Analisis Kenakalan Remaja di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah

(1)

ANGKET (KUESIONER)

ANALISIS KENAKALAN REMAJA

Dengan kerendahan hati, saya mengharapkan saudara dapat meluangkan waktu sejenak untuk memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan saya lakukan, dengan menjawab seluruh pertanyaan yang telah saya ajukan pada daftar pertanyaan.

Penelitian yang saya lakukan melalui angket ini berguna untuk pembuatan skripsi. Angket ini hanyalah sebagai alat untuk mendapatkan data-data penelitian yang saya lakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Apapun hasil yang saya dapatkan dari angket yang saya buat, tidak akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan anda. Dan hasil penelitian tidak akan dipublikasikan.

Atas kesediannya saya ucapkan terimakasih.


(2)

DAFTAR PERTANYAAN

Petunjuk:

• Isilah titik-titik di bawah ini sesuai dengan identitas anda.

• Untuk jenis pertanyaan dengan jawaban berganda, beri tanda silang (x) pada salah satu opsi jawaban yang cocok dengan karakter anda.

DATA RESPONDEN

1. Nama : 2. Usia : 3. Jenis Kelamin : 4. Etnis/ suku : 5. Agama :

1. Apakah anda pernah terlibat perkelahian? DAFTAR PERTANYAAN

a. Tidak pernah b. Pernah c. Sering

2. Apakah anda pernah membolos sekolah? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

3. Apakah anda pernah di skors oleh pihak sekolah? a. Tidak pernah


(3)

4. Apakah anda pernah ikut/ terlibat dalam tawuran? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

5. Apakah anda pernah terlibat/ bermain judi atau sejenis taruhan lainnya? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

6. Apakah anda pernah kebut-kebutan di jalan raya? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

7. Apakah anda pernah membaca buku porno? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

8. Apakah anda pernah menonton video porno? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

9. Apakah anda pernah terlibat seks bebas? a. Tidak pernah


(4)

10. Apakah anda pernah melakukan pemalsuan surat penting? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

11. Apakah anda terlibat kasus pelacuran? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

12. Apakah anda pernah minum-minuman keras? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

13. Apakah anda mengkonsumsi narkoba? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

14. Apakah anda pernah mencuri? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering

15. Apakah anda pernah terlibat kasus hukum? a. Tidak pernah

b. Pernah c. Sering


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badriah, Dewi. 2011. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Refika Aditama: Bandung. Dariyo, Agus Psi. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia: Bogor. Gunarsa, Ny. Singgih D & Gunarsa, Singgih D. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta:

Gunung Mulia.

Hurlock, E. 1992. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Kartono, Kartini. 2008. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. KBBI.2008.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Mubin & Cahyadi, Ani. 2006. Psikologi Perkembangan. Ciputat: Quantum Teaching.

Sarwono, S. Wirawan. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT.Grasindo Monoratama. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudarsono. 1995. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Suyanto dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Pendekatan

Alternatif. Jakarta:Kencana

Sumber Online:


(6)

(Anoraga, Wira, 2015. Pendidikan Kian Loyo.

(Array, Agus, 2016. Kapolresta Medan Akui Anak Sekolah dan Aparat Sering ke Kampung 'Narkoba' Kubur.

pada pukul 00.30 WIB).

(Cahyadi, 2016. Banyak Pemuda Luar Daerah Positif Narkoba di Kampung Kubur.

WIB).

(Hariyanto, 2010. Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ diakses pada 29 Februari 2016 pada pukul 00.59 WIB).

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44760/5/Chapter%20I.pdf/

diakses pada 1 Maret 2016 pada pukul 22.05 WIB).

diakses pada 2 Maret 2016 pada pukul 00.39 WIB).

http://www.hariansib.co/view/Headlines/95564/Kampung-Kubur-Disulap-Jadi-Kampung-Sejahtera.html#.VxLlbCI_5Lg/ diakses pada 17 April 2016 pukul 08.30 WIB).


(7)

12.26 WIB).

(Megapolitan.harianterbit.com/megapol/2014/09/13/8219/29/18/22-Persen-Pengguna-Narkoba-Kalangan-Remaja/ diakses pada 3 Maret 2016 pada pukul 17.18 WIB).


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang ingin diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini adalah karena peneliti ingin mengetahui apa saja kenakalan remaja yang terjadi di Kampung Kubur. Hal lain yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ditempat ini adalah karena Kampung Kubur terkenal sebagai tempat sarangnya narkoba di kota Medan banyak kenakalan remaja yang terjadi di Kampung Kubur bahkan anak remaja berumur 10 tahun sudah positif memakai narkoba.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian dimana terdapat serangkaian ukuran khusus yang berlaku bagi seluruh unsur-unsur yang menjadi bagian dari populasi (Siagian, 2011:


(9)

adalah keseluruhan remaja di Kampung Kubur yang berjumlah 183 orang.

3.3.2 Sampel

Secara umum sampel adalah contoh. Dalam kaitannya dengan penelitian, sampel adalah sebagian dari objek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti (Roscoe dalam Siagian, 2011: 156).

Apabila jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampelnya sebesar 10%-20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009: 255). Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungannya adalah 10% x 183 = 18. Maka sampel yang akan diambil berjumlah 18 orang remaja.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan berbagai tulisan atau media informasi yang menyangkut masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan melakukan:


(10)

a. Observasi (pengamatan), yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat yang menjadi sasaran penelitian.

b. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaan tertentu untuk di jawab oleh responden.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis data statistik deskriptif yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. Para ahli statistik menyebutkan bahwa analisis statistik deskriptif merupakan bukit salju yang muncul pada permukaan lautan, meskipun ia kecil tetapi memberikan makna yang penting.

Dengan demikian analisis data statistik deskriptif hanya berlaku pada satu tabel tanpa generalisasi. Kekuatan pada analisis data statistik deskriptif terletak pada kemampuan interpretasi data yang disajikan dalam tabel. Dalam teknik analisis data ini diperlukan kemampuan interpretasi data peneliti yang kuat (Siagian, 2011:228).


(11)

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kampung Kubur merupakan salah satu lingkungan dari enam belas lingkungan di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan.

Adapun batas-batas wilayah dari Kampung Kubur ini adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatas dengan Lingkungan II Jalan Diponegoro

2. Sebelah Timur berbatas dengan dengan Jalan Kejaksaan

3. Sebelah Selatan berbatas dengan Jalan S. Parman

4. Sebelah Barat berbatas dengan Sungai Babura

4.2 Sejarah Kampung Kubur

Sejarah mengenai Kampung Kubur dimulai pada 1873 saat dibuka perkebunan tembakau di Deli. Tahun 1873 ini rombongan pertama orang Tamil yang datang ke Medan sebanyak 25 orang, mereka dipekerjakan oleh Nienhuys, seorang pengusaha tembakau keturunan Belanda. Tembakau inilah yang membuat Tanah Deli menjadi termasyur di dunia internasional. Oleh sebab itu semakin banyak saja para buruh dan tenaga kerja yang di datangkan dari India untuk bekerja di Tanah


(12)

Tahun 1874 ada 22 perkebunan yang memakai pekerja bangsa China sebanyak 4.476, Tamil 459 orang dan Jawa 316 orang. Kebanyakan orang Tamil dari India Selatan menetap di Kampung Madras, karena penghuninya berwarna kulit hitam maka disebut juga sebagai Kampung Keling. Dahulunya Kampung Kubur ini adalah bagian dari Kampung Madras yang dihuni oleh warga India Muslim yang berasal dari Tamil sejak 1887. Para warga India ini menetap di Kampung Madras untuk bekerja di Industri Perkebunan Deli.

Ada juga versi masyarakat yang mengatakan jika Kampung Kubur adalah wakaf pemberian Pemerintah Belanda bagi orang-orang berdarah India yang beragama Islam. Dari situlah kemudian pemukiman ini terbentuk. Awal dinamakan Kampung Kubur karena ada area pekuburan milik India muslim di pemukiman padat penduduk tersebut. Lokasi perkebunan ini letaknya berada tepat dibelakang Masjid Gaudiyah. Masjid ini terletak di Jalan Zainul Arifin yang dibangun oleh warga India Selatan yang beragama Islam pada 1887, sehingga dari sinilah asal muasal diberi nama Kampung Kubur.

4.3 Luas Wilayah

Luas wilayah Kecamatan Medan Petisah 13,16 km2. Luas wilayah Kelurahan Petisah Tengah ± 127 Ha.

4.4 Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Petisah tahun 2014 adalah 61.855 jiwa. Laki- laki sebanyak 29.371 jiwa dan perempuan sebanyak 32.484 jiwa. Jumlah


(13)

Kepala Keluarga. Laki- laki sebanyak 560 jiwa dan perempuan sebanyak 533 jiwa.

4.4.1 Penduduk Berdasarkan Agama

Adapun jumlah penduduk berdasarkan agama yang ada di Kampung Kubur adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarakan Agama

No. Agama Jumlah

1 Islam 592

2 Kristen 125

3 Hindu 289

4 Buddha 87

Sumber: Data Kantor Lurah Petisah Tengah 2013

Berdasarkan data tabel diatas menunjukan bahwa agama Islam terdiri dari 592 jiwa, Kristen terdiri dari 125 jiwa, Hindu terdiri dari 289 jiwa, Buddha terdiri dari 87 jiwa.


(14)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Pekerjaan Jumlah

1 PNS 80

2 Pegawai Swasta 38

3 Pedagang 402

4 Buruh 97

Sumber: Data Kantor Lurah Petisah Tengah 2013

4.4.3 Fasilitas Sarana dan Prasana

Adapun data yang dibuat mengenai fasilitas sarana dan prasarana di Kampung Kubur adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Fasilitas Sarana dan Prasarana

No. Fasilitas Jumlah Unit

1 Masjid 2

2 Posyandu 1

3 Tempat Pemakaman Umum 1


(15)

Organisasi sosial budaya yang ada di Kampung Kubur ini terdiri dari Organisasi PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Remaja Masjid dan Lembaga Pemberdayaan Masyrakat.

Masyarakat Kampung Kubur memiliki beberapa organisasi sosial budaya yang mereka bentuk sebagai wadah bersosialisasi, baik itu organisasi pemuda ataupun organisasi yang berhubungan dengan keagamaan. Dengan adanya oraganisasi ini diharapkan mempererat persaudaraan dan tolong-menolong di masyarakat Kampung Kubur.

4.4.5 Struktur Pemerintahan Kampung Kubur

Kampung Kubur merupakan 1 dari 16 Lingkungan di Kelurahan Petisah Tengah yang dikepalai oleh Bapak M. Agha Novrian, S.STP. M.Si. Kepala Lingkungan I atau Kampung Kubur dikepalai oleh Ibu Emmy Taruman.

Kepala Lurah Petisah Tengah

Kepala Lingkungan I Kampung Kubur


(16)

BAB V

ANALISIS DATA

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui penyebaran kuesioner kepada responden, ternyata semua kuesioner telah di isi dan memenuhi syarat untuk dianalisis. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang telah terkumpul, dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi frekuensi yang telah dianalisa berikut ini.

5.1 Identitas Responden

Sebagaimana diketahui bahwa dalam penelitian ini yang menjadi sumber utamanya adalah hasil wawancara dengan informan. Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau observasi sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2006:171-172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai penelitian. Berikut ini adalah tabel identitas informan:


(17)

TABEL 5.1

USIA RESPONDEN

No. Usia Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6.

12 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun

2 1 1 3 1 10 11 5,6 5,6 16,7 5,6 55,5

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah remaja yang berusia 18 tahun. Dimana proporsi usia terbesar pada usia 18 tahun sebanyak 10 orang (55,5%), usia 16 tahun sebanyak 3 orang (16,7%), usia 12 tahun sebanyak 2 orang (11%), dan usia 14 tahun, 15 tahun dan 17 tahun sebanyak 1 orang dengan presentase yang sama (5,6%).

Masa remaja merupakan masa transisi dimana anak remaja ingin dikatakan sebagai orang dewasa namun orang dewasa menganggap mereka belum layak dikatakan orang dewasa. Maka tak jarang anak remaja melakukan hal-hal negatif yang biasa dilakukan orang dewasa seperti merokok, minum-minuman beralkohol, berjudi, dan lainnya supaya mereka mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa mereka


(18)

sudah menjadi orang dewasa. Hal tersebut menyebabkan remaja melakukan tindakan-tindakan kenakalan remaja.

5.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

TABEL 5.2

JENIS KELAMIN RESPONDEN

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2.

Laki- laki Perempuan

17 1

94,4 5,6

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden remaja laki-laki sebanyak 17 orang (94,5) dan remaja perempuan sebanyak 1 orang (5,5%). Distribusi responden lebih banyak remaja laki-laki karena di Kampung Kubur lebih dominan ditemukan remaja laki-laki dibandingkan remaja perempuan.


(19)

TABEL 5.3

SUKU RESPONDEN

No. Suku Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Aceh Batak Betawi India Jawa Melayu Nias 1 8 1 2 3 2 1 5,6 44,5 5,6 11 16,7 11 5,6

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Dari tabel 5.3 di atas, dapat diketahui distribusi responden berdasarkan suku. Dimana proporsi terbesar yaitu suku Batak sebanyak 8 orang (44,5%), suku Jawa sebanyak 3 orang (16,7%), suku India sebanyak 2 orang (11%), suku Melayu sebanyak 2 orang (11%), suku Aceh sebanyak 1 orang (5,6%), suku Betawi sebanyak 1 orang (5,6%), dan suku Nias sebanyak 1 orang (5,6).


(20)

5.1.4 Identitas Responden Berdasarkan Agama

TABEL 5.4

AGAMA RESPONDEN

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3.

Hindu Islam Kristen

1 11

6

5,6 61,1 33,3

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memeluk agama Islam yaitu sebanyak 11 orang (61,1%), kemudian yang beragama Kristen sebanyak 6 orang (33,3%), dan beragama Hindu 1 orang (5,6%).

5.2 Keterlibatan Responden Dalam Melakukan Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah perbuatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang berusia 10 sampai 18 tahun dan bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma masyarakat.

Dalam sub bab ini, peneliti akan menyajikan data frekuensi keterlibatan responden dalam melakukan tindak kenakalan remaja dalam tabel-tabel berikut ini.


(21)

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN TERLIBAT PERKELAHIAN

No. Keterlibatan Dalam Perkelahian Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

6 11

1

33,3 61,1 5,6

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Dari tabel 5.5 diketahui bahwa mayoritas responden pernah terlibat dalam perkelahian sebanyak 11 orang (61,1%), kemudian responden yang tidak pernah terlibat perkelahian sebanyak 6 orang (33,3%), dan yang sering melakukan perkelahian 1 orang (5,6%).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap responden, ketika mereka mendapatkan perselisihan dengan teman sepermainannya maka untuk menyelesaikan masalah dengan cara berkelahi.

Sebagian responden mengatakan bahwa “harus berantamlah, kalau gak bisa berantam nanti dibilang bencong pulak”.


(22)

TABEL 5.6

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH MEMBOLOS SEKOLAH

No. Membolos Sekolah Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

5 11

2

27,9 61,1 11

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.6 menyajikan data responden yang pernah membolos sekolah. Mayoritas responden pernah membolos sekolah dengan jumlah 11 orang (61,1%), responden yang tidak pernah membolos sekolah sebanyak 5 orang (27,9%), dan yang sering membolos sekolah 2 orang (11%).

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden, alasan responden membolos sekolah mayoritas dikarenakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dan juga karena guru yang mengajar kurang menarik dan kurang bersahabat.

Responden mengatakan:

“kadang aku malas ke sekolah tuh, gurunya killer dah tuh aku ngantuk di sekolah jadi aku mau cabut dari sekolah.”

Ada juga responden yang beralasan membolos sekolah karena ajakan teman untuk membolos. Dan lebih memilih nongkrong di warnet untuk bermain game online.


(23)

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH DISKORS PIHAK SEKOLAH

No. Diskors Pihak Sekolah Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

16 2 0

89 11 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.7 menyajikan data responden yang pernah di skors oleh pihak sekolah. Mayoritas responden ternyata tidak pernah di skors oleh pihak sekolah dengan jumlah 16 orang (89%), dan yang pernah di skors oleh pihak sekolah sebanyak 2 orang (11%).

Berdasarkan keterangan dari responden yang pernah di skors oleh pihak sekolah, penyebab mereka di skors oleh pihak sekolah karena mereka sering membolos sekolah. Adapun skors yang diterima berupa surat peringatan ataupun Surat Pemanggilan Orangtua (SPO).


(24)

TABEL 5.8

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH TERLIBAT TAWURAN

No. Terlibat Tawuran Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

15 3 0

83.3 16,7 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.8 menyajikan data responden yang pernah terlibat dalam tawuran. Mayoritas responden ternyata tidak pernah terlibat tawuran dengan jumlah 15 orang (83,3%), dan yang pernah terlibat tawuran sebanyak 3 orang (16,7%).

Berdasarkan keterangan dari responden, alasan mereka ikut terlibat tawuran karena mereka ingin membantu temannya yang di ganggu orang lain atau kelompok lain, sehingga terjadilah tawuran antar kelompok remaja. Hal tersebut merupakan bentuk solidaritas negatif yang ditunjukkan oleh para remaja terhadap temannya.


(25)

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH BERMAIN JUDI/ TARUHAN ATAU SEJENISNYA

No. Terlibat Perjudian Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

11 7 0

61,1 38,9 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.9 menyajikan data responden yang pernah bermain judi/ taruhan atau sejenisnya. Mayoritas responden menjawab bahwa tidak pernah bermain judi/ taruhan atau sejenisnya sebanyak 11 orang (61,1%), dan responden yang pernah bermain judi/ taruhan atau sejenisnya sebanyak 7 orang (38,9%).

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden, mereka melakukan judi/taruhan kebanyakan pada saat menonton sepak bola. Ajang seperti ini sering dimanfaatkan untuk bermain judi/taruhan karna peminatnya ramai, dan responden juga mengakui bahwa mereka juga sering mengajak atau bermain judi/taruhan bersama temannya, dari taruhan yang berjumlah kecil sampai yang berjumlah besar

Salah satu responden mengatakan:

“pake taruhanlah biar seru kalo gak ya gak enak, kalo menang kan lumayan juga uangnya.”


(26)

TABEL 5. 10

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH KEBUT-KEBUTAN DI JALAN RAYA

No. Melakukan Kebut-kebutan di Jalan Raya

Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

8 7 3

44,5 38,9 16,7

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.10 menyajikan data responden yang pernah kebut-kebutan di jalan raya. Mayoritas responden menjawab tidak pernah kebut-kebutan di jalan raya sebanyak 8 orang (44,5%), responden yang pernah kebut-kebutan di jalan raya sebanyak 7 orang (38,9%), dan responden yang sering kebut-kebutan di jalan raya sebanyak 3 orang (16,7%).

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden sebagian responden memberikan keterangan kalau mereka melakukan kebut-kebutan di jalan raya pada saat mereka sedang berombongan bersama teman-teman dan tidak jarang mereka juga melakukan balapan liar dengan memasang taruhan.


(27)

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH MEMBACA BUKU PORNO

No. Membaca Buku Porno Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

15 3 0

83.3 16,7 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.11 menyajikan data responden yang pernah membaca buku porno. Mayoritas responden menjawab tidak pernah membaca buku porno sebanyak 15 orang (83,3%) dan responden yang pernah membaca buku porno sebanyak 3 orang (16,7%). Hanya 3 orang responden yang mengak pernah membaca buku porno. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui banyak sumber bacaan porno yang digunakan oleh responden seperti majalah, Koran dan juga browsing internet. Menurut mereka untuk mendapatkan sumber bacaan tersebut sangatlah mudah karena kemajuan teknologi.

Teknologi bisa menjadi hal yang berbahaya jikan menggunakannya dengan tidak bijak. Teknologi tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga memberikan dampak negatif khususnya bagi remaja. Oleh karena itu, orang tua harus waspada dalam memantau perkembangan anaknya karena banyak media-media yang menjerumuskan anak ke dalam perilaku menyimpang seperti koran dan majalah


(28)

yang diperjual belikan secara bebas. Ketika anak remaja mengkonsumsi bacaan-bacaan tersebut tanpa arahan orang tua maka akan merusak perkembangan kepribadian remaja tersebut dan kemungkinan akan menjerumuskan pada perilaku menyimpang seperti terjerumus dalam pergaulan bebas.

TABEL 5.12

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH MENONTON VIDEO PORNO

No. Menonton Video Porno Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

7 11

0

38,9 61,1 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.12 menyajikan data responen yang pernah menonton video porno. Mayoritas responden menjawab pernah menonton video porno sebanyak 11 orang (61,1%), responden yang menjawab tidak pernah menonton video porno sebanyak 7 orang (38,9%). Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden bahwa biasanya mereka menonton video tersebut lewat handphone teman mereka dan tak jarang mereka mengirim video tersebut ke handphone mereka masing-masing. Selain dari handphone mereka biasa menonton video porno di warung internet (warnet) dan alasan mereka menonton film tersebut hanya karena mereka ingin tahu saja.


(29)

tetapi bagi orang dewasa mereka masih dianggap kecil. Oleh karena itu, remaja ingin mendapatkan pengakuan dari orang dewasa dengan meniru perilaku orang dewasa seperti menonton video porno. Kebiasaan membaca ataupun menonton video porno dapat memberikan dampak yang buruk terhadap remaja khususnya perkembangan psikologi mereka karena mereka belum bisa mengendalikan hasrat di dalam dirinya.

TABEL 5.13

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH TERLIBAT SEKS BEBAS

No. Terlibat Seks Bebas Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

17 1 0

94,4 5,6

0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.13 menyajikan data responden yang pernah terlibat seks bebas. Mayoritas responden menjawab tidak pernah terlibat seks bebas sebanyak 17 orang sebanyak 17 orang (94,4%), dan responden yang pernah terlibat seks bebas sebanyak 1 orang (5,6%). Responden yang pernah terlibat seks bebas mengaku melakukan hubungan seks dengan pacarnya di penginapan, dan responden mengaku melakukan hubungan seks karena mau sama mau dengan pacarnya dan karena menonton video


(30)

Hamil di luar nikah merupakan akibat dari remaja yang melakukan seks bebas. Remaja yang labil belum mampu mengontrol diri sehingga mereka melakukan hal yang belum sepantasnya dilakukan anak seumuran mereka.

TABEL 5.14

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH MELAKUKAN PEMALSUAN SURAT PENTING

No. Pemalsuan Surat Penting Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

18 0 0

100 0 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.14 menyajikan data responden yang pernah melakukan surat penting. Semua jawaban responden tidak pernah memalsukan surat penting.


(31)

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH TERLIBAT KASUS PELACURAN

No. Terlibat Kasus Pelacuran Jumlah (Jiwa) Persentase 1. 2. 3. Tidak pernah Pernah Sering 18 0 0 100 0 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.15 menyajikan data responden yang pernah terlibat kasus pelacuran. Semua jawaban responden adalah tidak pernah terlibat kasus pelacuran.

TABEL 5.16

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH MINUM-MINUMAN KERAS

No. Minum-minuman Keras Jumlah (Jiwa) Persentase 1. 2. 3. Tidak pernah Pernah Sering 9 8 1 49.9 44,5 5,6

Total 18 100


(32)

Tabel 5.16 menyajikan data responden yang pernah minum-minuman keras. Mayoritas responden menjawab tidak pernah minum-minuman keras sebanyak 9 orang (49,9%), responden yang menjawab pernah minum-minuman keras sebanyak 8 orang (44,5%), dan responden yang menjawab sering minum-minuman keras sebanyak 1 orang (5,6%).

Berdasarkan keterangan dari responden, mereka minum-minuman keras lebih sering pada saat acara ulang tahun teman mereka. Salah seorang responden mengatakan:

“minum-minuman keras seringnya waktu ada teman yang ulang tahun, rame-ramelah gitu. Paling sering sih ya bir tapi kadang mau dicampur yang lain jugalah.”

TABEL 5.17

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH MENGKONSUMSI NARKOBA

No. Mengkonsumsi Narkoba Jumlah (Jiwa) Persentase 1.

2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

15 3 0

83.3 16,7 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.17 menyajikan data responden yang pernah mengkonsumsi narkoba. Mayoritas responden sebanyak 15 orang (83,3%) menjawab tidak pernah mengkonsumsi narkoba dan sebanyak 3 orang (16,7%). Alasan mereka mau


(33)

ditawarkan oleh teman, tapi lama-kelamaan menjadi ketergantungan.

TABEL 5.18

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH MENCURI

No. Mencuri Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

10 7 1

55,5 38,9 5,6

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.18 menyajikan data responden yang pernah mencuri. Mayoritas responden sebanyak 10 orang (55,5%) menjawab tidak pernah mencuri, responden yang menjawab pernah mencuri sebanyak 7 orang (38,9%), dan yang sering mencuri sebanyak 1 orang (5,6%).

Berdasarkan keterangan responden yang pernah mencuri biasanya mereka mengambil uang orang tua ataupun saudara mereka, bahkan mereka juga ada yang mencuri jemuran milik tetangga kemudian dijual ke loak dan uang hasil penjualan jemuran tersebut digunakan untuk berjudi atau membeli rokok.


(34)

TABEL 5.19

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN YANG PERNAH TERLIBAT DENGAN PETUGAS KEPOLISIAN

No. Terlibat Dengan Petugas Kepolisan

Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3.

Tidak pernah Pernah Sering

16 2 0

89 11 0

Total 18 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2016

Tabel 5.19 menyajikan data responden yang pernah terlibat kasus hukum. Mayoritas responden sebnyak 16 orang (89%) menjawab tidak pernah terlibat kasus hukum, dan yang menjawab pernah terlibat kasus hukum sebanyak 2 orang (11%).

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden alasan kenapa mereka terlibat dengan petugas kepolisian karena mereka tertangkap saat balapan sepeda motor dan juga pada saat tawuran bersama teman-teman sepermainannya.


(35)

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan berupaya mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian. Kemudian penulis akan memberikan beberapa saran yang sifatnya berupa sumbangan pikiran mengenai analisis kenakalan remaja di Kampung Kubur.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dari penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar sudah memiliki aktifitas rutin, baik yang sekolah, kuliah dan ada yang sudah bekerja.

2. Kenakalan remaja yang paling banyak dilakukan oleh remaja Kampung Kubur adalah menonton video porno. Kecanggihan teknologi yang bisa dirasakan oleh semua kalangan termasuk remaja membuat mereka mudah untuk mengakses situs-situs dewasa yang belum pantas untuk mereka lihat. Dengan alasan ingin tahu atau penasaran, remaja dengan mudah untuk menonton video porno. Sedangkan kanakalan remaja yang paling sedikit yang pernah dilakukan oleh responden adalah melakukan seks bebas.

3. Faktor yang mempengaruhi remaja Kampung Kubur dalam melakukan tindak kenakalan remaja adalah faktor sosiologis dan faktor kultur atau kebudayaan. Dimana teman sebaya saling mempengaruhi untuk melakukan


(36)

padat, dan keadaan sosial ekonomi masyarakatnya yang rendah mendukung responden untuk terpengaruh melakukan kenakalan.

6.2 Saran

1. Kepada Pemerintah (Lurah dan Kepala Lingkungan)

Agar membuat kegiatan-kegiatan yang positif yang bermanfaat bagi remaja, dan kegiatan tersebut dapat terus dilakukan secara rutin agar remaja tidak memiliki kesmpatan melakukan kenakalan remaja.

2. Kepada Orangtua

Agar orangtua selalu memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh anaknya, orangtua juga diharapkan mengawasi bagaimana pergaulan anaknya.

3. Kepada Remaja

Remaja diharapkan dapat lebih selektif dalam bergaul dengan lingkungan sekitar agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang dapat membawa mereka kearah yang negatif.


(37)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dsb) (KBBI, 2008: 58).

Analisa berasal dari kata Yunani Kuno “analusis” yang berarti melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata yaitu “ana” yang berarti kembali dan “luein” yang berarti melepas. Sehingga pengertian analisa yaitu suatu usaha dalam mengamati secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.

Menurut Gorys Keraf, analisa adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sedangkan menurut Komarrudin mengatakan bahwa analisis merupakan suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda dari setiap komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam suatu keseluruhan yang terpadu (2013.www. http://pengertiandefinisi.com, diakses pada 26 April 2016 pada pukul 23.44).


(38)

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga awal masa dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Dilihat dari bahasa Inggris “teenager”, remaja yaitu manusia berumur belasan tahun, dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa (www. id.wikipedia.org,diakses pada 22 April 2016 pukul 12.26 WIB).

Menurut WHO dalam Badriah (2011) mengatakan remaja adalah individu yang telah mencapai umur 10-18 tahun. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang mencolok secara fisik dan psikis yang biasa disebut sebagai masa pubertas.

Terjadinya banyak perubahan tersebut sering menimbulkan kebingungan-kebingungan atau kegoncangan-kegoncangan jiwa remaja, sehingga ada orang yang menyebutnya sebagai periode “sturm und drang” atau pubertas. Mereka bingung karena pikiran dan emosinya berjuang untuk menemukan diri sendiri, memahami dan menyeleksi serta melaksanakan nilai-nilai yang ditemui di masyarakatnya, disamping perasaan ingin bebas dari segala ikatan pun muncul dengan kuatnya. Sementara fisiknya sudah cukup besar, sehingga disebut anak tidak mau dan disebut orang dewasa tidak mampu. Tepatlah kiranya kalau ada ahli yang menyebutnya sebagai “masa peralihan” sebagaimana diungkapkan: “a period during which growing

person makes the transition from childhood to adulthood”. (Jersild, dalam Mubin &


(39)

antara usia 11-24 tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umunya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik).

2. Usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwanya seperti tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual, dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologik).

4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal untuk memberi peluang bagi mereka untuk mencapai kedewasaan.

5. Status perkawinan sangat menentukan. Seseorang yang sudah menikah di usia berapa pun akan dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga.

Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

Remaja adalah suatu masa dimana:


(40)

2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2000: 9).

2.2.2 Ciri- ciri Remaja

Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Dilihat dari sudut batas usia sudah tampak bahwa remaja adalah golongan yang labil. Tubuhnya sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Pengalaman mengenai alam dewasa masih belum banyak karena itu sering terlihat pada mereka adanya:

1. Kegelisahan: keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Di pihak lain mereka merasa diri belum mampu melakukan berbagai hal. Mereka ingin tahu segala peristiwa yang terjadi di lingkugan luas, akan tetapi tidak berani mengambil tindakan untuk mencari pengalaman dan pengetahuan langsung dari sumber-sumbernya. Akhirnya mereka hanya dikuasai oleh perasaan gelisah karena keinginan-keinginan yang tidak tersalurkan.

2. Pertentangan: pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Pada umumnya timbul perselisihan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dan orangtua. Selanjutnya pertentangan ini menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari


(41)

oleh keinginan memperoleh rasa aman di rumah. Mereka tidak berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan yang aman diantara keluarganya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri secara mutlak belum disertai kesanggupan untuk berdiri sendiri, tanpa memperoleh lagi bantuan dari keluarga dalam hal keuangan.

3. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinnya. Mereka ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang.

4. Aktifitas kelompok: antara keinginan yang satu dengan keinginan yang lain sering timbul tantangan, kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dengan kumpul-kumpul melakukan kegiatan bersama, mengadakan penjelajahan secara berkelompok. Keinginan berkelompok ini tumbuh sedemikan besarnya dan dapat dikatakan merupakan ciri umum masa remaja (Gunarsa, 2003: 67-71).

Dapat dikatakan bahwa dari sudut kepribadiannya remaja mempunyai ciri tertentu, baik yang bersifat spiritual maupun badaniah. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan fisik yang pesat, sehingga ciri-ciri fisik sebagai laki-laki atau wanita tampak semakin tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh para remaja, sehingga perhatian terhadap jenis kelamin kian semakin meningkat. 2. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan


(42)

Kadang-3. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa, walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang. 4. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomis,

maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dan pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua dan sekolah.

5. Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk mendapatkan identitas diri.

6. Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi sesuai kebutuhan atau keinginannya, yang tidak selalu sama dengan sistem kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa (Soekanto, 1990: 23).

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1992: 207), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan masa sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara singkat sebagai berikut:

1. Masa remaja merupakan periode yang penting: dimana ada dua perkembangan pada masa periode ini yang penting yaitu perkembangan fisik dan perkembangan psikologis.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan: masa ini merupakan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Bila masa remaja beralih ke masa dewasa, maka remaja harus meninggalkan segala yang bersifat kekanak-kanakan dan harus mempelajari pola perilaku yang baru.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan: dimana selama masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sifat juga berlangsung cepat.


(43)

sering muncul disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas: penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting, tetapi lambat laun remaja remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal seperti sebelumnya.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan: anggapan yang buruk terhadap citra diri remaja dianggap sebagai gambaran yang asli sehingga remaja membentuk perilakunya sesuai dengan gambaran tersebut. 7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik: remaja sering memandang

kehidupan melalui kaca mata merah jambu. Ia melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa: para remaja biasanya mulai bertindak, berperilaku dan berpakaian seperti orang dewasa.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja Sejak dalam kandungan hingga lahir, seorang individu tumbuh menjadi anak, remaja, atau dewasa. Hal ini berarti terjadi proses perubahan pada diri setiap individu. Aspek-aspek perubahan yang dialami oleh setiap individu meliputi fisik, kognitif, maupun psikososialnya. Menurut pandangan Gunarsa dan Gunarsa bahwa secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, yakni:


(44)

perubahan-(tinggi badan) ,bakat-minat, kecerdasan, kepribadian, dan sebagainya. Kalau kondisi fisik individu dalam keadaan normal berarti ia berasal dari keturunan yang normal pula yaitu tida memiliki gangguan/ penyakit. Hal ini dapat dipastikan, orang tersebut akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal. Hal ini juga berlaku untuk aspek psikis dan psikososialnya. Perlu diketahui bahwa kondisi fisik, psikis atau mental yang sehat, normal dan baik menjadi predisposisi bagi perkembangan berikutnya. Hal itu menjadi modal bagi individu agar mampu mengembangkan kompetensi kognitif, afektif maupun kepribadian dalam proses penyesuaian diri

(adjustment) di lingkungan hidupnya.

2. Faktor exogen (nurture). Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan di mana seseorang mengadakan relasi/ interaksi dengan individu atau sekelompok individu di dalamnya. Lingkungan sosial ini dapat berupa: keluarga, tetangga, teman, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan sebagainya,. Seorang individu yang hidup dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan (yakni memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas), serta orang tua memberi perhatian, kasih sayang (pola asuh) yang baik, memberi biaya, fasilitas dan kesempatan luas anaknya untuk berkembang secara baik; maka ia akan tumbuh berkembang menjadi individu yang mampu mengaktualisasi potensinya dengan baik pula. Hal ini berbeda dengan mereka yang tidak memperoleh kesempatan-kesempatan tersebut. Mereka yang tidak memperoleh kasih


(45)

lingkungannya. Dengan demikian, rasanya akan sulit untuk mengembangkan potensi kognitif maupun kemampuan yang lain ( Dariyo, 2004: 14-15).

2.3 Kenakalan Remaja

2.3.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile delinquency. Kata

juvenile dan delinquent berasal dari bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak,

anak muda, ciri karakter pada anak muda bersifat khas pada periode remaja. Sedangkan delinquent berarti terabaikan, mengabaikan yang kemudian diperluas artinya menjadi kejahatan sosial, kriminal, pelanggaran aturan, pembuat ribut, pengacau dan lain-lain. Dapat diartikan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/ kenakalan anak-anak muda yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang ( Kartono, 2008: 6).

Dalam pengertian yang lebih luas tentang kenakalan remaja ialah perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anaka remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama.

Paham kenakalan dalam arti luas, meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP (pidana umum) maupun perundang-undangan di luar KUHP (pidana khusus). Dapat pula terjadi perbuatan anak remaja tersebut bersifat anti sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya, akan tetapi tidak tergolong


(46)

samping itu dapat dikatakan kenakalan remaja, jika perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama yang dianutnya, misalnya remaja Muslim enggan berpuasa, padahal sudah tamyis bahkan sudah baligh, remaja Kristen enggan melakukan sembahyang/ kebaktian ( Sudarsono, 1995: 11-12).

2.3.2 Wujud Kenakalan Remaja

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kenakalan remaja yang dimaksud adalah perilaku yang menyimpang atau melanggar hukum. Singgih D. Gunarsa (2003: 19) membagi kenakalan remaja itu menjadi dua kelompok besar, yaitu:

1. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum, yaitu;

a. Membohong, memutar-balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutup kesalahan.

b. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa pengetahuan pihak sekolah.

c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua ataupun menentang keinginan orang tua.

d. Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, dan mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.

e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga mudah terangsang untuk mempergunakannya. Misalnya,pisau, pistol, dan lainnya.

f. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga mudah terjerat dalam perkara yang benar-benar kriminal.


(47)

mudah timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (a-moral dan a-sosial).

h. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak sopan, tidak senonoh seolah-olah menggambarkan kurang perhatian dan pendidikan dari orang dewasa.

i. Secara berkelompok makan di rumah makan tanpa membayar atau naik bis tanpa membeli karcis.

j. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan ekonomi maupun tujuan lainnya.

k. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau menghisap ganja sehingga merusak diri sendiri maupun orang lain.

2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan orang dewasa yaitu:

a. Perjudian dan segala macam bentuk perjudian yang mempergunakan uang.

b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan: pencopetan, perampasan, penjambretan.

c. Penggelapan barang. d. Penipuan dan pemalsuan.

e. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan film porno, serta pemerkosaan.


(48)

g. Tindakan-tindakan anti sosial,perbuatan yang merugikan milik orang lain.

h. Percobaan pembunuhan.

i. Menyebabkan kematian orang, turut tersangkut dalam pembunuhan. j. Pembunuhan.

k. Pengguguran kandungan (Gunarsa, 2003: 20-22).

Jensen mengemukakan pembagian kenakalan remaja menjadi empat jenis (Jensen, dalam Sarwono,2000: 200), antara lain:

1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini.

4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.


(49)

Kenakalan remaja yang merupakan gejala penyimpangan dan patologis secara sosial mempunyai sebab-musabab yang majemuk, dan menggolongkannya menjadi 4 teori, yaitu:

1. Teori Biologis

Tingkah-laku sosiopatik atau delinkuen pada anak remaja dapat muncul karena faktor-faktor fisiologis dan stuktur jasmaniah seseorang, juga dapat oleh cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini berlangsung:

(a) Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui kombinasi gen; dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu yang semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah-laku, dan anak-anak menjadi delinkuen secara potensial.

(b) Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal), sehingga membuahkan tingkah-laku delinkuen.

(c) Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang menimbulkan tingkah-laku delinkuen. Misalnya cacat jasmaniah bawaan

brachyda ctylisme (berjari- jari pendek) dan diabetes insipidius (sejenis

penyakit gula) itu erat berkorelasi dengan sifat-sifat kriminal serta penyakit mental.

2. Teori Psikogenis

Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah-laku delinkuen remaja dari aspek psikologis dan dan isi kejiwaannya. Antara lain faktor intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru,


(50)

Argument sentral dari teori ini ialah sebagai berikut: delinkuen merupakan

“bentuk penyesuaian” atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin

dalam menanggapi stimuli eksternal/ sosial dan pola-pola hidup keluarga yang patologis. Kurang lebih 90% dari jumlah anak-anak delinkuen berasal dari keluarga

berantakan (broken home). Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak

beruntung, jelas membuahkan masalah psikologis personal dan adjustment (penyesuaian diri) yang terganggu pada diri anak-anak; sehingga mereka mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku delinkuen. Ringkasnya, delinkuensi merupakan reaksi terhadap masalah psikis anak remaja itu sendiri.

3. Teori Sosiogenesis

Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah-laku delinkuen pada remaja adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktural sosial, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial, atau oleh internalisasi simbolis yang keliru. Maka faktor-faktor kultural dan sosiologis itu sangat mempengaruhi, bahkan mendominasi struktur lembaga-lembaga sosial dan peranan sosial tiap individu di tengah masyarakat, status individu di tengah kelompoknya partisipasi sosial, dan pendefinisian diri atau konsep dirinya.

Healy dan Broner banyak mendalami sebab-sebab sosiogenis kemunculan delikuensi remaja. Mereka menyatakan, frekuensi delinkuen remaja itu lebih tinggi dari frekuensi kejahatan orang dewasa di kota-kota besar. Karakteristik sosio-kultural yang stereotypis itu selalu saja ada berkaitan dengan kualitas kejahatan tingkat tinggi yang ada pada umumnya dilakukan secara bersama-sama.

Sebab-sebab kenakalan remaja itu tidak hanya terletak pada lingkungan pada lingkungan familial dan tetangga saja, tetapi terutama sekali disebabkan konteks


(51)

buruk dan jahat, ditambah dengan kondisi sekolah yang kurang menarik bagi anak – bahkan adakalanya justru merugikan perkembangan pribadi anak. Karena itu, konsep-kunci untuk dapat memahami sebab-musababnya terjadi kenakalan remaja itu ialah: pergaulan dengan anak-anak muda lainnya yang sudah delinkuen.

Teori Sutherland menyatakan bahwa remaja menjadi delinkuen disebabkan oleh partisipasinya di tengah-tengah suatu lingkungan sosial, ide dan teknik delinkuen tertentu dijadikan sarana yang efisien untuk mengatasi masalah hidupnya. Karena itu, semakin lama anak bergaul dan dan semakin intensif relasinya dengan anak-anak jahat lainnya, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya asosiasi diferensial tersebut. Dan semakin besar kemungkinan remaja menjadi benar-benar kriminal.

4. Teori Subkultur Delinkuensi

“Kultur” atau “kebudayaan” dalam hal ini menyangkut satu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah-laku responsive sendiri yang khas pada anggota-anggota kelompok. Sedang istilah “sub” mengindikasikan bahwa bentuk “budaya” tadi bisa muncul ditengah suatu sistem yang lebih inklusif sifatnya.

Subkultur delinkuen remaja ini mengkait sistem nilai, kepercayaan/keyakinan, ambisi-ambisi tertentu (misalnya ambisi materiil, hidup bersantai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dan lain-lain) yang memotivasi timbulnya kelompok-kelompok remaja berandalan dan kriminal. Sedang perangsangnya bisa berupa: hadiah mendapatkan status sosial “terhormat” di tengah kelompoknya, prestise sosial, relasi sosial yang intim, dan hadiah-hadiah materiil


(52)

Menurut teori subkultur ini, sumber juvenile delinquency ialah: sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja delinkuen tersebut.

Sifat-sifat masyarakat tersebut antara lain adalah: (1) Punya populasi yang padat

(2) Status sosial-ekonomis penghuninya rendah (3) Kondisi fisik perkampungan yang buruk

(4) Banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi

Karena itu sumber utama kemunculan kenakalakan remaja ialah subkultur-subkultur delinkuen dalam konteks yang lebih luas dari kehidupan masyarakat slum (Kartono, 2008: 25-32).

2.4 Kerangka Pemikiran

Masa remaja dikatakan sebagai masa krisis, karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap kehidupan kanak- kanak menuju tahap selanjutnya yaitu tahap remaja. Masa ini dirasakan krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya mulai berkembang. Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan perubahan-perubahan yang sangat signifikan juga terhadap remaja, seperti meningkatnya emosi, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, rasa ingin tahu yang menonjol, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

Pada masa ini remaja sangat rentan untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya melanggar hukum dan norma dalam masyarakat, yang disebut kenakalan remaja. Dapat diartikan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku jahat (dursila), atau


(53)

sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Kenakalan-kenalakan yang dilakukan para remaja disebabkan oleh beberapa faktor, yaknifaktor biologis yang dibawa sejak lahir, faktor psikogenis dimana faktor ini menekankan sebab-sebab tingkah-laku delinkuen remaja dari aspek psikologis dan dan isi kejiwaannya, faktor sosiogenesis dimana penyebab tingkah-laku delinkuen pada remaja adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya, dan faktor subkultur delinkuensi, yang menjadi penyebab kenakalan remaja ialah sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja delinkuen tersebut.


(54)

Bagan Alur Pikir

Faktor- faktor Penyebab Kenakalan Remaja:

• Faktor biologis • Faktor psikogenis • Faktor sosiogenesis • Faktor subkultur

delinkuensi Remaja

Analisis Kenakalan Remaja • Berkelahi

• Membolos sekolah • Di skors oleh

sekolah • Tawuran • Perjudian • Kebut-kebutan • Melihat, membaca,

dan menonton video porno • Seks bebas • Pemalsuan surat

penting • Pelacuran

• Minum-minuman keras

• Penyalahgunaan narkoba

• Mencuri • Terlibat kasus


(55)

2.5.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah bagian penting dari metodologi penelitian, karena apabila konsep penelitian dibangun secara asal-asalan maka akan mengacaukan bagian penting lainnya. Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Konsep adalah proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Cara untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep dalam suatu penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti (Siagian, 2011: 136-138).

Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Remaja adalah individu yang telah mencapai umur 10-18 tahun dan pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang mencolok secara fisik dan pisikis yang biasa disebut sebagai masa pubertas.

2. Kenakalan remaja adalah perbuatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang berusia 10 sampai 18 tahun dan bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma masyarakat.

2.5.2 Defenisi Operasional

Perumusan langkah operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat


(56)

Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah kenakalan yang sering dilakukan oleh remaja, seperti:

1. Perkelahian

2. Membolos sekolah 3. Di skors oleh sekolah 4. Tawuran

5. Perjudian 6. Kebut-kebutan

7. Membaca buku porno 8. Melihat video porno 9. Seks bebas

10. Pemalsuan surat penting 11. Pelacuran

12. Minum-minuman keras 13. Penyalahgunaan narkoba 14. Mencuri


(57)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi / peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa atau tua. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria (Hariyanto, 2010. www.belajarpsikologi.com, diakses pada 29 Februari 2016 pada pukul 00.59 WIB).

Terjadinya banyak perubahan tersebut sering menimbulkan kebingungan-kebingungan atau kegoncangan-kegoncangan jiwa remaja, sehingga ada orang yang menyebutnya sebagai periode “sturm und drang” atau pubertas. Mereka bingung karena pikiran dan emosinya berjuang untuk menemukan diri sendiri, memahami dan menyeleksi serta melaksanakan nilai-nilai yang ditemui di masyarakatnya, disamping perasaan ingin bebas dari segala ikatan pun muncul dengan kuatnya. Sementara fisiknya sudah cukup besar, sehingga disebut anak tidak mau dan disebut orang dewasa tidak mampu. Tepatlah kiranya kalau ada ahli yang menyebutnya sebagai “masa peralihan” sebagaimana diungkapkan: “a period during which growing

person makes the transition from childhood to adulthood” (Jersild, dalam Mubin &

Cahyadi, 2006: 103).

Media sering memuat berita tentang remaja seperti perkelahian, tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, balapan liar, minum-minuman keras,


(58)

memperlihatkan bahwa remaja juga termasuk sebagai pelaku tindakan kriminal seperti merampok, mengedarkan narkoba, memperkosa dan lainnya.

Di tengah masyarakat modern sekarang, saat tidak semua kelompok sosial mendapatkan kesempatan yang sama untuk menapak jalan menuju kekuasaan-kekayaan, anak-anak dari kelas ekonomi terbelakang dan lemah mudah menyerap etik yang kontradiktif dan kriminal, lalu menolak konvensi umum yang berlaku; mereka menggunakan respon kriminal atau delinkuen. Maka tingkah-laku delinkuen anak-anak remaja itu merupakan reaksi terhadap kondisi sosial yang ada. Ada peristiwa pengkondisian dan proses sosialisasi pola tingkah-laku delinkuen. Tambahan lagi, masyarakat sedemikian itu banyak memprodusir tingkah-laku neurotis dan psikotis, yang bisa membuat semakin parahnya perilaku delinkuen. Jadi muncullah kemudian penyimpangan tingkah-laku remaja (Kartono, 2003:35).

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan seringkali terjadi tawuran. Biasanya, tawuran dipicu dari saling ledek antarsiswa atau aksi saling lempar. Tawuran juga tidak hanya terjadi dikalangan pelajar yang tingkat SMA saja, tetapi juga dikalangan SMP bahkan mahasiswa. Data KPAI yang menyebutkan jumlah kekerasan antar siswa meningkat tiap tahunnya. Sepanjang tahun 2013 total telah terjadi 255 kasus kekerasan yang menewaskan 20 orang siswa di seluruh Indonesia. Jumlah ini hampir dua kali lipat lebih banyak dari tahun 2012 yang mencapai 147 kasus dengan jumlah tewas mencapai 17 siswa. Tahun 2014 lalu, Komisi Nasional Perlindungan Anak sudah menerima 2.737 kasus atau 210 kasus setiap bulannya. Komnas PA bahkan memprediksi tahun 2015 angka kekerasan dengan pelaku anak-anak , termasuk tawuran antar siswa akan meningkat sekitar 12-18 persen (Anoraga, 2015. www pada pukul 15.00 WIB).


(59)

hidup serta ingin bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu juga bisa memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Hasil survei BNN di tiap-tiap universitas dan sekolah pada tahun 2011 itu ditaksir bisa lebih besar lagi, mengingat adanya tren peningkatan penggunaan narkoba. Artinya, dari empat juta orang di Indonesia yang menyalahgunakan narkoba, 22 persen diantaranya merupakan anak muda yang masih duduk di bangku sekolah dan universitas. Pada tahun 2011 BNN juga melakukan survei nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Dari penelitian di 16 provinsi di tanah air, ditemukan 2,6 persen siswa SLTP sederajat pernah menggunakan narkoba, dan 4,7 persen siswa SMA terdata pernah memakai barang haram itu. Sementara untuk perguruan tinggi, ada 7,7 persen mahasiswa yang pernah mencoba narkoba (megapolitan.harianterbit.com/ diakses pada 3 Maret 2016 pada pukul 17.18 WIB).

Seluruh provinsi di Indonesia tidak ada yang bersih dari kasus narkoba. Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi terbesar ketiga pengguna narkotika dan zat adiktif lainnya di Indonesia setelah DKI dan DI Yogyakarta. Hasil survei BNN provinsi Sumatera Utara tahun 2013 diketahui diantara 525 siswa yang di test urinenya, 21 diantaranya terindikasi menggunakan narkoba. Hasil survei BNN diperkirakan jumlah penyalahguna mencoba memakai sekitar 807 ribu sampai 938 ribu orang, dimana sekitar 90%-nya adalah kelompok pelajar/mahasiswa. Pada tahun


(60)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44760/5/Chapter%20I.pdf/diakses pada 1 Maret 2016 pada pukul 22.05 WIB).

Masalah pergaulan bebas juga tidak lepas dari masa remaja. Pergaulan bebas yang tidak terkendali secara normatif dan etika-moral antar remaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah. Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa mayoritas remaja melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia sekitar 15-18 tahun. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012 komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KKR), bahwa secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan dengan data hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007. Hasil survei SDKI 2012 KKR menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan hasil SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja. Sehingga selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi terjadi peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah sebanyak 2,3%. Hasil survei BKKBN 2010 menunjukkan kejadian seks pranikah di Medan merupakan peringkat kedua tertinggi di Indonesia. Hasil survei menujukkan kejadian seks pranikah di Surabaya 54%, Medan 52%, JABODETABEK 51%, dan Bandung 47%.

Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus penularan penyakit kelamin seperti infeksi seksual menular seperti trikomoniasis, klamida, sifilis atau gonore dan HIV/ AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia. Berdasarkan Ditjen PP & PL Kemenkes RI, secara kumulatif penderita HIV/ AIDS 1 April 1987 sampai 30 September 2014 jumlah penderita HIV sebanyak 150.296 jiwa dan penderita AIDS sebanyak 5.799 jiwa dimana 9.796 jiwa diantaranya mengalami


(61)

Mei 2014 jumlah kumulatif penderita HIV/ AIDS mencapai 6.151 penderita diakses pada 2 Maret 2016 pada pukul 00.39 WIB).

Kampung kubur merupakan salah satu dari 16 lingkungan di Kelurahan Petisah Tengah. Namun tidak mudah bagi orang yang pertama kali masuk, sangat sulit keluar dari kawasan yang digelari sarang narkoba tersebut. Kampung Kubur dikenal sebagai sarangnya narkoba dan judi di kota Medan. Asal usul nama Kampung Kubur, yang notabene merupakan kawasan pemukiman penduduk terletak di Jalan Zainul Arifin, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan atau lebih dikenal dulunya dengan istilah kawasan Kampung Keling, ternyata sebutan itu timbul karena masyarakat mengkaitkannya dengan adanya lokasi pemakaman (kuburan) yang berada disekitar tersebut.

Menurut penuturan warga, kenakalan remaja yang mendominasi di Kampung Kubur ini adalah penyalahgunaan narkoba. Terbukti bahwa anak berumur 10 tahun positif menggunakan narkoba. "Mereka yang terjaring ini rata-rata kalangan pemuda. Banyak orang luar yang masuk ke sini. Ketika masuk ke Kampung Kubur, saat kami periksa ternyata positif narkoba," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP Sumut, Magdalena Sirait (Cahyadi, 2016.

Kepala Kepolisan Resort Kota Medan, Komisaris Besar


(62)

dari paket yang 10 ribu, sampai yang bergram-gram-an. Sejak kampung ini ada, aparat, karyawan, bahkan anak sekolah sering datang menyempatkan waktu untuk ke Kampung Kubur," kata Mardiaz di hadapan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jendral Budi Waseso yang sengaja datang ke Kampung Kubur

(Array, Agus, 2016.

00.30 WIB).

Di sini (Kampung Kubur) tempat maksiat, ada judi, narkoba, prostitusi. Jadi memang tidak ada yang baik, brandnya kampung ini negatif. Kita dan masyarakat di sini berkomitmen untuk melakukan perubahan. Kampung Kubur harus jadi percontohan untuk kampung lainnya, kampung ini harus bangkit menjadi kampung

makmur dan sejahtera, kata Buwas

pada 17 April 2016 pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam berkenaan untuk mengangkat permasalahan dalam bentuk sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “ Analisis Kenakalan Remaja Di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah”.


(63)

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana kenakalan remaja di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kenakalan remaja di Kampung Kubur Kecamatan Medan Petisah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka:

1. Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa FISIP USU serta menambah wawasan bagi penulis.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut dan sebagai langkah awal untuk penelitian-penelitian berikutnya.


(64)

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan latar belakang penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, bagan kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V: ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang peneliti berikan sehubungan dengan penelitiannya.


(65)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

NAMA : HOTMA ULI PURBA NIM : 120902025

ANALISIS KENAKALAN REMAJA DI KAMPUNG KUBUR KECAMATAN MEDAN PETISAH

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 60 halaman, 2 bagan, 22 tabel serta 13 kepustakaan dan 10 sumber yang berasal dari internet dan lainnya).

Masa remaja merupakan masa transisi yang terjadi pada anak usia 10 sampai 18 tahun. Dalam masa transisi ini banyak terjadi perubahan yang mencolok pada diri remaja dari aspek fisik dan psikis. Pada masa ini remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa atau tua. Dilihat dari sudut batas usia sudah tampak bahwa remaja adalah golongan yang labil. Pada masa ini remaja sangat rentan untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya melanggar hukum dan norma dalam masyarakat yang disebut kenakalan remaja. Dalam pengertian yang lebih luas tentang kenakalan remaja ialah perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Penelitian ini berbentuk deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan di Kampung Kubur dengan sampel 18 remaja Kampung Kubur. Berdasarkan data penelitian yang didapatkan kasus kenakalan remaja di Kampung Kubur cukup tinggi, hal ini didasarkan oleh banyaknya kasus kenakalan remaja yang dilakukan oleh responden. Faktor yang mendominasi kenakalan remaja di Kampung Kubur ini ialah karena pergaulan dengan teman sebaya dan juga lingkungan yang mendukung terjadinya kenakalan remaja.


(66)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

NAME : HOTMA ULI PURBA NIM : 120902025

ANALYSIS OF JUVENILE DELINQUENCYIN KAMPUNG KUBUR DISTRICT OF MEDAN PETISAH

(This thesis is consists of 6 chapters, 60 pages, 2 charts, 22 tables, 13 literature and 10 sources from the internet and others).

Teenagers is a period of transition that occurs in children aged 10 to 18 years. In this transitional period many striking changes in teenagers self from the physical and psychological aspects. At this time actually teenagers do not have an obvious place because not included among kids but not too belonged to an adult or older. Seen from the angle of the age limit already apparent that teenagers are the ones who labile. At this time teenagers are particularly vulnerable to acts that are unlawful and norms in society called juvenile delinquency. In a broader sense the act of juvenile delinquency / crime / offenses committed by teenagers who are against the law,

anti-social, anti-morality, and violate religious norms. The research was a descriptive quantitative held in Kampung Kubur with a sample from 18 teenagers. Based on research data obtained juvenile delinquency in Kampung Kubur high enough, it is based by the number of cases of juvenile delinquency committed by the respondent. Factors that dominates in Kampung Kubur juvenile delinquency is due to association with peers and also the environment that supports the occurrence of juvenile delinquency.

Keywords: Teenagers, Juvenile Delinquency


(67)

MEDAN PETISAH

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara Oleh:

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HOTMA ULI PURBA 120902025


(68)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

NAMA : HOTMA ULI PURBA NIM : 120902025

ANALISIS KENAKALAN REMAJA DI KAMPUNG KUBUR KECAMATAN MEDAN PETISAH

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 60 halaman, 2 bagan, 22 tabel serta 13 kepustakaan dan 10 sumber yang berasal dari internet dan lainnya).

Masa remaja merupakan masa transisi yang terjadi pada anak usia 10 sampai 18 tahun. Dalam masa transisi ini banyak terjadi perubahan yang mencolok pada diri remaja dari aspek fisik dan psikis. Pada masa ini remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa atau tua. Dilihat dari sudut batas usia sudah tampak bahwa remaja adalah golongan yang labil. Pada masa ini remaja sangat rentan untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya melanggar hukum dan norma dalam masyarakat yang disebut kenakalan remaja. Dalam pengertian yang lebih luas tentang kenakalan remaja ialah perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Penelitian ini berbentuk deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan di Kampung Kubur dengan sampel 18 remaja Kampung Kubur. Berdasarkan data penelitian yang didapatkan kasus kenakalan remaja di Kampung Kubur cukup tinggi, hal ini didasarkan oleh banyaknya kasus kenakalan remaja yang dilakukan oleh responden. Faktor yang mendominasi kenakalan remaja di Kampung Kubur ini ialah karena pergaulan dengan teman sebaya dan juga lingkungan yang mendukung terjadinya kenakalan remaja.

Kata Kunci : Remaja, Kenakalan Remaja


(69)

DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

NAME : HOTMA ULI PURBA NIM : 120902025

ANALYSIS OF JUVENILE DELINQUENCYIN KAMPUNG KUBUR DISTRICT OF MEDAN PETISAH

(This thesis is consists of 6 chapters, 60 pages, 2 charts, 22 tables, 13 literature and 10 sources from the internet and others).

Teenagers is a period of transition that occurs in children aged 10 to 18 years. In this transitional period many striking changes in teenagers self from the physical and psychological aspects. At this time actually teenagers do not have an obvious place because not included among kids but not too belonged to an adult or older. Seen from the angle of the age limit already apparent that teenagers are the ones who labile. At this time teenagers are particularly vulnerable to acts that are unlawful and norms in society called juvenile delinquency. In a broader sense the act of juvenile delinquency / crime / offenses committed by teenagers who are against the law,

anti-social, anti-morality, and violate religious norms. The research was a descriptive quantitative held in Kampung Kubur with a sample from 18 teenagers. Based on research data obtained juvenile delinquency in Kampung Kubur high enough, it is based by the number of cases of juvenile delinquency committed by the respondent. Factors that dominates in Kampung Kubur juvenile delinquency is due to association with peers and also the environment that supports the occurrence of juvenile delinquency.


(70)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Kenakalan Remaja Di Kampung Kubur Kecamatan

Medan Petisah”. Penulisan penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Muriyanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP. selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suryadi, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran, dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih pak, sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya. Semoga ilmu pengetahuan yang Bapak berikan dapat menjadi bekal pembelajaran bagi saya ke depannya.


(71)

memberikan pembelajaran kepada penulis selama kuliah di departemen ini, dan pegawai administrasi Fisip USU.

5. Ucapan terimakasih ku untuk kedua orangtuaku, bapak ku H.Purba dan mamak ku tersayang M.Siagian. Terimakasih untuk kasih sayang yang tak pernah habis yang mamak dan bapak berikan, untuk setiap dukungan, nasehat, semangat serta doa-doa mamak dan bapak yang senantiasa mamak dan bapak berikan untuk ku. Untuk pertama kalinya selama 4 tahun kita berjauhan karena aku harus kuliah di luar kota jauh dari kalian, aku tak bisa membalas semua kebaikan kalian mak, pak, tapi semoga dengan kelulusan ku ini dapat membanggakan dan menyenangkan hati mamak dan bapak. Semoga mamak dan bapak sehat selalu.

6. Ucapan terimakasih ku untuk abang ku Gurtambos Purba, S.E, terimakasih sudah jadi abang yang baik, selalu nasehatin aku, nyemangatin untuk ngerjakan skripsi. Sukses buat mu bang bos!!!

Dan juga buat adek-adek ku yang juga selalu semangatin untuk ngerjakan skripsi dan selalu nanya “kak skripsi itu kayak mana??” “kayak mana penelitian kakak di kampung kubur??” makasih ya adekku Tulus.P.Purba baik-baik kuliah ya dek semangat terus biar cepat selesai kuliahnya dan dapat gelar S.H nya. Adekku Pande Raja Purba sicerewet dan selalu buat ketawa semangat tahun depan juga mulai kuliah. Semoga kita ber-4 jadi orang sukses, rendah hati dan menjadi anak-anak yang terberkati.


(72)

7. Untuk keluarga besar ku Siagian dan Purba terimakasih buat dukungannya baik nasehat, moril, dan materi. Buat almarhum opung ku Siagian yang masih sempat melihat aku berangkat ke Medan dan pulang ke Pekanbaru saat libur semester dan memberikan nasehat kepada ku untuk selalu menjaga diri dengan baik di perantauan ini dan baik-baik dalam perkuliahan, walaupun saat itu ada keinginan untuk foto wisuda bersama opung.

8. Teman terbaikku dari awal perkuliahan Ester Sri Ningsih walaupun akhir-akhir ini udah jarang ketemu karena sibuk dengan urusan masing-masing, makasih wak kita sama-sama saling menyemangati dalam penyusunan skripsi kita ini, terimakasih utnuk kebersamaan yang pernah kita lalui dari semester 1. Semoga aku tetap terkenang dihati mu sebagai teman terbaik. Sukses buat kita ya wak.

9. Kepada teman seperjuangan, Nur Atikah Rahmy Harahap kedekatan kita di mulai dari PKL 1 nyari tempat untuk PKL sampai kita kehujanan dengan Ester, lanjut ke PKL 2 kita sama-sama lagi aku, kau dan Ester pulang PKL jalan kaki dari Marendal hahahaha sampai pencarian judul, sempro, penelitian pun kita sama. Buat Ettika Sembiring juga terimakasih atas kebersamaan kita khususnya sewaktu kita mempersiapkan seminar proposal kita dengan Atikah juga. Buat teman ku di awal perkuliahan juga yang udah duluan S.Sos dan udah jarang ngabarin Rina Siahaan teman pertama yang aku temukan saat PMB di FISIP. Sukses buat kita semua, jangan lupa ya sama aku hehehehe.


(73)

satu, terimakasih buat kebersamaan dan dukungan selama proses perkuliahan kita. Sukses buat kita! VIVA KESSOS!!!!!

11. Terimakasih kepada pihak Kampung Kubur Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan yang telah memberikan izin penulis melakukan penelitian terhadap anak remaja di sekitaran Kampung Kubur. 12. Untuk anak-anak remaja yang ada di sekitaran Kampung Kubur yang telah

bersedia menjadi informan dalam memberikan kontribusi dalam pembuatan skripsi ini.

13. Buat bang Yogi alumni STKS yang juga berbaik hati membagi ilmunya dalam awal penyusunan skripsi ini sama dengan Atikah dan Ester juga. Sukses ya buat abang.

14. Teman-teman pertama yang kudapati selama tinggal di Asrama Putri USU, Putri Damanik, Novi Sitohang, Ayu Tarigan, Riski Maysaroh Purba, dan Remita Boman. Terimakasih ya buat pertemanan dan kebersamaan kita selama 4 tahun ini (khususnya sewaktu kita tinggal di asrama), terimakasih kegilakan, tawa, dan drama yang kita rasakan dan kita saling menanyakan sampai dimana perkembangan skripsi kita masing-masing walaupun kadang kita badmood untuk menjawabnya, semangat untuk meraih gelar sarjana kita masing-masing di tahun ini. Sukses buat kita semua ya sayyyyy.


(74)

15. Khusus buat Putri terimakasih sekali sewaktu liburan semester di Februari kemarin udah mau nemanin aku ke perpustakaan nyari referensi, btw skripsi mu kapan put??? Dan juga buat Piolo yang juga nyemangatin dan nanya skripsi udah sampe mana. Teman-teman yang lain juga yang udah nanyain skripsi ku dan nyemangatin.

16. Terimakasih buat abangda Herianto Sihotang, S.Sos sebagai teman dekat dan teman terbaik. Terimakasih untuk dukungan mu dalam penyusunan skripsi ku ini, walaupun aku gak jadi ngajak abang ke Kampung Kubur untuk penelitian skripsi ku padahal abang udah nawarin untuk nemanin. Terimakasih untuk nyemangatin aku ngerjakan skripsi dan nanyain skripsi ku udah sampai mana dan selalu bilang nama ku dengan tambahan calon S.Sos dibelakangnya. Semoga Tuhan memberikan semua yang terbaik dalam hidupmu.

17. Untuk teman ku dari SD Okta dan Riska aku rindu!!!! Walaupun belakangan ini udah jarang komunikasi tapi kita saling mengingatkan??? Terimakasih atas support kalian. Semangat ya untuk selesaikan perkuliahan kalian di Pekanbaru.

18. Terakhir untuk semua pihak yang tidak bisa disebut satu per satu yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan anugerah dan limpahan berkah untuk membalas segala kebaikan yang sudah penulis dapatkan.


(1)

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yangsifatnya membangun, untuk itu diharapkan masukannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial ke depannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.

Medan, Juli 2016

Penulis


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis ... 9

2.2 Remaja... 10

2.2.1 Pengertian Remaja ... 10

2.2.2 Ciri-ciri Remaja ... 12

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja ... 15

2.3 Kenakalan Remaja ... 17

2.3.1 Pengertian Kenakalan Remaja ... 17

2.3.2 Wujud Kenakalan Remaja... 18

2.3.3 Teori-Teori Penyebab Kenakalan Remaja ... 21

2.4 Kerangka Pemikiran ... 24


(3)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ... 29

3.2 Lokasi Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5 Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

4.2 Sejarah Kampung Kubur ... 32

4.3 Luas Wilayah ... 33

4.4 Kependudukan... 33

4.4.1 Penduduk Berdasarkan Agama ... 34

4.4.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 34

4.4.3 Fasilitas, Sarana, dan Prasarana ... 35

4.4.4 Organisasi Sosial dan Budaya ... 36

4.4.5 Struktur Pemerintahan Kampung Kubur ... 36

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Identitas Informan ... 37

5.1.1 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 38

5.1.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

5.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Suku ... 40

5.1.4 Identitas Responden Berdasarkan Agama ... 41

5.2 Keterlibatan Responden Dalam Melakukan Kenakalan Remaja ... 41

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57


(4)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 2.4 Kerangka Pemikiran... 26 2. Bagan 4.4.5 Struktur Pemerintahan Kampung Kubur ... 36


(5)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama... 34

2. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 35

3. Tabel 4.3 Fasilitas Sarana dan Prasarana ... 35

4. Tabel 5.1 Usia Responden... 38

5. Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden ... 39

6. Tabel 5.3 Suku Respoden ... 40

7. Tabel 5.4 Agama Responden ... 41

8. Tabel 5.5 Terlibat Perkelahian ... 42

9. Tabel 5. 6 Membolos Sekolah ... 43

10.Tabel 5. 7 Diskors Pihak Sekolah ... 44

11.Tabel 5. 8 Terlibat Tawuran ... 45

12.Tabel 5. 9 Bermain Judi/Taruhan dan Sejenisnya ... 46

13.Tabel 5.10 Kebut-Kebutan di Jalan Raya ... 47

14.Tabel 5.11 Membaca Buku Porno ... 48

15.Tabel 5.12 Menonton Video Porno ... 49

16.Tabel 5.13 Terlibat Seks Bebas ... 50

17.Tabel 5.14 Pemalsuan Surat Penting ... 51

18.Tabel 5.15 Terlibat Kasus Pelacuran ... 52

19.Tabel 5.16 Minum-Minuman Keras ... 52

20.Tabel 5.17 Mengkonsumsi Narkoba ... 53

21.Tabel 5.18 Mencuri ... 54


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian.

2. Blangko Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi yang telah di ACC. 3. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian.

4. Lembaran Proposal/ Penelitian Skripsi yang telah di ACC. 5. Surat Izin Penelitian dari Wakil Dekan I FISIP USU.