Perencanaan Penjadwalan Perawat Menggunakan Metode Goal Programming (Studi Kasus: Rumah Sakit Sari Mutiara Medan)

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1

Penjadwalan Perawat

2.1.1

Konsep Penjadwalan

Pengertian jadwal menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pembagian
waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja; daftar atau tabel kegiatan
atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang terperinci.
Sedangkan pengertian penjadwalan adalah proses, cara, perbuatan menjadwalkan
atau memasukkan ke dalam jadwal. Sehingga penjadwalan merupakan proses
pengorganisasian, pemilihan, dan penentuan waktu penggunaan sumber daya yang
ada untuk menghasilkan output seperti yang diharapkan dalam waktu yang
diharapkan pula.

Menurut Lismanto (2008: 1), masalah penjadwalan secara umum adalah

aktivitas penugasan yang berhubungan dengan sejumlah kendala yang dapat
terjadi pada suatu periode waktu dan tempat/lokasi sehingga tujuan sebisa
mungkin dapat terpenuhi. Masalah ini dapat ditemui di berbagai bidang organisasi
maupun instansi, seperti rumah sakit dan penerbangan. Pada setiap bidang
kegiatan organisasi, penjadwalan merupakan bagian dari pengambilan keputusan
tentang penyesuaian aktivitas dan sumber daya dalam rangka menyelesaikan
sekumpulan pekerjaan agar tepat pada waktunya dan mempunyai kualitas seperti
yang diinginkan.

Permasalahan yang menyebabkan dibutuhkannya penjadwalan adalah bila
terdapat berbagai macam tugas atau proses yang harus dilakukan, sedangkan
sumber daya (waktu, bahan baku, tenaga kerja, mesin, modal, dan sebagainya)
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas atau proses tersebut terbatas
sehingga diperlukan suatu pengaturan atas pelaksanaan tugas-tugas atau prosesproses tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Maka penjadwalan merupakan bagian yang strategis dari proses perencanaan dan
penugasan kapan pekerjaan harus dimulai, diselesaikan dan pengaturan urutan
kerja serta pengalokasian sumber baik waktu, jumlah tenaga kerja, maupun

fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan.

Secara umum ada dua bentuk penjadwalan yaitu:
1.

Penjadwalan manual
Menurut Muhammad (2008: 1) dalam jurnalnya yang berjudul “Penjadwalan
Perkuliahan Menggunakan Metode Algoritme Genetika”, penjadwalan
manual dilakukan dengan cara penempatan aktivitas ujian ke dalam slot
waktu dan ruang yang tersedia. Jika jumlah aktivitas ujian dan persyaratan
yang harus dipenuhi jumlahnya sangat besar, maka penyelesaian masalah
penjadwalan ujian akan menjadi rumit dan membutuhkan waktu yang lama.

2.

Penjadwalan dengan sistem komputasi
Imam (2012: 177) mengemukakan bahwa penjadwalan dengan menggunakan
sistem komputasi dibagi ke dalam 3 metode, yaitu:
a.


Metode optimum yang efisien
Metode ini menghasilkan jadwal optimum dalam waktu yang relatif
singkat. Algoritma yang dikembangkan biasanya untuk permasalahan
yang tidak besar. Yang termasuk dalam metode ini misalnya algoritma
Johnson.

b.

Metode optimal numeratif
Metode ini menghasilkan jadwal optimum berdasarkan formulasi
matematis, diikuti oleh metode Branch and Bound, Mixed Integer Linear
Programming, dan Dynamic Programming.

c.

Metode heuristik
Metode heuristik melakukan pendekatan suatu solusi optimal.
Dasar dari pengembangan metode heuristik dikategorikan menjadi 3,
yaitu:
1.


Penjadwalan dilakukan setiap mesin selesai melakukan proses atau
setiap pekerjaan datang mengantri. Contoh pendekatan ini adalah
priority rule.

Universitas Sumatera Utara

2.

Pendefenisian struktur neighboorhood dan solusi diperoleh
berdasarkan struktur tersebut. Contoh pendekatan ini adalah tabu
search, simulated annealing, dan genetic algorithm.

3.

Penjadwalan dilakukan pada setiap mesin. Contoh pendekatan ini
adalah shifting bottleneck procedure.

2.1.2


Permasalahan Penjadwalan

Masalah penjadwalan muncul karena adanya keterbatasan waktu, tenaga kerja,
jumlah mesin, sifat dan syarat pekerjaan yang akan dilaksanakan. Penjadwalan
yang baik dapat dinilai dari kualitas kinerja masing-masing shift.

Dalam membuat suatu penjadwalan akan ditemui beberapa kesulitan.
Menurut Muhammad Syadid (2008: 2), kesulitan tersebut adalah:
1.

Persyaratan khusus yang ditambahkan akan menambah lama waktu
komputasi secara polinomial dalam pencarian solusi.

2.

Perancangan metode heuristik yang efektif merupakan salah satu pekerjaan
yang tidak mudah untuk dilakukan. Penggunaan prinsip heuristik untuk
memotong ruang pencarian solusi yang tidak perlu, tidak dapat menjamin
solusi yang optimal atau mendekati optimal. Tingkat visibilitas dari
penjadwalan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi. Banyaknya persyaratan yang diajukan akan membuat
masalah terlihat lebih kompleks dan sulit untuk diselesaikan.

3.

Masalah penjadwalan sering terbentur dengan persyaratan di dunia nyata
yang tidak dapat direpresentasikan dengan tepat ke dalam sistem.

Secara umum, kinerja shift dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor-faktor
berikut:
1.

Tipe pekerjaan.
Pekerjaaan yang menuntut secara mental (seperti inspeksi dan kontrol
kualitas) memerlukan kesabaran dan kehati-hatian. Pekerja shift mungkin
akan kekurangan dua hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2.


Tipe sistem shift.
Gangguan irama tubuh (circadian rhythms) dapat menimbulkan kerugian
terhadap kemampuan fisik dan mental pekerja shift, khususnya ketika
perubahan shift kerja dan kinerja shift malam yang rendah.
Kinerja shift malam yang rendah dapat dikaitkan dengan:
a.

Ritme tubuh yang terganggu.

b.

Adaptasi yang lambat terhadap kerja shift malam.

c.

Pekerja lebih produktif pada shift siang dari pada shift malam.

d.


Pekerja membuat sedikit kesalahan dan kecelakaan pada shift siang
dari pada shift malam.

e.

Kehati-hatian pekerja menurun selama kerja shift malam, khususnya
ketika pagi-pagi sekali. Hal ini mungkin penting diperhatikan terutama
untuk tugas-tugas yang memerlukan pengawasan yang terus-menerus
(seperti operator mesin).

f.

Jika pekerja tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk shift kerja,
kinerja menjadi buruk khususnya pekerjaan yang memerlukan tingkat
kehati-hatian yang tinggi.

3.

Tipe pekerja.
Untuk contoh, pekerja yang telah berusia tua memiliki kemampuan yang

minimal untuk untuk menstabilkan irama tubuh ketika perubahan shift kerja.

Menurut Siagian (1987) perencanaan yang baik harus memiliki prinsip
mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu:
1. Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana merupakan
suatu keputusan yang menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan.
2. Dibuat oleh orang yang benar-benar memahami tujuan organisasi.
3. Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik perencanaan.
4. Adanya suatu perincian yang teliti, yang berarti rencana harus segera
diikuti program kegiatan terperinci.
5. Tidak boleh terlepas dari pelaksanaan artinya harus tergambar bagaimana
rencana tersebut dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

6. Bersifat sederhana yang berarti disusun secara sistematis dan prioritasnya
jelas terlihat.
7. Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada perubahan.
8. Terdapat tempat pengambilan resiko karena tidak ada seorangpun yang

mengetahui apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
9. Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi
organisasi.
10. Merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan yang mungkin terjadi.

2.1.3

Konsep Keperawatan

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang dominan di rumah sakit baik dari segi
jumlah maupun keberadaannya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien. Menurut undang-undang tentang keperawatan, keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.

Dalam keperawatan, perawat memiliki peran dan fungsinya masingmasing.
Peran perawat antara lain:
1. Pelaksana pelayanan perawatan.

2. Pengelola;

perawat

bertanggung

jawab

dalam

hal

administratif

pengelolaan pelayanan perawatan baik di masyarakat maupun di dalam
institusi.
3. Pendidik; perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan kesehatan.
4. Peneliti;

perawat

melakukan

penelitian

keperawatan

untuk

mengembangkan ilmu dan praktek keperawatan, dan ikut berperan serta
aktif dalam kegiatan penelitian di bidang kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan peranan perawat antara lain:
1. Fungsi independen, merupakan fungsi mandiri. Di mana perawat dalam
melaksanakan tugasnya tidak memerlukan perintah dokter, dilaksanakan
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tindakan perawat bersifat mandiri
dan tidak tergantung pada orang lain, dengan berdasarkan ilmu tindakan
keperawatan.
2. Fungsi dependen merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan
atas pesan atau intruksi dari perawat lain. Artinya perawat bertindak
membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik.
3. Fungsi interdependen. Fungsi ini adalah tindakan perawat berdasarkan
kerjasama. Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya.

Perencanaan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain lingkungan (external change), keputusan, organisasi yang dapat berbentuk
pension, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kematian. Perencanaan
ketenagaan merupakan suatu proses yang kompleks yang memerlukan ketelitian
dalam menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
dalam mencapai tujuan organisasi. Jumlah tenaga yang ada perlu ditata atau
dikelola dalam melaksanakan kegiatan melalui penjadwalan yang sistematis dan
terencana secara matang.

Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang
sangat tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan unit IGD dan rawat
inap di mana pada ruangan ini pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi
dokter, perawat, kendaraan ambulan, obat-obatan sampai pengaturan shift jaga
harus dioptimalkan.

Mutu pelayanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh pelayanan
keperawatan atau asuhan keperawatan. Perawat sebagai pemberi jasa keperawatan
merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit, sebab perawat berada 24 jam

Universitas Sumatera Utara

dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat di rumah sakit umumnya dibagi
dalam perawat rawat inap, perawat rawat jalan dan perawat Instalasi Gawat
Darurat. Untuk perawat di ruang rawat inap, khususnya untuk kelas bangsal,
sangat sibuk dan harus siaga selama 24 jam per hari. Untuk itu dibutuhkan jam
kerja yang tinggi oleh perawat yang harus selalu siap berjaga pada shift yang
berbeda yaitu pada shift pagi, sore dan malam.

2.1.4

Karakteristik Penjadwalan Perawat

Di dalam rumah sakit keputusan yang paling penting yang harus dibuat di
antaranya adalah perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat. Ada tiga hal
yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan
perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu:
a.

Staffing Decision
Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan perawat perkualifikasinya.

b.

Scheduling Decision
Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift kerja untuk setiap
harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi kebutuhan
mínimum tenaga perawat yang harus tersedia.

c.

Allocation Decision
Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke shift-shift atau harihari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang tidak
diprediksi, misalnya absennya perawat.

Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain:
a. Coverage: Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan
sesuai jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat
tersebut.
b. Quality: Untuk menilai keadaan pola jadwal.
c. Stability: Bagaimana agar seorang perawat mengetahui kepastian jadwal
libur masuk untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka
mempunyai pandangan bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan
yang stabil dan konsisten, seperti weekend policy, rotation policy.

Universitas Sumatera Utara

d. Flexibility: Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahanperubahan seperti pembagian full time, part time, rotasi shift dan permanen
shift.
e. Fairness: Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa
diberlakukan sama.

Adapun model sederhana penjadwalan perawat di rumah sakit adalah sebagai
berikut:
Misalkan pada suatu ruang di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam
sehari dibagi ke dalam 3 shift, yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan
untuk masing-masing shift adalah sebagai berikut:
1.

Shift pagi
a. Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja
b. Durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi s.d 14.00 sore

2.

Shift sore
a. Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja
b. Durasi waktu = antara pukul 14.00 sore s.d 21.00 malam

3. Shift malam
a. Kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja
b. Durasi waktu = antara pukul 21.00 malam s.d 7.00 pagi di hari berikutnya.
Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah
mematuhi

peraturan-peraturan

yang

ada

pada

rumah

sakit.

Karena banyaknya batasan-batasan dalam pembuatan jadwal, hal ini
mengakibatkan hampir tidak ada solusi yang benar-benar feasible
untuk digunakan.

Dalam prakteknya pasti terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap satu
atau beberapa peraturan. Oleh karena itu, batasan-batasan model dibagi ke dalam
dua jenis yaitu:
1.

Kendala utama: Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan
peraturan-peraturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama
adalah: Seorang perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam

Universitas Sumatera Utara

dalam secara berturut-turut. Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada
lebih dari empat hari aktif kerja berturut-turut.
2.

Kendala tambahan: Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan
peraturan-peraturan

kerja

yang

sewaktu-waktu dapat

dilanggar,

namun sebisa mungkin pelanggaran terhadap kendala tambahan tersebut
diminimalkan. Contoh kendala tambahan adalah: Setiap perawat tidak boleh
ditugaskan pada dua shift malam berturut-turut. Setiap perawat tidak boleh
ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut.

2.2

Metode Goal programming

2.2.1

Pendahuluan

Goal programming pertama kali diperkenalkan oleh Charnes dan Coopers (1961).
Charnes dan Coopers mencoba menyelesaikan persoalan program linier dengan
banyak kendala dengan waktu yang bersamaan. Gagasan itu berawal dari adanya
program linier yang tidak bisa diselesaikan karena memiliki tujuan ganda.
Charnes dan Coopers mengatakan bahwa jika di dalam persamaan linier tersebut
terdapat variable slack dan surplus (variabel deviasi atau penyimpangan) di dalam
persamaan kendalanya, maka fungsi tujuan dari persamaan tersebut bisa
dikendalikan yaitu dengan mengendalikan nilai ruas kiri dari persamaan tersebut
agar sama dengan nilai ruas kanannya. Inilah yang menjadi dasar Charnes dan
Coopers mengembangkan metode Goal Grogramming.

Menurut Siswanto (2007:341) model GP merupakan perluasan dari model
pemrograman linear, sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematis,
prosedur perumusan model dan penyelesaiannya tidak berbeda. Perbedaan hanya
terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasional yang akan muncul di fungsi
tujuan dan di fungsi-fungsi kendala.

Metode GP juga telah banyak digunakan untuk menyelesaikan berbagai
macam masalah optimasi, termasuk salah satunya adalah masalah penjadwalan
perawat. Banyaknya penggunaan model ini untuk masalah-masalah optimasi

Universitas Sumatera Utara

seperti penjadwalan perawat ini dikarenakan oleh kemampuannya untuk bisa
mengolah penyelesaian yang memiliki banyak objektif secara bersamaan.

Pendekatan dasar dari GP adalah menetapkan suatu tujuan yang
dinyatakan dengan angka tertentu dengan untuk setiap tujuan, merumuskan suatu
fungsi tujuan untuk setiap tujuan, kemudian mencari penyelesaian yang
meminimumkan jumlah dari penyimpangan-penyimpangan dalam mencapai
tujuan manajemen. Oleh karena itu, setiap tujuan merupakan bagian dari fungsi
tujuan.

Menurut Mario dalam Sintha (2010: 3), Goal programming adalah suatu
metode

yang

memerlukan

informasi

untuk

menyelesaikan

keputusan

permasalahan multiobjektif. Di dalam goal programming yang menjadi prioritas
adalah meminimasi variabel penyimpangan dari pada mengoptimalkan kriteria
tujuan. Pendekatan dasar dari goal programming yaitu untuk menerapkan suatu
tujuan yang dinyatakan dengan angka untuk setiap tujuan, merumuskan suatu
fungsi

tujuan

untuk

setiap

tujuan,

serta

mencari

penyelesaian

yang

meminimumkan jumlah penyimpangan-penyimpangan dari fungsi tujuan masingmasing.
Widandi Soetopo (1992), dalam jurnal “Penerapan Metode Goal
programming dalam Menyelesaikan Model Perencanaan pada Operasi Waduk”,
menggunakan metode goal programming dalam mengoperasikan waduk untuk
mengetahui titik-titik kebutuhan sebaik mungkin. Hasilnya adalah pola operasi
waduk dalam bentuk lepasan air bulanan waduk dan volume awal waduk. Dari
penelitian tersebut didapat bahwa kemampuan goal programming untuk
memberikan level prioritas yang berbeda pada titik kebutuhan merupakan ciri
tersendiri yang bisa dimanfaatkan.

2.2.2

Model Dasar Goal programming

Pendekatan dasar dari goal programming adalah untuk menetapkan suatu tujuan
yang dinyatakan dengan angka tertentu untuk setiap tujuan, merumuskan suatu

Universitas Sumatera Utara

fungsi tujuan untuk setiap tujuan, dan kemudian mencari penyelesaian yang
meminimumkan jumlah penyimpangan-penyimpangan dari fungsi-fungsi tujuan
terhadap tujuan masing-masing.

Terminologi yang mendasari goal programming adalah:
1. Objektif
Suatu pernyataan yang menyatakan atau mempresentasikan suatu aspirasi atau
keinginan untuk dapat memaksimumkan pemenuhan permintaan dan lain-lain.
2. Tingkat aspirasi atau nilai target
Suatu nilai yang membatasi pencapaian objektif diterima atau ditolak atau
merupakan tingkat pencapaian yang diinginkan untuk setiap atribut atau
objektif.
3. Goal
Suatu pencapaian objektif yang sesuai dengan tingkat aspirasi pengambil
keputusan.

2.2.3

Terminologi Goal programming

Agar memahami dengan baik bidang yang dipelajari, pembaca harus mengerti
istilah-istilah dan lambang-lambang yang digunakan orang dalam goal
programming, yaitu:
1.

Decision Variable
Seperangkat variabel yang tak diketahui (dalam model Goal programming
dilambangkan dengan

, di mana

yang akan dicari

nilainya). biasanya disebut juga variabel keputusan.
2.

Right hand side values (RHS)
Nilai-nilai yang biasanya menunjukkan ketersediaan sumber daya
(dilambangkan dengan

) yang akan ditentukan kekurangan atau kelebihan

penggunanya (nilai sisi kanan).
3.

Goal
Keinginan untuk meminimumkan angka penyimpangan dari suatu nilai RHS
pada suatu goal constraint tertentu (tujuan).

Universitas Sumatera Utara

4.

Goal Constraint
Sinonim dari istilah goal equation, yaitu suatu tujuan yang diekspresikan
dalam persamaan matematik yang memasukkan variabel simpangan
(kendala tujuan).

5.

Preemtive Priority Factor
, di mana

Suatu sistem urutan yang dilambangkan dengan
menunjukkan

banyaknya

tujuan

dan

model

yang

memungkinkan tujuan-tujuan disusun secara ordinal dalam model linear
goal programming. Sistem urutan ini menempatkan tujuan-tujuan dalam
susunan dengan hubungan sebagai berikut:
>

>…>

Keterangan:
merupakan tujuan paling penting.
merupakan tujuan yang kurang penting dan seterusnya.

6.

Deviational variable
Variabel-variabel yang menunjukkan kemungkinan penyimpangan negatif
dari suatu nilai RHS kendala tujuan (dalam model linear goal programming
dilambangkan dengan, di mana

dan

adalah banyaknya

kendala tujuan dalam model) atau penyimpangan positif dari suatu nilai.
RHS (dilambangkan dengan variabelvariabel ini sama dengan slack variable
dalam linear goal programming (variabel simpangan).
a.

Variabel Deviasi Negatif
Variabel deviasi negatif berfungsi untuk menampung deviasi yang
berbeda di bawah tujuan yang dikehendaki dan tercermin pada nilai
ruas kanan suatu kendala tujuan. Dengan kata lain variabel ini berfungsi
untuk menampung deviasi negatif. Digunakan notasi

untuk

menandai jenis variabel deviasi ini, karena variabel deviasi ini
fungsinya yang menampung variabel negatif dan

akan selalu

berkoefisien +1 pada setiap kendala tujuan sehingga bentuk umum
fungsi kendalanya adalah:

Universitas Sumatera Utara

atau dapat ditulis juga dengan:

Dengan

b.

Variabel Deviasi Positif
Variabel deviasi positif berfungsi untuk menampung deviasi yang
berada di atas tujuan yang dikehendaki. Dengan kata lain variabel
deviasi ini berfungsi untuk menampung deviasi positif. Digunakan
notasi

untuk menandai variabel ini karena variabel ini menampung

deviasi positif dan

akan selalu berkoefisien -1 pada setiap kendala

tujuan sehingga kendalanya adalah:

atau dapat ditulis juga dengan:

Dengan

Dengan demikian jelas bahwa kedua jenis variabel mendekati sebuah
garis kendala dari dua arah yang berlawanan. Secara matematika hal
ini tercermin pada persamaan berikut:

Universitas Sumatera Utara

Atau

Karena nilai minimum

dan

adalah nol maka persamaan di atas

akan terpenuhi apabila:
1.

=

, sehingga

Artinya tujuan tercapai

2.

dan

, sehingga

Artinya tujuan tidak tercapai karena

3.

dan

sehingga

Artinya akan terlampaui karena

Jadi jelas bahwa kondisi di mana

dan

pada sebuah kendala

tujuan tidak akan mungkin terjadi.

Universitas Sumatera Utara

7.

Differential Weight
Timbangan matematika yang diekspresikan dengan angka Kardinal
(dilambangkan dengan

di mana

dan

dan digunakan untuk membedakan variabel simpangan di dalam suatu
tingkat prioritas

8.

(bobot).

Techological Coefficient
Nilai-nilai numerik (dilambangkan dengan
penggunaan nilai

per unit untuk menciptakan

) yang menunjukkan
(koefisien teknologi).

2.2.4. Metode Penyelesaian dalam Goal programming
Menurut Ignizio (1982), formulasi model GP secara umum ada tiga fungsi tujuan
yang dimungkinkan, yaitu:
1. Tujuan 1 sisi bawah, yaitu menentukan batas bawah yang solusinya tidak
boleh kurang dari itu (boleh lebih dari batas). Fungsinya adalah:

2. Tujuan 1 sisi atas, yaitu menentukan batas atas yang solusinya tidak boleh
melebihi itu (boleh kurang dari batas). Fungsinya adalah:

3. Tujuan 2 sisi, yaitu menentukan target yang diinginkan yang solusinya
tidak boleh meleset dari itu. Fungsinya adalah:

dengan

fungsi tujuan dan

tingkat aspirasi.

Menurut Siswanto (2007: 342), pada model pemrograman linear kendalakendala fungsional menjadi pembatas bagi usaha pemaksimuman atau
peminimuman fungsi tujuan, maka pada model goal programming kendalakendala itu merupakan sasaran yang hendak dicapai.

Ada beberapa cara dalam pengelompokan GP. Salah satu cara yang umum
digunakan adalah pengelompokan berdasarkan tingkat kepentingan tujuan.
Pengelompokan berdasarkan tingkat kepentingan tersebut membagi GP ke dalam

Universitas Sumatera Utara

2 jenis model, yaitu nonpreemptive Goal programming dan preemptive Goal
programming. Cara penyelesaian kedua metode berbeda dan belum tentu
menghasilkan solusi yang sama untuk permasalahan yang sama. Pada tugas akhir
ini fungsi tujuan tidak dibedakan menurut prioritas atau bobot

2.2.5 Komponen Goal Programming
Dalam metode Goal programming pada umumnya terdapat minimal tiga
komponen yaitu fungsi tujuan, kendala tujuan dan kendala nonnegatif, namun
pada tulisan ini akan dibahas juga kendala struktural.

a) Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan dalam Goal programming pada umumnya adalah masalah
minimasi karena dalam model Goal programming terdapat variabel deviasi di
dalam fungsi tujuan yang harus diminimumkan. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari kehadiran variabel deviasi dalam fungsi kendala tujuan.
Sehingga fungsi tujuan dalam Goal programming adalah minimasi
penyimpangan atau minimasi variabel deviasi.

Ada tiga jenis fungsi tujuan dalam Goal programming, yaitu:

Fungsi tujuan ini digunakan apabila variabel deviasi dalam suatu
masalah tidak dibedakan menurut prioritas atau bobot.

Fungsi tujuan ini digunakan apabila urutan dari tujuan diperlukan,
tetapi variabel deviasi setiap tingkat priorotas dari tujuan memiliki
kepentingan yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Fungsi tujuan ini digunakan apabila tujuan-tujuan diurutkan
berdasarkan prioritas dan variabel deviasi pada setiap tingkat prioritas
dibedakan dengan diberikan bobot yang berlainan

.

Fungsi tujuan ini digunakan apabila tujuan-tujuan diurutkan
berdasarkan prioritas dan bobot.

b) Kendala Tujuan
Dalam model Goal programming ditemukan sepasang variabel yang disebut
variabel deviasi dan berfungsi untuk menampung penyimpangan atau deviasi
yang akan terjadi pada ruas kiri suatu persamaan kendala terhadap nilai ruas
kanannya. Agar deviasi ini minimum, artinya ruas kiri suatu persamaan
kendala sedapat mungkin mendekati nilai ruas kanannya maka variabel
deviasi ini harus diminimumkan dalam fungsi tujuan.

Pemanipulasian model Goal programming yang dilakukan oleh Charnes
Cooper telah mengubah makna kendala fungsional. Pada program linier, kendalakendala fungsional menjadi pembatas bagi usaha pemaksimuman atau
peminimuman fungsi tujuan. Sedangkan pada goal programming kendala-kendala
merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

Tujuan-tujuan yang dinyatakan sebagai nilai konstan pada ruas kanan
kendala, mewujudkan suatu tujuan berarti mengusahakan agar nilai ruas kiri suatu
persamaan kendala sama dengan nilai ruas kanannya. Itulah sebabnya kendalakendala di dalam model goal programming selalu berupa persamaan yang
dinamakan kendala tujuan.

Universitas Sumatera Utara

Bentuk persamaan kendala tujuan secara umum:

Dan dikonversikan secara umum menjadi:

Ada enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud setiap jenis
kendala itu ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Jenis-jenis
kendala tersebut disajikan di tabel berikut:

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Kendala Tujuan
Persamaan
ke

Variabel deviasi
Kendala Tujuan

dalam fungsi
tujuan

Kemungkinan
Simpangan

1

Negatif

2

Positif

3

Negatif

Penggunaan
Nilai RHS yang
diinginkan

dan

atau lebih

dan

atau kurang

positif
4

Negatif
positif

5

Negatif

dan

positif
6

(artificial)

Tidak ada

Sumber: Mulyono, Sri. 1991

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada persamaan pertama sama
dengan pertidaksamaan

dalam masalah program linier maksimasi, persamaan

kedua sama dengan pertidaksamaan

dalam program linier minimasi. Sedangkan

persamaan ketiga sampai kelima semuanya memperoleh penyimpangan dua arah,
tetapi persamaan kelima mencari penggunaan sumber daya yang diinginkan sama

Universitas Sumatera Utara

dengan

Ini serupa dengan kendala persamaan program linier, tetapi tidak

menempel pada solusi karena dimungkinkan adanya penyimpangan negatif dan
positif. Jika kendala persamaan dianggap perlu dalam perumusan model goal
programming, kendala dapat dimasukkan dengan menempatkan sebuah artificial
variabel

, seperti pada persamaan keenam. Persamaan memperbolehkan adanya

penyimpangan positif dan negatif dari nilai RHS-nya. Dalam kendala program
linier tak ada pembanding untuk persamaan ketiga dan keempat.

c) Kendala Nonnegatif
Dalam program linier, variabel-variabel bernilai lebih besar atau sama dengan nol.
Demikian halnya dengan Goal programming yang terdiri dari variabel keputusan
dan variabel deviasi. Keduanya bernilai lebih besar atau sama dengan nol.
Pernyataan nonnegatif dilambangkan dengan:

d) Kendala Struktural
Kendala struktural adalah kendala-kendala lingkungan yang tidak berhubungan
langsung dengan tujuan-tujuan masalah yang dihadapi. Variabel deviasi tidak
dikatakan kendala struktural karena kendala struktural tidak diikutsertakan dalam
fungsi tujuan.

2.2.6

Pemodelan Goal Programming

Adapun bentuk umum dari metode goal programming adalah:

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:

= deviasi (penyimpangan) positif
= deviasi (penyimpangan) negatif
= koefisien fungsi kendala tujuan
= variabel pengambilan keputusan
= tujuan atau target yang ingin dicapai
= koefisien fungsi kendala sistem
= sumber daya yang tersedia

2.2.7

Kelebihan dan Kekurangan Goal Programming

Secara umum kelebihan goal programming adalah:
a. Setiap tujuan direpresentasikan dalam model.
b. Semua tujuan dapat dimasukkan dalam model.
c. Pengambil keputusan didorong untuk mengestimasi level aspirasi
tujuantujuan dalam model. Hal ini memberikan pertimbangan lebih
mendalam dalam penyusunan model. Pendekatan ini dapat diaplikasikan
dalam lingkup permasalahan yang penting dan praktis termasuk perkiraan
dan pengujian suatu kurva, pengenalan, dan klasifikasi pola, dan analisa
kluster.
d. Dapat diselesaikan dengan linear programming.

Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh goal programming:
a. Perlu waktu lebih untuk membentuk model.
b. Keterlibatan pengambil keputusan lebih banyak berkaitan dengan
penentapan level aspirasi, prioritas, bobot, dan lain-lain.
c. Pertimbangan yang sifatnya subyektif terhadap penetapan prioritas dan
bobot.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Perumusan Masalah Goal programming
Langkah-langkah perumusan permasalahan Goal Programming adalah:
i. Penentuan variabel keputusan, merupakan dasar dalam pembuatan model
keputusan untuk mendapatkan solusi yang dicari. Makin tepat penentuan
variabel keputusan akan mempermudah pengambilan keputusan yang dicari.
ii. Penentuan fungsi tujuan, yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
iii. Perumusan fungsi sasaran, di mana setiap tujuan pada sisi kirinya
ditambahkan dengan variabel simpangan, baik simpangan positif maupun
simpangan negatif.
iv. Penentuan prioritas utama. Pada langkah ini dibuat urutan dari tujuan-tujuan.
Penentuan tujuan ini tergantung pada hal-hal berikut:
a. Keinginan dari pengambil keputusan.
b. Keterbatasan sumber-sumber yang ada.
v. Penentuan pembobotan. Pada tahap ini merupakan kunci dalam menentukan
urutan dalam suatu tujuan dibandingkan dengan tujuan yang lain.
vi. Penentuan fungsi pencapaian. Dalam hal ini, yang menjadi kuncinya adalah
memilih variabel simpangan yang benar untuk dimasukkan dalam fungsi
pencapaian.

Dalam

menggabungkan

setiap

memformulasikan
tujuan

yang

fungsi

pencapaian

adalah

berbentuk

minimasi

variabel

penyimpangan sesuai dengan prioritasnya.
vii. Penyelesaian model Goal programming dengan metodologi solusi.

2.4 Metode Penyelesaian Goal Programming
Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan model Goal
programming, yaitu metode grafis, metode algoritma simpleks, dan menggunakan
bantuan software. Dalam hal ini penulis menggunakan software LINDO.
a. Metode Grafis
Metode grafis digunakan untuk menyelesaikan masalah Goal programming
dengan dua variabel. Langkah-langkah penyelesaian dengan metode grafis
adalah:
1. Menggambarkan fungsi kendala pada bidang kerja sehingga diperoleh
daerah yang memenuhi kendala.

Universitas Sumatera Utara

2. Meminimumkan variabel deviasional agar sasaran-sasaran yang diinginkan
tercapai dengan cara menggeser fungsi atau garis yang dibentuk oleh
variabel deviasional terhadap daerah yang memenuhi kendala
b. Metode Algoritma Simpleks
Algoritma simpleks dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah Goal
programming dengan menggunakan variabel keputusan yang lebih dari dua.
Langkah-langkah penyelesaian Goal programming dengan metode algoritma
simpleks adalah:
1. Membentuk tabel simpleks awal.
2. Pilih kolom kunci (kolom pivot)

yang memiliki nilai negatif

terbesar.
3. Pilih baris yang berpedoman pada

dengan rasio terkecil di mana

adalah nilai sisi kanan dari setiap persamaan. Baris kunci ini disebut
baris pivot.
4. Mencari nilai elemen yang pivot bernilai 1 dan elemen lain yang
bernilai nol dengan cara mengalikan baris pivot dengan -1 lalu
menambahkannya dengan semua elemen dibaris pertama. Dengan
demikian diperoleh tabel simpleks iterasi I.
5. Memeriksaan optimalitas, yaitu melihat apakah solusi sudah layak atau
tidak. Solusi dikatakan layak bila variabel adalah positif atau nol.
c. Menggunakan Program Komputer
Penyelesaian model Goal programming dapat juga menggunakan bantuan
program komputer, contohnya LINGO, LINDO dan POM-QM for Windows.
Namun pada tulisan ini hanya dibahas tentang langkah-langkah penyelesaian
menggunakan LINGO.

LINDO (Linear Ineraktive Discrete Optimizer) adalah software yang dapat
digunakan untuk mencari penyelesaian dari masalah pemrograman linear.
Dengan menggunakan software ini memungkinkan perhitungan masalah
pemrograman linear dengan n variabel.

Universitas Sumatera Utara

Prinsip kerja utama LINDO adalah memasukkan data, menyelesaikan,
serta

menaksirkan

kebenaran

dan

kelayakan

data

berdasarkan

penyelesaiannya. Menurut Linus Scharge (1991), Perhitungan yang
digunakan pada LINDO pada dasarnya menggunakan metode simpleks.
Sedangkan untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear integer nolsatu software LINDO menggunakan Metode Branch and Bound (metode
Cabang dan Batas) menurut Mark Wiley (2010).
Untuk menentukan nilai optimal dengan menggunakan LINDO diperlukan
beberapa tahapan yaitu:
1. Menentukan model matematika berdasarkan data real
2. Menentukan formulasi program untuk LINDO
3. Membaca hasil report yang dihasilkan oleh LINDO.

Perintah yang biasa digunakan untuk menjalankan program LINDO adalah:
1. MAX, digunakan untuk memulai data dalam masalah maksimasi;
2. MIN, digunakan untuk memulai data dalam masalah minimasi;
3. END, digunakan untuk mengakhiri data;
4. GO, digunakan untuk pemecahan dan penyelesaian masalah;
5. LOOK, digunakan untuk mencetak bagian yang dipilih dari data yang
ada;
6. GIN, digunakan untuk variabel keputusan agar bernilai bulat;
7. INTE, digunakan untuk menentukan solusi dari masalah biner;
8. INT, sama dengan INTE;
9. SUB, digunakan untuk membatasi nilai maksimumnya;
10. SLB, digunakan untuk membatasi nilai minimumnya;
11. FREE, digunakan agar solusinya berupa bilangan real.

Kegunaan utama dari program LINDO adalah untuk mencari penyelesaian
dari masalah linier dengan cepat dengan memasukan data yang berupa rumusan
dalam bentuk linier. LINDO memberikan banyak manfaat dan kemudahan dalam
memecahkan masalah optimasi dan minimasi. Berikut ini cara memulai
menggunakan program LINDO adalah dengan membuka file LINDO kemudian

Universitas Sumatera Utara

klik dua kali pada LINDOw32, tunggu sampai muncul dialog lalu klik OK,
LINDO sipa dioperasikan. Pada layar akan muncul untitled baru yang siap untuk
tempat mengetikkan formasi.

Gambar 2.1. Tampilan LINDO

Model LINDO minimal memiliki tiga syarat:
1. memerlukan fungsi objektif;
2. variabel;
3. batasan (fungsi kendala).

Untuk syarat pertama fungsi objektif, bisa dikatakan tujuan. Tujuan disini
memiliki dua jenis tujuan yaitu maksimasi (MAX) dan minimasi (MIN). Kata
pertama untuk mengawali pengetikan formula pada LINDO adalah MAX atau
MIN. Formula yang diketikan ke dalam untitled (papan editor pada LINDO)
setelah MAX atau MIN disebut fungsi tujuan. Secara umum dapat dituliskan
sebagai berikut.

Fungsi tujuan model matematika
Min/Maks Z = C1X1+C2X2+. . . +CnXn
Diketikkan ke dalam untitled menjadi

Universitas Sumatera Utara

MIN C1X1+C2X2+. . . +CnXn
atau
MAX C1X1+C2X2+. . . +CnXn

Untuk syarat kedua adalah variabel. Variabel ini sangat penting, LINDO tidak
dapat dijalankan tanpa memasukkan variabel dalam formula.

Untuk syarat ketiga setelah fungsi objektif dan variabel selanjutnya adalah
batasan Dalam kenyataannya variabel tersebut pasti memiliki batasan, batasan itu
misalnya keterbatasan bahan, waktu, jumlah pekerja, biaya operasional. Setelah
fungsi objektif diketikkan selanjutnya diketikkan Subject to atau ST untuk
mengawali pengetikan batasan dan pada baris berikutnya baru diketikkan batasan
yang ada diakhir batasan kita akhiri dengan kata END . Secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut.
a11X1+a12X2+. . .+C1nXn ≤ b1
a11X1+a22X2+. . .+C2nXn ≤ b2
am1X1+am2X2+. . .+CmnXn ≤ bm
X1, X2...,Xn ≥ 0
untuk pengetikkan fungsi kendala ke dalam untitled adalah sebagai berikut.
SUBJECT TO
a11X1+a12X2+. . .+C1nXn = 0
END

Contoh :
Akan diselesaikan model

pemrograman

linear integer

berikut

dengan

menggunakan software LINDO Max Z = 100x1 + 60x2 + 70x3 + 15x4 + 15x5

Universitas Sumatera Utara

Dengan fungsi kendala
52x1 + 23x2 + 35x3 + 15x4 + 7x5 ≤ 60
xi = for i = 1, 2, …, 5
dalam formula diketikan dengan:
MAX 100X1 + 60X2 +70X3 + 15X4 + 15X5
SUBJECT TO
52X1 + 32X2 +35X3 + 15X4 + 7X5