Kondisi Keberfungsian Keluarga Dari Remaja Nakal Di Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keberfungsian Keluarga
2.1.1 Pengetian Keluarga
Keluarga adalah merupakan kelompok primer

yang terpenting dalam

masyarakat.Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang
pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan
bagian dari masyarakattotal yang lahir dan berada di dalamnya, yang secara berangsurangsur akan melepaskan cirri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka ke arah
pendewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi–
organisasi lainnya, dan mempunyai arti yang lebih mendalam daripada organisasiorganisasi lainnya, yang hanya sebagai suatu proses (Khairuddin, 1997: 4).
Keluarga

adalah

kelompok

orang


yang

ada

hubungan

darah

atau

perkawinan.Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ibu, bapak, dan anakanaknya.Ini disebut keluarga batih (nuclear family). Keluarga yang diperluas (extended
family) mencakup semua orang dari suatu keturunan dari kakek dan nenek yang sama,
termasuk keturunan suami dan isteri. Keluarga mempunyai fungsi untuk berkembang
biak, mensosialisasi, mendidik anak, dan menolong serta melindungi yang lemah,
khususnya orang tua yang telah lanjut usia (Setiono, 2011: 24).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Ciri-ciri Keluarga

a. Ciri-ciri Umum
Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac Iver and
Page (dalam Khairuddin, 1997: 6).
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu system tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok
yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah tau rumah tangga yang walau
bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.
Burgess and Locke juga mengemukakan terdapatnya 4 karakteristik keluarga yang
terdapat pada semua keluarga dan juga untuk membedakan keluarga dari kelompokkelompok sosial lainnya.
1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang distukan oleh ikatan-ikatan
perkawinan, darah, atau adopsi. Petalian antara suami dan istri adalah
perkawinan; dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah, dan
kadangkala adopsi.
2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap

dan merupakan susunan satu rumah tangga; atau jika mereka bertempat tinggal,
rumah tersebut menjadi rumah mereka.

Universitas Sumatera Utara

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan
isteri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan.
Peranan-peranan tersebut di batasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing
keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentiment-sentimen, yang sebagian
merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional, yang menghasilkan pengalaman.
4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh pada
hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang
kompleks masing-masing keluarga mempunyai cirri-ciri ysng berlainan dengan
keluarga lainnya.
b. Ciri-ciri Khusus
Disamping memiliki ciri-ciri umum sebagain suatu organisasi lazimnya, keluarga
juga memiliki cirri-ciri khusus sebagai berikut :
1. Kebersamaan : keluarga merupakan bentuk yang hampir universal diantara
bentuk-bentuk organisasi sosial lainnya. Dia dapat ditemui dalam semua

masyarakat, pada semua tingkat perkembangan sosial dan terdapat pada
tingkatan manusia yang paling rendah sekalipun di antara beribu-ribu species
makhluk manusia.
2. Dasar-dasar emosional : hal ini di dasarkan pada suatu kompleks dorongandorongan yang sangat mendalam dari sifat organis kita, seperti pekawinan,
menjadi ayah, kesetiaan akan maternal dan perhatian orang tua.
3. Pengaruh perkembangan : hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang
paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi termasuk manusia,

Universitas Sumatera Utara

dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kesadran hidup yang mana
merupakan sumbernya.
4. Ukuran yang terbatas : keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya,
yang di batasi oleh kondisi-konsisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa
kehilangan identitasnya .
5. Posisi inti dalam struktur sosial : keluarga merupakan keluarga inti dari
organisasi sosial lainnya. Kerap didalam masyarakat yang masih sederhana,
maupun dalam masyarakat yang lebih maju, yang mempunyai tipe masyarakat
patrikial.
6. Tanggung jawab para anggota : keluarga memiliki tuntutan-tuntutan yang lebih

besar dan kontinyu daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya.
Kehidupan keluarga juga mengakar secara mendalam pada dorongan-dorongan
pokok seperti yang diartikan dalam hal ini. Dorongan-dorongan ini mengarahkan
laki-laki kedalam tanggung jawab yang semakin besar terhadap keluarga dan
emnopang mereka dalam memenuhi tugas-tugas yang tidak dapat mereka
perhitungkan.
7. Aturan kemasyarakatan : hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang
tabu didalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang kaku yang menentukan
kondisi-kondisinya. Pada masyarakat modern keluarga merupakan salah satu
asosiasi yang dengan persetujuan kelompok dapat dengan bebas masuk tetapi
tidak bebas untuk meninggalkan ataupun membubarkannya, walaupun denga
persetujuan bersama
8. Sifat kekekalan dan kesementaraannya : sebagai suatu institusi keluarga
merupakan susunan yang demikian permanen dan universal,dan sebagai asosiasi

Universitas Sumatera Utara

merupakan organisasi yang paling bersifat sementara dan yang paling mudah
berubah dari seluruh organisasi-organisasi penting lainnya dalam masyarakat
(Khairuddin, 1997: 6-10).

2.1.3 Fungsi Keluarga
1. Fungsi-fungsi Pokok Keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit
diubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi
sosial relative lebih mudah berubah dan mengalami perubahan. Fungsi-fungsi pokok
tersebut antara lain :
a. Fungsi Biologik
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua adalah
melahirkan anak.Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.Namun
fungsi ini pun juga mengalami perubahan, Karen akeluarga sekarang cenderung kepada
jumlah anak yang sedikit. Kecenderungan kepada jumlah anak yang sedikit ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a) Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota.
b) Makin sulitnya fasilitas perumahan.
c) Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses
material keluarga.
d) Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya kemesraan
keluarga.
e) Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fertilitanya.
f) Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak.

g) Makin banyaknya ibu-ibu bekerja diluar rumah.

Universitas Sumatera Utara

h) Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.

b. Fungsi Afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan
afeksi.Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi
dasar perkawinan.Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan,
persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai.Dasar
cinta kasih dalam hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan
pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler, dan asing, pribadi
sangat membutuhkan hubunganafeksi seprti yang terdapat dalam keluarga, suasana
afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial yang lain.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjukkan peranan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak.Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola
tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka
perkembangan kepribadiaannya.Sedangkan Mac Iver and Page mengatakan ‘the primary

fuctions’ dari keluarga modern ad lah sebagai berikut :
1. Prokreasi dan perhatian serta membesarkan anak.
2. Kepuasan yang lebih stabil dan kebutuhan seks masing-masing pasangan.
3. Bagian dari rumah tangga, dengan gabungan materialnya, kebudayaan dan kasih
saying (Khairuddin, 1997: 48-49).
Fungsi keluarga menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN)

Universitas Sumatera Utara

Menurut BKKBN bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi delapan. Fungsi
keluarga yangdikemukakan oleh BKKBN ini senada dengan fungsi keluarga menurut
PeraturanPemerintah Nomor 21 Tahun 1994, yaitu:
a. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak

untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan

anak bila kelak dewasa.
b. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah

bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang
baik.
c. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak
dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa
terlindung dan merasa aman.
d. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga
saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
e. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan
beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa
ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain
setelah di dunia ini.
f. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang

Universitas Sumatera Utara


lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur
penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhankebutuhan keluarga.
g. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu
pergi ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah
dengan

cara

nonton

TV

bersama,

bercerita

tentang

pengalaman


masingmasing, dsb.
h. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk
meneruskanketurunan sebagai generasi penerus. (bkkbn.go.id).

2.2 Keberfungsian Sosial
Keberfungsian Sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang dalam melaksanakan fungsi sosialnya atau kapasitas seseorang dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan status sosialnya. Dengan kata lain
keberfungsian sosial adalah kemampuan untuk melaksanakan peran sosial seperti yang
diamanahkan oleh nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Peranan merupakan
seperangkat harapan tentang tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seseorang,
kelompok, atau masyarakat pada status tertentu.Sebagai contoh, seorang ayah dapat
dikatakan melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik, jika ia mampu memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya, mampu menjadi pendidik, pelindung, dan pembimbing
segenap anggota keluarganya. Sebaliknya jika seorang ayah yang karena suatu sebab
tidak mampu menjalankan peranannya, ia dikatakan tidak berfungsi sosial atau

Universitas Sumatera Utara

mengalami disfungsi social (https://id.m.wikipedia.org/wiki/keberfungsiansosial diakses
23 Desember 2016 pukul 22.00 WIB).

2.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketidakberfungsian Keluarga
a. Komunikasi yang Tidak Efektif
Komunikasi di sini tidak semata-mata percakapan dengan bahasa biasa
antara anggota keluarga. Apabila kedua orang tua di dalam rumah terlalu sering
bertengkar di hadapan anak secara langsung, anak akan menumpuk rasa marah
karena merasa tidak nyaman dengan suara-suara yang keras itu. Anak akan
beranggapan bahwa dalam kehidupan sehari-hari berbicara dengan suara keras
adalah hal biasa. Bahkan mungkin termasuk kata-kata yang sering digunakan
merupakan kata-kata yang kasar dan terkesan tidak sopan bagi masyarakat pada
umumnya. Nantinya ketika rasa marah ini memuncak, anak akan berusaha
mencari berbagai cara yang dianggapnya dapat melampiaskan amarahnya. Anak
akan berada pada posisi tidak mampu lagi membedakan mana yang baik dan
buruk serta mana yang benar dan salah.Nilai-nilai hidup bermasyarakat yang
seharusnya dimiliki pun perlahan luntur karena tuntutan ego nya untuk
melampiaskan

amarah(http://hestungkara.blogspot.co.id/2011/07/keluarga-

disfungsi-dan-dampaknya.html diakses tanggal 20 Desember 2016 pukul 16.00
WIB).

b. Perselingkuhan
Berdasarkan kenyataan yang ada pada saat ini menyatakan bahwa
sebagian besar para wanita yang berstatus sebagai wanita karier ini memiliki

Universitas Sumatera Utara

kemungkinan besar untuk melakukan perselingkuhan di tempat kerja, hal ini
disebabkan banyaknya waktu yang lebih banyak digunakan di tempat kerja,
sedangkan rumah hanya dianggap sebagai tempat singgah atau istirahat saja.Hal
ini

menyebabkan

makin

menurunnya

komunikasi

antar

anggota

keluarga.Menurunnya komunikasi antar anggotakeluarga inilah yang dinilai
sebagai salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan atau
pergeseran peran keluarga yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga
inti (nuclear family), yakni suamiistri beserta anak-anaknya.

c. Perceraian
Perceraian merupakan kecemasan yang paling menyakitkan bagi setiap
anggota keluarga yang mengalaminya. Perceraian berkembang dengan sangat
pesat, semakin umum orang menerimanya dan tidak lagi dianggap sebagai tabuh
atau aib, karena semakin banyak orang tua, saudara atau kerabat, sahabat dan
orang lain yang bercerai. Perceraian sulit untuk diatasi karena berhubungan
dengan kesadaran moral orang mengenai kesesuaian masing-masing pasangan,
kebebasan untuk menentukan sikap, dan mengambil keputusan, walaupun secara
keagamaan dianggap tidak mungkin, namun manusia punya kehendak bebas
untuk merealisasikan keputusannya untuk bercerai.

d. Anak tidak diberikan pendidikan agama
Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama
atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan
pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau

Universitas Sumatera Utara

mengikuti.Bagi anak yang tidak dapat/mengikuti pendidikan agama akan
cenderung untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak
patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar
jika ada faktor yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja dan jenis
kenakalan lainnya
(https://hilmadahlia.blogspot.co.id/2016/11/fenomena-keluarga-modern.html
diakses tanggal 20 Desember pukul 17.00 WIB).

2.4 Kenakalan Remaja
2.4.1 Pengertian Remaja
Remaja (adolescence) adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan
psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13 - 21
tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan
melalui masa krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for selfidentity) (Dariyo, 2004: 13-14 ).

2.4.2 Ciri-ciri Remaja
Dari sudut kepribadiannya maka para remaja mempunyai cirri-ciri tertentu, baik
bersifat spiritual maupun badaniah. Contoh cirri-ciri itu adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan fisik yang pesat, sehingga cirri-ciri fisik sebagai laki-laki atau
wanita tampak semakin tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh para
remaja, sehingga perhatian terhadap jenis kelamin lain semakin meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Oleh remaja perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai salah satu
kebanggaan.
b. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan
yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya. Kadangkadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyarakat
menganggap remaja sudah dewasa.
c. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa,
walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang.
d. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri baik secara sosial, ekonomis
maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang
terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.
e. Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk
mendapatkan identitas diri.
f. Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan sistem kaidah dan
nilai yang dianut oleh orang dewasa (Soekanto, 2004: 51-52).

2.4.3 Pengertian Kenakalan Remaja
Juvenile delinquency atau kenakalan remaja ialah perilaku jahat, atau kejahatan
dan kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada
anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial , sehingga
mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang. Anak-anak muda yang
delinkuen atau jahat disebut pula sebagai anak cacat secara sosial.Mereka menderita
cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan
keganasan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah usia 22 tahun (Kartono, 2008: 6 ).
Untuk menyalurkan energi psikologisnya guna memperoleh pengakuan,
penerima dan perhatian dari orang lain, maka seringkali remaja salah dalam menentukan
jalan hidupnya. Akibatnya mereka melakukan tindakan-tindakan yang salah, seperti
melakukan tindak kejahatan kekerasan, pembunuhan, penganiayaan, pencurian,
penipuan, pemerasan (pemalakan), penyalahgunaan obat (drug/alcohol abuse),
kriminalitas, penodongan / perampokan, perusak bis kota dengan melempari kacakacanya. Mereka inilah tergolong kenakalan remaja (juvenile delinquency) (Dariyo,
2004: 109 ).

2.4.4 Wujud Kenakalan Remaja
1. Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu-lintas, dan
membahayakan jiwa sendiri dan orang lain.
2. Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan serta mengacaukan ketentraman
lingkungan sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi dan
dorongan primitive yang tidak terkendali serta kesukaan menteror
lingkungan.
3. Pekelahian antar gang, antarkelompok, antarsekolah, antarsuku (tawuran),
sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa.
4. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi,
di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen bermacam macam
kedurjanaan dan tindak asusila.

Universitas Sumatera Utara

5. Kriminalitas anak, remaja dan adolesens antara lain berupa perbuatan
mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas,
menjambret, menyerang, merampok, menggarong; melakukan pembunuhan
dengan cara menyembelih korbannya; mencekik, meracun, tindakan
kekerasan, dan pelanggaran lainnya.
6. Berpesta-pora, sambil mabuk-mabukkan, melakukan hubungan seks bebas,
atau orgi (mabuk-mabukan hemat dan menimbulkankeadaan yang kacaukacau) yang mengganggu lingkungan.
7. Perkosaan, agresivitas seksual dan pembunuhan dengan motif seksual, atau
didorong oleh reaksi-reaksi kompensatoris dari perasaan inferior, menuntut
pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam,
kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita dan lain-lain.
8. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat
bergandengan dengan tindak kejahatan.
9. Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan, tanpa tending alingaling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks dan cinta bebas
dalan kendali yang didorong oleh hiperseksualitas, dorongan menuntut hak
dan usaha-usaha kompensasi lainnya yang kriminal sifatnya.
10. Homoseksual, erotisme anal dan oral dan gangguan seksual lain pada anak
remaja disertai tindak sadistis.
11. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga
mengakibatkan ekses kriminalitas.
12. Komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis delinkuen, dan
pembunuhan bayi oleh ibu-ibu yang tidak kawin.

Universitas Sumatera Utara

13. Tindakan radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan, penculikan dan
pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
14. Perbuatan a-sosial dan anti-sosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan
pada anak-anak dan remajapsikopatik, psikotik, neurotic, dan menderita
gangguan-gangguan jiwa lainnya.
15. Tindak kejahatan disebabkan disebabkan oleh penyakit tidur, dan ledakan
meningitis, juga luka di kepala dengan keerusakan pada otak ada kalany a
membuahkan kerusakan mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak
mampu melakukan kontrol-diri.
16. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak
yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organ-organ inferior
(Kartono, 2008: 21-23).

2.4.5 Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Mungkin timbulnya, kenakalan remaja, bukan karena murni dari dalam diri
remaja itu sendiri, tetapi mungkin kenakalan itu merupakan efek samping dari hal-hal
yang tidak dapat ditanguulangi oleh remaja dalam keluarganya.Bahkan orang tua sendiri
pun tidak mampu mengatasinya, akibatnya remaja menjadi korban dari keadaan
keluarga. Faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja, menurut Turner and Helms (1995),
antara lain berikut ini :
1. Kondisi Keluarga yang Berantakan (Broken Home)
Kondisi

keluarga

yang

berantakan

merupakan

cerminan

adanya

ketidakharmonisan antarindividu (suami-istri, atau orang tau-anak) dalam lembaga
rumah tangga.Hubungan suami istri yang tidak sejalan/seirama yakni ditandai dengan

Universitas Sumatera Utara

pertengkaran, percekcokan maupun konfliks terus-menerus, sehingga menyebabkan
ketidakbahagiaan perkawinan. Tidak terselesaikan masalah ini, akan berdampak buruk,
seperti perceraian suami istri.
Selama terjadi pertengkaran, anak-anak akan melihat, mengamati, dan
memahami tidak adanya kedamaian, ketentraman, kerukunan hubungan antara kedua
orang tua mereka. Kondisi ini membuat anak tidak merasakan perhatian, kehangatan
kasih saying, ketentraman, maupun kenyamanan dalam lingkungan keluarganya.
Akibatnya mereka melarikan diri untuk mencari kasih-sayang dan perhatian dari pihak
lain, dengan cara melakukan kenakalan-kenakalan diluar rumah.

2. Kurangnya Perhatian dan Kasih-Sayang dari Orang Tua
Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari
itu.Ia juga memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan perkembangan
kepribadiannya. Dalam memasuki zaman industrialisasi ini, ditandai dengan banyaknya
keluarga modern yang suami-istri bekerja diluar rumah.Mereka bekerja tanpa mengenal
lelah demi untuk mengejar kehidupan materi yang berkecukupan agar ekonomi keluarga
tidak kekurangan.
Makin lama ada kecenderungan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua
dalam memelihara, mendidik, dan membimbing anak diserahkan kepada pembantu atau
baby sister.Padahal belum tentu mereka mampu mendidik dengan baik kepada anakanak asuhannya, karena mereka hanya berstatus sebagai pekerja yang menginginkan
keuangannya.Umumnya, mereka cenderung tidak bertanggung jawab terhadap
perkembangan pribadi anak-anak asuhannya, karena mereka merasa bahwa anak-anak
asuhannya tersebut bukan anak kandung sendiri.

Universitas Sumatera Utara

3. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Rendah
Kehidupan sosial-ekonomi yang mapan merupakan salah satu penunjang yang
membentuk kebahagiaan hidup keluarga.Dengan ekonomi yang mapan, berarti semua
kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dengan baik, termasuk keperluan pendidikan,
kesehatan, rekreasi anak-anak.
Namun, kehidupan ekonomi yang terbatas atau kurang, menyebabkan orang tua
tidak mmapu memberikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan makanan yang bergizi,
kesehatan, pendidikan, dan sarana penunjangnya, dan bahkan orang tua pun kurang
optimal dalam memberikan perhatian kasih-sayang pada anak.Hal ini dapat terjadi
karena seluruh waktu dan perhatiaannya, cenderung tercurah untuk bekerja agar dapat
meningkatkan taraf hidup keluarganya.
Dengan tidak tersedianya kebutuhan ekonomi yang cukup, anak-anak tidak
mampu menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mungkin ia hanya puas
dengan

pendidikan

yang

rendah.

Ini

berarti

taraf

keterampilannya

juga

rendah.Rendahnya pendidikan ini, menyebabkan ia harus menerima nasib dengan
bekerja ala kadarnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan, sebagian dari mereka ada
yang tidak mampu menyelesaikan sekolahnya atau drop-out.Dengan demikian, mereka
menjadi pengangguran.Tiadanya pekerjaan yang baik, akan menyebabkan mereka dapat
membentuk kelompok pengangguran dan mungkin mereka menyalurkan energinya
untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat.

4. Penerapan Disiplin Keluarga yang Tidak Tepat

Universitas Sumatera Utara

Mungkin sebagian dari orang tua beranggapan bahwa penerapan disiplin
terhadap anak-anak berarti harus dilakukan secara tegas, keras, tidak kenal kompromi
serta tidak mengenal belas kasihan kepada naka.Di sini, orang tua berperan secara
sentral dalam menentukan kriteria kedisiplinan.
Ketika anak sering memperoleh perlakuan kasar dan keras dari orang tua,
mungkin anak akan taat dan patuh dihadapan orang tua. Akan tetapi, sifat kepatuhan itu
semu dan sementara. Mereka cenderung akan melakukan tindakan-tindakan yang
negatif, sebagai pelarian maupun protes terhadap orang tuanya. Misalnya dengan
melakukan tindakan anarkhis, melawan hukum, terlibat kenakalan, anti sosial, dan lain
sebagainya (Dariyo, 2004: 109-112).

2.4.6 Penanggulangan Kenakalan Remaja
Oleh karena tindak delinkuen anak remaja itu banyak menimbulkan kerugiann
meteril dan kesengsaraan batin baik pada subyek pelaku sendiri maupun para korbannya,
maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindak-tindak preventif dan
penanggulangannya secara kuratif.
Tindakan preventif yang dilakukan antara lain berupa :
1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga
2. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampong-kampung miskin.
3. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki
tingkah-laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka.
4. Menyediakan tempat rekrasi yang sehat bagi remaja.
5. Membentuk badan kesejahteraan anak-anak.
6. Mengadakan panti asuhan.

Universitas Sumatera Utara

7. Mengadakan lembaga reformatif untuk memberikan latihan korektif,
pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susilan kepada anakanak dan para remaja yang membutuhkan.
8. Membuat badan supervise dan pengontrol terhadap kegiatan anak delinkuen,
disertai program yang korektif.
9. Mengadakan pengadilan anak.
10. Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan yang
dilakukan oleh anak remaja.
11. Mendirikan sekolah bagi anak gembel (miskin).
12. Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja.
13. Menyelenggarakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk
membangun kontak manusiawi di antara para remaja delinkuen dengan
masyrakat luar. Diskusi tersebut akan sangat bermanfaat bagi pemahaman
kita mengenai jenis kesulitan dan gangguan pada diri remaja.
14. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja
delinkuen dan yang nondelinkuen. Misalnya berupa latihan vokasional,
latihan hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk bertransmigrasi, dan
lain-lain.
Tindakan hukuman bagi anak remaja deklinkuen antara lain berupa: menghukum
mereka sesuai perbuatannya, sehingga dianggap adil, dan bisa menggugah berfungsinya
hati nurani sendiri untuk hidup susila dan mandiri.
Selanjutnya, tindakan kuratif bagi penyembuhan anak delinkuen antara lain
berupa :

Universitas Sumatera Utara

1. Menghilangkan semua sebab-musabab timbulnya kejahatan remaja, baik
yang berupa pribadi f milial, sosial ekonomis, dan kultural.
2. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua
angkat/asuh dan memberikan fasilitas yang diperlakukan bagi perkembangan
jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja.
3. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke tengah
lingkungan sosial yang baik.
4. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan
berdisplin.
5. Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan diri
bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi.
6. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan vokasional
untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi pasaran kerja dan
hidup di tengah masyarakat.
7. Memperbanyak

lembaga

latihan

kerja

dengan

program

kegiatan

pembangunan.
8. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan konflik
emosional dan gangguan kejiwaan lainnya (Kartono, 2008: 95-97).

Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Pemikiran
Keluarga merupakan pranata sosial yang sangat penting artinya bagi kehidupan
sosial.Seseorang menghabiskan paling banyak waktunya dalam keluarga dibandingkan
dengan di tempat bekerja misalnya, dan keluarga adalah wadah di mana sejak dini
seseorang dikondisikan dan dipersiapkan untuk kelak dapat melakukan perananperanannya dalam dunia orang dewasa. Melalui pelaksanaan peranan-peranan itu
pelestarian berbagai lembaga dan nilai-nilai budayapun akan dapat tercapai dalam
masyarakat bersangkutan. Keluarga yang mampu mengembangkan kehidupannya
dengan selalu memegang prinsip-prinsip nilai yang kuat, dan senantiasa menjaga
komunikasi antar anggota keluarga dan sabar dalam menghadapi setiap masalah serta
mampu meminimalisisr pengaruh negatif yang dapat menyebabkan kekacauan dalam
keluarga maka keluarga tersebut mempunyai ketahanan keluarga yang kuat.
Kenakalan remaja dapat dikaitkan dengan pengaruh keberfungsian keluarga.
Remaja yang berasal dari keluarga dengan kondisi keberfungsian keluarga yang buruk,
masalah inti yangmereka hadapi adalah karena kurangnya perhatian, pengawasan dan
kasih sayang dari kedua orang tua dan orang tua yang terlalu sibuk mencari nafkah
sehingga mengabaikan pengawasanterhadap perkembangan perilaku anak mereka dan
akibatnya remaja ini mencari perhatian dan kasih sayang di luar lingkup keluarga dan
juga mengangkat martabat dirinya dengan melakukan perbuatan kenakalan-kenakalan.
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang kritis, karena pada periode itu
seseorang meninggalkan tahap kehidupan kanak-kanak untuk menuju tahap selanjutnya
yaitu tahap kedewasaan.Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya
pegangan, sedangkan kepribadiannya mengalami pembentukan.

Universitas Sumatera Utara

Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat
dengannya terutama orang tua ataukeluarganya. Pada garis besarnya masalah-masalah
sosial yang timbul karena perbuatan-perbuatan anak remaja dirasakan sangat
mengganggu kehidupan masyarakat baik di kota maupun di plosok desa. Bentuk
kenakalan remaja tersebut antara lain, tawuran antar pelajar, geng motor, seks bebas,
mencuri, membunuh, penyalahgunaan narkoba minum-minuman keras dan sebagainya.
Akibatnya sangat memilukan, kehidupan masyarakat menjadi resah, perasaan tidak
aman bahkan sebagian anggota-anggotanya menjadi terasa terancam hidupnya.

Universitas Sumatera Utara

BAGAN I
Bagan Alur Kerangka Pemikiran

Remaja Nakal
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Kebut-kebutan
Prilaku ugal-ugalan
Perkelahian antar geng
Membolos sekolah
Kriminalitas anak
Mabuk-mabukan
Perkosaan
Kecanduan narkoba
Perjuadian
Komersial seks
Tindakan radikal dan
ekstrim
Terlibat kasus kepolisian

Keberfungsian Keluarga
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Fungsi pendidikan
Fungsi sosialisasi anak
Fungsi perlindungan
Fungsi perasaan
Fungsi religious
Fungsi ekonomi
Fungsi rekreatif

Universitas Sumatera Utara

2.6 Defenisi Konsep

Defenisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan penegasan makna
konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep
yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan
membatasi makna konsep yang akan di teliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya
mengiring para pembaca hasil penelitian untuk memaknai konsep sesuai dengan yang
diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Defenisi konsep adalah pengertian yang
terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011 : 138 ).
Adapun batasan konsep yang dibuat peneliti :

1. Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara
historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi
terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang
pada awalnya mengadakan suatu ikatan.
2. Keberfungsian
peran sosial seperti

sosial
yang

adalah

kemampuan

diamanahkan

oleh

untuk
nilai-nilai

melaksanakan
yang

ada

di

masyarakat. Peranan merupakan seperangkat harapan tentang tindakan yang
seharusnya dilakukan seseorang, kelompok, atau masyarakat pada status tertentu.
3. Remaja (adolescence) adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis,
dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia
12/13 - 21 tahun.

Universitas Sumatera Utara

4. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja ialah perilaku jahat, atau kejahatan
dan kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang.
Anak-anak muda yang delinkuen atau jahat disebut pula sebagai anak cacat
secara sosial.

Universitas Sumatera Utara