Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon
Sikap,

persepsi,

dan

partisipasi

adalah

yang

menunjang

dan

melatarbelakangi ukuran sebuah respon. Respon pada prosesnya didahului sikap
seseorang karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk

bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara
mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga
diartikan sebagai tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum
pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak
suka serta pemanfaatan pada susatu fenomena tertentu (Sobur, 2003 :359).
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :
a.

Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan
interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif,
kepentingan, dan harapannya.

b.

Sasaran respon tersebut berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat- sifat
sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan
kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan- tindakan, dan ciri- ciri lain dari
sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

c.


Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam
situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang
(Sarwono, 1991 :35).
21

Universitas Sumatera Utara

Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang- bidang
ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu, kelompok,
atau masyarakat. Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap
suatu situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi,
sikap dan tindakan. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau
kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu :
1.

Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik
buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan
diterima dari adanya objek tersebut.


2.

Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau
menolak objek yang dipersiapkan.

3.

Tindakan atau partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau
tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut
(http://id.shovoong.com diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 10.15).

2.2 Persepsi
Persepsi secara etimologi dalam bahasa Inggris perception berasal dari
bahasa Latin perception; dari percipare, yang artinya menerima atau mengambil.
Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah
pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap
situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Analisis tersebut

menunjukan bahwa persepsi merupakan pemahaman individu atau masyarakat
pada suatu objek yang masih berada pada pemikirannya (Sobur, 2009).
22

Universitas Sumatera Utara

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan
tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi
diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan
bagian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan
tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap suatu rangsangan atau terhadap
satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal
atau emosi atau kedua-duanya.
Proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu :
a.

Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b.


Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian
dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang
untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.

c.

Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap
yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/ sikap dan reaksi
terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan yang tersembunyi.

23

Universitas Sumatera Utara

2.3 Sikap

Sikap adalah suatu organisasi yang megandung pendapat, perasaan dan
keyakinan tentang suatu yang sifatnya relatif konstan pada perasaan tertentu dan
memberikan dasar untuk berperilaku (Walgito, 2000:57). Sikap dalam diri
seseorang memberikan kesiapan dalam dirinya untuk merespon hal- hal yang
dianggap benar atau salah terhadap obyek atau situasi tertentu. Pembentukan
sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja. Pembentukan
sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan objek
tertentu.
Sikap

dapat

dilihat

melalui

penilaian,

penerimaan/penolakan,


mengharapkan/ menghindari suatu objek tertentu.
a.

Penilaian adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang objek
sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan
tertentu tentang bagaimana menilai objek tersebut.

b.

Penerimaan atau penolakan adalah berhuhubungan dengan rasa senang/ tidak
senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai
yang dimiliki.

c.

Mengharapkan/ menghindari adalah kesiapan seseorang bertingkah laku yang
berhubungan dengan objek sikapnya (Walgito, 2000:97).
Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu, maka

akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut

Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan,

24

Universitas Sumatera Utara

kecurigaaan dan prasangka, pemahaman yang mendetail, ide- ide, rasa takut,
ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui :
a.

Penerimaan atau penolakan

b.

Penilaian

c.

Suka atau tidak suka


d.

Kepositifan atau kenegatifan suatu objek.
Selanjutnya disebutkan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai

objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan lain sebagainya) dan
megandung penilaian (suka- tidak suka; setuju- tidak setuju) (Sobur, 2003:355).
Pendapat lain mengenai garis besar tentang sikap, yaitu:
a.

Sikap merupakan pengalaman subjektif

b.

Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan

c.

Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai


d.

Sikap bisa diungkapkan melalui bahasa

e.

Ungkapan sikap pada dasarnya bisa dipahami

f.

Sikap setiap orang bisa sama dan bisa juga tidak sama

g.

Sikap berubungan dengan perilaku sosial (Ahmadi dalam Bangun 2013).

2.4 Partisipasi
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, yang artinya
mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orangorang atau anggota masyarakat aktif menyumbang aktifitas dan inisiatifnya dalam

usaha menigkatkan kualitas hidupnya (Sobur, 2003: 450). Walgito juga

25

Universitas Sumatera Utara

mengungkapkan bahwa partisipasi berasal dari bahasa Inggris participate yang
artinya mengikutsertakan atau ikut mengambil bagian. Secara umum partisipasi
adalah suatu wujud dari peran serta atau keterlibatan masyarakat secara langsung
maupun tidak langsung dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan
untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat. Partisipasi atau keikutsertaan
para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan
membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah (Walgito,
2000: 68).
Partisipasi dapat timbul dengan melihat persepsi, sikap, dan respon.
Adanya partisipasi merupakan keuntungan yang dapat diperoleh antara lain :
a.

Mampu merangsanng timbulnya swadaya masyarakat yang merupakan
dukungan penting bagi masyarakat.

b.

Mampu meningkatkan motivasi dan keterampilan masyarakat dalam
membangun.

c.

Pelaksanaan pembangunan semakin sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat.

d.

Jangkauan pembangunan menjadi lebih luas meskipun dengan dana yang
terbatas.

e.

Tidak menciptakan ketergantungan masyarakat pada pemerintah (Ahmadi
dalam Bangun 2013).

26

Universitas Sumatera Utara

2.5 Masyarakat
Istilah community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”,
istilah mana menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Apabila
anggota- anggota sesuatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup
bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat
memenuhi kepentingan- kepentingan hidup yang utama. Kelompok tadi dapat
disebut masyarakat setempat.
Sebagai suatu perumpaan, kebutuhan seseorang tidak mungkin secara
keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersama- sama rekan lainnya yang
sesuku. Kriteria yang utama suatu masyarakat setempat adalah adanya social
relationships antara anggota suatu kelompok. Mengambil pokok- pokok uraian
diatas, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada

bagian

masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam arti geografis. Batasbatas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih
besar di antara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas
wilayahnya. Secaras singkat dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat
adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan
sosial yang tertentu. Dasar- dasar daripada masyarakat setempat adalah lokalitas
dan perasaan masyarakat setempat tersebut.
Empat kriteria dari klasifikasi masyarakat setempat, yaitu :
a.

Jumlah penduduk

b.

Luas, kekayaan dan kepadatan pendudk daerah pedalaman

27

Universitas Sumatera Utara

c.

Fungsi- fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat

d.

Organisasi masyarakat setemapat yang bersangkutan ( Soekanto : 1990).
Definisi masyarakat yang lain dikemukakan oleh :

1.

Linton ( ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap
kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga
mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas- batas tertentu.

2.

Melville J. Herskovits menulis, bahwa masyarakat adalah kelompok individu
yang diorganisasi untuk mengikuti suatu cara hidup tertentu.

3.

J.L Gilin J.P Gilin mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah kelompok
manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan
persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokanpengelompokan yang kecil.

4.

Mac. Iver menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem daripada cara
kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu membantu yang
meliputi kelompok- kelompok dan pembagian- pembagian sosial lain, sistem
dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks
yang selalu berubah atau jaringan- jaringan dari relasi itulah yang dinamakan
masyarakat.Ditambahkan bahwa unsur masyarakat adalah :
a.

Harus ada kelompok atau pengumpulan manusia.

b.

Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam
daerah tertentu.
28

Universitas Sumatera Utara

c.

Adanya aturan (undang- undang) yang mengatur mereka bersama,
untuk maju kepada satu cita- cita yang sama (Hartomo dan Azis dalam
Bangun 2013).

2.6 Narkoba
Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional
(BNN) No. SE/ 03/IV/ 2002, merupakan akronim dari narkotika, psykotropika
dan bahan- bahan adiktif lainnya. Narkoba yakni zat- zat kimiawi yang jika
dimasukan kedalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena,
suntik) dapat mengubah pikiran, suasana hati, ataupun perasaan dan perilaku
seseorang.
1.

Narkotika
Menurut Undang- Undang No. 35 Tahun 2009. Narkotika adalah suatu zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan.
Jenis- jenis narkotika yang sering disalahgunakan yaitu ganja, heroin, morfin,
kodein dan lain- lain.

2.

Psikotropika

Menurut Undang- Undang No. 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
29

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Jenis
psikotropika yang sering disalahgunakan adalah ekstasy, shabu- shabu dan
lain- lain.Dalam penjelasan umum Undang- Undang No. 5 Tahun 1997
disebutkan bahwa psikotropika terbagi menjadi 4 golongan. Dengan
berlakunya Undang- undang No. 35 Tahun 2009 maka Undang- Undang No.
5 Tahun 1997 beserta lampirannya masih berlaku, kecuali lampiran mengenai
jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II telah dipindahkan menjadi
Narkotika Golongan I.

3.

Zat adiktif
Adalah bahan- bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup
menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara
terus menerus. Apabila dihentikan akan timbul efek putus zat diantaranya rasa
sakit atau lelah yang luar biasa. Jenis zat adiktif yang sering disalahgunakan
adalah amfetamine, amobarbital, minuman beralkohol, tembakau dan bahan
pelarut (Zulkarnain,2004:13-24).
Dampak yang disebabkan karena pemakaian narkoba, yaitu :

1.

Terhadap pribadi atau individu
a. Narkotika dapat merubah kepribadian si korban secara drastis seperti
berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan terhadap apa atau
siapapun.
b. Menimbulkan sikap bodoh sekalipun terhadap dirinya, seperti tidak lagi
memperhatikan pakaian, tempat dimana ia tidur dan sebagainya.
30

Universitas Sumatera Utara

c. Semangat belajar menjadi menurun dan suatu ketika bisa saja si korban
bersikap seperti orang gila karena reaksi dari penggunaan obat tersebut.
d. Tidak ragu untuk mengadakan hubungan seks secara bebas karena
pandangannya terhadap norma- norma masyarakat, hukum dan agama
sudah mulai longgar.
e. Menjadi pemalas bahkan hidup santai.
f. Tidak segan- segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri
atau menghilangkan sifat ketergantungan terhadap obat bius.
2.

Terhadap Keluarga
a. Tidak segan mencuri uang atau bahkan menjual barang- barnag dirumah
yang bisa diuangkan.
b. Tidak menjaga sopan santun dirumah bahkan melawan kepada orangtua.
c. Kurang meghargai harta milik yang ada di rumah, seperti mengendarai
kendaraan dengan ugal- ugalan.
d. Mencemarkan nama keluarga dan keharmonisan keluarga sirna.
e. Kerugian material (membeli dan mengobati).

3.

Terhadap masyarakat
a. Berbuat tidak senonoh (mesum) dengan orang lain, yang berakibat tidak
saja bagi diri yang berbuat melainkan mendapat hukuman masyarakat
yang berkepentingan.
b. Mengambil milik orang lain demi memperoleh uang untuk membeli atau
mendapatkan narkoba.
31

Universitas Sumatera Utara

c. Mengganggu ketertiban umum, seperti mengendarai kendaraan dengan
kecepatan tinggi.
d. Melakukan tindak kekerasan baik fisik, psikis maupun seksual.
e. Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum antara lain
tidak menyesal apabila berbuat kesalahan.
4.

Terhadap bangsa dan negara
a. Hilangnya generasi muda (lost generation).
b. Kualitas generasi menurun.
c. Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta bangsa pada gilirannya mudah
untuk dipengaruhi oleh kepentingan- kepentingan yang menjadi ancaman
terhadap ketahanan nasional dan stabilitas nasional.
d. Negara terjajah kembali (Zulkarnain, 2014: 20-21).

2.7 Penyalahgunaan Narkoba
Permasalahan narkoba di Indonesia jika dikaitkan dengan posisi geografis
dan perkembangan hasil- hasil pembangunan, maka kewaspadaan terhadap
ancaman ini harus diantisipasi. Penanggulangan bahaya yang ditimbulkan atas
penyalahgunaan narkoba harus didekatkan dengan pedoman falsafah bangsa, yaitu
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta ketentuan Peraturan PerundangUndangan Nasional yang ada, disamping ketentuan- ketentuan internasional yang
telah disepakati bersama. Oleh karena itu, menurut A. Qirom Syamsudin Meilala

32

Universitas Sumatera Utara

bahwa secara umum untuk menanggulangi permasalahan anak dan remaja dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1.

Cara moralistik, dengan menyebarluaskan ajaran- ajaran agama dan norma,
perundang- undangan yang baik dan sarana- sarana lain yang dapat
mengekang nafsu untuk kembali ke narkoba. Sistem ini hendaknya mendapat
perhatian khusus, baik oleh orang tua sendiri, apalagi bagi para ahli yang
bersangkutan dan begitu juga dengan pemerintah.

2.

Cara abilisionistik, yaitu dengan memberantas sebab- sebab terjadinya
penyalahgunaan narkoba, misalnya telah diselidiki bahwa faktor ekonomi
(kemiskinan dan kesejahteraan) merupakan penyebabnya maka usaha
mencapai kesejahteraan dan kemakmuran adalah mengurangi tindakan
penyalahgunaan narkoba.

3.

Preventif, yaitu untuk menghindari penyalahgunaan narkoba jauh sebelum
rencana menyalahgunakan narkoba itu tejadi dan terlaksana. Tindakan
preventif ini adalah berupa memberikan kesibukan yang berarti pada anakanak, karena memasukan kedalam kursus- kursus keteramoila, pendidikan
keagamaan dan lain- lain.
Selain tiga upaya yang telah dijelaskan di atas, terdapat jalur- jalur upaya

yang lebih efektif, yaitu :
1.

Upaya preventif, artinya terhadap penyalahgunaan narkoba dilakukan dengan
cara integral dan dinamis antara unsur- unsur aparat dan potensi masyarakat.

2.

Upaya represif, upaya penegakan hukum terhadap mereka yang terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba.
33

Universitas Sumatera Utara

3.

Upaya pengendalian dan pengawasan, artinya penggunaan narkoba bagi
kepentingan pengobatan sampai saat ini belum diperlukan. Oleh karenanya
penggunaan

yang

dilakukan

untuk

pengobatan

diperlukan

upaya

pengendalian dan pengawasan (Gultom, 2014 : 132-133).
Menurut Ny. Jeanne mandagi dan M. Wresniwiro sistem penanggulangan
narkotika dan psikotropika dapat dilakukan dengan cara :
1.

Upaya pencegahan
Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dapat dilakukan dengan cara integral dan dinamis antara unsur- unsur aparat
dan potensi masyarakat, upaya dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan untuk mengubah sikap dan perilaku serta cara berpikir
dari kelompok masyarakat yang mudah mempunyai kecenderungan
manyalahgunakan narkotika dn psikotropika.
Menurut Soedjono dirdjosisworo bahwa usaha- usaha penanggulangan
terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan dalam
bentuk upaya- upaya prefentif, represif dan kuratif. Usaha- usaha tersebut
antara lain : Inpres serta kerjasama antara instansi- instansi yang
bersangkutan (preventif dan represif); kerjasama dengan luar negeri
(preventif dan kuratif); penyempurnaan fasilitas dan perlengkapan (preventif,
represif dan kuratif), peningkatan kemampuan aparatur penegak hukum dan
meningkatkan pembinaan edukatif.
Melindungi masyarakat terutama generasi muda dari penyalahgunaan
narkoba yaitu dengan cara mengaktifkan kemampuan masyarakat dalam hal
34

Universitas Sumatera Utara

penerangan dan penyuluhan tentang masalah bahaya narkotika dan
psikotropika. Pembinaan dilakukan dalam dua bidang, yaitu pembinaan
kedalam dan pembinaan keluar. Pembinaan kedalam dilakukan unutk
meningkatkan mutu para petugas, mereka yang mengabdikan diri dan mereka
yang dipandang mampu untuk melaksanakan tugas penanggulangan masalah
narkotika dan psikotropika sebagai masalah nasional. Sedangkan pembinaan
keluar

adalah

kegiatan

melaksanakan

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

pendidikan

pencegahan

dengan menuruti syarat dan

caranya.
2.

Upaya pengendalian dan pengawasan
Upaya pengendalian dan pengawasan, yaitu penggunaan narkotika dan
psikotropika bagi kepentingan pengobatan sampai saat ini masih diperlukan.
Oleh karena itu, penggunaan yang dilakukan untuk pengobatan diperlukan
pengendalian dan pengawasan.

3.

Upaya penindakan atau represif
Penindakan atau represif adalah upaya penegakan hukum tehadap mereka
yang terlibat dalam penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. Upaya
penindakan atau represif yaitu penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
merupakan perbuatan pidana sebab dapat mengakibatkan dampak politis,
ekonomi, sosial budaya ataupun menjaga kondisi kamtibmas demi kestabilan
nasional.

35

Universitas Sumatera Utara

4.

Pengobatan dan rehabilitasi
Seseorang yang menyalahgunakan narkoba hendak diobati maka pasti
akan menghadapi kesulitan yang besar sekali. Kemungkinan hasilnya akan
mengecewakan, boleh disebut hampir tidak membawa hasil jarena data- data
menunjukan bahwa 90 % dari mereka akan kembali menjadi pengguna.
Namun demikian, rehabilitasi tetap diadakan karena didororng atas dasar
pemikiran yaitu ketagihan. Ketagihan merupakan salah satu penularan
infeksi. Tidak ada pengobatan yang memungkinkan karena itu para pecandu
diisolasi. Membuat ketagihandan penyalahgunann menjadi ilegal, akan
menimbulkan masalah atau problema. Ketagihan adalah penyakit mental yang
memerlukan pengawasan, bertitik tolak dari perikemanusiaan (Gultom, 2014 :
133-135).

2.8 Pola Peredaran Narkoba
Perkembangan transaksi narkoba di Jakarta tahun 2000 setiap harinya
diperkirakan 1,3 milyar rupiah yang diimpor secara gelap dari mancanegara.
Sindikat jaringan pengedar sangat dideteksi oleh aparat Bea Cukai. Diperkirakan
masuknya narkoba dari mancanegara tidak dapat dituntaskan mengingat adanya
negara di kawasan Asia yang mengandalkan ekspornya dari jenis- jenis narkoba.
Disamping itu wilayah Indonesia bertetangga dengan negara Australia yang
menjadi negara tujuan pemasaran setelah transit terlebih dahulu di bandara
internasional Indonesia, setidaknya waktu transit dimungkinkan pengedar
mengupayakan Narkoba yang tertinggal.

36

Universitas Sumatera Utara

Organisasi sindikat obat bius sekarang ini sangat rapih dan beroperasi dari
beberapa negara. Mereka memanfaatkan pengawasan perbatasan yang lemah,
karena banyak kapal yang beroperasi melewati laut tanpa pengawasan.
Methampetamine akhir- akhir ini diproduksi langsung dalam jumlah besar di
Indonesia, tapi banyak juga yang didatangkan lewat Cina,Filipina dan Iran. Pintu
masuk utama ke Indonesia adalah pelabuhan- pelabuhan di Jakarta, Batam,
Surabaya dan Denpasar. Crystalline Methampetamine terutama masuk dari
Malaysia,

dan

diselendupkan

ke

Aceh,

Medan

dan

daerah

lain

di

Sumatera(http://www.dw.com/id/pbb-indonesia-salah-satu-jalur-utamapenyelundupan-narkoba/a-18252054 diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul
11.20).
Berbagai kajian yang dilakukan pemerhati masalah Narkoba disimpulkan
bahwa pola peredaran narkoba sangat bervariasi, yakni :
1.

Lewat paket pos yang dikirim dari mancanegara kepada seseorang di negara
tujuan

dengan

menggunakan

nama

alibi/alias,

guna

menghindari

tertangkapnya si pemesan. Jika barang tersebut lulus dari sensor atau
pengawasan aparat, Narkoba yang dalam paket sampai ketangan pengedar /
bandar.
2.

Lewat orang yang diberi gaji atau upah dengan membawa secara langsung
yang tersimpan didalam kas/ koper yang telah dikemas sampai tidak
terdeteksi alat sensor di pelabuhan udara.

3.

Memperalat wanita Indonesia sebagai isteri dengan tujuan dengan
memudahkan keluar masuk Indonesia (orang Nigeria banyak memperistri
37

Universitas Sumatera Utara

wanita Indonesia dan tempat tinggal di pemukiman penduduk dan bersifat
sosial kepada masyarakat sekitarnya).
Narkoba yang berhasil lolos selanjutnya diberikan kepada bandar
kemudian diberikan kepada pengedar yang bertemu langsung dengan konsumen
(Zulkarnain, 2004 :46-47).
2.9 Posko Terpadu
Posko adalah singkatan dari Pos Komando. Posko terpadu yang terdapat di
Kampung Kubur Lingkungan I Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan
Petisah Kota Medan terdiri dari 6 titik Posko. Posko ini di didirikan pada 8
Januari 2016 setelah pihak Kepolisian Kota Medan bekerjasama dengan
Pemerintah Kota Medan, BNNP SUMUT, Tentara Nasional Indonesia dan LSM
melakukan penggerebekan di kawasan Kampung Kubur. Dimana Posko I terletak
di Gang Erlangga, Posko II di Gang Peristiwa, Posko III di Gang Taruma, Posko
IV di Jalan Zainul Arifin tepatnya disebelah jembatan Kampung Kubur dan dua
Posko lainnya berada didalam kampung.
Kebijakan awal Pemerintah Kota Medan untuk keberadaan Posko Terpadu
di Kampung Kubur adalah selama 3 bulan. Dalam waktu yang ditentukan apabila
masyarakat Kampung Kubur belum berdaya maka keberadaan Posko Terpadu
akan diperpanjang sesuai dengan kebutuhan warga.Setiap Posko di jaga 24 jam
oleh pihak Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia Kodim 0201/BS, BNNP
SUMUT, LSM dan Pemerintah kota Medan. Tugas instansi ini selain menjaga
Posko Terpadu memiliki kegiatan lain, seperti pemberian program pemberdayaan
bagi masyarakat Kampung Kubur seperti home industry yang memberdayakan
38

Universitas Sumatera Utara

ibu- ibu untuk membuat aneka makanan dan kerajinan tangan.Pemerintah Kota
Medan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata memberikan tempat untuk penjualan
hasil program pemberdayaan seperti dodol, tempe, kue- kue dan kerajinan
lainnya. Dinas Pendidikan memberikan beasiswa bagi masyarakat kurang mampu
untuk tetap bisa melanjutkan pendidikan.
2.10 Kerangka Pemikiran
Permasalahan narkoba di Indonesia saat ini mengalami peningkatan mulai
dari penyalahgunaan narkoba hingga peredaran gelap narkoba. Pemerintah,
Lembaga Penegak Hukum dan LSM gencar melakukan penangkapan terhadap
penyalahguna narkoba, pengedar dan bandar besar. Berbagai usaha dilakukan
untuk

pembasmian peredaran narkoba agar jangan sampai menjerat generasi

bangsa mulai dari upaya preventif, represif, pengobatan dan rehabilitasi.
Upaya preventif di Kampung Kubur Lingkungan I Kelurahan

Petisah

Tengah Kecamatan Medan Petisah diaplikasikan dalam bentuk kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat, upaya represif dengan menangkap pengedar dan
bandar lalu menyerahkan pada pihak berwajib, upaya pengobatan dan rehabilitasi
dengan memfasilitasi masyarakat yang ingin menyembuhkan diri terhadap
ketergantungan narkoba tanpa harus menanggung sanksi hukum.
Program Kepolisianuntuk mendirikan enam Posko Terpadu bekerjasama
dengan Pemerintah Kota Medan, TNI, BNNP SUMUT dan LSM dalam
melaksanakan

berbagai

kegiatan

pemberantasan

narkoba

dan

program

pemberdayaan, respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu sangatlah
diperlukan untuk melihat apakah program ini mengundang partisipasi masyarakat
39

Universitas Sumatera Utara

di Kampung Kubur. Adapun skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan Alur Pikir

RESPON MASYARAKAT
TERHADAP KEBERADAAN
POSKO TERPADU DI
KAMPUNG KUBUR

Persepsi

Sikap

a. Pengetahuan
masyarakat
atas
keberadaan
Posko
Terpadu

a. Bagaimana
penilaian
masyarakat
terhadap
keberadaan
Posko Terpadu

b. Pengetahuan
masyarakat
tentang tujuan
keberadaan
Posko
Terpadu

b. Apakah
masyarakat
menerima atau
menolak
keberadaan
Posko Terpadu

c. Pemahaman
masyarakat
terhadap
informasi
yang
diberikan oleh
Tim Posko
Terpadu

c. Apakah
masyarakat
mengharapkan
atau tidak
keberadaan
Posko Terpadu

Positif, Netral, Negatif

Partisipasi
a. Keikutsertaa
n
masyarakat
dalam
menikmati
manfaat
program
Posko
Terpadu
b. Masyarakat
berperan
aktif dalam
kegiatan
yang
diadakan
oleh Posko
Terpadu

40

Universitas Sumatera Utara

2.11 Definisi Konsep
Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:38). Peneliti dapat memberikan
batasan mengenai konsep- konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman
arti dan konsep penelitian yang digunakan. Adapun batasan konsep di dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Respon

diartikan sebagai tingkah laku atau sikap yang berwujud baik

sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan,
suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.
2.

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan
tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan
kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan. Rasa dan nalar bukan
merupakan bagian yang perlu dari situasi rangsangan tanggapan, sekalipun
kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap suatu
rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu
dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.

3.

Sikap adalah

keadaan dalam diri seseorang yang memberikan kesiapan

dalam dirinya untuk merespon hal- hal yang dianggap benar atau salah
terhadap obyek atau situasi tertentu.
4.

Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang- orang atau
anggota masyarakat aktif menyumbang kreatifitas dan inisiatifnya dalam
usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

41

Universitas Sumatera Utara

5.

Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga
meliputi pengelompokan- pengelompokan yang kecil.

6.

Posko Terpadu adalah tempat yang difungsikan untuk

bergabungnya

berbagai instansi seperti Kepolisian Kota Medan, Pemerintah Kota Medan,
Tentara Nasional Indonesia Kodim 0201/BS,

BNNP SUMUT dan LSM

dalam proses pemberantasan narkoba dan pemberdayaan masyarakat
Kampung Kubur.
2.12 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian
sehingga dapat diukur transformasi dari unsur konsep ke dunia nyata. Definisi
operasional adalah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Perumusan definisi
konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsepkonsep, baik berupa objek, peristiwa, maupun fenomena yang diteliti, maka
perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia
nyata sehingga konsep- konsep penelitian dapat di observasi (Siagian, 2011:141).
Respon masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu di Kampung
Kubur dapat diukur dari :
a.

Persepsi masyarakat atas keberadaan Posko Terpadu dapat diukur dari :
1.

Pengetahuan masyarakat tentang keberadaan Posko Terpadu di Kampung
Kubur.

42

Universitas Sumatera Utara

2.

Pengetahuan masyarakat tentang siapa saja pihak yang tergabung dalam
Posko Terpadu.

3.

Pengetahuan masyarakat tentang

fungsi, manfaat dan tugas

Posko

Terpadu di Kampung Kubur.
4.

Pemahaman masyarakat atas informasi yang diberikan oleh Tim Posko
Terpadu.

b.

Sikap masyarakat terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh

Tim Posko

Terpadu di Kampung Kubur :
1.

Penilaian masyarakat tentang keberadaan Posko Terpadu.

2.

Penilaian masyarakat tentang kegiatan yang dilaksanakan Posko Terpadu

3.

Penolakan atau penerimaan adalah berhubungan dengan rasa senang atau
tidak senang masyarakat terhadap keberadaan Posko Terpadu.

4.

Masyarakat mengharapkan atau tidak mengharapkan adalah kesiapan
masyarakat dalam bertingkah laku yang berhubungan dengan keberadaan
Posko Terpadu.

c.

Partisipasi masyarakat atas keberadaan Posko Terpadu di Kampung Kubur
1. Keikutsertaan masyarakat dalam menikmati keberadaan Posko Terpadu
2. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh Posko
Terpadu.

43

Universitas Sumatera Utara