Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jumlah pemakai narkoba di Indonesia tercatat sangat tinggi sehingga
menjadikan negara ini sebagai sasaran peredaran gelap narkotika. Menurut Deputi
Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Pol Bachtiar
H. Tambunan dalam acara Foreign Policy Breakfast di Kantor Kementerian Luar
Negeri Jakarta Pusat hari Selasa 10 Maret 2015, sebanyak empat juta jiwa
(2,18%) dari jumlah penduduk Indonesia merupakan penyalahguna narkotika
dengan usia populasi 10-59 tahun. 1,6 juta orang diantaranya tercatat dalam tahap
coba pakai, 1,4 juta orang pemakai teratur, dan 943 ribu orang merupakan
pecandu narkotika. Jika dikerucutkan jumlah pengguna narkotika berdasarkan
jenis kelamin tercatat sebanyak 74,5% adalah laki- laki, sementara 24,49% adalah
perempuan. Pengguna Polydrug yaitu menggunakan narkoba lebih dari satu jenis,
laki- laki 58,3% dan perempuan 52,6%.
Estimasi jumlah kebutuhan narkoba di Indonesia cukup mengejutkan.
Narkotika jenis ganja, estimasi kebutuhan tercatat 158 juta gram, sabu- sabu 219
juta gram dan ekstasi 14 juta butir. Sebanyak 12.044 orang pertahun
mengonsumsi narkoba dalam dosis berlebih. Lebih dari satu jenis narkoba secara
bersamaan, dan menggunakan narkoba setelah lama berhenti. Tercatat 33 orang
perhari meninggal akibat dampak penyalahgunaan narkoba (Natalova,2015).

Menurut

Direktur

Penguatan

Lembaga

Rehabilitasi

Instansi

Pemerintah(PLRIP-BNN) Brigjen Pol Ida Oetari Poernamasari pada Rakernis
13

Universitas Sumatera Utara

Terapi Rehabilitasi Napza pada 20 Maret 2014 di Kementerian Kesehatan
menyatakan bahwa


prevalensi pengguna narkoba dunia adalah sekitar 5%.

Indonesia pada tahun 2015 diperkiran

sebanyak 2,8%. Peningkatan sebesar

1,05% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Apabila tidak ada penghambat
penyalahgunaan narkoba, dengan asumsi penduduk Indonesia berjumlah 250 juta
orang, maka di Indonesia diperkirakan sekitar 5,1 juta orang akan menjadi
penyalahguna narkoba atau diantara 50 orang warga negara Indonesia terdapat
satu pengguna narkoba (https://www.linked.com/pulse/penyalahgunaan-narkobadi-indonesia-pandangan-dari-sisi-taat-subekti diakses pada tanggal 20 Februari
2016 pukul 11.20).
Pemerintah melalui berbagai instansi, telah melakukan berbagai upaya
pencegahan dan pembasmian peredaran narkoba di Indonesia. Data Badan
Narkotika Nasional (BNN) hingga 2014 sebanyak 68 terpidana kasus narkoba
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri divonis mati oleh pengadilan.
Lebih lanjut “Pada tahun 2012 lalu dua terpidana mati kasus narkotika sudah
dieksekusi dan sisanya menunggu eksekusi,kata Kepala BNN saat itu, Anang
Iskandar” (BNN, 2014).
Tahun 2015 pemerintah telah melaksanakan eksekusi hukuman mati bagi

sepuluh orang pengedar narkoba bertaraf internasional dan lokal. Disamping itu,
pengadilan juga menjatuhkan vonis hukuman mati bagi pengedar narkoba, Freddy
Budiman dan Vanny Rossyane kekasih Freddy juga ditangkap karena
mengedarkan narkoba jenis LSD (Lisergyc acid diethylamide). Pengadilan Negeri
Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, juga menjatuhkan vonis mati kepada
dua warga Iran yang merupakan jaringan pengedar internasional narkotika yaitu
14

Universitas Sumatera Utara

Mostafa Moradalivand dan Sayed Hashem. Keduanya ditangkap oleh BNN pada
tahun 2015 setelah mencoba menyelundupkan sabu seberat 40,1 kg melalui
perairan laut Sukabumi tepatnya mereka menyimpan barang haram itu diCagar
Alam

Tangkuban

Perahu

Kecamatan


PalabuhanRatu

(https://www.linkedin.com/pulse/penyalahgunaan-narkoba-di-indonesipandangandari-sisi-taat-subekti diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 11.30).
Kampung Kubur di Jalan Zainul Arifin merupakan salah satu dari 16
Lingkungan di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan.
Keberadaan Kampung Kubur pada saat ini menjadi pusat perhatian bagi
masyarakat Kota Medan bahkan masyarakat Indonesia. Kampung Kubur menjadi
salah satu tempat peredaran narkoba di Kota Medan. Sejarah mengenai Kampung
Kubur dimulai pada tahun 1873 saat dibuka perkebunan tembakau di Deli. Buruh
dan tenaga kerja didatangkan dari India untuk bekeja di Tanah Deli sebagai buruh
perkebunan, sopir, penjaga malam serta buruh -buruh bangunan atau kuli pembuat
jalan serta penarik kereta lembu.Kebanyakan orang Tamil dari India Selatan
menetap di Kampung Madras, karena penghuninya berwarna kulit hitam maka
disebut juga sebagai Kampung Keling. Awal dinamakan Kampung Kubur karena
ada area pekuburan milik India Muslim di pemukiman padat penduduk.
Permasalahan peredaran narkoba di Kampung Kubur sudah ada sejak
tahun 1970. Diawali dengan masalah perekonomian masyarakat, mereka yang
biasanya bekerja sebagai penjaga toko- toko mewah di Kampung Madras harus
berhenti bekerja karena kehadiran pasar- pasar modern dan mall yang didirikan di

sekeliling Kampung Kubur. Sehingga mereka beralih profesi sebagai tukang
parkir, dan berjualan makanan. Masuknya narkoba di Kampung Kubur menjadi
15

Universitas Sumatera Utara

alternatif penghasilan bagi masyarakat setempat,

masyarakat

yang bekerja

serabutan menyediakan lahan parkir dan rumah mereka bagi pengguna narkoba,
dari sinilah muncul istilah “rumah asap”(Marbun, 2016).
Jenis narkoba pertama yang beredar di Kampung Kubur adalah ganja.
Cepatnya perkembangan peredaran narkoba diKota Medan menjadikan semua
jenis narkoba sudah pernah beredar di Kampung Kubur. IbuEmmy selaku Kepala
Lingkungan sejak tahun 2005kerap menjadi saksi penggeledahan mengatakan
sudah bosan melihat semua temuan narkoba di Kampung Kubur. “Kita sudah
berkali- kali melakukan penyuluhan di sini, namun cara itu sepertinya sudah tidak

berguna.

Buktinya,

narkoba

terus

saja

marak”,

ungkap

Ibu

Emmy

(Hasibuan,2015).
Tahun 2015 permasalahan narkoba di Kampung Kubur semakin marak

diberitakan. Penyuluhanpun kerap dilakukan oleh berbagai lembaga yang
menangani masalah narkoba. Kepolisian Kota Medan bekerjasama dengan Badan
Narkotika Nasional Propinsi Sumatera Utara, Tentara Nasional Indonesia Kodim
0201/BS, Pemerintah Kota Medan dan Lembaga Swadaya Masyarakat melakukan
sosialisasi bahaya narkoba yang dihadiri oleh ratusan warga Kampung Kubur.
Menurut Bapak Iriyanto Sanjaya selaku anggota Reserse Narkoba Medan dalam
wawancara tanggal 6 Februari 2016 di M- Radio, beliau mengatakan bahwa “Saat
diminta kesiapan masyarakat untuk memerangi narkoba di Kampung Kubur, 70%
dari masyarakat mendukung tugas kepolisian untuk memberantas peredaran
narkoba serta mereka mendukung perubahan nama Kampung Kubur menjadi
Kampung Sejahtera.

16

Universitas Sumatera Utara

Bapak Iriyanto Sanjaya menambahkan “Dari Satuan Reserse Narkoba
sendiri jam 4 pagi melakukan penggerebekan dadakan, begitu razia dilaksanakan
ternyata kosong, masyarakat sepi, pengunjung tidak ada. Disana ada tentara dan
polisi “penghianat” yang membocorkan akan diadakannya penggerebekan,

sehingga pihak kepolisian tidak mendapatkan bandar atau pengedar, kami hanya
menemukan mesin jackpot dan saset sabu- sabu di sepanjang gang. Setelah itu
kami pihak Kepolisian bersinerji dengan LSM dan melakukan rapat koordinasi
dengan Walikota Medan dan DPRD Medan untuk membombardir daerah
Kampung Kubur secara rutin. Penggerebekan tidak hanya dilakukan pada pagi
hari akan tetapi juga dilakukan pada siang, sore maupun malam hari”.
BNNP SUMUT juga gencar melakukan razia dan himbauan, namun tetap
saja ada yang terjaring dan dinyatakan positif menggunakan narkoba. “Mereka
yang terjaring ini rata- rata kalangan pemuda. Banyak orang luar yang masuk ke
Kampung Kubur, saat kami periksa ternyata positif narkoba,” ungkap Kepala
Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP SUMUT, Magdalena
Sirait (http://tribunregional.com diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul
10.30).
Sejak tahun 2014 pihak Kepolisian Medan sudah fokus memberantas
peredaran narkoba di Kota Medan dan sekitarnya terkhusus kalangan Pengedar
keatas dan bandar- bandar besar. Sejauh ini belum ada keputusan pengadilan
untuk memvonis mati pengedar dan bandar yang ditemukan dalam penggerebekan
di Kampung Kubur, namun untuk hukuman mati sudah pernah diterapkan di
Medanpada tahun 2004 terhadap 3 narapidana warga Thailand dan India dimana
eksekusi dilakukan di Lapangan Polonia.

17

Universitas Sumatera Utara

Transaksi narkoba sudah tidak sering lagi ditemukan di Kampung Kubur
akan tetapi penjagaan harus dilaksanakan secara rutin. Setelah dua minggu
dilakukan penggerebekan dibentuklah enam titik Posko Terpadu, dimana
KepolisianKota Medan bekerjasama denganPemerintah Kota Medan,Tentara
Nasional Indonesia Kodim 0201/BS, BNNP SUMUT dan LSM melakukan
penjagaan, pengawasan dan pemberdayaan bagi masyarakat Kampung Kubur.
“Kebijakan awal pendirian Posko Terpadu adalah selama tiga bulan.
Terhitung dari 8 Januari hingga akhir Maret 2016. Diharapkan masyarakat yang
ada di Kampung Kubur ini telah berdaya, sudah punya daya tangkal yang kuat.
Akan tetapi jika dalam tiga bulan mereka belum punya daya tangkal yang kuat
maka Posko Terpadu akan diperpanjang”, tutur Kepala Lembaga Pusat Informasi
Masyarakat Anti Narkoba (PIMANSU) Zulkarnain Nasution.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Respon Masyarakat
Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan
Medan Petisah”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang diuraikan sebelumnya,
adapun rumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini yaitu:
“Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan PoskoTerpadu di Kampung
Kubur Kecamatan Medan Petisah”.

18

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelian ini adalah untuk mengetahui respon masyarakat terhadap
kehadiran Posko Terpadu di Kampung Kubur. Posko Terpadu ini adalah Posko
yang didirikan oleh Kepolisian Kota Medan bekerjasama dengan Pemerintah Kota
Medan, Tentara Nasional Indonesia Kodim 0201/BS, BNNP SUMUT dan LSM.
Posko Terpadu ini diharapakan dapat menangani permasalahan peredaran narkoba
di Kampung Kubur.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
rangka:

1.

Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap keilmuwan
di Departemen Kesejahteraan Sosial mengenai respon masyarakat terhadap
kebijakan pemerintah.

2.

Secara praktis, memberikan kontribusi dalam pengembangan konsep teori
yang berkenaan dengan kebijakan sosial.

3.

Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan
penelitian- penelitian lanjutan mengenai respon masyarakat terhadap Posko
Terpadu di Kampung Kubur.

1.5 Sistematika Penelitian
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I

:PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

19

Universitas Sumatera Utara

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian teoritis konsep dan teori yang berkaitan
dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran,
definisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKSAI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang lokasi dimana
penulis melakukan penelitian.

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam
penelitian beserta analisisnya.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

20

Universitas Sumatera Utara