PRAKTIKUM TITRASI PENGENDAPAN FAKULTAS T

PRAKTIKUM TITRASI PENGENDAPAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Dwi Nurhayati (240210160060)
Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: dwinurhayati908@yahoo.com
ABSTRACT
In a precipitation titration, the stoichiometric reaction is a reaction which produces in
solution a slightly soluble salt that precipitates out. To determine the concentration of
chloride ion in a particular solution, one could titrate this solution with a solution of a silver
salt, say silver nitrate, whose concentration is known. The purpose of experiment is The
purpose of a titration is to determine the amount, or the concentration, of one of the
reactants, which can be done if the amount, or concentration and volume, of the other
reactant required to reach the endpoint of the titration is known. argentometry is one way to
determine the degree of a substance in a solution carried out by titration based on the
formation of precipitate with Ag + ions. In the titration of argentometry, the probe that has
been spiked with the indicator is mixed with standard solution of nitrate silver AgNO 3.
.
Keyword : Argentomerty, Precipitation titration, Stoichiometric
PENDAHULUAN

Volumetri (titrasi) merupakan
cara penentuan kadar suatu zat dalam
larutannya
yang
didasarkan
pada
pengukuran volumenya. Berdasarkan
pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan
atas : 1. Asidimetri dan Alkalimetri :
volumetri ini berdasarkan atas reaksi
asam-basa. 2.Oksidimetri : volumetri ini
berdasarkan atas reaksi oksidasi reduksi.
3.Argentometri
:
volumetri
ini
berdasarkan atas reaksi kresipilasi
(pengendapan dari ion Ag).
Istilah argentometri diturunkan
dari bahasa latin argentum yang berarti

larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasarkan endapan ion Ag+ pada
argentometri zat pemeriksaan yang telah
diberikan indikator. Dengan mengukur
volume larutan standar yang digunakan

sehingga seluruh ion Ag+dapat tetap
diendapkan. Kadar garam dalam larutan
pemeriksaan
dapat
ditentukan
(Underwood, 1992 : 48).
Salah satu zat yang digunakan pada
argentometri adalah K2CrO4. Metode ini
sering disebut metode Mohr. Metode
Mohr dapat digunakan untuk menetapkan
kadar Cl (klorida) dan Br (brome) dalam
suasana netral dengan larutan standar
AgNO3 dengan indikator K2CrO4 titrasi
ini harus dilakukan dalam suasana netral

atau dengan sedikit katalis pH 6,5-9,5.
Dalam suasana asam perak kromat akan
larut karena akan terbentuk dikromat, dan
dalam suasana basa akan terbentuk
endapan perak hidroksida (Khopkar, 1990
: 37).
Proses argentometri termasuk
dalam titrasi yang menghasilkan endapan

dan ion kompleks. Proses argentometri
menggunakan AgNO3 sebagai larutan
standar. Proses ini biasanya digunakan
untuk menentukan garam-garam halogen
dan siaAnida. Karena kedua jenis garam
ini dapat membentuk endapan atau
senyawa kompleks dengan ion Ag. Sesuai
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCl + Ag+ → AgCl↓ + Na
KCl + Ag+ → AgCl↓ + K
KCN + Ag+ → K[Ag(CN)2]

Karena AgNO3 mempunyai kemurnian
yang tinggi maka garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan primer. Dalam
titrasi
argentometri
terhadap
ion
CN- tercapai untuk garam kompleks
K[Ag(CN)2] karena proper tersebut
dikemukakan pertama kali oleh Lieberg
(Harizul, 1995 : 28).
Jika ion Cl ditambahkan dengan
AgNO3 akan terbentuk endapan perak
klorida. AgCl yang seperti didih dan putih
ia tidak larut dalam air dan asam nitrat
encer. Tetapi larut dalam amonia encer
dan dalam larutan-larutan kalium sianida
dan dalam tiosulfat (Vogel, 1985 : 345).
Pembentukan suatu endapan lain
dapat digunakan untuk menyatakan

lengkapnya suatu titrasi pengendapan.
Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi
Mohr, dan klorida dengan ion perak
dimana digunakan ion kromat yang
kemerahan diambil sebagai titik akhir
(TE). Berdasarkan pada indikator yang
digunakan, argentometri dapat dibedakan
atas :
1.
Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide
dengan AgNO3 dilakukan dengan
K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk
endapan baru yang berwarna. Pada titik
akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih
diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang
berwarna merah bata. Larutan harus
bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak
boleh terlalu basa sebab Ag akan
diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika

larutan terlalu asam maka titik akhir

titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi
CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode
mohr cukup akurat dan dapat digunakan
pada konsentrasi klorida yang rendah.
Pada jenis titrasi ini, endapan indikator
berwarna harus lebih larut disbanding
endapan utama yang terbentuk selama
titrasi. Indikator tersebut biasanya
digunakan pada titrasi sulfat dengan
BaCl2, dengan titik akhir akhir
terbentuknya endapan garam Ba yang
berwarna merah. (Khopkar, 1990).
2.
Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN
dengan garam Fe(III) sebagai indikator
adalah contoh metode volhard, yaitu

pembentukan zat berwarna didalam
larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk
sedangkan titik akhir tercapai bila
NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan
Fe(III) membentuk warna merah gelap
[FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk
menentukan ion klorida suasana haruslah
asam karena pada suasana basa Fe3+ akan
terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang
ditambahkan ke larutan klorida tentunya
tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut
kemudian
dititrasi
balik
dengan
menggunakan Fe(III) sebagai indikator.
(Khopkar, 1990)
3.
Cara Fajans

Dalam titrasi fajans digunakan
indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi
ialah zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat
diatur agar terjadi pada titik ekuivalen,
antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah
atau basa lemah organic yang dapat
membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya flouresein yang digunakan
dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
flouresein
akan
mengion
(untuk
mudahnya ditulis HFI) :
HFI Û H+ + FI-


Ion FI- inilah yang diserap oleh
endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan
berwarna hijau kuning, sehingga titik
akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar
tiga macam perubahan, yakni (i) endapan
yang semula putih menjadi merah muda
dan endapan terlihat menggumpal, (ii)
larutan yang semula keruh menjadi lebih
jernih, dan (iii) larutan yang semula
kuning hijau hampir tidak berwarna lagi.
(Harjadi, 1990)
METODOLOGI
Bahan yang digunakan dalam
praktikum titrasi pengendapan yaitu pipet
volume, Erlenmeyer, bulb pipet, biuret,
pipet tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk
praktikum titrasi pengendapan adalah KCl

0,02 N, aquades, K2CrO4 5%, AgNO3,
sampel: pocari sewat, telur asin, ikan teri,
ikan peda, terasi. NH4CNS, FAS
1.
Standarisasi AgNO3 terhadap
KCl cara MOHR
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam standarisasi AgNO3 terhadap KCl
adalah sebagai berikut, pertama, pipet
larutan KCl 0,02 N sebanyak 10 ml
kemudian masukan ke dalam Erlenmeyer
100 ml ditambahkan 15 ml aquades,
setelah itu tambahkan indicator K 2CrO4
5%, lalu titrasi dengan AgNO 3 sampai
terdapat endapan merah bata, kemudian
catat volume AgNO3 dan hitung N AgNO3
2.
Penentuan kadar NaCl pada
sampel cara Mohr
Pertama, timbang 1 gram sampel

(pocari sewat, telur asin, ikan teri, ikan
peda, terasi), sampel yang berbentuk
padatan dihaluskan terlebih dahulu,
kemudian dimasukan ke dalam labu ukur
250 ml lalu tepatkan. Setelah itu, saring
ke dalam Erlenmeyer, pipet filtrate 10 ml,
masukan ke Erlenmeyer 100 ml,
kemudian tambahkan indicator K2CrO4
5% 10 tetes. Titrasi dengan AgNO 3

hingga terbentuk endapan merah bata,
kemudian catat volume dan normalitas
AgNO3
3.
Standarisasi AgNO3 terhadap
NH4CNS 0,02 N cara Volhard
Pertama, pipet AgNO3 0,02 N,
kemudian di masukan ke Erlenmeyer
100ml lalu tambahkan aquades sebanyak
15 ml dan tambahkan 1 ml indicator FAS,
serta 5 ml HNO3 6 M, kemudian di titrasi
dengan NH4CNS sampai terbentuk
endapan merah kecoklatan, kemudian
catat volume NH4CNS dan normalitas
AgNO3
4.
Penentuan kadar NaCl pada
sampel cara Volhard
Langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah timbang 1 gram sampel
(pocari sewat, telur asin, ikan teri, ikan
peda, terasi) . Sampel yang berbentuk
padatan dihaluskan terlebih dahulu
kemudian dipindahkan ke dalam labu
ukur 250 ml lalu tepatkan. Dikocok lalu
filtrate disaring dan dimasukan ke dalam
Erlenmeyer. Tambahkan larutan AgNO3
0,1 N 15 ml, kemudian di kocok selama 2
menit. Tambahkan 15 ml aquades dan 1
ml FAS, setelah itu, tambahkan HNO3 6 N
5 ml, lalu titrasi dengan NH4CNS hingga
membentuk warna kecoklatan. kemudian
catat volume NH4CNS dan normalitas
AgNO3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Standarisai AgNO3
Tabel 1. Hasil standarisasi AgNO3 dengan
KCl cara mohr
no
V AgNO3
N AgNO3
1
10,5 ml
0,01905
2
10,4 ml
0,01923
Standarisasi AgNO3 dengan KCl 0,02 N
adalah sebagai berikut:
V1 N1 = V2 N2
10. 0,02 = 10,5 N2
N2 = 0,01905 N

Dan volume AgNO3 Didapat dari reaksi
titrasi.
Reaksi Metode Mohr:
AgNO3 + NaCl

2 AgNO3 + K2CrO4

AgCl¯ + NaNO3
putih
Ag2CrO4¯ + 2KNO3
End. merah bata

Mengecilnya konsentrasi ion
kromat akan menyebabkan perlunya
menambah ion perak dengan sangat
berlebih untuk mengendapkan perak
kromat, dan karenanya menimbulkan
galat yang besar. Pada umumnya garam
dikromat cukup dapat larut.
Metode
Mohr
dapat
juga
diterapkan untuk titrasi ion bromida
dengan perak, dan juga ion sianida dalam
larutan yang sedikit agak basa. Efek
adsorpsi menyebabkan titrasi ion iodida
dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat
dititrasi langsung dengan ion klorida,
dengan menggunakan indikator kromat.
Endapan perak kromat yang telah ada
sejak awal, pada titik kesetaraan melarut
kembali dengan lambat. Tetapi, orang
dapat menambahkan larutan klorida
standar secara berlebih, dan kemudian
menitrasi balik, dengan menggunakan
indikator kromat.
Kegunaan metode Mohr yaitu
untuk penetapan kadar Klorida atau
Bromida. Prinsip penetapannya larutan
klorida atau bromida dalam suasana netral
atau agak alkalis dititrasi dengan larutan
perak nitrat menggunakan indikator
kromat. Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak,
maka ion kromat akan bereaksi dengan
ion perak membentuk endapan perak
kromat yang berwarna coklat merah
sebagai titik akhir titrasi. Larutan

standarnya yaitu larutan perak nitrat
menggunakan indikator larutan kalium
kromat.
Tabel 2. hasil standarisasi AgNO3
terhadap NH4CNS cara volhard
no
V NH4CNS
N AgNO3
1
10,5
0,021
2
10,0
0,02
Standaridasi AgNO3 dengan NH4CNS
adalah sebagai berikut
V1 N1 = V2 N2
10. 0.02 = 10,5 N2
N2= 0,021 N
Dan volume NH4CNS Didapat dari reaksi
titrasi.
Reaksi Metode volhard
Ag⁺ + NH₄CNS --> AgCNS (endapan putih) +
NH₄⁺
Jika Ag⁺ sudah habis, maka kelebihan 1 tetes
NH₄CNS + Fe³⁺ --> Fe(CNS)²⁺ + NH₄⁺

Titrasi Ag dengan NH4CNS
dengan garam Fe(III) sebagai indikator
adalah contoh metode Volhard, yaitu
pembentukan zat berwarna di dalam
larutan.
Selama
titrasi,
Ag(CNS)
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai
bila NH4CNS yang berlebih bereaksi
dengan Fe(III) membentuk warna merah
gelap (FeCNS)++. Jumlah thiosianat yang
menghasilkan warna harus sangat kecil.
Jadi kesalahan pada titik akhir harus
sangat kecil, dengan cara mengocok
larutan dengan kuat pada titik akhir
tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada
endapan dapat didesorpsi. Pada metode
Volhard untuk menentukan ion klorida,
suasana haruslah asam karena pada
suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis.
AgNO3 yang ditambahkan berlebih ke
larutan klorida tentunya tidak bereaksi.
Larutan Ag tersebut kemudian di titrasi
balik dengan menggunakan Fe(III)
sebagai indikator, tetapi cara ini

menghasilkan suatu kesalahan karena
AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl.
Sehingga : AgCl + CNS- AgCNS + ClAkibatnya lebih banyak NH4CNS
diperlukan sehingga kandungan Clseakan-akan lebih rendah. Kesalahan ini
dapat dikurangi dengan mengeluarkan
endapan AgCl sebelum titrasi balik
berlangsung atau menambahkan sedikit
nitrobenzen, sehingga melindungi AgCl
dari reaksi dengan thiosianat tetapi
nitrobenzen akan memperlambat reaksi.
Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO 3)3 dan
sedikit
NH4CNS
yang
diketahui
ditambahkan dulu ke larutan bersamasama HNO3, kemudian campuran tersebut
dititrasi dengan AgNO3 sampai warna
merah hilang
Metode volhard menggunakan
blanko untuk untuk mengoreksi hasil
ditrasi. Blanko diperlakukan dengan
metode yang sama selama analisis akan
tetapi tanpa kehadiran analit.
Perbedaan dari metode mohr dan
volhard ini terletak pada titran yang
digunakan, jika pada metode Mohr
menggunakan AgNO3 sedangkan metode
Valhard menggunakan titran NH4CNS.
Penentuan kadar NaCl cara mohr
Penentuan Kadar NaCl Dalam Sampel
(Cara Mohr) Konsentrasi NaCl pada
sampel ini akan ditentukan dengan
metode Mohr. Pertama-tama sampel padat
digerus
hingga
halus
dengan
menggunakan mortar. Penghalusan ini
bertujuan untuk memudahkan pelarutan
sampel. Sampel yang telah halus lalu
ditimbang sebanyak 1 gram dan
dilarutkan dengan aquadest kedalam labu
ukur 100 ml. Labu ukur digunakan karena
ketelitiannya yang tinggi (± 0,10 ml)
sehingga hasil analisis akan lebih akurat.
Larutan sampel kemudian disaring

menggunakan kertas saring untuk
mendapatkan filtratnya. Penyaringan
bertujuan untuk mendapatkan supernatan
(filtrat) yang jernih, karena apabila
larutan sampel tidak disaring maka titik
akhir titrasi sulit untuk diamati karena
larutan sampel sangat keruh. Filtrat yang
didapat dipipet dan dimasukkan ke
erlenmeyer sebanyak 10 ml sedangkan
untuk sampel pocari sweat dipipet
langsung 25 ml sampel dan dimasukkan
ke dalan Erlenmeyer, lalu ketiga sampel
ditambahkan 0,5 ml indikator K 2CrO4 5%
kemudian dititrasi dengan AgNO3 0,1 N
sampai TA yaitu terbentuk endapan merah
Tabel 3. Kadar Nacl pada sampel cara
mohr

Penentuan kadar NaCl dalam cara mohr
menggunakan rumus:
Diketahui:
N AgNO3 = 0.019095
FP ikan peda, ikan teri, terasi dan telur
asin = 10
FP pocari sweat = 70
BM NaCl = 58.44
BM Cl = 35,45
Untuk
mengetahui
kadar
NaCl
menggunakan rumus:

%NaCl=

V AgNO 3 X N AgNO 3 X BM NaCl X BM Cl X FP X 10 6 PPM
V Sampel
Contoh:
Kadar Nacl pocari sweat:
0,6 X 0.019095 X 58.44 X 70
=
5 X 10−3 l
0,093737
Berdasarkan tabel di atas kadar
Nacl pada pocari sweat, 10,1548%.
jumlah ini melebihi kadar Cl yang tertera
pada kemasan yaitu 0,0567%. Untuk telur
asin, dilihat dari tabel diatas memiliki
kadar NaCl sebesar 2,3225% jumlah ini
lebih rendah dibanding Standar Nasional
Indonesia yaitu 10-20%. Sedangkan untuk
ikan teri dan ikan peda masing-masing
memiliki kadar NaCl sebanyak 19,9748%
dan 16,9601%. Jumlah tersebut sesuai
dengan standar nasional Indonesia yaitu
10-20%. Untuk terasi memiliki kadar
NaCl 10,58% kadar tersebut sesuai
dengan kadar yang sudah ditentukan
dengan standar nasional Indonesia yaitu
20% .
Penentuan kadar NaCl cara Volhard
dilakukan juga perhitungan blanko untuk
mengetahui jumlah AgNO3 berlebih yang
ditambahkan kedalam sampel agar kadar
ion Cl- dapat ditentukan, blanko dihitung
tanpa adanya penambahan sampel.
Tabel 4. Kadar NaCl pada sampel cara
Volhard
Diketahui:
N AgNO3 = 0.019095
FP ikan peda, ikan teri, terasi dan telur
asin = 10
FP pocari sweat = 70
BM NaCl = 58.44
BM Cl = 35,45
Untuk mengetahui kadar NaCl pada
sampel menggunakan rumus:

Kadar NaCl %=
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan
kadar NaCl pada pocari sweat sebesar
74,338% sedangkan, jumlah ini melebihi
kadar Cl yang tertera pada kemasan yaitu
0,0567%. Untuk telur asin dan ikan teri
masing-masing mengandung kadar garam
20,9304% dan 22,8083%. jumlah ini
lebih tinggi dibanding Standar Nasional
Indonesia yaitu 10-20%. Untuk ikan peda
mangandung kadar garam 13,033%
dimana kadar tersebutb sesuai dengan
standar nasional Indonesia yaitu 10-20%.
terasi yang mengandung 9,9963% kadar
NaCl sehinggalebih rendah dibanding
kadar NaCl standar nasional Indonesia
yaitu sebesar 20%.
Dalam percobaan ini masih
terdapat hasil yang tidak sesuai dengan
literatur.
Hal
tersebut
mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain: 1. Adanya perbedaan persepsi
tentang perubahan warna antara teori
dengan praktikan. 2. Kekurang telitian
dalam pembuatan larutan standar ataupun
larutan ujinya. 3. Adanya kesalahankesalahan teknis dalam titrasi seperti
volume penetesan larutan standar terlalu
berlebih.

KESIMPULAN
a. Indikator K2CrO4 pada standarisasi
AgNO3 terhadap KCl bertujuan
memberikan suasana netral.
b. Volume AgNO3 rata-rata yang
digunakan adalah 10 ml, sehingga
normalitas AgNO3 sebesar 0.019095
N.
c. Titik akhir titrasi dalam penentuan
kadar NaCl cara Mohr dinyatakan
dengan indikator larutan K2CrO4
yang dengan larutan Ag+ berlebih
menghasilkan endapan merah dari
Ag2CrO4.
d. Rata-rata kadar NaCl yang terdapat
dalam pocari sweat metode Mohr
10.154% melebihi kadar Cl yang
tertera pada kemasan yaitu 0,0567%.
Rata-rata kadar NaCl yang terdapat
dalam telur asin metode Mohr
2.323%. Kadar Cl yang terdapat
dalam ikan teri metode Mohr yaitu
19.975%
e. NaCl pada pocari sweat sebesar
74,338% sedangkan, jumlah ini
melebihi kadar Cl yang tertera pada
kemasan yaitu 0,0567%. Untuk telur
asin dan ikan teri masing-masing
mengandung kadar garam 20,9304%
dan 22,8083%. jumlah ini lebih
tinggi dibanding Standar Nasional
Indonesia yaitu 10-20%.
f. Untuk ikan peda mangandung kadar
garam 13,033% dimana kadar
tersebutb sesuai dengan standar
nasional Indonesia yaitu 10-20%.
terasi yang mengandung 9,9963%
kadar NaCl sehinggalebih rendah
dibanding kadar NaCl standar
nasional Indonesia yaitu sebesar 20%.

g. Fungsi FAS pada standarisasi AgNO3
terhadap NH4CNS 0,1 N adalah
sebagai indikator.
h. Penambahan
HNO3
pada
standardisasi
AgNO3
terhadap
NH4CNS 0,1 N berfungsi untuk
menciptakan suasana asam agar Fe3+
tidak terhidrolisis.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel :
Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Buku Kedokteran :
EGC. Jakarta.
Harizul, Rivai. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI
Press 22
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia
Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar
Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Underwood, A.L. , Day, R. A.
1986. Analisis
Kimia
Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Vogel. 1985f Makro dan Semi Mikro.
Jakarta: PT. Kalm. Buku Teks
AnalisisAnorganik
Kualitati
an
Pusaka.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

IMPLEMENTASI LOAD BALANCING DAN FAIL OVER UNTUK MENDUKUNG PRAKTIKUM JARKOM 2

6 80 14

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA S1–KEPERAWATAN DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

9 108 28

STUDI KORELASI ANTARA LOYALITAS MERK PRODUK SOPHIE MARTIN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

1 25 2

PERANCANGAN VIDEO COMPANY PROFILE FAKULTAS MIPA UNSYIAH MENGGUNAKAN ADOBE PREMIERE PRO

1 15 1

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU DENGAN ASOSIASI MEREK PADA KONSUMEN MINUMAN ISOTONIK POCARI SWEAT (STUDI PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER)

0 32 19

PENGAJARAN MATERI FISIKA DASAR UNTUK MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

9 106 43

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGHETHER (NHT) DAN SNOWBALL THROWING (ST) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP YP 17 BARADATU WAYKANAN T

0 25 90