Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

BAB I
PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG
PADA PERANG DUNIA II

1.1 Latar Belakang Masalah
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi
permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia
untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Diantara banyak
peperangan yang pernah terjadi di dunia ini (www.wikipedia.com). Perang Dunia II
merupakan perang terdahsyat dalam sejarah umat manusia. Perang Dunia II, atau
Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi PDII atau PD2), adalah sebuah perang
global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak
sekali negara di dunia termasuk semua kekuatan besar yang pada akhirnya membentuk
dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Dalam Perang Dunia II,
Jepang terjun langsung di dalamnya bersama dengan dua sekutunya, Jerman dan Italia.
Perang ini pada mulanya berpusat di Eropa, di mana Inggris dan sekutu-sekutunya
mulanya kewalahan menghadapi serangan dari Jerman dan Italia. Medan peperangan
kemudian meluas kewilayah Pasifik sejak Jepang memporak-porandakan pangkalan
Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941
(Supriatna, 2006:229)
Setelah meluluhlantakkan Pearl Harbour, Tentara Kekaisaran Jepang dengan

gerak cepat menyerbu kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan di Samudera Pasifik

Universitas Sumatera Utara

(Kutoyo, 1997:288). Menurut (www.wikipedia.org), kemenangan demi kemenangan
pun mereka raih hingga Pertempuran Midway menjadi titik balik agresi Jepang. Di saat
yang sangat kritikal, akhirnya dibentuklah sebuah unit serangan khusus yang diberi
nama “Kamikaze”. Kamikaze, atau nama resminya Tokubetsu Kōgekitai / Special Attack
Unit atau Unit Serang Khusus, diciptakan sebagai usaha terakhir Jepang dalam
membendung armada laut Sekutu yang semakin tak terbendung, terutama setelah
Filipina diinvasi oleh Sekutu pada Oktober 1944. Jepang yang pada saat itu sudah
kehilangan dominasi di laut maupun udara Pasifik, menggunakan segala cara yang
diperlukan untuk membendung gerak laju sekutu menuju tanah air Jepang. Hingga
serangan bunuh diri yang terkoordinasi pun masuk dalam hitungan.
Bagaimana kita memahami motif pilot-pilot Jepang untuk melakukan serangan
bunuh diri ini, juga motif para petinggi angkatan perang Jepang untuk menggagas
serangan bunuh diri yang termahsyur lagi mengerikan di Perang Pasifik ini, tak lepas
dari Mindset bangsa Jepang yang sangat berkaitan erat dengan kode etik Bushido yang
telah mengakar di dalam sanubari segenap masyarakatnya. Juga kondisi Jepang yang
saat itu semakin terdesak, membuat taktik radikal semacam kamikaze menjadi sebuah

pilihan.
Gantung (2002:209) menyebutkan Bushido, yang akarnya bisa dilacak ke masa
ketika Samurai mendominasi Jepang di abad ke 11-12 Masehi, mengajarkan total
devotion terhadap Kaisar atau Tuannya. Bentuk loyalitas tanpa batas dan menjunjung
tinggi kehormatan bagi Kaisar sampai titik darah penghabisan.
Saat Jepang mengalami modernisasi di era Kaisar Meiji, tradisi Bushido tetap
dipertahankan dalam lingkungan militer, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.

Universitas Sumatera Utara

Butuh sebuah mindset yang telah mengakar dalam untuk mengumpulkan ribuan pemuda
yang siap mati demi negara dan Kaisar dalam sebuah serangan bunuh diri yang
dilakukan secara terkoordinasi, bukan secara spontan belaka.
Sepanjang sejarah, serangan berani mati sebagian besar dilakukan dalam
keadaan terdesak. Ketika pilihan-pilihan lain sudah tidak ada lagi, dan biasanya oleh
sekelompok kecil pejuang. Namun, apa yang dilakukan Jepang terkait semangat rela
berkorban ini telah mencapai tahap yang baru, yaitu mengorganisir pilot dalam jumlah
besar yang sadar akan misinya, di mana kematian adalah sebuah kepastian.
Satuan udara bunuh diri ini dibentuk atas prakarsa dari Laksamana Takijiro
Ohnishi, Komandan Armada Udara ke-1 Angkatan Laut Jepang di Filipina. Ohnishi

ditugaskan untuk membendung serbuan Sekutu ke Filipina, setelah garis pertahanan luar
di Papua Nugini jebol pada tahun sebelumnya. Ohnishi mengetahui, dengan cara
konvensional dan situasi perang pada saat itu, pasukan Jepang di Filipina tidak akan
mampu membendung serangan Sekutu, atau bahkan menghentikan laju gerak Sekutu.
Dalam Briefing yang diadakan oleh Ohnishi dan para petinggi AL Jepang di
Filipina pada bulan Oktober 1944, Ohnishi mengutarakan bahwa satu-satunya cara yang
efektif untuk menyerang armada laut Sekutu yang saat itu semakin mendominasi,
adalah dengan mengirimkan Zero yang membawa bom seberat 250 kg, dan dengan
sengaja menabrakkan diri ke kapal-kapal Sekutu untuk mencapai hasil yang maksimal
dibanding metode pemboman konvensional (Patang, 1967:97).
Setelah Briefing, pilot-pilot mengajukan diri menjadi sukarelawan untuk dilebur
dalam satu satuan khusus / shimpu yang menjadi awal mula dari serangan kamikaze
secara terkoordinasi selama 10 bulan berikutnya. Stem (2010:84) mengatakan dalam

Universitas Sumatera Utara

serangan kamikaze pertama pada tanggal 25 Oktober 1944, kapal induk USS St. Lo
menjadi kapal pertama yang tenggelam akibat serangan bunuh diri yang terorganisir.
Sebelum Ohnishi mengusulkan ide serangan bunuh diri secara terkoordinasi,
serangan berjibaku ini telah dilakukan secara sporadis dalam tingkat individual di

kalangan pilot-pilot Jepang. Pesawat tempur jepang yang sebagian besar hanya
dipersenjatai dengan senapan mesin kaliber kecil, menyulitkan pilot-pilot Jepang dalam
menembak jatuh pesawat pembom Amerika yang jauh lebih kokoh dan sangat sulit
untuk ditumbangkan. Sehingga, pilot-pilot jepang sering menabrakkan diri ke pembom
Amerika sebagai usaha terakhir untuk menjatuhkannya.
Selama Perang Dunia kedua, beberapa pilot dari Amerika Serikat, Inggris,
Jerman, hingga Uni Soviet pun ada yang melakukan serangan berjibaku, dengan sasaran
pesawat lawan. Tetapi serangan-serangan berani mati tersebut umumnya dilakukan
sebagai usaha terakhir dalam situasi putus asa atau terdesak yang didasari oleh kemauan
dari pribadi sang pilot dan kebencian terhadap musuh.
Hanya Jepang, sepanjang sejarah peperangan, yang melancarkan serangan
berjibaku berani mati terhadap kapal maupun pesawat, yang bertujuan memang untuk
mati selagi menebar maut bagi musuh yang dituju.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud meneliti mengenai
pasukan kamikaze yang terjadi pada Perang Dunia II, melalui skripsi yang berjudul
“Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia II”.
1.2 Perumusan Masalah
Kamikaze adalah sebuah kesatuan serangan bunuh diri yang dilakukan oleh pilotpilot berani mati jepang yang terjadi menjelang berakhirnya Perang Dunia II di kawasan

Universitas Sumatera Utara


pasifik. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah berdasarkan uraian latar belakang
sebagai berikut:
1. Bagaimana keterkaitan pasukan kamikaze dengan Shinto negara dan bushido?
2. Bagaimana peranan pasukan Kamikaze dalam Perang Dunia II?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar masalah yang akan dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang lingkup
pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan.
Di dalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada Pasukan Kamikaze
dalam sejarah Militer Jepang pada Perang Dunia II. Untuk mendukung pembahasan
pada BAB II akan dikemukakan juga tentang definisi kamikaze, latar belakang
kamikaze, peristiwa konkrit kamikaze, dan pandangan masyarakat Jepang terhadap
kamikaze.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1Tinjauan Pustaka
Kamikaze sebagai istilah bunuh diri dimulai pada periode Perang Dunia II dalam
propaganda nasionalis Jepang bagi pilot pesawat tempur untuk melakukan serangan
bunuh diri kepada musuh. Bunuh diri menurut Haroid.Kaplan dan Benjamin Sadock
dalam


http://edisampetondok.blogspot.co.id/2012/01percobaan-bunuh-diri.html?m=1

merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja.

Universitas Sumatera Utara

Di negeri Jepang sendiri, Kamikaze masih penuh kontroversi sehingga banyak
masyarakat jepang yang menganggap kamikaze sebagai sebuah kesia-siaan belaka.
Kontroversi memiliki arti pertentangan atau sebuah masalah yang memiliki dua
sisi berlainan (http://dennynugroho.wordpress.com/2008/03/27/arti-sebuah-kontroversibagi-dunia-pemasaran/&ei=YR33OwV0&Ic=idID&s=1&m=328&ts=1451144684&sig=ALL1Aj5KVZyib_JV0PS2Ka_wZSmOXr8LdA
)
Jadi, bisa dikatakan bahwa kamikaze sendiri dimaksudkan untuk menciptakan
keajaiban yang akan memutarbalik kondisi perang sehingga bagi pihak militer Jepang
kamikaze sudah menjadi hal yang wajar walaupun bagi rakyat itu masih menjadi
pertentangan.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan historis. Sejarah atau
history berasal dari bahasa Yunani: Historia yang berarti “penyelidikan, pengetahuan
yang diperoleh melalui penelitian” adalah studi tentang masa lalu, khususnya
bagaimana kaitannya dengan manusia. Jadi, historis itu mempelajari tentang tentang

kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Pendekatan historis lebih menekankan pada apa yang sesungguhnya telah terjadi
pada masa itu. Historis berusaha memahami rekonstruksi masa latihan secara sistematis
dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta
mensintesis bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat
(Prof.Dr.Husaini Usman, M.Pd., M.T.)

Universitas Sumatera Utara

Menurut teori historis yang sudah dikemukakan sebelumnya, penulis
berpendapat bahwa dengan pendekatan historis, penulis dapat lebih mudah meneliti
bagaimana sejarah kamikaze milter Jepang.
Penulis juga menggunakan pendekatan filosofis. Pendekatan merupakan
landasan kajian atau penelitian, sedangkan pengertian filosofi menurut Chinn dan
Kramer

dalamhttp://menarailmuku.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-filosofi-dan-

definisi-bidan.html?m=1filosofi adalah disiplin ilmu yang memperhatikan dan menggali
dalil-dalil yang ada untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa “pendekatan filosofis adalah cara pandang atau
paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai
sesuatu

yang

berada

dibalik

objek

formanya

(http://anasafrida.blogspot.co.id/2013/08/pendekatan-filosofis-dalampemecahan.html?=1). Dengan pendekatan ini, maka dapat ditinjau filosofi pembentukan
unit kamikaze Jepang.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Jepang tentang Kamikaze.

2. Untuk mengetahui peran pasukan Kamikaze dalam Perang Dunia II.

Universitas Sumatera Utara

1.5.2

Manfaat Penelitian

Manfat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai pengertian kamikaze, terutama kamikaze yang terjadi
pada perang dunia II.
2. Menambah pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya kamikaze
pada perang dunia II.
3. Menambah pengetahuan mengenai sejarah dan pasukan kamikazepada perang dunia
II.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
masalah yang dihadapi.Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif.Metode ini merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada berlangsung pada saat ini atau saat yang

lampau. (Asep Saeful Hamdi, 2005: 5)
Penulis juga menggunakan metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan membaca
literatur atau buku yang ada di perpustakaan (Asep Saeful Hamdi, 2005: 50)
Di samping itu, penulis juga memperoleh data-data dari media online yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Realisasi Budaya Malu Masyarakat Jepang Dilihat Dari Pertanggungjawaban Bangsa Jepang Terhadap Korban Jugun Ianfu Di Indonesia Pasca Perang Dunia II Nibangme No Sekai Taisen Go No Indonesia Ni Jugun Ianfu No Kenshin Ni Taishite Nihonshakai No Sekinin Ka

6 49 77

Analisis Moral Pengabdian Diri Pilot Kamikaze Pada Perang Dunia II (Dai ni Sekai Sensuo No Kamikaze Pairotto No Kenshin No Doutoku Bunseki)

2 50 73

Peran Nilai-Nilai 'Bushido' Pada Pasukan 'Kamikaze' Dalam Perang Dunia II.

0 3 36

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 0 8

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 0 2

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 1 11

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru Chapter III IV

0 0 21

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 0 4

Pasukan Kamikaze Dalam Sejarah Militer Jepang Pada Perang Dunia Ii Kamikaze Butai De Daini Sekai Taisen Ni Nihon Gun No Rekishi De Aru

0 0 4

Realisasi Budaya Malu Masyarakat Jepang Dilihat Dari Pertanggungjawaban Bangsa Jepang Terhadap Korban Jugun Ianfu Di Indonesia Pasca Perang Dunia II Nibangme No Sekai Taisen Go No Indonesia Ni Jugun Ianfu No Kenshin Ni Taishite Nihonshakai No Sekinin Kara

0 0 25