Inkubator Bisnis Indonesia dan id
Inkubator Bisnis Indonesia "Pemerintah harus lebih serius"
Belakangan ini kalimat inkubator bisnis sedang “naik daun”, mulai dari para pelaku bisnis,
UKM/IKM sampai pada level Kementerian dan LPNK. Hal ini dapat dipahami bahwa ditengah
persoalan pengangguran dan ketenagakerjaan nasional, inkubator telah menjadi harapan banyak
pihak untuk menjadi sebuah alternatif solusi bagi penyerapan tenaga keja di Indonesia. Salah
satu cara yang ditempuh Pemerintah untuk menumbuhkan dan mengembangkan Pengusaha kecil
adalah melalui program inkubator bisnis dan teknologi
Secara umum inkubator dibentuk dengan tujuan :
(1) Mengembangkan usaha baru dan usaha kecil yang potensial menjadi usaha mandiri,
sehingga mampu sukses menghadapi persaingan lokal mapun global,
(2) Mempromosikan semangat berwirausaha dengan menyertakan perusahaan-perusahaan
swasta yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pada sistem ekonomi pasar,
(3) Proses alih teknologi dan proses komersialisasi hasil hasil penelitian pengembangan
bisnis dan teknologi dari para tenaga ahli, inventor dan peneliti di perguruan tinggi,
(4) Membuka alternatif peluang melalui pengembangan perusahaan baru,
(5) Aplikasi teknologi dibidang industri secara komersial melalui studi dan kajian yang
memakan waktu dan biaya yang relatif murah.
Para pakar ekonomi percaya bahwa Inkubator merupakan salah satu wahana yang efektif dalam
penumbuhkembangan wirausaha baru berbasis teknologi. Dalam penyelenggaraan kegiatannya,
Inkubator menjalankan fungsi intermediasi sekaligus melakukan penguatan terhadap tenant/
calon wirausaha baru dan produk/ jasa inovatif yang akan dikembangkan melalui pelayanan
penyediaan tempat sebagai sarana pengembangan usaha, akses permodalan, pelatihan,
pendampingan, dan bimbingan kewirausahaan. Upaya ini diharapkan sebagai suatu langkah
keberpihakan pada para pelaku UKM/IKM di Indonesia
Referensi lainnya menjelaskan bahwa Inkubator merupakan suatu media pengembangan ide-ide
yang didasarkan pada pengetahuan baru, metode-metode dan produk-produk yang dihasilkan.
Inkubator semacam ini dapat ditemukan di perguruan tinggi, laboratorium, penelitian, sekolah
medis, kelompok kreatif dan korporasi besar dimana berbagai bakat intelektual di ikat dengan
tujuan mengkomersialisasikan teknologi baru, transfer teknologi ke pasar, atau mempercepat
proses inovasi ke implementasi.
Dari beberapa sumber informasi dapat disampaikan bahwa perkembangan inkubator dibeberapa
negara seperti Malaysia, Shanghai, Vietnam, Peru, Korea dan Eropa teridentifikasi beberapa hal
sebagai berikut yaitu inkubator dikelompokkan menjadi :
(1) Model inkubator berorientasi pada peningkatan skill/ketrampilan. Model ini berperan
sebagai ajang untuk peningkatan ketrampilan dalam bentuk balai latihan kerja,
(2) Model inkubator yang berorientasi pada jaringan sistem inovasi, model lembaga
inkubator yang berperan untuk dapat mendorong lahirnya inovasi dari para wirausahawirausaha,
(3) Inkubator yang berorientasi pada pasar ekspor.
Faktor yang mendukung keberhasilan inkubator di beberapa negara tersebut antara lain adalah :
(1) Kebijakan pemerintah dan strategi operasional bagi pengembangan Inkubator
(2) Dukungan pemerintah daerah /regional dalam bentuk pendanaan pembangunan fasilitas
fisik inbis dan kredit lunak jangka panjang untuk pengelolaan inkubator,
(3) Dukungan lembaga keuangan baik pemerintah mapun swasta dalam bentuk kredit usaha
bagi tenant inkubator
(4) Komitmen perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk mengembangkan teknologi
dan alih teknologi bagi tenant Inkubator
(5) Sinergi dengan science park atau technology park yang dibangun serentak dengan
pembangunan inkubator
(6) Pendirian badan hukum inkubator dengan Tim pengelola indikator yang bekerja penuh,
profesional dan efisien serta diberikan penghargaan yang layak,
(7) Pemilihan lokasi yang tepat di pusat kawasan bisnis atau ditengah science park atau
technology
(8) Dukungan sarana dan prasarana teknologi informasi yang lengkap bagi tenant inkubator,
(9) Penyediaan fasilitas perkantoran pendukung usaha tenant inkubator dibawah satu atap
(informasi pasar, modal ventura, bank dll)
Sebagai pembanding, model inkubator yang sedang dimplementasikan di Indonesia adalah
“Inkubator pendampingan” yang dirancang untuk membantu usaha baru dan sedang
berkembang menjadi pengusaha yang mandiri melalui serangkaian pendampingan terpadu
meliputi penyediaan sarana perkantoran, uji produksi, uji pasar, konsultasi manajemen,
teknologi, pemasaran dan keuangan, pelatihan, serta penciptaan jaringan usaha baik lokal
maupun internasional.
Secara umum inkubator model ini dikelola oleh sejumlah staf dengan manajemen yang efisien
dengan menyediakan layanan antara lain :
Ruangan (Space.)Berarti inkubator menyediakan tempat untuk mengembangkan usaha
pada tahap awal.
Penyediaan Fasilitas (Shared),Dimaksudkan bahwa inkubator menyediakan fasilitas kantor
yang bisa digunakan secara bersama, misalnya resepsionis, ruang konferensi, sistem telepon,
faksimile, komputer dan jaringan, serta sistem keamanan kerja.
Pelayanan (Services), Meliputi konsultasi manajemen dan masalah pasar, aspek keuangan
dan hukum, informasi perdagangan dan teknologi.
Dukungan (Support), Dalam hal ini inkubator membantu akses terhadap riset, jaringan
profesional, teknologi, internasional, dan investasi.
Pengembangan Ketrampilan (Skill Development), dapat dilakukan melalui latihan
menyiapkan rencana bisnis, manajemen, dan peningkatan kemampuan SDM lainnya.
Akses Pembiayaan (seed capital)dapat dilakukan melalui dana bergulir internal atau
dengan membantu akses usaha kecil pada sumber-sumber pendanaan atau lembaga
keuangan yang ada.
Sinergi (Synergy), adalah kerjasama tenant dan peningkatan jejaring (network) dengan
pihakperguruan tinggi, lembaga riset, usaha swasta, profesional maupun dengan masyarakat
internasional.
Upaya untuk mensinergikan sumber-sumber potensial dari berbagai kementerian dan LPNK
dalam rangka mendorong terciptanya wirausaha baru yang inovatif telah diinisiasi oleh BPPT
pada hari Rabu tanggal 25 Januari 2012 yang baru lalu dengan melaksanakan kegiatan “Forum
Diskusi Inkubator Bisnis” dengan topik “Peran Pemerintah Dalam Program Pengembangan
Inkubator Bisnis” dengan tujuan membangun kesepahaman diantara pemangku kepentingan
utama (main stakeholder).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh para ahli dan pakar senior antara lain dari Kepala BPPT (Dr. Ir
Marzan A. Iskandar). Ketua AIBI (Ir Asril F. Syamas, M.Sc). Deputi PKT-BPPT (Dr. Ir Tatang A.
Taufik). Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian KOMINFO (Dr. Ir Aswin Sasongko, M.Sc).
Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian KUKM (Dr. Ir Choirul
Djamhari, M.Sc). Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan Kemenko Bidang
Perekonomian (Dr. Edy Putra Irawadi). Deputi Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian
KUKM (Ir. I Wayan Dipta, M.Sc). Tim Pakar AIBI (Prof. Dr. Ir hadi K. Purwadaria, M.Sc). Dan
peserta lain dari kementerian, lembaga, perguruan tinggi, pengelola pengelola inkubator daerah
dan tenant graduate
Dalam diskusi tersebut terungkap bahwa perkembangan Inkubator bisnis di Indonesia masih
tertinggal jauh jika dibandingkan negara-negara tetangga seperti misalnya Malaysia, China dan
bahkan oleh Vietnam.
Kebanyakan Inkubator di Indonesia berada dibawah pengelolaan pengelolaan perguruan tinggi,
lembaga penelitian pemerintah, swasta dan BUMN. Kelemahan Inkubator di Indonesia terletak
pada fasilitas yang dimiliki belum memadai dan kapasitas serta kompetensi para pengelolanya
masih perlu terus ditingkatkan kualifikasinya melalui serangkaian pembinaan.
Belajar dari cerita sukses dari negara lain, pemerintah pusat maupun daerah perlu segera
merumuskan strategi dan kebijakan Inkubator yang sesuai dengan karakter dan sumberdaya lokal
yang dimiliki dalam melaksanaan pembinaan inkubator mencakup pelaksanaan program
penguatan kemampuan pengelola inkubator, penyediaan fasilitas, pembiayaan inkubasi tenant
termasuk subsidi modal awal bagi tetant yang dianggap memenuhi syarat (graduated tenant).
Jika para tenant tersebut mampu tumbuh dan berkembang menjadi wirausaha baru yang tangguh
dan mandiri, pada gilirannya pemerintah jugalah yang akan ikut menikmati keberhasilan
inkubator dalam menciptakan wirausaha baru melalui kontribusi pajak, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan nilai tambah produk dan pertumbuhan PDB
Diakui pula, selain pentingnya legal formal berupa dukungan undang-undang maupun peraturan
pemerintah lainnya sebagai dasar hukum yang melandasi kebijakan inkubator di Indonesia,
masih terdapat banyak kelemahan dalam hal koordinasi program-program pemerintah di bidang
inkubator. Saat ini masing-masing kementerian dan LPNK masih menjalankan program
inkubatornya secara sendiri-sendiri dan terpisah dan belum terintegrasi.
Disamping itu hambatan eksternal lain yang masih dirasakan menjadi kendala adalah faktor
lingkungan yang belum kondusif bagi tumbuh kembangnya Inkubator, sehingga masih
diperlukan penataan infrastruktur lingkungan yang dapat mendukung pertumbuhan “bayi” yang
diibaratkan baru keluar dari inkubator agar tetap sehat, kuat dan tentu saja melalui komitmen
yang kuat dengan asas kesinambungan
Menyadari pentingnya untuk terus menghidupkan dan mengembangkan program inkubator
bisnis dalam kerangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, perlu
kiranya segera diwujudkan sebuah gerakan nasional dengan dukungan konkret undang-undang
dan atau peraturan pemerintah yang lebih implementatif. Jayalah Inkubator Bisnis Indonesia.
wasallam
Urbanus M. Ambardi
Perencana Madya Sosial - BPPT
Belakangan ini kalimat inkubator bisnis sedang “naik daun”, mulai dari para pelaku bisnis,
UKM/IKM sampai pada level Kementerian dan LPNK. Hal ini dapat dipahami bahwa ditengah
persoalan pengangguran dan ketenagakerjaan nasional, inkubator telah menjadi harapan banyak
pihak untuk menjadi sebuah alternatif solusi bagi penyerapan tenaga keja di Indonesia. Salah
satu cara yang ditempuh Pemerintah untuk menumbuhkan dan mengembangkan Pengusaha kecil
adalah melalui program inkubator bisnis dan teknologi
Secara umum inkubator dibentuk dengan tujuan :
(1) Mengembangkan usaha baru dan usaha kecil yang potensial menjadi usaha mandiri,
sehingga mampu sukses menghadapi persaingan lokal mapun global,
(2) Mempromosikan semangat berwirausaha dengan menyertakan perusahaan-perusahaan
swasta yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pada sistem ekonomi pasar,
(3) Proses alih teknologi dan proses komersialisasi hasil hasil penelitian pengembangan
bisnis dan teknologi dari para tenaga ahli, inventor dan peneliti di perguruan tinggi,
(4) Membuka alternatif peluang melalui pengembangan perusahaan baru,
(5) Aplikasi teknologi dibidang industri secara komersial melalui studi dan kajian yang
memakan waktu dan biaya yang relatif murah.
Para pakar ekonomi percaya bahwa Inkubator merupakan salah satu wahana yang efektif dalam
penumbuhkembangan wirausaha baru berbasis teknologi. Dalam penyelenggaraan kegiatannya,
Inkubator menjalankan fungsi intermediasi sekaligus melakukan penguatan terhadap tenant/
calon wirausaha baru dan produk/ jasa inovatif yang akan dikembangkan melalui pelayanan
penyediaan tempat sebagai sarana pengembangan usaha, akses permodalan, pelatihan,
pendampingan, dan bimbingan kewirausahaan. Upaya ini diharapkan sebagai suatu langkah
keberpihakan pada para pelaku UKM/IKM di Indonesia
Referensi lainnya menjelaskan bahwa Inkubator merupakan suatu media pengembangan ide-ide
yang didasarkan pada pengetahuan baru, metode-metode dan produk-produk yang dihasilkan.
Inkubator semacam ini dapat ditemukan di perguruan tinggi, laboratorium, penelitian, sekolah
medis, kelompok kreatif dan korporasi besar dimana berbagai bakat intelektual di ikat dengan
tujuan mengkomersialisasikan teknologi baru, transfer teknologi ke pasar, atau mempercepat
proses inovasi ke implementasi.
Dari beberapa sumber informasi dapat disampaikan bahwa perkembangan inkubator dibeberapa
negara seperti Malaysia, Shanghai, Vietnam, Peru, Korea dan Eropa teridentifikasi beberapa hal
sebagai berikut yaitu inkubator dikelompokkan menjadi :
(1) Model inkubator berorientasi pada peningkatan skill/ketrampilan. Model ini berperan
sebagai ajang untuk peningkatan ketrampilan dalam bentuk balai latihan kerja,
(2) Model inkubator yang berorientasi pada jaringan sistem inovasi, model lembaga
inkubator yang berperan untuk dapat mendorong lahirnya inovasi dari para wirausahawirausaha,
(3) Inkubator yang berorientasi pada pasar ekspor.
Faktor yang mendukung keberhasilan inkubator di beberapa negara tersebut antara lain adalah :
(1) Kebijakan pemerintah dan strategi operasional bagi pengembangan Inkubator
(2) Dukungan pemerintah daerah /regional dalam bentuk pendanaan pembangunan fasilitas
fisik inbis dan kredit lunak jangka panjang untuk pengelolaan inkubator,
(3) Dukungan lembaga keuangan baik pemerintah mapun swasta dalam bentuk kredit usaha
bagi tenant inkubator
(4) Komitmen perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk mengembangkan teknologi
dan alih teknologi bagi tenant Inkubator
(5) Sinergi dengan science park atau technology park yang dibangun serentak dengan
pembangunan inkubator
(6) Pendirian badan hukum inkubator dengan Tim pengelola indikator yang bekerja penuh,
profesional dan efisien serta diberikan penghargaan yang layak,
(7) Pemilihan lokasi yang tepat di pusat kawasan bisnis atau ditengah science park atau
technology
(8) Dukungan sarana dan prasarana teknologi informasi yang lengkap bagi tenant inkubator,
(9) Penyediaan fasilitas perkantoran pendukung usaha tenant inkubator dibawah satu atap
(informasi pasar, modal ventura, bank dll)
Sebagai pembanding, model inkubator yang sedang dimplementasikan di Indonesia adalah
“Inkubator pendampingan” yang dirancang untuk membantu usaha baru dan sedang
berkembang menjadi pengusaha yang mandiri melalui serangkaian pendampingan terpadu
meliputi penyediaan sarana perkantoran, uji produksi, uji pasar, konsultasi manajemen,
teknologi, pemasaran dan keuangan, pelatihan, serta penciptaan jaringan usaha baik lokal
maupun internasional.
Secara umum inkubator model ini dikelola oleh sejumlah staf dengan manajemen yang efisien
dengan menyediakan layanan antara lain :
Ruangan (Space.)Berarti inkubator menyediakan tempat untuk mengembangkan usaha
pada tahap awal.
Penyediaan Fasilitas (Shared),Dimaksudkan bahwa inkubator menyediakan fasilitas kantor
yang bisa digunakan secara bersama, misalnya resepsionis, ruang konferensi, sistem telepon,
faksimile, komputer dan jaringan, serta sistem keamanan kerja.
Pelayanan (Services), Meliputi konsultasi manajemen dan masalah pasar, aspek keuangan
dan hukum, informasi perdagangan dan teknologi.
Dukungan (Support), Dalam hal ini inkubator membantu akses terhadap riset, jaringan
profesional, teknologi, internasional, dan investasi.
Pengembangan Ketrampilan (Skill Development), dapat dilakukan melalui latihan
menyiapkan rencana bisnis, manajemen, dan peningkatan kemampuan SDM lainnya.
Akses Pembiayaan (seed capital)dapat dilakukan melalui dana bergulir internal atau
dengan membantu akses usaha kecil pada sumber-sumber pendanaan atau lembaga
keuangan yang ada.
Sinergi (Synergy), adalah kerjasama tenant dan peningkatan jejaring (network) dengan
pihakperguruan tinggi, lembaga riset, usaha swasta, profesional maupun dengan masyarakat
internasional.
Upaya untuk mensinergikan sumber-sumber potensial dari berbagai kementerian dan LPNK
dalam rangka mendorong terciptanya wirausaha baru yang inovatif telah diinisiasi oleh BPPT
pada hari Rabu tanggal 25 Januari 2012 yang baru lalu dengan melaksanakan kegiatan “Forum
Diskusi Inkubator Bisnis” dengan topik “Peran Pemerintah Dalam Program Pengembangan
Inkubator Bisnis” dengan tujuan membangun kesepahaman diantara pemangku kepentingan
utama (main stakeholder).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh para ahli dan pakar senior antara lain dari Kepala BPPT (Dr. Ir
Marzan A. Iskandar). Ketua AIBI (Ir Asril F. Syamas, M.Sc). Deputi PKT-BPPT (Dr. Ir Tatang A.
Taufik). Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian KOMINFO (Dr. Ir Aswin Sasongko, M.Sc).
Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian KUKM (Dr. Ir Choirul
Djamhari, M.Sc). Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan Kemenko Bidang
Perekonomian (Dr. Edy Putra Irawadi). Deputi Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian
KUKM (Ir. I Wayan Dipta, M.Sc). Tim Pakar AIBI (Prof. Dr. Ir hadi K. Purwadaria, M.Sc). Dan
peserta lain dari kementerian, lembaga, perguruan tinggi, pengelola pengelola inkubator daerah
dan tenant graduate
Dalam diskusi tersebut terungkap bahwa perkembangan Inkubator bisnis di Indonesia masih
tertinggal jauh jika dibandingkan negara-negara tetangga seperti misalnya Malaysia, China dan
bahkan oleh Vietnam.
Kebanyakan Inkubator di Indonesia berada dibawah pengelolaan pengelolaan perguruan tinggi,
lembaga penelitian pemerintah, swasta dan BUMN. Kelemahan Inkubator di Indonesia terletak
pada fasilitas yang dimiliki belum memadai dan kapasitas serta kompetensi para pengelolanya
masih perlu terus ditingkatkan kualifikasinya melalui serangkaian pembinaan.
Belajar dari cerita sukses dari negara lain, pemerintah pusat maupun daerah perlu segera
merumuskan strategi dan kebijakan Inkubator yang sesuai dengan karakter dan sumberdaya lokal
yang dimiliki dalam melaksanaan pembinaan inkubator mencakup pelaksanaan program
penguatan kemampuan pengelola inkubator, penyediaan fasilitas, pembiayaan inkubasi tenant
termasuk subsidi modal awal bagi tetant yang dianggap memenuhi syarat (graduated tenant).
Jika para tenant tersebut mampu tumbuh dan berkembang menjadi wirausaha baru yang tangguh
dan mandiri, pada gilirannya pemerintah jugalah yang akan ikut menikmati keberhasilan
inkubator dalam menciptakan wirausaha baru melalui kontribusi pajak, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan nilai tambah produk dan pertumbuhan PDB
Diakui pula, selain pentingnya legal formal berupa dukungan undang-undang maupun peraturan
pemerintah lainnya sebagai dasar hukum yang melandasi kebijakan inkubator di Indonesia,
masih terdapat banyak kelemahan dalam hal koordinasi program-program pemerintah di bidang
inkubator. Saat ini masing-masing kementerian dan LPNK masih menjalankan program
inkubatornya secara sendiri-sendiri dan terpisah dan belum terintegrasi.
Disamping itu hambatan eksternal lain yang masih dirasakan menjadi kendala adalah faktor
lingkungan yang belum kondusif bagi tumbuh kembangnya Inkubator, sehingga masih
diperlukan penataan infrastruktur lingkungan yang dapat mendukung pertumbuhan “bayi” yang
diibaratkan baru keluar dari inkubator agar tetap sehat, kuat dan tentu saja melalui komitmen
yang kuat dengan asas kesinambungan
Menyadari pentingnya untuk terus menghidupkan dan mengembangkan program inkubator
bisnis dalam kerangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, perlu
kiranya segera diwujudkan sebuah gerakan nasional dengan dukungan konkret undang-undang
dan atau peraturan pemerintah yang lebih implementatif. Jayalah Inkubator Bisnis Indonesia.
wasallam
Urbanus M. Ambardi
Perencana Madya Sosial - BPPT