tidak berhubungan dengan CEJ dan tidak selalu sejajar dengan CEJ.3 Berdasarkan penelitian Hansel et al, menyatakan bahwa prevalensi terjadinya pola kerusakan tulang secara horizontal adalah 8,85% sedangkan prevalensi pola kerusakan secara vertikal terjadi sebesar 1,35% dari 380 sampel.4


(50)

Kerusakan tulang alveolar tidak dapat didiagnosa hanya dengan pemeriksaan klinis saja, tetapi juga membutuhkan tes diagnostik yang spesifik seperti pemeriksaan kedalaman poket periodontal dan radiografis.1 Alat yang sering digunakan untuk diagnosis klinis pada penyakit periodontal dan menentukan perawatan yang dilakukan adalah dengan periodontal probing dan radiografi intra oral.4Akerson et al,

melaporkan bahwa radiografi periapikal lebih akurat dalam melihat pola kerusakan tulang jika dibandingkan dengan radiografi bitewing ataupun panoramik. Namun,

Gedik et al membantah dalam penelitiannya bahwa radiografi bitewing lebih unggul dari radiografi periapikal meski hanya sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan radiografi panoramik.5 Penggunanaan radiografi interproksimal (bitewing), telah terbukti menjadi metode yang berharga untuk mendeteksi kehilangan tulang yang terjadi, dan dapat dijadikan pilihan radiografi untuk memeriksa kerusakan tulang pada penyakit periodontal.5

Berdasarkan latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk meneliti pebandingan pola kerusakan tulang horizontal dan vertikal pada penyakit periodontal yang dilihat menggunakan radiografi bitewing.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pemasalahan sebagai berikut :

Bagaimana pola kerusakan tulang horizontal dan vertikal pada pasien penyakit periodontal di RSGM FKG USU

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui perbandingan pola kerusakan tulang horizontal atau vertikal yang lebih sering dijumpai pada penderita penyakit periodontal.


(51)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan informasi kepada dokter gigi tentang kondisi kerusakan tulang alveolar dapat dilihat menggunakan radiografi bitewing.

1.4.2 Manfaat Praktis

• Dengan bantuan foto bitewing dokter gigi dapat mengetahui lebih detail pola kerusakan tulang yang terjadi sebagai acuan perawatan. • Radiasi yang terpapar pada pasien menggunakan radiografi bitewing

untuk pemeriksaan kerusakan tulang alveolar akan lebih kecil dibandingkan foto periapikal, karena elemen gigi yang terlihat pada foto bitewing lebih banyak.


(52)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi. Tulang alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada ligamen periodontal. Tulang alveolar dapat dibagi menjadi daerah yang terpisah dari basis anatomi, tetapi fungsinya merupakan satu kesatuan dengan semua bagian yang saling berhubungan diantara jaringan pendukung. Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). Periodontium terdiri dari gingiva, sementum, tulang alveolar, dan ligamen periodontal.1

Penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi bakteri yang menempel pada permukaan gigi terutama pada daerah dibawah gusi dengan manifestasi klinis pada ligamen periodontal dan kepadatan tulang alveolar.1,2 Bakteri subgingival berkoloni membentuk poket periodontal dan menyebabkan inflamasi lanjut pada jaringan gingiva, serta pada penyakit periodontitis kronis akan terjadi kehilangan tulang alveolar yang progresif dan apabila tidak dilakukan perawatan akan mengakibatkan kehilangan gigi.1

Kehilangan tulang yang terjadi pada penyakit periodontitis kronis ini memiliki pola berupa horizontal dan Oblique atau yang biasa disebut kehilangan tulang secara vertikal. Pada pola vertikal, proses kerusakan tulang yang terjadi tidak simetris. Keparahan variasi kerusakan tulang ini berbeda pada setiap bagian yang mengelilingi gigi, oleh karena itu, puncak tulang alveolar tidak berhubungan dengan CEJ dan tidak selalu sejajar dengan CEJ.3 Berdasarkan penelitian Hansel et al, menyatakan bahwa prevalensi terjadinya pola kerusakan tulang secara horizontal adalah 8,85% sedangkan prevalensi pola kerusakan secara vertikal terjadi sebesar 1,35% dari 380 sampel.4


(53)

POLA KERUSAKAN TULANG ALVEOLAR PADA

PASIEN YANG DATANG KE INSTALASIPERIODONSIA

MENGGUNAKAN

RADIOGRAFI BITEWING

DI RSGM FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

KHANSA MAHDIYAH ROFIFAH

NIM: 120600151

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(54)

Fakultas Kedokteran Gigi Unit Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2016

Khansa Mahdiyah Rofifah Pola

kerusakan tulang alveolar pada pasien yang datang ke instalasi Periodonsia menggunakan radiografi bitewing di RSGM FKG USU.

x + 33 Halaman

Penyakit periodontal merupakan suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tulang alveolar. Pola kerusakan tulang alveolar yang terjadi berupa horizontal ataupun vertikal dapat dideteksi dengan menggunakan radiografi bitewing. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa radiografi bitewing lebih akurat dibandingkan radiografi lainnya dalam melihat kehilangan tulang alveolar dan pola kerusakannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pola kerusakan tulang horizontal atau vertikal yang lebih sering dijumpai pada penderita penyakit periodontal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara simpel random sampling pada bulan Januari 2016 – Maret 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 25 orang yang terdiri dari 74 elemen gigi yang terdeteksi kehilangan tulang. Hasil dari penelitian ini, diperoleh pola kerusakan tulang paling banyak dijumpai secara keseluruhan adalah pola horizontal dengan persentase 72,97%. Pola kerusakan tulang yang banyak dijumpai pada bagian mesial adalah pola horizontal dengan persentase 75,67%, pada bagian distal persentase terbanyak pada pola horizontal 71,62%. Untuk rahang atas paling banyak dijumpai pola horizontal dengan persentase 82,85%, dan pada rahang bawah 61,11% juga paling banyak pola horizontal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola kerusakan tulang pada pasien penyakit periodontitis di RSGM FKG USU yang sering terjadi berupa pola horizontal dengan persentase 72,97%, sedangkan besar tinggi kerusakan tulang alveolar yang sering terjadi pada pasien penyakit periodontitis adalah kategori ringan 43,24%.


(55)

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tanpa batas serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, ayahanda H. Ir. Agus Badrin, ibunda Hj.dr. Ipak Ridmah Rikenawaty, M.Si serta keempat adinda Khaulah Nurul Fadhilah, Kharidah Khairullah Nabiha, Khadijah Yashirah Hanifa, dan Khalid Abdul Malik R atas kasih sayang yang berlimpah dan telah begitu banyak memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis selama proses pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membuka pemikiran penulis serta meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan dukungan, bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) selaku Ketua Unit Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. H. Amrin Thahir, drg. selaku staf pengajar senior di Unit Radiologi Kedokteran Gigi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG, Dewi Kartika, drg dan Maria Novita Helen Sitanggang, drg. selaku staf pengajar Unit Radiologi


(56)

Kedokteran Gigi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

6. Rusfian, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat.

8. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak membantu penulis selama menjalani penelitian di Unit Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

9. Ilham Ridwan selaku Om dari penulis yang sudah memberikan masukan – masukan yang berarti selama proses penulisan dan dukungan moril ataupun materil sehingga mempermudah proses penelitan dan penulisan.

10. Para sahabat terbaik: Keumala Rizkia, Rizky Putri Pratiwi, Jehan Elfandari, Rizka Malisa Sinaga, Fathia Tungga dewi, Sitti Maisara amanda. Terima kasih atas persahabatan kalian, terima kasih atas dukungan, masukan dan semangat yang diberikan.

11. Keluarga besar K-MUS FKG, DTC UKMI AD Dakwah dan FULDMKG yang telah membantu dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan ke depannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Juni 2016 Penulis

NIM. 120600151 (Khansa Mahdiyah R)


(57)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tulang Alveolar ... 4

2.2 Penyakit Periodontal ... 5

2.2.1 Pola Kerusakan Tulang Secara Horizontal ... 8

2.2.2 Pola Kerusakan Tulang Secara Vertikal ... 9

2.3 Tatatlaksana Kerusakan Tulang ... 10

2.4Radiografi Intraoral ... 11

2.4.1 Radiografi Periapikal ... 12

2.4.2 Radiografi Bitewing ... 12

2.5 Kerangka Konsep ... 16

2.6 Kerangka Teori ... 17


(58)

3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel ... 18

3.3.1 Populasi ... 18

3.3.2 Sampel... 18

3.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 19

3.4.1 Variabel Penelitian ... 19

3.4.2 Definisi Operasional ... 20

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 21

3.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 21

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.7.1 Pengolahan Data ... 22

3.7.2 Analisis Data ... 22

3.8 Etika Penelitian ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 23

4.1 Pola Kerusakan Tulang ... 23

4.2 Pola Kerusakan Tulang Pada Rahang Atas dam Rahang Bawah 24 4.3 Elemen Gigi Premolar dan Molar yang Terkena Kerusakan Tulang ... 25

4.4 Presentase Rasio Kehilangan Tulang Yang Terjadi... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

6.1 Kesimpulan ... 30

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN


(59)

Tabel Halaman

1. Rekomendasi pemeriksaan radiografi pada status periodontal ... 6

2. Pola kerusakan tulang secara keseluruhan ... 23

3. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian mesial ... 23

4. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian distal ... 24

5. Pola kerusakan tulang pada rahang atas ... 24

6. Pola kerusakan tulang pada rahang bawah... 25

7. Elemen gigi premolar dan molar yang terkena kerusakan tulang ... 25


(60)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran radiografi normal puncak tulang alveolar... 4

2. Diagram dari radiografi kehilangan tulang alveolar ... 7

3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio anterior ... 9

4. Gambaran kerusakan tulang alveolar secara vertikal ... 10

5. Prinsip dan teknik radiografi bitewing ... 14

6. Letak posisi film pada radiografi bitewing ... 15

7. Hasill penelitian gambaran radiografi bitewing pada penyakit periodontal... 21


(61)

Lampiran

1. Surat persetujuan komisi etik (Ethical clearance) 2. Data hasil penelitian

3. Data hasil perhitungan SPSS

4. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian 5. Informed consent

6. Jadwal pelaksanaan penelitian 7. Rincian biaya penelitian 8. Curriculum vitae


(1)

Kedokteran Gigi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

6. Rusfian, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat.

8. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak membantu penulis selama menjalani penelitian di Unit Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

9. Ilham Ridwan selaku Om dari penulis yang sudah memberikan masukan – masukan yang berarti selama proses penulisan dan dukungan moril ataupun materil sehingga mempermudah proses penelitan dan penulisan.

10. Para sahabat terbaik: Keumala Rizkia, Rizky Putri Pratiwi, Jehan Elfandari, Rizka Malisa Sinaga, Fathia Tungga dewi, Sitti Maisara amanda. Terima kasih atas persahabatan kalian, terima kasih atas dukungan, masukan dan semangat yang diberikan.

11. Keluarga besar K-MUS FKG, DTC UKMI AD Dakwah dan

FULDMKG yang telah membantu dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan ke depannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Juni 2016 Penulis

NIM. 120600151 (Khansa Mahdiyah R)


(2)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tulang Alveolar ... 4

2.2 Penyakit Periodontal ... 5

2.2.1 Pola Kerusakan Tulang Secara Horizontal ... 8

2.2.2 Pola Kerusakan Tulang Secara Vertikal ... 9

2.3 Tatatlaksana Kerusakan Tulang ... 10

2.4Radiografi Intraoral ... 11

2.4.1 Radiografi Periapikal ... 12

2.4.2 Radiografi Bitewing ... 12

2.5 Kerangka Konsep ... 16

2.6 Kerangka Teori ... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 18


(3)

3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel ... 18

3.3.1 Populasi ... 18

3.3.2 Sampel... 18

3.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 19

3.4.1 Variabel Penelitian ... 19

3.4.2 Definisi Operasional ... 20

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 21

3.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 21

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.7.1 Pengolahan Data ... 22

3.7.2 Analisis Data ... 22

3.8 Etika Penelitian ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 23

4.1 Pola Kerusakan Tulang ... 23

4.2 Pola Kerusakan Tulang Pada Rahang Atas dam Rahang Bawah 24 4.3 Elemen Gigi Premolar dan Molar yang Terkena Kerusakan Tulang ... 25

4.4 Presentase Rasio Kehilangan Tulang Yang Terjadi... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

6.1 Kesimpulan ... 30

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekomendasi pemeriksaan radiografi pada status periodontal ... 6

2. Pola kerusakan tulang secara keseluruhan ... 23

3. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian mesial ... 23

4. Pola kerusakan tulang yang terjadi pada bagian distal ... 24

5. Pola kerusakan tulang pada rahang atas ... 24

6. Pola kerusakan tulang pada rahang bawah... 25

7. Elemen gigi premolar dan molar yang terkena kerusakan tulang ... 25

8. Persentase rasio kehilangan tulang yang terjadi ... 25


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran radiografi normal puncak tulang alveolar... 4

2. Diagram dari radiografi kehilangan tulang alveolar ... 7

3. Kehilangan tulang secara horizontal pada regio anterior ... 9

4. Gambaran kerusakan tulang alveolar secara vertikal ... 10

5. Prinsip dan teknik radiografi bitewing ... 14

6. Letak posisi film pada radiografi bitewing ... 15

7. Hasill penelitian gambaran radiografi bitewing pada penyakit periodontal... 21


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat persetujuan komisi etik (Ethical clearance) 2. Data hasil penelitian

3. Data hasil perhitungan SPSS

4. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

5. Informed consent

6. Jadwal pelaksanaan penelitian 7. Rincian biaya penelitian

8. Curriculum vitae