Kondisi Keberfungsian Keluarga Dari Remaja Nakal Di Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Bekalang Masalah
Di era globalisasi ini ketahanan keluarga sulit untuk dipertahankan, begitu
banyak terlihat gejala perpecahan dan gejolak keluarga seperti perceraian, pertengkaran
suami istri, kenakalan remaja seperti mencuri, berjudi, melanggar aturan sekolah dan
masyarakat, meminum minuman keras dan penggunaan obat-obat terlarang hingga yang
paling marak dikalangan remaja putri yaitu hamil diluar nikah.
Keluarga merupakan model utama bagi seorang anak. Anak akan cenderung
meniru segala hal yang berada disekitarnya termasuk apa yang keluarga contohkan
kepada anak, karena itu keluarga harus memberikan pendidikan dan pola asuh yang
benar terhadap anak. Memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangan nya
dan berupaya memfasilitasi kebutuhan anak demi tumbuh kembang anak secara optimal.
Jika perlakuan keluarga atau orang tua tepat kepada seorang anak, memberikan kasih
sayang dan perhatian secara adil dan seimbang maka tumbuh kembang anak akan
bekembang secara baik tanpa ada masalah-masalah yang mengancam kehidupannya.
Namun jika pendidikan dan pola asuh orang tua atau keluarga salah terhadap
anak, maka hal itu akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Perlakuan orang
tua yang sesuai akan menghindarkan anak pengaruh negatif yang berasal dari luar, anak
akan merasa nyaman berada dirumah daripada berada diluar jauh dari keluarga. Karena
itu peluang anak terpengaruh oleh faktor negatif lingkungan akan sedikit.

Keluarga yang mampu mengembangkan kehidupannya dengan selalu memegang
prinsip-prinsip nilai yang kuat, dan senantiasa menjaga komunikasi antar anggota

Universitas Sumatera Utara

keluarga dan sabar dalam menghadapi setiap masalah serta mampu meminimalisir
pengaruh negatif yang dapat menyebabkan kekacauan dalam keluarga maka keluarga
tersebut mempunyai ketahanan keluarga yang kuat.
Kehidupan keluarga dizaman kemajuan industri dan teknologi mengalami
berbagai macam cobaan.Cobaan bukan hanya faktor ekonomi tetapi lebih banyak pada
faktor sosial psokologis. Pada keluarga yang berorientasi ekonomi, sering urusan anak
diabaikan atau diserahkan kepada pembantu hal ini akan berdampak negatif terhadap
perkembangan fisik dan psikologis anak.
Kehidupan keluarga dengan beberapa anak dan remaja sering mengalami
masalah hal ini berawal dari ketidak pahaman orang tua tentang perilaku para remaja
keebiasaan orang tua memaksakan prinsipnya terhadap anak, kemungkinan akan
mengalami kekecewaan karena konsep orang tua tentang sesuatu yang diduganya benar
belum tentu dapat dipahami oleh anak bahkan bereaksi melawan arus. Sikap otoriter
tidak dapat mendukung perkembangan anak dan remaja, sikap tersebut terlihat pada
komunikasi


yang

tidak

menghargai

tidak

ramah

dan

tidak

empati.

(http://mylifeiscounselor.blogspot.co.id/2015/03/bk-keluarga-dan-masyarakatketahanan.html diakses pada tanggal 22 desember pukul 11.00 WIB).
Banyak sekali penyebab potensial untuk dapat menimbulkan keretakan keluarga
(broken home) yang dapat berakibat patal bagi terjadinya pertengkaran suami istri.Faktor

yang paling utama adalah perceraian orang tua.Kasus perceraian di masyarakat memang
cenderung terus meningkat, dengan demikian akan semakin banyak anak yang
mengalami perubahan hidup akibat dari perceraian orang tua. Kebanyakan anak akan
menghabiskan waktu di luar lingkungan rumah, mereka akan cenderung menghabiskan
waktunya bermain dengan teman dan berada di jalanan.

Universitas Sumatera Utara

Anak yang tumbuh dalam keluarga yang rapuh akan mengalami tekanan batin
dan mencari pelarian yang cenderung menuju kepada hal-hal yang negatif, misalnya
anak mulai belajar meminum minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang
(narkotika), mengikuti pergaulan bebas, serta ada pula yang melampiaskan amarahnya
dengan bertindak arogansi (kasar) di jalanan, di sekolah ataupun dilingkungan tempat
tinggal sebagai bentuk luapan amarahnya terhadap perceraian yang terjadi pada orang
tuanya.
Permasalahan dalamn disorganisasi keluarga merupakan kontrol sosial terhadap
anggota-anggota keluarga, terutama pada anak-anaknya.Mereka mencari identitas dan
kepuasan sendiri di luar lingkungan keluarga.Kemungkinan terjadinya perilaku
menyimpang sangatlah besar, seperti terjadinya kenakalan remaja, pergaulan bebas, dan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Kasus perceraian rumah tangga semakin meningkat di Indonesia. Data Direktoral
Jendral Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen Badilag MA). Pada tahun
2012 ada sebanyak 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian di Pengadilan
Agama se-Indonesia. Dari angka perceraian tersebut dapat diketahui bahwa masih
banyak keluarga yang dengan mudah melakukan keputusan untuk bercerai tanpa
memikirkan dampak yang akan terjadi. Data tersebut juga menunjukkan bahwa
permasalahan di dalam keluarga tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh pasangan
suami istri, sehingga mereka memutuskan untuk bercerai.Sedangkan tahun 2014, angka
perceraian sudah mencapai 354.000 kasus perceraian. Angka ini sudah melewati angka
10% dari peristiwa pernikahan setiap tahunnya dan 80% kasus perceraian yang ada,
sebahagian besar merupakan kasus perceraian pasangan muda yang baru berumah
tangga selama 2 sampai 5 tahun

Universitas Sumatera Utara

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/59844/5/Chapter%20I.pdf diakses pada
tanggal 22 desember pukul 20.00 WIB).
“United Nations Congress on the Preventation of Crime and the Treatment of
Offenders” yang bertemu di London pada 1960 menyatakan adanya kenaikan jumlah
juvenile delinquency (kejahatan anak remaja) dalam kualitas kejahatan, dan peningkatan

dalam kegarangan serta kebengisannya yang lebih banyak dilakukan dalam aksi-aksi
kelompok daripada tindak kejahatan individual (Minddeendorff dalam Kartono, 2008:
3).
Fakta kemudian menunjukkan bahwa semua tipe kejahatan remaja itu semakin
bertambah jumlahnya dengan semakin lajunya perkembangan industrialisasi dan
urbanisasi. Dikota-kota industri dan kota besar yang cepat berkembang secara fisik,
terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih banyak daripada dalam masyarakat “primitif”
atau di desa-desa. Dan di negara-negara kelas ekonomi makmur, derajat kejahatan ini
berkorelasi akrab dengan proses industrialisasi. Karena itu Amerika sebagai Negara
paling maju secara ekonomis di antara bangsa-bangsa di dunia, mempunyai jumlah
kejahatan anak remaja paling banyak; jadi derajat kriminalitas anak remaja paling tinggi.
Gangguan masa remaja dan anak-anak, yang disebut sebagai childhood disorders
dan menimbulkan penderitaan emosional minor serta gangguan kejiwaan lain pada
perilakunya, dikemudian hari bisa berkembang jadi bentuk kejahatan remaja (juvenile
delinquency). Kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak muda remaja pada intinya
merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang
ada didalamnya.Kejahatan anak remaja ini disebut sebagai salah-satu penyakit
masyarakat atau penyakit sosial(Kartono, 2008: 3-4).

Universitas Sumatera Utara


Tingkat kejahatan yang dilakukan oleh remaja atau kerap disebut kenakalan
remaja jumlahnya semakin meningkat.Berbagai kenakalan remaja seperti pencurian,
kasus narkoba serta kasus seksual lainnya yang terjadi di Kota Pekanbaru terus
meningkat dari tahun ke tahun dan untuk mengantisipasinya peran orang tua dinilai
sangat penting. Hal tersebut disampaikan Kapolresta Pekanbaru melalui Wakapolresta
AKBP Sugeng Putut Wicaksono kepada Riau Pos. dikatakannya peran orang tua seperti
mengawasi lingkungan pergaulan anak-anak mereka, khususnya para remaja yang masih
usia sekolah harus dilakukan. Ia juga mengatakan, tidak seluruhnya tanggung jawab
mengatasi kenkalan remaja ini diserahkan kepada polisi.
Peran orangtua sangat kami harapkan dalam mengawasi anaknya agar masa
depan remaja kita tidak terpengaruh oleh narkoba, apalagi pergaulan bebas dan
pencurian. Beberapa kasus kenakalan remaja yang kami tangani seperti geng motor ratarata mereka mengaku kurang mendapat perhatian dari keluarga tegasnya.Mantan
Kapolres Siak ini juga mengaku bahwa kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur
tergolong besar.Untuk meminimalisir kasus tersebut, ia mewajibkan orangtua
melakukan pembinaan terhadap anak dari pengaruh negatif. Oleh karena itu, ia berharap
orang tua lebih berperan aktif, dengan sungguh-sungguh mengawasi dan memperhatikan
pergaulan si anak selama berada diluar rumah (http://riaupos.co/60238-berita-kasuskenakalan-remaja-meningkat diakses tanggal 30 Oktober 2016 pukul 21.00 WIB).
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan seringkali
terjadi tawuran.Biasanya, tawuran dipicu dari saling ledek antarsiswa atau aksi saling

lempar.Tawuran juga tidak hanya terjadi dikalangan pelajar yang tingkat SMA saja,
tetapi juga dikalangan SMP bahkan mahasiswa.Data KPAI yang menyebutkan jumlah
kekerasan antar siswa meningkat tiap tahunnya.

Universitas Sumatera Utara

Sepanjang tahun 2013 total telah terjadi 255 kasus kekerasan yang menewaskan
20 orang siswa di seluruh Indonesia. Jumlah ini hampir dua kali lipat lebih banyak dari
tahun 2012 yang mencapai 147 kasus dengan jumlah tewas mencapai 17 siswa. Tahun
2014 lalu, Komisi Nasional Perlindungan Anak sudah menerima 2.737 kasus atau 210
kasus setiap bulannya.Komnas PA bahkan memprediksi tahun 2015 angka kekerasan
dengan pelaku anak-anak, termasuk tawuran antar siswa meningkat 12-18 persen
(www.http://indonesianreview.com, diakses pada 5 November 2016 pada pukul 15.00
WIB).
Pada masa remaja, keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya
hidup serta ingin bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu
wajar-wajar saja, tetapi hal itu juga bisa memudahkan remaja untuk terdorong
menyalahgunakan narkoba.Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan sebanyak 22
persen pengguna narkoba di Indonesia adalah dari kalangan pelajar dan mahasiswa.Hasil
survei BNN di tiap-tiap universitas dan sekolah pada tahun 2011 itu ditaksir bisa lebih

besar lagi, mengingat adanya tren peningkatan penggunaan narkoba.
Artinya, dari empat juta orang di Indonesia yang menyalahgunakan narkoba, 22
persen diantaranya merupakan anak muda yang masih duduk di bangku sekolah dan
universitas. Pada tahun 2011 BNN juga melakukan survey nasional perkembangan
penyalahgunaan dan peredarangelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa.
Dari penelitian di 16 provinsi di tanah air, ditemukan 2,6 persen siswa SLTP sederajat
pernah menggunakan narkoba, dan 4,7 persen siswa SMA terdata pernah memakai
barang haram itu. Sementara untuk perguruan tinggi, ada 7,7 persen mahasiswa yang
pernah mencoba narkoba (megapolitan.harianterbit.com/ diakses pada 6 November
2016 pada pukul 19.00 WIB).

Universitas Sumatera Utara

Masalah pergaulan bebas juga tidak lepas dari masa remaja. Pergaulan bebas
yang tidak terkendali secara normatif dan etika-moral antar remaja yang berlainan jenis,
akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah. Penelitian-penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa mayoritas remaja melakukan hubungan seksual pertama kali pada
usia sekitar 15-18 tahun. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012
komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KKR), bahwa secara nasional
terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah

dibandingkan dengan data hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) 2007.
Hasil survei SDKI 2012 KKR menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau sekitar 3,7
juta remaja menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan hasil
SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja. Sehingga selama periode tahun
2007 sampai 2012 terjadi terjadi peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan
hubungan seksual pranikah sebanyak 2,3%. Hasil survei BKKBN 2010 menunjukkan
kejadian seks pranikah di Medan merupakan peringkat

kedua tertinggi di

Indonesia.Hasil survei menujukkan kejadian seks pranikah di Surabaya 54%, Medan
52%, JABODETABEK 51%, dan Bandung 47%.Perilaku seks bebas di kalangan remaja
berdampak pada kasus penularan penyakit kelamin seperti infeksi seksual menular
seperti trikomoniasis, klamida, sifilis atau gonore dan HIV/ AIDS yang cenderung
berkembang di Indonesia.
Berdasarkan Ditjen PP & PL Kemenkes RI, secara kumulatif penderita HIV/
AIDS 1 April 1987 sampai 30 September 2014 jumlah penderita HIV sebanyak 150.296
jiwa dan penderita AIDS


sebanyak 5.799 jiwa dimana 9.796 jiwa diantaranya

mengalamikematian

Universitas Sumatera Utara

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/2f123456789/2f49566/2f5/2fChapter/220I.pdf/
diakses pada 11 November 2016 pada pukul 00.30 WIB).
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga
30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks bebas. Celakanya perilaku seks
tersebut berujung hingga menginjak perkawinan. Aborsi adalah dampak yang paling
berbahaya dari seks bebas, yang dari tahun ke tahun terus meningkat dilakukan oleh
remaja di Indonesia sebanyak 62,7% remaja SMP tidak perawan dan 21,2% remaja
mengaku pernah aborsi. Perilaku seks bebas juga menjadikan tingkat kenakalan remaja
saat ini memungkinkan karna longgarnya peran orang tua terhadap pengawasan anak
mereka (http//:yakawulamuda2016.wordpress.com diakses 01 November 2016 pukul
19.00).
Dalam hukum pidana pasal 45 KUHP dinyatakan jika seseorang yang belum
dewasa dituntut karna perbuatannya yang dikerjakannya ketika umur belum 16 tahun.
Namun, dengan keluarnya UU NO.3/1997 pasal diatas tidak


berfungsi lagi maka

berdasarkan pasal 1 ayat (1) dinyatakan anak adalah orang yang dalam perkara anak
nakal telah mencapai umur 8 tahun tapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum
pernah kawin. Sedangkan anak nakal menurut pasal 1 ayat (2) yaitu anak yang
melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan tindakan melarang bagi anak, baik
menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang
hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Pasal 4 ayat (2) dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1): 8-18 tahun dan diajukan ke sidang pengadilan
setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut tapi belum mencapai
umur 21 tahun tetap diajukan ke siding anak. Pasal 5 ayat (1) dalam hal anak belum

Universitas Sumatera Utara

mencapai umur 8 tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana tersebut dapat
dilakukan pemeriksaan oleh penyidik, ayat (2) jika masih bias dibina oleh orang tua atau
wali penyidik menyerahkan pada mereka, ayat (3) apabila penyidik berpendapat anak
tersebut tidak bisa dibina oleh orang tua atau wali maka anak tersebut diserahkan kepada
Departemen Sosial.
Undang-undang yang mengatur masalah kenakalan remaja Pasal 26 ayat (1)
Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak dan yang pokok masalah
menyebutkan bahwa penyidikan terhadap perkara anak dilakukan oleh penyidik yang
ditetapkan

berdasarkan

Surat

Keputusan

Kepala

Kepolisian

RI

(https://agssetia.wordpress.com/2012/12/05/kenakalan-remaja diakses pada tanggal 01
November 2016 pukul 21.00 WIB).
Sejalan dengan sedikit uraian tentang kenakalan remaja, remaja sebenarnya
butuh seorang pendamping dalam mengatasi masalahnya sehingga tidak sampai terjadi
kenakalan remaja dan orang yang paling berperan sebagai pendamping mereka adalah
orang tua.Karena itu, sangat penting dalam mengarahkan remaja menjauhi perilaku yang
dekat dengan kenakalan yang bisa ditimbulkan seorang remaja.Seiring dengan
perkembangan zaman, pendidikan moral dalam keluarga mulai luntur.
Arus globalisasi menyerang disegala aspek kehidupan bermasyarakat, tidak
hanya masyarakat kota tetapi juga masyarakat pedesaan. Maka muncul lah kenakalan–
kenakalan remaja, untuk itu peran keluarga sangat besar sebagai penentunya terbentuk
moral remaja yang dilahirkan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kondisi Keberfungsian keluarga dari
remaja nakal di Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang diuraikan sebelumnya,
adapun perumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini yaitu : “ Bagaimana
Kondisi Keberfungsian Keluarga dari Remaja Nakaldi Kelurahan Sei Kera Hilir I
Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi keberfungsian
keluarga dari remaja nakal di Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan
Kota Medan

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan kajian dan
refrensi bagi kalangan mahasiswa dan akademis Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan kenakalan remaja khususnya
karena kurangnya keberfungsian keluarga.
2. Memberikan kontribusi dan masukan dalam mengatasi kasus kenakalan
remaja. Serta menghasilkan beberapa solusi yang nantinya dapat dijadikan
bahan pembelajaran sekaligus bahan evaluasi khusunya bagi orang tua.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini adalah :
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang uraian teoritis konsep dan teori yang berkaitan
dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi
konsep.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang lokasi dimana penulis
akan melakukan penelitian, tehnik pengumpulan data serta tehnik
analisis data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan
dan data-data lainnya yang berhubungan dengan objek yang akan
diteliti.

BAB V

: ANALISIS DATA
Berdasarkan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta
analisa lainnya.

BAB VI

: PENUTUP

Universitas Sumatera Utara